Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan Intra
Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau
lebih.1,2,3 Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau
fetal death dibagi menjadi Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu, Intermediate Fetal Death, kematian janin yang
berlangsung antara usia kehamilan 20-27 minggu dan Late Fetal Death, kematian janin yang
berlangsung pada usia lebih dari 28 minggu.1
Angka kematian janin termasuk dalam angka kematian perinatal yang digunakan
sebagai ukuran dalam menilai kualitas pengawasan antenatal. Angka kematian perinatal di
Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Angka
yang ada ialah angka kematian perinatal dari rumah sakit besar yang pada umumnya
merupakan referral hospital, sehingga belum dapat menggambarkan angka kematian
perinatal secara keseluruhan.1
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial baik dari faktor fetal, maternal,
plasenta maupun iatrogenik dengan 25 35 % kasus tidak diketahui penyebabnya1,2,3.
Untuk dapat menentukan penyebab pasti harus dilakukan pemeriksaan autopsi. Diagnosis
dini dalam kasus kematian janin adalah melalui pemantauan kesejahteraan janin serta
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang teratur. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dapat menegakkan diagnosis kematian janin intra uterin.1-6
Penatalaksanaan kematian janin intra uterin ialah melakukan terminasi kehamilan yang
dapat dilakukan melalui penanganan ekspektatif dan penanganan aktif. Ada beberapa metode
terminasi kehamilan pada kematian janin intra uterin, yaitu dengan induksi persalinan per
vaginam dan persalinan per abdominam (Sectio Caesaria) 2,3,5. Pemeriksaan kehamilan
(antenatal care) sangat berperan penting dalam upaya pencegahan kematian janin dan secara
tidak langsung dapat menurunkan angka kematian janin. 1-6

BAB II
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A binti M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
Tanggal lahir : 5 Oktober 1982
Pendidikan : Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. A. Yani Lr. Pangi RT. 17 RW. 06 No. 1052
Tgl. Masuk RS : 9 September 2015
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. Tasrin
Umur : 34 tahun
Pendidikan : Perguruan Tinggi (S1)
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. A. Yani Lr. Pangi No. 1052

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis , 18 Maret 2012, jam 14.00 WIB)


1. Keluhan Utama
Sakit Perut seperti mau BAB
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Indralaya. Os datang melalui IGD RSMP
dengan keluhan sakit perut seperti mau BAB. Os mengaku hamil 4 bulan lebih. Sekitar 2
bulan yang lalu os mengeluh mual dan muntah. Muntah lebih dari 5 kali, isi apa yang
dimakan. Os mengaku tidak pernah merasakan gerakan janin sejak awal kehamilan. Pada
siang hari tanggal 9/9/2015, os melakukan ANC dengan bidan di Puskesmas Indralaya,
hasilnya bunyi jantung janin sudah tidak ada lagi kemudian os disarankan untuk dibawa ke
Rumah Sakit. Di perjalanan os tidak diberi obat-obatan dan hanya diberi infus. Pada jam
14.09 WIB tanggal 9/9/2015, os tiba di IGD RSMP dan dilakukan USG oleh dokter umum,
dikatakan janin sudah meninggal dan os dirawat di RSMP dan diberi perangsang untuk
melahirkan bayi. Os mengeluh mual dan muntah. Os mengeluh adanya mules-mules, tapi
tidak mengeluhkan keluar lendir darah ataupun keluar air-air dari kemaluan. Os mengatakan
pernah terpeleset di kamar mandi 1 bulan yang lalu saat hamil anak ke tiga ini.
3. Riwayat pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan selama kehamilan (ANC) rutin kira-kira satu kali per bulan dilakukan di
Puskemas Indralaya. Dari hasil USG terakhir dinyatakan janin sudah meninggal.
4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 13 tahun, lama 5-7 hari, siklus haid 28 hari, teratur,
banyaknya 2-3 pembalut perhari, os mengaku merasakan nyeri selama haid. Hari Pertama
Haid Terakhir, 28 April 2015.
5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali, pada tahun 2005.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan
G3P2A0

1) Tahun 2006/ Bayi Laki-laki/ Berat 3900 gr/ Panjang 50 cm/ Partus spontan/ oleh
Bidan
2) Tahun 2010/ Bayi Perempuan/ Berat 2500 gr/ Panjang Lupa/ Partus spontan/ oleh
Bidan
3) Tahun 2015/ Hamil ini.
7. Riwayat KB
Kontrasepsi pil selama 1 bulan dan suntik selama 3 bulan.
8. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit jantung disangkal, darah tinggi (+), kencing manis disangkal.
Riwayat asthma disangkal, alergi makanan (+) udang, alergi obat-obatan seperti amoksisilin .
Pasien belum pernah mendapat tindakan operasi sebelumnya.
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung (+) ibu dan kakak os, darah tinggi (+) ibu os, kencing manis
di keluarga disangkal. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan di keluarga disangkal,
riwayat asthma di keluarga disangkal.
10. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok. Kebiasaan minum alkohol dan penggunaan obat-obatan tertentu
disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK (9 September 2015, jam 14.09 WIB)
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah: 100/70 mmHg
- Frekuensi nadi: 80x/menit, reguler, kuat, volume cukup, ekual kiri dan kanan
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,7 0C, aksiler, afebris

Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks
cahaya +/+
Telinga : sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Paru paru : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung : Bunyi jantung I-II regular (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : tampak buncit, tidak tampak tanda radang, linea nigra (+), striae alba (+), teraba
supel, defans muskuler -/-, nyeri tekan -/-, nyeri lepas -/-, bising usus (+) 3 kali/menit.
Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem tungkai +/+
2. PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan luar
Inspeksi : abdomen tampak cembung
Palpasi :
Leopold 1 : TFU 32 cm, teraba bulat , lunak dan tidak melenting
Leopold 2 : kiri : teraba bagian rata, keras seperti papan
kanan : teraba bagian kecil-kecil
Leopold 3 : teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold 4 : bagian terbawah janin belum masuk pintu atas
panggul
Kontraksi/ his (-),
Auskultasi : Denyut jantung janin (-) tidak terdengar via doppler
Pemeriksaan dalam
Vaginal Toucher: pembukaan 2 cm, portio tebal lunak, arah posterior, ketuban (+), kepala Hodge
I.
Taksiran berat janin : (32 cm 13) x 155 = 2945 gram
Pelvik Score : - dilatasi serviks 1-2 cm (skor 1)
- portio 31 50 % (skor 1)
- kepala bayi - 3 (skor 0)
- konsistensi serviks lunak (skor 2)
- posisi posterior (skor 0)
Total : 4 (<5)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab (19 Maret 2012)
Hb : 12,1 gr/dl
Leukosit : 12.500 /UL
Trombosit : 231.000 /UL
Hematokrit : 36,6 %
GDS : 88 mg/dl

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab (19 Maret 2012)
Hb : 12,1 gr/dl
Leukosit : 12.500 /UL
Trombosit : 231.000 /UL
Hematokrit : 36,6 %
GDS : 88 mg/dl
Pemeriksaan USG (19 Maret 2012)

Kesan: IUFD e.c Suspek Hidrops Fetalis

E. RESUME
Ny. S, 31 tahun, datang dengan keluhan gerakan janin sudah tidak terasa sejak 4 hari SMRS.
Pasien menyangkal adanya mules-mules, keluar lendir darah dan keluar air-air dari kemaluan.
belum ada tanda-tanda mau melahirkan. Riwayat ANC di Puskesmas Lubuk Baja rutin satu kali
per bulan. Riwayat menstruasi teratur, HPHT: 10-Juli-2011. Riwayat pernikahan: Menikah
pertama kali pada tahun 2000. Riwayat kehamilan dan persalinan: G4P3A0H3. Kontrasepsi:
Pernah KB suntik 3 bulan setelah nikah kemudian berhenti.
Pada pemeriksaan fisik, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/m, S: 36,8 0C
Pada pemeriksaan obstetrik: TFU: 32 cm, dengan presentasi kepala, letak memanjang, punggung
janin di bagian kiri ibu dan kepala belum masuk pintu atas panggul. Pada vaginal toucher
didapatkan pembukaan 2 cm, portio tebal, lunak dan ketuban (+), kepala Hodge I.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan tanda-tanda proses infeksi pada ibu. Pada
pemeriksaan USG didapatkan kesan IUFD e.c. suspek hidrops fetalis.
F. DIAGNOSIS
G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum inpartu.
G. PENATALAKSANAAN
- Observasi kemajuan persalinan dan His
- Pematangan serviks pasang kateter Foley dan misoprostol 1 tablet pervaginam dan dilanjut
dengan induksi persalinan
- Rencana partus pervaginam
- Terapi: - IVFD Dextrose 5% + syntocinon 10 IU drip 20 tetes/menit
- ATP Dankos tab 3x1
H. PROGNOSIS
Ibu
Ad vitam: Bonam
Ad functionam: Dubia ad Bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
Janin
Ad vitam: Malam

I. FOLLOW UP
19-03-2012 (pukul 06.10 WIB)
S: Kadang-kadang timbul mules, keluar darah dari kemaluan
O: KU / Kes : baik / CM
TD : 120/80 mmHg N: 84 x/m RR: 22 x/m S : 36,7 oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/Abdomen: buncit, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: buncit, TFU: 32 cm
Genital: lendir dan darah (+), jumlah sedikit
Vaginal toucher : tidak dilakukan
A: G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum inpartu.
P: Observasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan (pembukaan serviks dan
penurunan kepala janin)
Rencana partus pervaginam Induksi foley catheter
Terapi : IVFD Dextrose 5% ditambah syntocinon 10 UI drip 20 tetes/menit
ATP Dankos tab 3 x 1
Diet tinggi kalori dan protein (TKTP)
20-03-2012 (pukul 06.40 WIB)
S: Kadang-kadang mules, darah masih keluar dari kemaluan
O: KU / Kes : baik / CM
TD : 110/70 mmHg N: 84 x/m RR: 20 x/m S : 36,8oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/Abdomen: buncit, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: buncit, TFU: 32 cm
Genital: lendir dan darah (+), jumlah sedikit
A: G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum inpartu.
P: Observasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan (pembukaan serviks dan
penurunan kepala janin)
Terapi : IVFD Dextrose 5% ditambah syntocinon 10 UI drip 20 tetes/menit
ATP Dankos tab 3 x 1
Diet tinggi kalori dan protein
21-03-2012 (pukul 06.30 WIB)
S: Kadang-kadang rasa mual.
O: KU / Kes : baik / CM
TD : 110/70 mmHg N: 84 x/m RR: 22 x/m S : 36,7oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)

Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: datar, TFU: dua jari di bawah pusat
Mammae: ASI +/+
Genital: lokia (+), jumlah sedikit
A: Nifas Hari ke-1, P4A0H3 post partum spontan IUFD
P: Observasi keadaan umum, tanda vital
Terapi oral : ATP Dankos tab 3 x 1
Amoxicillin kaplet 3 x 500mg
Asam Mefenamat kaplet 3 x 1
Linoral tab 3 x 1
Diet TKTP, mobilisasi, perawatan payudara, perhatikan higiene vagina
dan sekitarnya
MASALAH PADA PASIEN
- Intrauterine Fetal Death (IUFD)
J. ANALISA KASUS
Pada kasus ini Ny. S, 31 tahun dengan diagnosa kematian janin intrauterin atau Intra Uterine
Fetal Death (IUFD). Dalam kasus ini, diagnosis Intra Uterine Fetal Death (IUFD) ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan
literatur.
Dari anamnesis, pasien ini melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara rutin kirakira satu kali per bulan. Namun, pemeriksaan kehamilan ini tidak sesuai dengan prosedur
frekuensi kunjungan antenatal care, yaitu :
Usia kehamilan 28 minggu : 1x / 4 minggu
28 36 minggu : 1x / 2 minggu
36 minggu persalinan : 1x/ 1 minggu
Pasien dengan G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dirujuk dari klinik dengan kecurigaan IUFD karena
gerakan janin tidak dirasakan ibu 4 hari SMRS. Keadaan ini sesuai dengan salah satu dasar
diagnosis IUFD yang bersifat subjektif. Pasien menyangkal merasa mules, keluar lendir darah
dari kemaluannya, hal ini menjelaskan bahwa pada pasien ini belum ada tanda tanda inpartu.
Tanda-tanda inpartu ialah mules-mules (his) yang teratur, bloody show (lendir darah), serta
pembukaan dan penipisan serviks.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, riwayat penyakit sistemik, infeksi, dan alergi dalam
kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan
minum obat- obatan lama. Pasien juga tidak memiliki binatang peliharaan. Usia kehamilan pada
pasien ini sesuai dengan kehamilan 36-37 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir pasien.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan
tanda- tanda kehamilan pada pasien ini sesuai dengan masa kehamilan.
Ukuran tinggi fundus uteri yang berkurang dari usia kehamilan tidak
ditemukan dalam kasus ini mengingat kematian janin baru berlangsung 4
hari sebelum ke rumah sakit. Pada palpasi, gerak janin (-), dan pada

auskultasi dengan pemeriksaan Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut
membuktikan adanya kematian janin intra uterin. Janin IUFD, letak memanjang dengan
presentasi kepala, kepala janin di Hodge I.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan pemeriksaan darah dan urine dalam batas normal
pada wanita dengan kehamilan. Pada pemeriksaan USG, didapatkan kesan janin IUFD, disertai
dengan deskripsi yang menjadi dasar diagnosis IUFD, seperti tidak adanya gerakan janin dan DJJ
(-), sehingga dapat ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal, fetal dan plasental. Namun, pada pasien ini faktor
maternal dapat kita coba singkirkan, berdasarkan anamnesis pasien tidak ada riwayat penyakit
seperti Diabetes Mellitus ataupun Hipertensi yang sering menyebabkan IUFD. Pada pasien ini
tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak
punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obat- obatan lama.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan pemeriksaan autopsi apakah
terdapat kelainan kongenital mayor pada janin. Pasien tidak memiliki binatang peliharaan, makan
daging setengah matang, yang menurut literatur dapat menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada
janin. Anomali kromosom biasanya terjadi pada ibu dengan usia diatas 40 tahun, dan dibutuhkan
analisa kromosom. Inkompatibilitas Rhesus juga sangat kecil kemungkinannya mengingat pasien
dan suaminya dari suku yang sama.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan dengan penanganan
aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih melalui induksi persalinan pervaginam.
Penanganan secara aktif pada pasien ini juga sudah sesuai dengan prosedur yang seharusnya.
Komplikasi IUFD lebih dari 6 minggu akan mengakibatkan gangguan pembekuan darah, infeksi
dan berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa ibu. Pasien datang dengan keadaan belum
inpartu dan servik belum matang, maka dilakukan induksi pesalinan dengan pematangan serviks.
Tindakan induksi pada pasien pertama-tama menggunakan folley
catheter no. 24 yang diisi 60 cc dimasukan kedalam ostium eksterna uteri
melalui kanalis servikalis dan ostium interna uteri. Hal ini diharapkan akan
merangsang pematangan serviks ditandai dengan
terlepasnya catheter yang dipasang. Penggunaan cara mekanik ini menurut pustaka menunjukkan
angka keberhasilan yang signifikan dalam tindakan awal untuk pematangan servik. Dengan
menggunakan mekanisma pemisahan membran ketuban dari desidua diharapkan akan terjadinya
pelepasan prostaglandin yang nantinya akan melunakkan servik.
Pada pasien ini terlepasnya folley catheter dengan sendirinya dan diteruskan proses induksi
dengan misoprostol. Tindakan induksi dengan penggunakan prostaglandin sintetis ini menurut
kepustakaan sangat efektif dalam memacu pematangan servik dan menginduksi persalinan.
ACOG sendiri merekomendasikan penggunaan misoprostol intravaginal pada dosis 25
mikrogram atau tablet (100 mg). Aplikasi ini dapat menekan kebutuhan oksitosin, mencapai
persalinan pervaginam lebih cepat dalam waktu 24 jam setelah induksi dan menekan interval
induksi persalinan.
Seterusnya pasien ini dilakukan amniotomi setelah adanya kenaikan pembukaan servik dengan
misoprostol. Hasil amniotomi didapatkan ketuban keruh. Selain induksi, augmentasi juga
diaplikasikan pada pasien ini. Augmentasi diberikan dengan harapan akan terbentuknya HIS yang
adekuat. Diberikan drip syntosinon 10 IU dalam satu kolf Dextrose 5% sebanyak 20 tetes / menit.
Tujuan dari pemberian ini adalah untuk mempengaruhi aktivitas uterus yang cukup untuk memicu
perubahan servikal dan penurunan janin dan menghindari hiperstimulasi uterus dan status gawat
janin.

Setelah pembukaan lengkap dan ibu sudah menunjukkan tanda tanda persalinan kala II.
Diakukan pimpinan persalinan kala II, akhirnya pasien selamat melahirkan secara pervaginam
tanggal 21 Maret 2012 jam 0408. Bayi lahir spontan LBK. Bayi lahir dengan berat badan 2600 g,
panjang badan 43 cm, anus (+), jantina perempuan, APGAR skor 0/0, didapatkan maserasi grade
II yang menunjukkan bahwa waktu kematian antara 2 -7 hari, ditandai dengan adanya bullae pada
kulit bayi dan mulai mengelupas pada pemeriksaan luar. Tali pusat besar menebal dan pendek,
plasenta berat 1,5 kg, lahir kesan tidak lengkap (hancur). Kontraksi uterus baik, perdarahan dalam
batas normal.Penyebab kematian pada janin dalam kasus ini, kemungkinan besar akibat dari
faktor janin, yaitu hidrops fetalis yaitu karena terjadi pengumpulan cairan abnormal pada rongga
tubuh janin.
Edukasi pada pasien ini ialah penjelasan mengenai pentingnya
pemeriksaan kehamilan yang lebih baik dan teratur apabila berniat untuk
memiliki anak lagi. Memberikan dukungan psikologis agar pasien tidak
terganggu akibat kematian janin yang dialaminya saat ini, dan menyarankan
kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan yang besar untuk ibu.
Menjelaskan pentingnya keluarga berencana agar kehamilan resiko tinggi
dapat dihindari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI

WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist (1995) menyatakan Intra Uterine
Fetal Death ( IUFD ) ialah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih. 1,2,3
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal death dibagi
menjadi1,2,3 :
Early Fetal Death : kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Intermediate Fetal Death: kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan 20-27
minggu.
Late Fetal Death : kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari 28 minggu.
II. EPIDEMIOLOGI
Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang
menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal dari rumah sakit besar yang pada
umumnya merupakan referral hospital, sehingga belum dapat menggambarkan angka kematian
perinatal secara keseluruhan. Angka kematian perinatal di RSUP Fatmawati pada tahun 2007
ialah 63,98 per 1000 kelahiran hidup. 1
III. ETIOLOGI1,2,3
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial, yaitu :
1. Faktor Fetal (25 40%)
Anomali kromosom
Defek kelahiran non-kromosom
Non imun hidrops
Infeksi ( virus, bakteri, protozoa )
2. Faktor Plasenta (25- 35%)
Abruptio plasenta
Perdarahan Feto-maternal
Cord accident
Insufisiensi plasenta
Asfiksia Intrapartum
Plasenta previa
Twin-to-twin transfusion
Chorioamnionitis
3. Faktor Maternal (5-10%)
Antibodi Fosfolipid
Diabetes Mellitus
Hipertensi
Trauma
Persalinan abnormal

Sepsis
Asidosis
Hipoksia
Ruptur uteri
Kehamilan Post Term
Obat-obatan
4. Idiopatik (25 35%)
IV. PATOFISIOLOGI
A. FAKTOR FETAL
25 40% dari bayi dengan lahir mati ( stillbirths ) diakibatkan oleh faktor fetal. Salah satu faktor
yang biasanya mengakibatkan kematian janin ialah malformasi kongenital mayor. Insidensi
infeksi janin intra uterin juga sering menyebabkan kematian pada janin, infeksi Rubella, CMV
(CytoMegaloVirus, Parvovirus B-19, varicella dan listeriosis. 1,2,3
B. FAKTOR PLASENTAL
Penyebab kematian janin terkait dengan adanya abnormalitas pada plasenta, tali pusat dan
membran plasenta
1. Plasenta ; Pada kehamilan, janin yang normal mendapatkan sirkulasi dari pembuluh darah
umbilikal dengan jumlah 350 400 ml/menit. 2,3
2. Tali Pusat ; terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis allantois dan mesoderm
primer. Panjang tali pusat normal ialah 50 60 cm dengan diameter 12 mm. Hal ini berkaitan
dengan aktivitas janin di dalam dua trimeter pertama.
Tali pusat abnormal, Tali pusat panjang : > 100 cm
Tali pusat pendek : < 30 cm
Kelainan kelainan pada tali pusat, yaitu ; 1,2,3,4,5
Prolapsus Tali Pusat
Insidens 0,2 0,6 %, 4 6 % dengan panjang tali pusat > 80 cm.
Hampir 50 % terjadi pada Kala II
Tali pusat yang pendek
Panjang tali pusat < 30 cm.
Loops of the Umbilical Cord ( Lilitan Tali Pusat )
Insidens 24, 6 % (21 %: 1 lilitan;2,5 % ;2 lilitan, 0,2 % >3 lilitan )
Satu atau dua lilitan tali pusat pada leher bayi tidak menyebabkan
angka kesakitan dan kematian janin meningkat.
Knots in the Umbilical Cord ( Simpul )
Ada dua klasifikasi jenis simpul, yaitu: true knots dan false knots 2
Insidens 0,3 2,1 %, disertai dengan kematian antepartum. Tidak
berkaitan dengan abnormalitas neurologik. 4

Simpul nyata ( true knots ) sulit ditemukan pada saat antenatal care. Simpul ini dapat terbentk
akibat torsi / putaran pada tali pusat yang membentuk suatu lengkungan dimana janin dapat
terperangkap didalamnya, membentuk simpul. 5
Single Artery
Adanya aplasia atau atrofi dari satu pembuluh darah arteri umbilikalis. Insidens 1 dari 500
persalinan. Primipara memiliki resiko yang sama dengan multipara, namun kecenderungan pada
ras kulit hitam lebih besar dibandingkan dengan ras kulit putih.
C. FAKTOR MATERNAL
Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah dua penyakit ibu yang sering
menyebabkan kematian janin intra uterin.

1,2,3

V. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS IUFD1,3,5


Anamnesis :
Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia kehamilannya. Tidak terlihat
gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.
Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid.
Tidak teraba gerakan-gerakan janin.
Auskultasi: Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia kehamilan 10-12 minggu pada
pemeriksaan ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian janin yang kuat.
Pemeriksaan Penunjang :
USG (Ultrasonografi)
a) Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang diukur selama periode
observasi 10 menit dengan USG, merupakan bukti kuat adanya kematian janin.
b) Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-tulang tengkorak akan
tampak.
Foto Rontgen Abdomen
a) Spaldings Sign, yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang tengkorak, yang
terjadi akibat likuefaksi massa otak dan melemahnya struktur ligamentosa yang membentuk
tengkorak. Biasanya tanda ini muncul 7 hari setelah kematian. Namun ciri-ciri yang sama dapat
ditemukan pada kehamilan ekstrauterin dengan janin hidup.
b) Hiperrefleksi dari tulang belakang
c) Bayangan tulang-tulang iga bertumpuk-tumpuk, dimana tidak dapat lagi ditemukan bentuk
simetris torak.
d) Roberts sign, dimana didapatkan gambaran gas dalam ruang jantung dan pembuluh darah.
Pemeriksaan Hematologi :
Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C, ureum, kratinin, profil
tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus, anticardiolipin antibody.
Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.

Pemeriksaan Autopsi :
Langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi petunjuk pasti sebab
kematian janin.
PROTOKOL INVESTIGASI PADA IUFD2
Bertujuan untuk :
1. Memastikan diagnosis IUFD secara sonografi atau radiologi
2. Memeriksa kadar fibrinogen darah dan masa tromboplastin parsial secara
periodik, terutama bila janin dipertahankan dalam kandungan > 2 minggu.
3. Mencari penyebab kematian janin.
Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan Hollier
(1997) 1:
1. Deskripsi bayi
malformasi
bercak/ noda
warna kulit pucat, pletorik
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
pembengkakan - leher, lengan, kaki
hematoma atau striktur
jumlah pembuluh darah
panjang tali pusat
3. Cairan Amnion
warna mekoneum, darah
konsistensi
volume
Plasenta
berat plasenta
bekuan darah dan perlengketan
malformasi struktur sirkumvalata, lobus aksesorius
edema perubahan hidropik
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
Grade Maserasi pada IUFD :
Grade 0 (durasi < 8 jam) : kulit kemerahan setengah matang.

Grade I (durasi > 8 jam) : kulit terdapat bulla dan mulai mengelupas.
Grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa
di rongga toraks dan abdomen
Grade III (durasi >8 hari) :hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh,
mungkin terjadi mumifikasi.
VI. PENATALAKSANAAN IUFD 2,3,5
Pasien dan keluarganya memiliki kemungkinan besar terganggu secara psikis, tetapi mereka harus
diyakinkan tentang amannya persalinan spontan. Pada kebanyakan IUFD (80%) pasien akan
melahirkan secara spontan dalam waktu 2 minggu setelah janin mati. Pasien dapat tinggal di
rumah selama 2 minggu pertama tetapi dengan saran untuk datang ke rumah sakit untuk bersalin.
Bila persalinan spontan tidak terjadi dalam waktu 2 minggu, pasien harus dirawat untuk menilai
kadar fibrinogennya setiap minggu, atau dua kali seminggu. Kadar fibrinogen serum yang
menurun mencapai 150 mg% harus ditangani dengan pemberian heparin terkontrol.
TINDAKAN :
Indikasi dilakukan tindakan :
Gangguan psikologis dari pasien
Terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi uterus
Kadar fibrinogen yang menurun, kadar fibrinogen harus dinaikkan
melebihi kadar kritis sebelum dilakukan tindakan.
Adanya tendensi persalinan spontan akan terjadi lebih dari 2 minggu.
METODE-METODE TERMINASI
Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi pematangan serviks.
Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% melalui tetesan
infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang
induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan pada hari berikutnya.
Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30
tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit. Resiko
efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh
diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko tersebut.
Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian prostaglandin per
vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan bila upaya berulang
tetap gagal menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat efektif untuk
induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam.
Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
Operasi Sectio Caesaria (SC)

Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada
kasus yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan
letak lintang.

Anda mungkin juga menyukai