Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga.
Istilah ini berasal dari dua perkataan latin -ent omon bermakna serangga dan logos
bermakna ilmu pengetahuan.
Sebagai bagian dari komunitas ekosistem bumi, serangga telah menjadi penentu
keberadaan dan perkembangan ekosistem di muka bumi. Interaksi antara serangga dengan
manusia sudah berlansung sejak manusia ada dan hidup di dunia. Serangga mempunyai
peran penting dalam kehidupan manusia. Begitu juga kerugian yang besar akibat gangguan
kesehatan hewan dan manusia yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan dan
disebarkan oleh serangga. Trilyunan rupiah dana digunakan untuk biaya pengendalian
hama tanaman, hama pascapanen,hama permukiman serta penyakit pada tanaman, hewan
dan manusia yang ditularkanoleh serangga. Manusia sering memandang serangga secara
antroposentris, yaitu sebagai kelompok organanisme yang lebih banyak mendatangkan
kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Dengan belajar Entomogi kita bisa
menempatkan serangga secara proporsional dalam kehidupan, sehingga tidak memandang
serangga sebagai hewan yang selalu merugikan.
Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai Entomologi kesehatan akan di bahas pada
bab Tinjauan Pustaka.
1.2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini yakni:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.3

Bagaimana definisi entomologi?


Bagaimana klasifikasi serangga?
Bagaimana serangga sebagai vektor penyakit?
Bagaimana penyakit yang disebabkan oleh serangga!
Bagaimana cara pengendalian vektor?
Bagaimana insektisida?

TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui:

1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana definisi entomologi.


Bagaimana klasifikasi serangga.
Bagaimana serangga sebagai vektor penyakit.
Bagaimana penyakit yang disebabkan oleh serangga.
Bagaiman cara pengendalian vektor.

6.

Insektisida.

1.4

MANFAAT PENULISAN

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang entomologi kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Entomologi
Secara terbatas Entomologi adalah ilmu yang mempelajariserangga. Akan tetapi,
arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari artropoda (hewan
beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea),
serta luwing dan kerabatnya (Millepoda dan Centipoda).
Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin entomonbermakna serangga
dan logos bermakna ilmu pengetahuan. Entomologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang vector, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh arthropoda.

2.2 Klasifikasi Serangga


Klasifikasi serangga bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan
identifikasi atau mengenali jenis jenis serangga yang ada dilapanagan.
Dunia binatang ( animal kingdom ) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang
masing-masing disebut filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi
manjadi golongan-golongan yang lebih kecil yang disebut kelas. Dari kelas ini kemudian
digolongkan lagi menjadi ordo (bangsa) kemudian famili (suku), genus (marga) dan
spesies (jenis). Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama
tanaman adalah Aschelminthes (nematode), Mollusca (siput), Chordata (binatang
bertulang belakang) dan arthropoda ( serangga )
Arthropoda adalah hewan yang mempunyai kaki bersendi-sendi (beruas-ruas).
Hewan ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta di dalam tanah. Hewan ini
juga merupakan hewan yang paling banyak jenis atau macam spesiesnya, lebih kurang
75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan di dunia yang telah diketahui .
Dalam buku microbiology for the health Sciences , burton mengemukakan
bahwa ada banyak perbedaan kelas arthropoda, tetapi hanya ada tiga yang dipelajari
diparasitologi yakni : serangga( Kelas Insekta ), Arachnida ( kealas Arachnida ) dan
Krustacea ( kelas Krustacea).

Morfologi Umum
4 Tanda Morfologi Antropoda :

Badan beruas-ruas

Umbai-umbai beruas-ruas

Eksoskelet
Bentuk badan simetris bilateral
Fungsi Eksoskelet :

Sebagai penguat tubuh

Pelindung alat dalam

Tempat melekat otot

Pengatur penguapan air

Penerus rangsang dari luar


Fungsi Umbai-umbai :

Pada kepala menjadi antena dan Mandibula

Pada Toraks menjadi kaki dan sayap

Ada Abdomen menjadi kaki pengayuh

Daur Hidup
Pertumbuhan serangga dipengaruhi oleh hormon Juvenile. Pengelupasan kulit
dipengaruhi oleh hormon Ecdyson.

Stadium Metamorfosiss sempurna : Telur larva Pupa Dewasa

Stadium metamorfosis tidak sempurna : Telur (larva) Nimfa Dewasa


Pembagian serangga sebagai parasit berdasar habitat pada manusia :

Endoparasit : hidup/mengembara dalam jaringan tubuh. Contoh : Larva


lalat penyebab miasis, Pinjal penyebab tungiasis
Ektoparasit : hidup pada permukaan tubuh hospes. Contoh : Tungau, Tuma,
Pinjal, Nyamuk
Pembagian serangga sebagai parasit berdasarkan lamanya hidup dalam hospes

Parasit permanen : seluruh/sebagian besar hidupnya ada pada satu


hospes. Contoh : Tungau kudis, tuma pada manusia, pinjal dan sengkenit keras
pada binatang

Parasit periodik : berpindah-pindah dari satu spesies ke hospes lain dalam


daur hidupnya. Contoh : Nyamuk, Sangkenit lunak

Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, Arthropoda dikelompokkan menjadi 4


kelas,yaitu:
1. Kelas Crustacea (golongan udang).
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata
Crustacea berasal dari bahasa-bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang yang
keras Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
a) Entomostraca (udang tingkat rendah)
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
1) Branchiopoda
2) Ostracoda
3) Copepoda
4) Cirripedia
b) Malakostraca (udang tingkat tinggi)

Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu:


1) Isopoda
2) Stomatopoda
3) Decapoda
2. Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba).
Anggota Arachnida meliputi kalajengking, laba-laba, tungau atau caplak.
Kebanyakan hewan ini bersifat parasit yang merugikan manusia, hewan dan tumbuhan.
Arachnida bersifat karnivora sekaligus predator. Tempat hidupnya adalah di darat
Klasifikasi Arachnida dibagi dalam 3 ordo, yaitu:
a). Scorpionida
contohnya: Kalajengking (Vejovis sp, Hadrurus sp, Centrurus sp), Ketonggeng
(Buthus)
Hewan ini memiliki perut beruas-ruas dan ruas terakhir berubah menjadi alat
pembela diri.
b). Arachnoidea
Contohnya adalah segala macam laba-laba, antara lain :
Laba-laba jaring kubah (terdapat di Bostwana, Afrika Selatan)
Laba-laba primitif Liphistius (di rimba Asia Tenggara)
Laba-laba penjerat (di Malaysia)
Laba-laba pemburu (di Meksiko)
Laba-laba srigala
Laba-laba beracun Latrodectes natans dan Laxosceles reclusa
Tarantula (Rhechostica hentz)
3. Kelas Myriapoda (golongan luwing).
Myriapoda adalah gabungan dari kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh
beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan abdomen (perut). Hewan ini banyak dijumpai
di daerah tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang banyak mengandung .
Klasifikasi (penggolongan Myriapoda)

Dalam penggolongannya Myriapoda merupakan gabungan dari dua kelas, yakni:


a). Kelas Chilopoda
Contoh: kelabang : Lithobius forticatus dan Scolopendra morsitans
sampah, misal kebun dan di bawah batu-batuan.
b). Kelas Diplopoda
Contoh: kaki seribu (Julus nomerensis)
4. Kelas Insecta (serangga)

Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata
heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki
enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk
maupun sifat dan kebiasaannya.
Klasifikasi (penggolongan) Insecta (serangga).
Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
a)Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
2). Orthoptera
3). Odonata
4). Hemiptera
5). Homoptera
b). Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.
Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok Holometabola ini meliputi 6 ordo,
yaitu ordo:
1). Neuroptera
2). Lepidoptera
3). Diptera
4). Coleoptera
5). Siphonoptera
6). Hymenoptera

2.3 Serangga Sebagai Vektor Penyakit


Menurut ukuran besarnya peran dalam ilmu kedokteran serangga dapat dibagi
dalam golongan :
1.Yang menularkan penyakit ( vector dan hospes perantara )
2.Yang menyebabkan penyakit ( parasit )
3.Yang menimbulkan kelainan karena toksin yang dikeluarkan
4.Yang menyebabkan alergi pada orang yang rentan.
5.Yang menimbulkan entomofobia ( perasaan takut terhadap serangga, rasa takut
disebabkan oleh bentuknya atau karena gerakannya )
Dari jenis jenis serangga yang ada ordo dipteri adalah jenis yang paling berperan
sebagai vektor penyakit. Banyak penyakit penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri
ataupun mikroorganisme lainnya yang menyebabkan penyakit, dibantu oleh serangga
dalam penyebarannya khususnya ordo dipteri yaitu nyamuk dan lalat.
Serangga dapat menularkan penyakit melalui beberapa cara, yaitu ;
1.Penularan secara mekanik.
Berlangsung dari penderita ke orang lain dengan perantaraan bagian luar tubuh
serangga. misalnya : telur cacing, kista protozoa, dan bakteri usus dapat dipindahkan dari

tinja ke makanan melalu badan atau kaki serangga . serangga yang berperan biasanya
adalah lalat.
2. Penularan secara biologi.
Berlangsung setelah parasit atau agen yang dihisap serangga vektor mengalami
proses biologi dalam tubuh vektor seperti membelah diri ataupun bermutasi.
Misalnya :
yersinia petis dalam pijal tikus ( membelah diri )
plasmodium valciparum dalam nyamuk anopheles (bermutasi dan membelah
diri)
wucheria banerofti dalam badan nyamuk culex ( bermutasi )
3.Pernularan secara transovarian.
Berlangsung distadium muda vektor. Telur dalam tubuh vektor menerima infeksi
dan induknya, walaupun induknya telah mati mempertahankan penyebab penyakit yang
diperoleh selama pertumbuhannya menjadi larva infektif dan kemudian menularkannya.
Misalkan :Ricketsia tsutsugamushi dalam larva infektif (chigger) leptotrombidium.

2.4 Penyakit Yang Disebabkan Oleh serangga


1. nyamuk
Morfologi, Daur Hidup Dan Prilaku Nyamuk
Nyamuk termasuk kelas Insecta, Ordo Diptera dan famili Culicidae. Berperan
sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang (lewat gigitan) yang penyebabnya
berbagai macam parasit dan virus antara lain :

Parasit penyebab Filariasis hanya sebatas tumbuh

Parasit penyebab Malaria tumbuh, berkembang biak dan berubah


menjadi bentuk infektif

Virus DHF

Virus Chikungunya virus berkembang lebih banyak sebelum

Virus demam kuning

PEMBAGIAN FAMILI CULICIDAE

Tribus Anophelini (Anopheles)

Tribus Culicini (Culex, Aedes, Mansonia)

Tribus Toxorhynchitini (Toxorhyncytes)


Morfologi Nyamuk

Berukuran kecil ( 4 13 mm) & Rapuh

Pada kepala ada probosis yang panjang dan halus

Sebagai penghisap darah pada betina

Sebagai penghisap bahan-bahan cair pada jantan

Palpulus yang terdiri 5 ruas

Sepasang antena terdiri 15 ruas :

pada jantan berambut lebat (pulmose)

pada betina berambut jarang (pilose)

Toraks yang tampak (Mesonotum) sebaian besar diliputi bulu halus yang
berwarna putih / kuning

Sayap Skutelum berbentuk melengkung (rounded) pada anophelini dan


membentuk 3 lengkungan (Trilobus) pada Culicini

Sayap panjang dan langsing ada vena yang permukaannya ditumbuhi


sisik sayap

Terdapat sederetan rambut (Fringe)

Abdomen berbentuk silinder dasn terdiri 10 ruas- dua ruas terakhir


berubah jadi alat kelamin

Punya 3 pasang kaki (Hexapoda) melekat pada toraks dan tiap kaki
terdiri dari 1 ruas femuri, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus
Daur hidup

Metamorfosis sempurna : Telur


Larva Pupa

Dewasa

Telur yang batu diletakkan berwarna putih, lalu 1 2 jam menjadi hitam

Genus Anopheles telur diletakkan satu per satu terpisah di permukaan air

Genus Aedes-telur diletakkan satu persatu terpisah di tepi permukaan air, pada
lubang pohon, containers, lubang tanah kering yang kemudian digenangi air

Genus Culex telur diletakkan saling berdekatan sehingga membentuk rakit


(raft)

Telur culex diletakkan diatas permukaan air, sedangkan telur mansonia


diletakkan di balik permukaan daun tumbuh-tumbuhan air

Setelah 2 4 hari telur menetas jadi larva dan selalu hidup dalam air

Tempat perindukan (breeding place) tiap spesies belainan, antara lain : rawa,
kolam sungai, sawah, comberan, got, saluran air, bekas jejak kaki binatang, lobang pohon
dan kaleng.

Larva terdiri 4 substadium (instar) dan mengambil makanan dari tempat


perindukan

Pertumbuhan larva stadium I IV pada Culex & Aedes berlangsung 6 8 hari,


sedangkan pada Mansonia 3 minggu

Lalu tumbuh menjadi pupa yang tidak makan, tapi perlu O 2melalui breathing
trumpet

Untuk tumbuh dewasa perlu 1 3 hari sampai dengan beberapa minggu

Pupa jantan menetas lebih dulu, tidak pergi jauh menunggu nyamuk betina untuk
berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah untuk pembentukan telur.

Ada beberapa spesies yang tidak perlu darah untuk pembentukan telur
(antogen). Contoh : Toxorhynchites Amboinensis
Perilaku Nyamuk
Umur nyamuk betina hidup lebih lama dari nyamuk jantan
biasanya 2 minggu tapi ada juga 2 3 bulan, misal Anopheles Punchipenis di
Amerika
Hospes yang disukai nyamuk berbeda-beda
Kebiasaan menghisap darah : Antropofilik, Zoofilik, Antropozoofilik
Tempat istirahat : Endofilik & Eksofilik
Aktivitas menggigit : Night biters, Day bitters, Endofagik, Eksofagik
Jarak terbang nyamuk betina lebih jauh dari nyamuk jantan

Daya terbang berbeda-beda menurut spesies :


1.
Ades aegypti jarak terbangnya pendek
2.
Anopheles 1,6 Km
3.
Aedes Vexans 30 km
Vektor Malaria

60 dari 2.000 spesies Genus Anopheles di dunia sebagai vektor Malaria

16 dari 80 spesies genus anopheles di Indonesia sebagai vektor Malaria

Morfologi nyamuk Anopheles berbeda dengan nyamuk Culicini terutama bagian


badan :
o Stadium telur Anophelini : diletakkan satu per satu diatas permukaan air seperti
perahu bagian bawahnya konveks dan bagian atas konkaf dan punya sepasang pelampung
di sebelah lateral
o Stadium larva Amphalini : di tempat perindukan mengapung sejajar permukaan air,
punya bagian badan khas (spirakel) di poterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah
dorsal abdomen, bulu palma bagian lateral abdomen.
o Stadium Pupa Amphelin : punya tabung pernapasan (respirator trumpet) yang lebar
dan pendek untuk pengambilan O2.
o Stadium Dewasa Amphelin : Palpus jantan dan betina punya panjang hampir sama
dengan probosisnya. Perbedaan adalah pada jantan ruas palpus bagian Apikal
berbentuk gada (club form) sedangkan betina ruas tersebut mengecil. Tumbuh sisik
pada sayap bagian pinggir (costa & vena I) yang ujungnya berbentuk lengkung, bagian
posterior abdomen tidak seruncing Aedes dan tidak setumpul mansonia tapi sedikit
lancip.
Daur Hidup

Metamorfosis Sempurna : Telur Larva Pupa Dewasa

Waktu yang dibutuhkan 2 5 minggu, tergantung pada spesies, makanan dan


suhu

3 Kawasan (zone) tempat perindukan menurut spesies :


Kawasan pantai An. Sundaicus, An. Subpictus
Kawasan pedalaman An. Aconitus, An. Barbirostus, An. Subpictus, An.
Nigerimus, An. Sinensis
Kawasan kaki gunung & gunung An. Bolabacensis, An. Maculatis

Perilaku Anophelini
1.
Yang mempengaruhi aktivitas adalah kelembabab udara dan suhu
2.
Night Bitters
3.
Jarak terbang 0,5 3 Km, dipengaruhi transportasi dan kencangnya angin
A.
Umur nyamuk dewasa di alam bebas belum diketahui, sedangkan di lab. 3 5
Minggu.

Epidemiologi Anophelini

Penentuan vektor malaria didasarkan atas penemuan sporozit malaria di kelanjar


liur Anophelini yang hidup di alam bebas, melalui pembedahan nyamuk itu

Faktor yang perlu diketahui dalam penentuan vektor di daerah endemik :


1.
Kebiasaan nyamuk menghisap darah manusia

2.
Lama hidup nyamuk betina dewasa lebih dari 10 hari
3.
Nyamuk dengan kepadatan yang tinggi dan mendominasi spesies lain yang
ditemukan
4.
Hasil infeksi percobaan di laboratorium menunjukkan kemampuan
mengembangkan plasmodium menjadi stadium sporozit.

Prevalensi kasus malaria tiap daerah endemi berbeda-beda tergantung prilaku


spesies yang jadi vektor.

Cara pemberantasan malaria :


1.
Mengobati penderita malaria
2.
Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara Anophelini dengan manusia
3.
Menjadikan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan
yang berkaitan dengan pemusnahan tampat perindukan dan penempatan kandang ternak antara
tempat perindukan dan rumah.
2. Kutu
a.
Definisi
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa gatal hebat dan
bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh.
b.

Penyebab

Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular
dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang
lainnya.
Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya
merupakan spesies yang berlainan. Kutu kemaluan memiliki badan yang lebih lebar dan lebih
pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu badan. Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya
ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang
bersentuhan dengan kulit.
Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang
digunakan bersama-sama. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut.
Kutu kepala sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya
menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal
di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam
kambuhan.

Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan
seksual.
c.
Morfologi dan Siklus Hidup
Kutu rambut dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna putih abu-abu, kepala
ovoid bersudut, abdomen terdiri dari 9 ruas, Thorax dari khitir seomennya bersatu. Pada kepala
tampak sepasang mata sederhana disebelah lateral, sepasang antenna pendek yang terdiri atas 5
ruas dan proboscis, alat penusuk yang dapat memanjang. Tiap ruas thorax yang telah bersatu
mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit
menyerupai kait yang berhadapan dengan tinjolan tibia untuk berpegangan erat pada rambut.
Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf V.
Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf V
terbalik. Pada ruas abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2
tonjolan genital di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah telur
yang diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir.
Nimfa berbentuk seperti kutu rambut dewasa, hanya bentuknya lebih kecil. Telur
berwarna putih mempunyai oper culum 0,6-0,8 mm disebut nits. Bentuknya lonjong dan
memiliki perekat, sehingga dapat melekat erat pada rambut. Telur akan menetas menjadi nimfa
dalam waktu 5-10 hari.
Lingkaran hidup kutu rambut merupakan metamorfosis tidak lengkap, yaitu telur-nimfadewasa. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh
induk kutu rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu
rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa
dapat hidup 27 hari lamanya.
d.
Patogenesis dan Gejala Klinis
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan kutu rambut pada waktu menghisap
darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau kuduk. Air liur yang merangsang
menimbulkan papula merah dan rasa gatal yang hebat.
e.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan kutu).
Kutu betina melepaskan teluar berwarna abu-abu keputihan yang berkilau dan tampak sebagai
butiran kecil yang menempel di rambut.
Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan pada rambut badan, tetapi juga
pada lipatan baju yang bersentuhan dengan kulit.
f.
Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan paling
nyaman.
Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu
tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Kadang digunakan piretrin.
Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat
tersebut harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas.

Malathion tersedia dalam bentuk lotion 0,5% dan 1% digunakan untuk kutu di kepala
selain itu pula dapat digunakan anti parasit lainnya seperti Ivermectin, Lindane, Isopropyl
myristate , Spinosad.
Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati; kutu biasanya diambil dengan
menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu
mata.
Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian,
penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusi
3.larva lalat
a.

Penyebab

Miasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat tubuh manusia atau
binatang vertebrat. Larva itu hidup dari jaringan mati dan atau jaringan hidup, cairan
badan atau makanan di dalam usus hospes. Menurut sifat larva lalat sebagai parasit,
miasis dibagi menjadi :
1.
Miasis spesifik ( obligat ). Pada miasis ini larva hanya dapat hidup pada jaringan
tubuh manusia dan binatang. Telur diletakkan pada kulit utuh, luka, jaringan sakit atau
rambut hospes. Contoh : larva Callitroga macellaria, Chrysomyia bezziana.
2.
Miasis semispesifik (fakultatif). Pada miasius ini larva lalt selain dapat hidup pada
bagian bisuk dan sayuran busuk, dapat hidup juga pada jaringan tubuh manusia, misalnya
: larva Wohlfahrtia magnifica.
3.
Miasis aksidental. Pada miasis ini telur tidak diletakkan pada jaringan tubuh
hospes, tetapi pada makanan atau minuman, yang secara kebetulan tertelan lalu di usus
tumbuh menjadi larva. Contoh : larva Musca domestica dan Piophila casei.
Secara klinis miasis dibagi menjadi :
1.
Miasis kulit/ subkutis. Larva yang diletakkan pada kulit utuh atau luka mampu
membuat teerowongan yang berkelok-kelok sehingga terbentuk ulkus yang luas. Contoh :
larva Chrysomyia bezziana.
2.
Miasis nasofaring. Biasanya terjadi pada anak dan bayi, khususnya mereka yang
mengeluarkan secret dari hidungnya dan yang tidur tanpa kelambu. Larva mampu
menembus kulit dan menembus ulkus. Dari seorang dewasa pernah dikeluarkan 200 ekor
larva lalat. Contoh : larva Chrysomyia bezziana dan larva Hypoderma lineatum.
3.
Miasis intestinal. Sebagian besar terjadi secara kebetulan karena menelan makanan
yang terkontaminasi telur atau larva lalat. Telur menetas menjadi larva di lambung dan
menyebabkan rasa mual, munta, diare dan spasme abdomen. Larva juga dapat

menimbulkan luka pada dinding usus. Contoh : larva Musca domestica dan Piophila
casei.
4.
Miasis urogenital . Beberapa spesies lalat pernah ditemukan dalam vagina dan urin.
Miasis ini dapat menyebabkan piuria, uretritis, dan sistitis. Contoh : larva Musca
domestica dan larva Chrysomyia bezziana.
5.
Miasis mata ( oftalmomiasis ). Larva dapat mengembara di jaringan dan bagian lain
dari mata. Contoh : Chrysomyia bezziana.
b.

Morfologi dan siklus hidup


Lalat
termasuk
dalam
kelompok
serangga
yang
berasal
dari
subordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur
tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang
sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang). Lalat
mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya. Meskipun demikian,
biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya lalat.
Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu
adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat
peka terhadap gerakan. Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga
dimensi yang akurat. Model penglihatan lalat ini juga menjadi ilham bagi ilmuwan
kedokteran untuk menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi
ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata
lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang
tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari
musuhnya, terutama di lingkungan gelap.
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat
dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur
ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab
(basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab
menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa
yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang
optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur
menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat
dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.
c.

Gejala klinis
Gejala klinis myasis sangat bervariasi dan tidak spesifik tergantung pada bagian
tubuh yang diinfestasi larva, yaitu demam, inflamasi, pruritus, pusing, vertigo,
pembengkakan, dan hipereosinofilia. Kondisi tersebut dapat diperparah dengan adanya
infeksi sekunder oleh bakteri. Penanganan myasis pada hewan cukup praktis
dibandingkan dengan manusia yang umumnya dilakukan dengan pembedahan (operasi)
pada bagian tubuh yang terserang.
d.

Diagnosis

Diagnosis dibuat dengan menemukan larva lalat yang dikeluarkan dari jaringan
tubuh, lubang tubuh atau tinja dilanjutkan dengan diagnosis spesies dengan cara
melakukan identifikasi spirakel posterior larva. Cara lain adalah dengan memelihara larva
hingga menjadi lalat dewasa lalu diidentifikasi.
e.

Pengobatan
Tindakan medis yang akan dilakukan pada kondisi myasis adalah membersihkan
luka dari kotoran dan belatung. Kemudian dilakukan kuretasi untuk membersihkan
jaringan yang mati, baru kemudian dijahit bila memungkinkan. Tentu terlebih dahulu
diberikan antibiotika seperlunya untuk menghentikan infeksi dan mempercepat
kesembuhan. Apabila kerusakan hanya tebatas pada jaringan otot, tingkat
kesembuhannya cukup tinggi. Dalam waktu kurang lebih seminggu setelah dilakukan
tindakan medis biasanya luka sudah sembuh. Namun apabila kerusakan mengenai organ
tubuh yang lain, misalnya organ dalam ( rongga dada atau rongga perut ), tingkat
kesembuhannya tergantung pada tingkat kerusakan organ tersebut. Apabila mengenai
bola mata bisa menjadi buta. Jika menyerang telinga bisa menjadi tuli
Pengobatan myasis dapat dilakukan dengan cara perendaman (dipping) rutin dua
kali seminggu dengan mencampur 6 liter Ecoflee dengan 3 m 3 air. Larutan ini dapat
digunakan selama 1,5 tahun dan dilaporkan cukup efektif untuk pengendalian penyakit
myasis. Berbagai preparat telah dicoba untuk mengobati ternak yang menderita myasis
yaitu asuntol, lezinon, rifcord 505 dan campuran kapur, bensin serta vaselin. Ramuan
yang dilaporkan cukup efektif untuk pengobatan myiasis di Makasar, yaitu campuran dari
50 gr Iodium, 200 ml alkohol 75% dan 5 ml Ecoflee yang selanjutnya ditambah air
hingga 1 liter. Ramuan ini langsung dioleskan pada luka yang mengandung larva
sehingga larva keluar dan luka menjadi mengecil. Pengobatan ini dilakukan dua kali
dalam seminggu (Mahmud, 2008). Sedangkan yang pengobatan yang diterapkan di
BPTU Indrapuri adalah dengan membersihkan luka, selanjutnya dilakukan pemberian
antibiotik Penstrep dan atau Vet-Oxy, dan disemprot dengan Gusanex dan atau Limoxsin
spray.
Miasis pada mayat
Setelah meninggal dunia , tubuh manusia akan mengalami pembusukan sehingga
mengeluarkan bau busuk. Bau busuk tersebut menarik berbagai spesies serangga
terutama lalat untuk hinggap dan berkembang biakpada mayat. Bila siklus hidupnya
diketahuimaka infestasi serangga pada mayat dapat digunakan untuk memprakirakan saat
kematian.
Untuk memprakirakan saat kematian, telur dan larva diambil dari satu tempat
saja. Sebagian larva diawetkan dalam asetil alcohol dan sebagian dipelihara sehingga
menjadi lalat dewasa. Identifikasi spesies lalat dilakukan dengan membuat sediaan
spirakel posterior larva lalat dan atau mengidentifikasi lalat dewasa berdasarkan kunci
identifikasi.
Sebagian contoh, pada mayat ditemukan larva Chrysomyia megacephala stadium III.
Stadium tersebut menunjukan bahwa larva lalat telah berumur 6 hari, berarti mayat
tersebut minimal telah mati selama 6 hari.

2.5. Pengendalian Vektor


Dalam buku Parasitologi kedokteran karya Arjatmo Tjokronegoro dikemukakan
bahwa tujuan pengendalian vektor adalah :
1.Mengurangi atau menekan populasi vektor serendah rendahnya sehingga tidak
berarti lagi sebagai penular penyakit.
2.Menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia.
Pengendalian vektor dapat digolongkan dalam pengendalian alami (Natural
control ) dan pengendalian buatan ( Artifical applied control )
1.Pengendalian Secara Alami.
Pengendalian ini yaitu berhubungan dengan faktor-faktor ekologi yang bukan
merupakan tindakan manusia. Faktor faktor tersebut diantaranya adalah topografi,
ketinggian, iklim, dan musuh alami.
2.Pengendalian Secara Buatan.
Cara pengendalian ini adalah cara pengendalian yang dilakukan atas usaha
manusia dan dapat dibagi menjadi :
a.Pengendalian Lingkungan ( Environment Control )
Pengendaliandilakukan dengan cara mengelola lingkungan ( environment
management ) yaitu memodifikasi atau memanipulaasi lingkungan, sehingga terbentuk
lingkungan yang tidak cocok ( kurang baik ) yang dapat mencegah atau membatasi
perkembangan vektor.
b.Pengendalian Kimiawi
Pengendalian ini menggunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga
(insektisida ) atau hanya untuk menghalau serangga.
c.Pengendalian Mekanik
Pengendalian ini dilakukan dengan cara menggunakn alat Yang langsung dapat
membunuh, menangkap atau menghalau serangga. Contohnya seperti menggunakan baju
pelindung, memasak kawat kasa dijendela merupakan cara untuk menghindarkan
hubungan ( kontak ) antara manusia dan vektor.
d.Pengendalian Fisik
Pengendalian ini menggunakan alat fisika untuk pemanasan, pembukuan dan
penggunaan alat listrik untuk pengadaan angin, penyinaran cahaya yang dapat membunuh
atau untuk menggangu kehidupan serangga.

e.Pengendalian Biologi
Dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi
serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vektor atau hospes
perantara. Beberapa parasit dari golongan nematoda, bakteri , protozoa, jamur dan virus
dapat dipakai sebagai pengendali larva nyamuk. Arthropoda juga dapat dipakai sebagai
pengendali nyamuk dewaasa. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendali larva

nyamuk terdiri dari beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran lebih besar, juga
larva capung dan crustaceae.
f. Pengendalian Genetika
Pengendalian tujuan mengganti populasi serangga yang berbahaya dengan
populasi baru yang tidak merugikan. Beberapa cara dalam pengendalian ini seperti
mengubah kemampuan reproduksi dengan jalan memandulkan serangga jantan.
Pemandulan ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia.
2.6. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan
untuk membunuh serangga.
Menurut bentuknya insektisida dapat berupa bahan padat, larutan dan gas,
sedangkan menurut cara masuknya ke dalam serangga, insektisida dibagi dalam :
1.Racun Kontak.
Insektisida masuk kedalam tubuh serangga dengan perantara tarsus ( jari- jari kaki
) pada waktu istirahat dipermukaan yang mengandung residu insektisida. Pada umumnya
dipakai untuk memberantas serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap.
2.Racun Perut.
Insektisida masuk kedalam badan serangga melalui mulut, jadi harus dimakan.
Biasanya serangga yang diberantas dengan menggunakan insektisida ini mempunyai
bentuk bentuk mulut untuk menggigit, lekat isap, karet isap dan bentuk menghisap.
3.Racun Pernafasan.
Insektisida masuk melalui sistem pernafasan dan juga melalui permukaan badan
serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa
harus memperhatikan bentuk mulutnya. Penggunaan insektisida ini harus hati- hati sekali
terutama bila digunakan untuk memberantas serangga di ruang tertutup.
Berikut beberapa Jenis jenis Insektisida
1.Fenitrotion 40 wp.
Digunakan untuk pengendalian vektor malaria ( Anopheles sp ), Bersifat sedikit
menguap, penggunaanya dengan penyemprotan residu di dinding rumah.
2.Temofos.
Digunakan untuk pengendalian larva Aedes Aegypti., nama dagangnya abate 1%.
Penggunaannya dengan cara ditaburkan pada tempat penampungan air atau bak mandi.
3.Malation.
Digunakan untuk memberantas Nyamuk dewasa, Penggunaanya dengan cara
penyemprotan, Biasanya digunakan untuk fogging.
4.Dieldrin.
Digunakan sebagai residual spray bersama-sama dengan DDT dan BHC untuk
pemberantasan nyamuk malaria, jika dalam penggunaanya kurang hati-hati dapat
mengakibatkan terjadinya absorbsi melalui kulit, Dieldrin digunakan untuk

pemberantasan serangga yang telah resisten terhadap DDT, yaitri lalat, nyamuk, lipas,
semut dan juga triatoma.
5.Bediocarp.
Tergolong insektisida yang mempunyai efek bunuh yang cepat terhadap serangga,
digunakan terutama untuk pengendalian vektor malaria dan vektor penyakit Chages.
Dapat pula digunakan untuk penggendalian serangga lain seperti lalat, pinjal, sengkenit,
lipas dan kutu busuk.

DAFTAR PUSTAKA
Tjokronegoro, Arjatmo dan Utama, Hendra. 1998. Parasitologi Kedokteran. JAKARTA :
FKUI.
Iskandar Adang dkk. 1985. Pemberantasan serangga dan Binatang pengganggu.
JAKARTA: APK-TS.
, 2008, Entomologi. http://id.wikipedia. Org/ wiki/Entomologi. Diambil pada tanggal
desember 2012.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vector, kelainan dan penyakit
yang disebabkan oleh arthropoda.
Menurut ukuran besarnya peran dalam ilmu kedokteran serangga dapat dibagi
dalam golongan :
1.Yang menularkan penyakit ( vector dan hospes perantara )
2.Yang menyebabkan penyakit ( parasit )
3.Yang menimbulkan kelainan karena toksin yang dikeluarkan
4.Yang menyebabkan alergi pada orang yang rentan.
5.Yang menimbulkan entomofobia ( perasaan takut terhadap serangga, rasa takut
disebabkan oleh bentuknya atau karena gerakannya )
3.2 Saran
Penulis menyarankan, agar bagi seorang perawat harus mengetahui dan
memahami tentang entomologi kesehatan.
Makalah ini juga dapat digunakan sebagai tambahan bahan bacaan.
Penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Tugas Kelompok

PARASITOLOGI
Entomologi
Di susun Oleh :

P201101055
P201101056
P201101057
P201101058
P201101239
P201101062
P201101067
P201101069
P201101070
P201101072
P201101075

Yatin Lestari
Gadang Tri Sutaat
Salmi Taena
Sukrianti
Ermisani
Vita Sernavianti
Chendana Handisyam
Halidja
Masita
Adhim Prasetyo
Fitriani

Kelas E1
Keperawatan

Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Mandala Waluya
Kendari
2013
Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai