Anda di halaman 1dari 18

OPTIMISASI EKONOMI

MAKSIMASI NILAI PERUSAHAAN


Dalam

ekonomi

manajerial,

tujuan

pokok

manajemen

adalah

memaksimalkan nilai perusahaan yang merupakan pekerjaan yang kompleks


karena mencakup faktor-faktor penentu penerimaan, biaya, dan tingkat diskonto
untuk setiaptahun pada masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut saling
berhubungan satu sama lain sehingga membuat masalah ini menjadi lebih rumit.
TR TC
t
t 1 (1 i )

Laba

t
t 1 1 i
VALUE =

Dimana:
TR = Total Revenue (total pendapatan)
TC = Total Cost (total biaya)
TR = P x Q.
Memaksimumkan persamaan seperti diatas mencakup beberapa faktor, yaitu
Penerimaan. Biaya, dan Tingkat diskonto tiap tahun pada masa yang akan datang.
Penerimaan total (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan oleh
jumlah produk yang terjual dan harga jualnya. Berarti TR adalah harga pokok (P)
dikalikan dengan kuantitas (Q) atau TR= P x Q. Faktor2 yang mempengaruhinya
yaitu: pemilihan produk yang dirancang perusahaan, pengolahannya, dan
penjualannya; strategi periklanan yang digunakan; kebijakan harga yang
ditetapkan; bentuk perekonomian yang dihadapi; dan sifat persaingan yang ada
dipasar. Jadi penerimaan mempertimbangkan permintaan maupun penawaran.
Analisis biaya memerlukan penelaahan sistem-sistem produksi alternatif,
pilihan-pilihan teknologi, kemungkinan-kemungkinan input yang digunakan, dst.
Harga faktor-faktor produksi berperanan penting dalam penentuan biaya, dan oleh
karena itu masalah penawaran faktor-faktor produksi juga penting untuk
dipertimbangkan.

Adapula hubungan antara tingkat diskonto dengan product mix, asset fisik,
dan struktur keuangan suatu perusahaan. Faktor-faktor ini mempengaruhi biaya
dan tersedianya sumber daya keuangan bagi perusahaan tersebut, dan akhirnya
menentukan tingkat diskonto yang digunakan oleh para investor untuk
menetapkan nilai untuk perusahaan tersebut.
Untuk menentukan tindakan yang optimal, maka keputusan berkenaan
dengan pemasaran, produksi, dan keuangan harus seperti halnya dengan
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan SDM, distribusi produk, dll
digabungkan dalam suatu sistem yang terpadu dimana setiap tindakan akan
mempengaruhi seluruh bagian perusahaan tersebut. Untuk keputusan sehari-hari,
teknik optimisasi parsial yang lebih sederhana sering digunakan. Optimisasi
parsial menyarikan komplesitas dari proses pengambilan keputusan yang terpadu
itu dan hanya memusatkan kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas didalam
berbagai departemen dari perusahaan tersebut. Misalnya, departemen pemasran
seringkali diharuskan untuk menetapkan biaya periklanan minimum yang bisa
mencapai tujuan penjualan, sesuai dengan lini produk (produk line) perusahaan
dan kendala-kendala harga pasar. Sama juga halnya, departemen produksi
diharapkan untuk meminumkan biaya produksi dengan kualitas yang sama, hal ini
untuk mencapai keputusan yang optimal.
Proses pengambilan keputusan yang rumit, baik dalam masalah optimasi
terpadu ataupun parsial terjadi dalam dua tahap. Pertama, seseorang harus
menyajikan hubungan ekonomi tersebut dalam satu bentung yang bisa dianalisis,
ini berarti bahwa penyajian masalah tersebut dalam hubungan analitis. Kedua,
seseorang harus menerapkan berbagai teknik untuk menentukan penyelesaian
yamg optimal.
METODE PENYAJIAN HUBUNGAN EKONOMI
Hubungan-hubungan ekonomi seringkali disajikan dalam bentuk persamaan,
tabel, dan grafik. Mungkin cara yang paling mudah untuk mempelajari hubungan
ekonomi dan memahami optimasi ekonomi adalah dengan menelaah beberapa
bentuk hubungan fungsional yang berperan penting dalam model dasar penilaian.

Model Persamaan

Perhatikan hubungan antara jumlah produk yang dijual (Q) dengan


penerimaan total (TR). Dengan menggunakan notasi fungsional, hubungan
tersebut dapat dituliskan seperti berikut:
TR = f(Q)
Nilai dari variabel dependen (TR) ditentukan oleh variabel independen (jumlah
produk yang terjual atau Q); persamaan tersebut hanya menunjukan adanya suatu
hubungan. Namun suatu hubungan fungsional yang lebih khusus diberikan oleh
persamaan:
TR = P x Q
Disini P menunjukan harga tiap unit yang terjual, dan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen ditetapkan secara tepat.

Model Tabel dan Grafik


Selain model persamaan, model tabel dan grafik seringkali digunakan untuk

menyajikan hubungan-hubungan ekonomi. Contoh nya pada tabel 2.1 tabel ini
menunjukan hubungan fungsional yang sama dengan persamaan TR = P x Q serta
gambar 2.1 yang menyajikan grafik berdasarkan pada persamaan tersebut.
Tabel 2.1
Hubungan Antara TR dengan Q :
TR = P x Q (dimana nilai P adalah konstan Rp 150,00)
Jumlah unit yang terjual
1
2
3
4
5
6

Gambar 2.1
Grafik Hubungan Antara TR dengan Q

Total Revenue (TR)


Rp 150,00
Rp 300,00
Rp 450,00
Rp 600,00
Rp 750,00
Rp 900,00

HUBUNGAN ANTARA NILAI TOTAL, RATA-RATA, DAN MARGINAL


Hubungan marginal didefinisikan sebagai perubahan variabel dependen dari
suatu fungsi yang disebabkan oleh perubahan salah satu variabel independen
sebesar satu unit. Dalam fungsi TR, penerimaan marginal (MR) adalah perubahan
penerimaan total yang disebabkan oleh perubahan satu unit barang yang dijual.
Tabel 2.2
Hubungan Antara Nilai Total, Marginal, dan Rata-Rata Untuk Sebuah
Fungsi Laba
Q
0
1
2
3
4
5
6
7
8

Laba Total
Rp 0
Rp 19
Rp 52
Rp 93
Rp 136
Rp 175
Rp 210
Rp 217
Rp 208

Laba Marginal
Rp 19
Rp 33
Rp 41
Rp 43
Rp 39
Rp 35
Rp 7
Rp -9

Laba Rata-Rata
Rp 19
Rp 26
Rp 31
Rp 34
Rp 35
Rp 35
Rp 31
Rp 26

Hubungan Antara Nilai Total dengan Marginal


Hubungan antara nilai total dengan marginal dalam anaisis pengambian

keputusan berperan penting, karena jika nilai marginal tersebut negatif, maka nilai
total akan menurun.
Data pada tabel 2.2 menjelaskan bahwa laba marginal pada output 1 sampai
output 7 adalah postif, dan aba total meningkat jika output meningkat pada
kisaran output tersebut. Namun karena pada output ke 8 pada laba marginal
menunjukan nilai yang negatif, maka laba akan menurun jika output dinaikan
mencapai tingkat tersebut. Hal ini terjadi karena memaksimasi fungsi aba atau
apa saja terjadi pada titik dimana hubungan marginal bergeser dari positif ke
negatif.

Hubungan Antra Nilai Rata-Rata dengan Marginal


Hubungan antara nilai rata-rata dengan nilai marginal juga penting dalam

analisis pembuatan keputusan manajerial. Hal ini disebabkan karena nilai


marginal menunjukan perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal tersebut
lebih besar dari nilai rata-rata, maka nilai rata-rata tersebut sedang menaik.
Data pada tabel 2.2 menunjukan untuk ouput yang ke 2 sampai yang ke 5,
laba marginal lebih besar dari laba rata-rata, dan pada setiap tingkat output laba
rata-rata meningkat, walaupun dari unit output yang ke 4 ke unit output 5 laba
marginal turun dari Rp 43 menjadi Rp 39, tetapi laba marginal tersebut masih
lebih besar laba rata-rata pada tingkat output sebanyak 4 unit (Rp 34). Oleh karena
itu, sepanjang nilai marginal itu berada diatas nilai rata-rata, maka nilai rata-rata
tersebut akan naik. Laba marginal pada output sebanyak 6 unit adalah Rp 35,
sama dengan laba rata-rata pada 5 unit, demikian pula laba rata-rata tidak berubah
antara output sebesar 5 dan 6 unit. Akhirnya, laba marginal dari output yang ke 7
dibawah laba rata-rata pada output sebesar 6 unit dan menyebabkan laba rata-rata
turun.

Grafik yang menunjukan hubungan antaar nliai total, marginal, dan rata-rata

Perhatikan bahwa kurva laba total naik dari titik asal menuju titik C. Oleh
karena, garis-garis yang digambarkan yang bersinggungan dengan kurva laba total
menjadi lebih curam jika titik singgung tersebut mendekati C, maka laba marginal
naik sampai titik singgung tersebut. Ini juga dilukiskan pada gambar (b) dimana
kurva laba marginal mengkat sampai pada tingkat output Q1, sama dengan titik C
pada kurva laba total. Pada titik C tersebut, slope kurva laba total adalah
maksimu. Oleh karena itu laba marginal adalah maksimum pada titik itu. Antara
titik C dan E laba total terus meningkat karena aba marginal masih tetap postif
walaupun sudah turun. Pada titik E kurva aba total berslope nol dan hal ini berarti
tidak terjadi kenaikan maupun penurunan laba. Oleh karena itu, laba marginal
pada titik E tersebut ( output Q3 pada gambar b) sama dengan nol dan laba total

menjadi maksimum. Setelah melampaui titik E kurva laba total berslope negatif
dan laba marginal menjadi negatif.
Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara
nilai marginal dengan rat-rata juga ditunjukan pada gambar (b). Pada tingkat
output yang rendah, dimana kurva laba marginal terletak diatas kurva laba ratarata, maka kurva laba rata-rata sedang menaik. Walaupun laba marginal mencapai
titik maksimum pada ouput Q1 dan kemudian turun, tetapi kurva laba rata-rata
terus meningkat sepanjang kurva laba marginal masih diatasnya. Pada tingkat
output Q2, laba marginal sama dengan laba rata-rata, dan pada saat itu laba ratarata mencapai nilai maksimumnya. Setelah melampaui otput Q2, kurva laba
marginal terletak di bawah kurva laba rata-rata, dan kurva laba rata-rata tersebut
mulai turun.
KALKULUS DEFERENSIAL
Walaupun tabel dan grafik bermanfaat untuk menjelaskan konsep hubungan
ekonomi, tetapi persamaan seringkali lebih cocok untuk digunakan dalam proses
pemecahan masalah. Salah satu alasannya adalah bahwa teknik analisis kalkulus
diferensial bisa digunakan untuk menemukan nilai maksimum dan minimum dari
suatu fungsi tujuan secara efisien melalui analisis marginal. Selain itu, konsep
kalkulus dasar mudah dikembangkan untuk masalah pengambilan keputusan
dimana pilihan-pilihan yang ada bagi pembuatan keputusan dibatasi oleh beberapa
kendala.
Konsep Turunan
Kita telah mendefenisikan nilai marginal sebagai perubahan nilai variabel
dependen yang disebabkan oleh perubahan satu unit suatu variabel independen.
Perhatikan fungsi Y=f(X). Dengan menggunakan(data) sebagai tanda perubahan,
kita bisa menunjukkan perubahan nilai variabel independen (X) dengan notasi X
dan perubahan variabel dependen (Y) dengan notasi Y.
Perbandingan Y/X menunjukkan suatu spesifikasi umum dari konsep

marginal : Marginal Y =

y
x

Perubahan Y yaitu Y dibagi dengan perubahan X yaitu X menunjukkan


perubahan variabel dependen yang disebabkan oleh perubahan satu unit nilai X.
Secara konseptual, suatu turunan(derivative) merupakan suatu spesifiksi
yang tepat dari hubungan marginal secara umum, Y/X. Untuk mendapatkan
sebuah turunan kita harus mendapatkan nilai dari rasio Y/X untuk suatu
perubahan variabel yang sangat kecil.

Notasi matematis untuk sebuah turunan adalah :


dy
y
=lim
dx x 0 x
Konsep turunan sebagai limit dari suatu rasio adalah sama dengan slope dari
sebuah kurva pada sebuah titik. Gambar 2.4 menunjukkan konsep tersebut dengan
menggunakan kurva yang sama dengan gambar 2.3. perhatikan bahwa pada
gambar 2.4 slope rata-rata dari kurva tersebut antara titik A dan D dihitung dengan
cara berikut :
y Y 4Y 1
=
x X 4X 1
Dan ditunjukkan sebaga slope dari garis yang menghubungkan kedua titik
tersebut. Sama juga halnya, slope rata-rata dari kurva tersebut bisa dihitung

sepanjang interval-interval X yang semkain mengecil dan ditunjukkan oleh garisgaris penghubung lainnya, seperti yang menghubungkan titik B dan C dengan D.
Pada limitnya jika X mendekati nol, maka perbandingan Y/X samadengan
slope dari sebuah garis yang bersinggungan dengan kurva tersebut pada titik D.
Slope dari garis singgung ini didefinisikan sebagai turunan( dY/dX) fungsi
tersebut pada titik D; slope itu menunjukkan perubahan marginal Y yng
disebabkan oleh suatu perubahan X hyang sangat kecil pada titik tersebut.
Gambar 2.4

Misalkan , variabel dependen Y adalah penerimaan total (TR), dan variabel


independen adalah output. Maka turunan dY/dx menunjukkan bagaimana
hubungan antara penerimaan dengan output pada suatu tingkat output tertentu.
Oleh karena perubahan penerimaan output didefinisikan sebagai penerimaan
marginal (MR), maka turunan TR samadengan MR tingkat output tertentu.
Keadaan yang sama terjadi untuk biaya total atau total cost (TC): turunan
fungsi TC pada setiap tingkat output menunjukkan biaya marginal atau marginal
cost (MC) ;pada output tersebut.
KAIDAH-KAIDAH PENURUNAN SUATU FUNGSI
Mencari turunan dari suatu fungsi bukanlah merupakan pekerjaan yang
sulit. Rumus-rumus atau kaidah-kaidah dasar untuk pendeferensiasian disajikan
dibawah ini.
A. Kaidah Konstanta

Turunan dari konstanta selalu nol, oleh karena itu jika Y = sebuah konstanta, maka
:
dy
=0
dx
Keadaan ini digambarkan pada gambar 2.5 untuk y=2. Oleh karena Y
didefinisikan sebagai konstanta, mala nilainya tidak berubah-ubah walaupun X
berubah, dan karena itu dY/dX pasti samadengan nol.
Gambar 2.5

B. Kaidah Pangkat
Turunan dari fungsi pangkat seperti Y = a X

b,

dimana a dan b merupakan

konstanta adalah samadengan pangkat (eksponen) b dikalikan dengan koefisien a


dikalikan dengan variabel X pangkat b-1 :
Y=a
dy
dx

= b.a. X (b-1)

C. Kaidah Penjumlahan Dan Selisih


Notasi berikut ini akan digunakan terus sampai akhir bab ini untuk
menunjukkan sejumlah aturan diferensiasi :
U = g (X) : U adalah g fungsi X
V = h (X) : V adalah h fungsi X
Turunan dari suatu penjumlahan (atau selisih) sama dengan jumlah (atau
selisih) dari turuna secara individual. Oleh karena itu, jika Y = U + V maka :

dy dU
=
dx dX

dV
dX

Misalkan, U= g(X) =2X, V = h(X)= -X dan Y= U + V = 2X - X


Maka :

dy
dx = 4X 3X

Turunan fungsi yang pertama (2X) samadengan 4X diperoleh melalui


kaidah pangkat; turunan fungsi yang kedua (-X) samadengan 3X diperoleh
dengan cara yang sama; dan turunan fungsi secara total merupakan jumlah dari
turunan-turunan dari bagian-bagiannya.
D. Kaidah Perkalian
Turunan dari perkalian antara dua fungsi adalah samadengan fungsi yang
pertama dikalikan dengan turunan dari fungsi fungsi yang kedua, ditambah
dengan fungsi yang kedua dikaliakn fungsi yang pertama. Oleh karena itu, jika Y
= U . V maka :
dy
dV
=U
dx
dX

+V

dU
dx

dV
dU

Misalnya, jika Y = 3X ( dX ) + (3-X) ( dx


= 3X(-1) + (3-X)(6X)
= -3X + 18X 6X
= 18X 9X
Faktor yang pertama 3X dikalikan dengan turunan dari faktor yang kedua
-1, dan ditambah dengan faktor yang kedua (3-X) dikalikan dengan turunan faktor
yang pertama 6X.
E. Kaidah Hasil Bagi
Turunan dari hasil bagi dari suatu fungsi adalah sama dengan penyebut yang
dikalikan dengan turunan pembilang, dikurangi dengan pembilang dikalikan
dengan turunan penyebut, dan kemudian semuanya dibagi dengan penyebut
kuadrat. Maka, jika Y = U/V, maka:

dy
=
dx

V.

dU
dV
U .
dX
dX
2
v

F. Kaidah Rantai
Turunan sebuah fungsi dari sebuah fungsi diperoleh dengan cara. Jika Y = f
(U), dimana U =g(X), maka :
dy dY
=
dx dU

dU
dX

Misalkan , Y = 2U - U, dan U =2X, maka bisa mendapatkan dY/dX


dengan cara berikut :
Langkah 1
dY
dU

= 2 2U

Dengan mensubstitusikan nilai U diperoleh :


dy
dx

= 2 2(2X)

= 2 4X
Langkah 2
dU
dX

= 6X

Langkah 3
dy
dx =

dY
dU

dU
dX

= ( 2 4X) 6X
5
= 12X - 24 X
MEMAKSIMALKAN DAN MEMINIMALKAN FUNGSI
Jika suatu fungsi berada pada keadaan maksimum atau minimum, maka
slopenya atau nilai marginalnya pasti nol. Turunan suatu fungsi ditunjukkan oleh
slope atau nilai marginalnya pada suatu titik tertentu. Oleh karena itu, maksimisasi
atau minimisasi dari suatu fungsi terjadi jika turunannya sama dengan nol.

Fungsi laba: =10.000+400 Q2Q


Disini

laba total dan Q adalah jumlah output. Jika output sama

dengan nol, maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar Rp10.000,00(biaya tetap
atau fixed cost adalah Rp10.000,00). Tetapi jika output menungkat, maka laba
juga akan meningkat. Titik impas atau break event point dicapai pada saat output
berjumlah 29 unit. Laba maksimum dicapai pada saat output sebesar 100 unit dan
setelah itu laba menurun.

Tingkat output yang memaksimumkan laba bisa diperoleh dengan


menghitung nilai dari fungsi tersebut. Laba maksimum juga dapat diperoleh
dengan mendapatkan turunan(marginal) dari fungsi laba tersebut, kemudian
menentukan nilai Q yang membuat turunan(marginal) tersebut sama dengan nol.
Laba Marginal:
M

d
dQ

= 400 4Q

Dengan menyamakan turunan tersebut sama dengan nol maka:


400-4Q
4Q
Q

= 0
= 400
= 100 unit

Oleh karena itu, jika Q=100, maka laba marginal sama dengan nol dan laba total
adalah maksimum.
Pembedaan Nilai Maksimum dengan Nilai Minimum

Masalah akan muncul jika turunan digunakan untuk menentukan nilai


maksimum atau minimum. Agar suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum,
maka fungsi tersebut harus tidak dalam keadaan menaik atau menurun, oleh
karena itu slopenya harus sama dengan nol. Namum demukian, karena nilai
marginal akan menjadi nol baik untuk nilai maksimum maupun minimum dari
suatu fungsi, maka analisis selanjutnya perlu untuk menentukan apakah nilai
maksimum atau minimum tersebut telah ditemukan. Konsep turunan kedua
digunakan untuk membedaan nilai maksimum dengan minimum dari suatu fungsi.
Turunan kedua merupakan turunan dari turunan pertama. Jika laba total
ditunjukan oleh persamaan
=a bQ+ cQ2dQ 3

Turunan pertama yang merupakan fungsi laba:


d
dQ

= M =b+2 cQ3 dQ 2

Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal:
d 2 dM
=
=2 c6 dQ
dQ 2 dQ
Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka turunan
kedua tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut yakni slope dari
kurva laba marginal. Kita bisa menggunakan turunan kedua tersebut untuk
membedakan titik maksimum dan minimum. Jika turunan kedua dari sebuah
fungsi negative maka titik yang ditentukan adalah maksimum, demikian
sebaliknya.
Sebuah contoh dengan bilangan akan memperjelas konsep ini. Misalkan
fungsi laba total ditunjukkan oleh fungsi berikut:
2
3
Laba total ( =30002.400 Q+350 Q 8,333 Q

Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut:
Laba marginal (m

d
2
=2.400+700Q25 Q
dQ

Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik di mana turunan
pertama tersebut(laba marginal) sama dengan nol, maka:

d
2
=2.400+ 700Q25 Q =0
dQ

Penggunaan Turunan Untuk Memkasimumkan Selisih Antara Dua Fungsi

Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro adalah MR = MC agar laba


maksimum dapat dicapai. Contoh : perhatikan fungsi penerimaan, biaya, dan laba
berikut ini. Misalkan: TR = 41,5Q 1,1 Q
2

Q + 0,02Q

; Laba total = =TR TC

; TC = 150 + 10Q 0,5

, maka:

Tingkat output yang bisa memaksimumkan laba tersebut bisa diperoleh


dengan mensubtitusikan fungsi TR dan TC ke dalam fungsi laba, kemudian
menganalisis turunan pertama dan kedua dari persamaan tersebut.
=TRT C

=41,5Q1,1Q2 ( 150+10 Q0,5 Q2 +0,02Q 3)


=41,5Q1,1Q2150+ 10Q+ 0,5Q2 0,02Q3
=150+31,5 Q0,6 Q20,02Q3

Laba marginal atau turunan pertama fungsi tersebut adalah:


M =

d
=31,51,2 Q0,06 Q2
dQ

Dengan menentukan laba marginal sama dengan nol dan menggunakan


rumus abc, kita dapat menemukan akar-akarnya yaitu Q1 = -35 dan Q2 = 15.
Karena output Q1 adalah negatif tidak mungkin terjadi, maka Q1 bukan
merupakan output yang bisa digunakan.
Suatu pengujian terhadap turunan kedua dan fungsi laba tersebut pada
tingkat Q=15 akan menunjukan apakah ini merupakan titik laba maksimum atau
titik laba minimum. Turunan kedua tersebut adalah:
d 2 dM
=
=120.12 Q
dQ 2 dQ

Dengan memasukan nilai Q=15 pada persamaan tersebut, maka didapatkan nilai
Q yang baru sebesar -3, oleh karena itu Q=15 merupakan titik laba maksimum.
Untuk melihat hubungan MR dan MC dengan memaksimasi laba,
perhatikan persamaan umum laba

=TRTC , maka persamaan umum laba

marginal adalah M =MRMC=0 atau MR=MC


Dari contoh soal diatas, didapatkan :
MR =

dTR
=41,52,2Q
dQ

; MC =

dTC
=10Q+0,06 Q2
dQ

MR=41,52,2Q=10Q+ 0,06Q2 =MC


Maka dari persamaan tersebut di peroleh hasil
31,5+1,2 Q+0,06 Q2=0
Akhirnya diperoleh Q1 = -35 dan Q2 = 15. Hal ini menunjukan bahwa MR = MC
pada tingkat output yang menghasilkan laba maksimum.
OPTIMASI FUNGSI DENGAN VARIABEL MAJEMUK

Kaidah untuk menentukan turunan parisal adalah sama dengan kaidah dalam
turunan yang sederhana. Karena konsep turunan parsial menggunakan suatu
asumsi bahwa semua variabel, kecuali satu variabel dimana turunan tersebut
diturunkan, tidak berubah.
Seperti persamaan Y = 10 4X = 3XZ Z 2 . dalam fungsi ini ada dua
variabel independen, yaitu X dan, oleh karena itu 2 turunan parsial bisa dihitung.
Untuk menentukan turunan tersebut pada X, maka persamaan tersebut dapat di
tuliskan kembali sebagai :
Y = 10 4X + (3Z)X Z2
Karena Z dianggap konstan, maka turunan parsial Y pada X adalah :
y
=04+3 Z0
x
4+ 3 Z

Dalam menentukan turunan parsial Y dan Z, X dianggap konstan, maka kita bisa
tulis :
y
=3 X 2 Z
z

OPTIMASI TERKENDALA

Dalam proses pengambilan keputusan yang dihadapi para manajer, ada


beberapa kendala yang dihadapi para manajer, ada berbagai kendala yang
membatasi pilihan-pilihan yang tesedia bagi para manajer tersebut.
Masalah optimasi terkendala ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara.
Dalam beberapa kasus, jika persamaan kendala tidak terlampau rumit, kita mampu
memecahkan persamaan kendala tersebut untuk salah satu dari variabel- variabel
pengambilan keputusan terlebih dahulu, kemudian mensubtitusikannya ke dalam
fungsi tujuan, apakah perusahaan tersebut bertujuan memaksimumkan atau
meminimumkan.
Misalkan perusahaan memproduksi produknya dengan menggunakan dua
pabrikanya dan bekerja dengan fungsi biaya total (TC) sbb:
2

TC=3 X +6 Y XY
Dimana output X merupakan hasil dari pabrik 1 dan Y merupakan hasil dari
pabrik 2. Manajer harus berusaha untuk menentukan kombinasi biaya terrendah
antara X dan Y dengan tunduk pada kendala bahwa produk total harus 20 unit.
Kendala

X +Y =20

Dengan menyelesaikan kendala X dan mensubtitusikan nilai tersebut kedalam


fungsi tujuan, maka: X = 20 Y ; dan
2

TC=3 ( 20Y ) +6 Y ( 20Y ) Y


3 ( 40040 Y +Y 2 ) +6 Y 2 ( 20Y Y 2 )
2

1.200120 Y +3 Y +6 Y 20 Y +Y
TC=1.200140 Y +10 Y 2

Setelah mendapatkan fungsi TC yang telah di kombinasikan denga kendala, maka


fungsi tersebut diatas sebagai masalah minimasi tak- terkendala. Untuk mencari
berapa besar nilai X dan Y, maka kita harus menyamakan turunanya sama dengan
nol,
dTC
=140+20 Y =0
dY
20 Y =140

Y =7
X + 7 = 20
X = 13
Oleh karena produksi output pabrik 1 adalah 13 unit dan pabrik 2 adalah 7 unit
adalah kombinasi biaya terrendah dalam menghasilkan 20 unit produksi dari
perusahaan tersebut. Maka TC adalah
13

TC=3
507+29491

710

Anda mungkin juga menyukai