Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AKHIR

MATA KULIAH : KEBIJAKAN PUBLIK


DOSEN
: Prof. AMIR IMBARUDDIN, MDA, Ph.D

MAKALAH KEBIJAKAN
KESEHATAN REMAJA

OLEH
INDO ASSE TENGNGE

PROGRAM PASCASARJANA
STIA LAN MAKASSAR
TAHUN 2015

PENDAHULUAN
Kelompokremaja

di

Indonesia

memilikiproporsikuranglebih

1/5

darijumlajproporsipenduduk.Pertumbuhan dan perkembangan dramatis yang menandai


masa

remaja

ini

diikuti

oleh

perubahan

pemikiransebabakibatdarikongkritkeabstrak.Masaini

emosi
di

intelektual

penuhidengan

dan

paradox

yaituremajamenghadapisituasidimanamerekabukanlagiseoranganaknamunbelumjugade
wasa,

secarabiologismerekadapatmenjadiseorang

ayah

atauibutetapitidaksiapmenyandang status sebagai orang tua.


Remajamerasakankebutuhanakankemerdekaantetapimasihbergantungkepada
orang

tuadalampemenuhankebutuhanhidupnya.

Masainijugamerupakanmasapencarianjatidiridenganmencoba-cobahalbaru,
termasukperilakuberesiko.Remajaseringtergodamelalui media massaseperti televise
atau film. Hal iniseringkalimembawabencana, karenamerekaberbuatnekadsepertidalam
film

tanpaberpikirtentangresiko.Merekamempunyai

rasa

ingintahudansikapoptimisberlebihantetapicepatdiikutiolehdepresidan rasa cemas.

Saatinitersediaberbagaisaranadanfasilitassehinggaremajamempunyaibanyakpeluangun
tukmajunamunsekaligusterhadangberbagirisikoolehterbukanyakesempatanuntukpenjela
jahanhal-halbarudalamhidupnya,

yang

dapatmempengaruhidanmembentukperilakunya.Pilihanremajaberupapenawaranpendidi
kan,
penambahanpengetahuanberdampingandenganberbagaigodaanperilakunegatifmisalny

aeksplorasiseksualdalambentukseksualaktifsertapenyalahgunaannarkotika,
psikotropikadanzatadiktiflainnya (Napza) dengansegalakonsekwensinya.
Remajasaatinimerupakan

Orang

dewasa

di

masadepan.

Komplikasimasalahkesehatanpadaremajadapatberdampakseumurhidupbahkankadangk
alaberpengaruhpadagenerasisesudahnya.Kesehatandankesejahteraanmerekaselainme
nentukankesehatankelompokremajasaatini,
jugamenentukankesehatankelompokpadamasahidupselanjutnyasertagenerasiberikutny
a.Pengalamanmasaanakmempengaruhimasaremaja,
danpengalamanmasaremajamenentukakehidupanmasadewasanya.

PENJELASAN MASALAH
PadadasarnyaFaktorrisiskodariperilaku

negative

yang

dilakukanremajaadabeberapahalyaitu :
1. Adanya

model

ataudukunganuntukmelakukanperilakuberesiko,

misalnyatemandekat yang mengkonsumsinarkobaataumelakukanperilakuseks.


2. Adanyadoronganuntukmelakukanperilakuberesikomisalnyatekanantemansebaya
yang bersifat negative
3. Adanya

rasa

tertekansehinggamerasaperlumelakukanperilakuberesikountukmengatasidepresi
nya.
4. Adanyakesempatanuntukterlibatdalamperilakuberesikomisalnyamenjadianggotag
eng yang mengkonsumsinarkobaatauseringmelakukantawuran.
MasalahKesehatanRemaja
Dibandingkandengankesehatanpadagolonganumurlain,
masalahkesehatanpadaremajalebihkompleksdilihatdari
jenismasalah

yang

factor

yang

mempengaruhi,

dihadapidanakibatlanjutsertapenangannya.

Masalahkesehatnremaja,

selainmasalhfisik,

sebagianbesaradalahmasalahpsikososial.Beberapamasalah

yang

menonjolpadaremaja :
a. GangguanGizi
GangguangizipadaremajaadalahmasalahkekuranganEnergiKalori(KEK)

yang

banyakdisebabkandarikecacingandan anemia. Disampingitumunculmasalahgizi


yang lainyaitukelebihanberatbadan (Obesitas).
b. PeningkatanPenyalahgunaanNapzadanRokok

Hasil survey perilakuDepkesdan BPS di Jakarta menunjukkanbahwa 6,3 %


pelajarperempuandan

34,2

pelajarlaki-

lakipernahmenconanapzadankebanyakandarimerekamenggunakanalatsuntiksec
arabergantian.

Yang

lebihmemprihatinkanyaitu,

adanyapeningkatansecarasignifikanpenularanpenyakit hepatitis dan HIV/AIDS


sebagaiakibatpenggunaanjarumsuntik yang tidaksterilsecarabergantian.
c. MerebaknyaInfeksiMenularSeksualtermasuk HIV/AIDS
Proporsikumulatifmenunjukkaninveksi HIV terbanyakdideritakelompokumur 2029

tahun

Sedangkanduatahunsebelumnyaproporsitrtinggiadalahkelompokumur

(29,8).
30-39

tahun,
halinimenunjukkanadanyakecenderunganpeningkataninfeksikekelompokusialebi
hmuda.
d. KehamilanRemaja, KehamilanTidakDiinginkandanAbortus
WHO memperkirakan di Asia Tenggara 4,2jutaabortussetiaptahunnyadimana
750.000 sampai 1,5 jutaterjadi di Indonesia. Disampingitu target MDGs
tidakdapattercapaiyaitumengurangiangkakematianIbudanBayi,
halinidisebabkankarenabanyaknyakehamilanberesikobaik
diinginkanmaupuntidakdiinginkan.
e. Kecelakaan
Sifatremaja

yang

yang

menyukaitantangandanpetualanganseringdiekspresikandalambentukkegiatan
yang berbahaya.Kejadiankecelakaanpadaremajacukupsignifikanmenurut SKRT
Polapenyebabkematianutamapadakelompokusia 10-24 tahunadalahkecelakaan.
PenyebabMasalah
Padadasarnyamasalahkesehatanremaja di Indonesia disebabkanoleh :

1. Kurangnyapengetahuan,

keterampilan,

sikapdanperilakuremajaterhadapkesehatannya
2. Kurangnyakepedulian
orang

tua,

masyarakatsertapemerintahterhadapkesehatanremaja
3. Belumoptimalnyapelayanankesehatanremaja.
Tantangandalampemebrianpelayanankesehatanremaja :
1. Tantangan yang berasaldariremajaitusendiri
Remajaseringtidakmenyadarikebutuhannyaakankesehatansehinggamerekae
ngganuntukmengunjungifasilitaskesehatn.
2. Tantangan yang berasaldari orang tuadanmasyarakat
Sebagian

orang

tuaengganmemberikanpemahamantentanghaltertentumisalnyamasalahseksk
arenamerekamenganggaphalitutabu,
ataumerekakurangpengetahuannyatentangmasalahkesehatan.
3. Tantangan dari pihakpemberipelayanan
Tidakmemahamipentingnyapelayanandanragumemberikanpelayanankarenak
urangnyadukunganhukum.
4. Tantangandaripemerintah
Anggapanpemerintahbahwakesehatanremajakurangprioritaskarenabukan
masalah

yang

belumadawadahuntukjaringankemitraankesehatanremaja.
BelumadaUndang-UndangatauPeraturansebelumnya
secarakhususmembahastentangkesehatanremaja

mendesak,
yang

ALTERNATIF KEBIJAKAN
Mengingat kompleksnya masalah remaja, strategi intervensi bagi kesehatan
remaja perlu dilakukan. Alternatif interfensi yang dilaukan berdasarkan masalah yang
ada yaitu :
1. Pencegahan Masalah Gizi
- Pesan dasar gizi seimbang untuk remaja, penyadaran diberikan dalam
-

bentuk konseling calon pengantin, KIE di Sekolah dan kampanye gizi.


Deteksi dini masalah gizi misalnya: deteksi anemia gizi melalui pemeriksaan
HB, deteksi dini kelebihan dan kekurangan kalori melalui KMS anak sekolah
serta pengukuran IMT bagi remaja umur 18 tahun keatas.

Konseling gizi untuk remaja secara umum yang dilakukan oleh tenaga
terlatihdan dapat diberikan di lokasi sekolah, institusi kesehatan atau tempat

lain dimana remaja berkumpul.


2. Pencegahan dan Penanggulangan IMS/HIV AIDS
Keberhasilan kegiatan pencegahan dan penanggulangan IMS/HIV/AIDS amat
tergantung pada keterlibatan semua sektor.kegiatan yang dilakukan diantaranya,
- Koordinasi dan penggerakan pelaksanaan program dilakukan oleh KPA
-

(terdiri dari unsur pemerintah, ikatan profesi serta akademia)


Kampanye, pengerahan dan kesatuan pesan berkesinambungan
pencegahan seks pranikah dan perilaku seksual aman serta promosi gaya

hidup sehat termasuk say no to drugs.


Penerbitan peraturan untuk pemberian perlindungan terhadap promosi dan

distribusi kondom dan kewajiban menggunakannyabagi remaja seksual aktif.


Peningkatan keterampilan petugas kesehatan dalam konseling remaja
(termasuk VCT), PKHS, pencegahan dan deteksi serta penatalaksanaan

HIV/AIDS.
Penegakan Hak azasi ODHA.
Perlindungan bagi pemberi layanan, remaja dan masyarakat pada umumnya
antara lain dengan penerapan kewaspadaan universal (universal precaution)
dan pemberian perlindungan atau kempanye penggunaan kondom bagi
remaja seksual aktif. Kegiatan ini memerlukan dukungan peraturan resmi dari

pihak berwenang.
3. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Napza
- Upaya penegakan hukum.
- Intensifikasai KIE melalui mas media dan di semua tempat umum, sekolah,
tempat kerja
4. Pencegahan dan penanggulangan Kehamilan Remaja
- Informasi dan pendidikan berkelanjutan tentang akibat dan kerugian Seks
-

pranikah dan kehamilan pada remaja.


Pemberian PKHS pada remaja untuk mencegah seks pranikah.

Pemberian perlindungan pada remaja seksual aktif setelah upaya abstinensia

tidak berhasil.
Upaya hukum dan politis untuk back-up tindakan Menstrual Regulation bagi

remaja korban perkosaan.


Membangun pemberitaan positif dari pelaku mas media.
Upaya realisasi peraturan untuk kepentingan melanjutkan sekolah bagi

remaja perempuan yang hamil.


5. Pencegahan Kecelakaan.
- Pertemuan diskusi forum dan jejaring
- PKHS.
- Pengalihat perhatian remaja dari kebut-kebutan dan tawuran kepada kegiatan
yang positif.
STRATEGI INTERVENSI
Mengingat kompleksnya masalah remaja, strategi intervensi bagi kesehatan
remaja perlu digolongkan dalam :
A. Peningkatan partisipasi aktif
kesehatannya.
Partisipasi aktif

remaja

remaja

merupakan

bentuk

dalam
yang

meningkatkan
diinginkan

dari

keterlibatan remaja, dan diharapkan dilaksanakan sejak awal, mulai dari


tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada semua program yang
ditujukan untuk kesehatan dan kesejahtraan remaja.
Output :
Dihasilkannya program kesehatan remaja yang

dapat

memenuhi

kebutuhan remaja dan sesuai dengan kultur indonesia, sehingga


menimbulkan rasa memiliki serta menimbulkan motivasi pada remaja
untuk menegakkan kredibilitas dan memasarkan program diantara remaja.
Kiat Pelaksanaan:
- Respek terhadap remaja (menghargai dan memperlakukan remaja
-

dengan layak)
Memperlakukan kader remaja (pendidik dan konselor sebaya) sebagai
pertner.

Menciptakan susana yang membuat remaja merasa nyaman untuk


tinggal dan meninggalkan segala bentuk partisipasinya.
Kegiatan :
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kemitraan oleh masing-masing

sektor atau secara bersama-sama.


Membantu dengan cara mendidik remaja menjadi kader kesehatan
remaja (pendidik atau konselor sebaya) agar dapat berperan sebagai
narasumber dan agen pengubah perilaku teman sebayanya serta agar
dapat berperan sebagai penghubung antara pemberi layanan dengan

teman sebayanya.
Mencari masukan, usulan dan ide dari remaja untuk perbaikan program
kesehatan remaja dan untuk inisiasi program inovatif, dengan cara
mengadakan pertemuan berkala dengan kader kesehatan remaja,
forum diskusi , lokakarya, atau seminar dan sejenisnya, tentang

berbagai aspek berkaitan dengan kesehatan remaja.


Bekerja sama dengan remaja melakukan kempanye tertentu kesehatan
remaja, misalnya tentang menjauhi seks pranikah/seks, bebas/Napza,

pada suatu kesempatan khusus.


B. Peningkatan partisipasi orang

tua

dan

masyarakat

dalam

meningkatkan kesehatan remaja.


Output :
Terciptanya kegiatan, sistem, sarana dan prasarana terkait kesehatan
remaja secara berkelanjutan sebagai hasil upaya dan partisipasi orang tua
serta masyarakat pada umumnya.
Kiat Pelaksanaan :
Partispasi orang tua dan masyarakat harus di ungkit melalui upaya
penggerakan oleh semua pihak terkait kesehatan remaja dengan
menggunakan semua saluran yang ada.
Kegiatan :

Promosi tentang :
- Kedekatan fisik dan emosional, hubungan saling percaya antara
-

orang tua dan anggota keluarga dengan anak remajanya.


Peran orang tua sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya

oleh anak remajanya.


Peran positif tokoh panutan sebagai model positif bagi anak dan

generasi penerusnya.
- Lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang remaja.
Penyadaran besaran masalah kesehatan remaja

dan

urgensi

penanganannya dengan cara menyajikan data kepada masyarakat


secara terus menerus melalui media cetak/elekstronik, diskusi, seminar,
dll, misalnya tentang :
- Pentingnya pemberian informasi yang lengkap dan benar

remaja.
Pentingya pemberian layanan kesehatan berkualitas.
Memfasilitasi partisipasi masyarakat untuk upaya

peningkatan

kesehatan remaka , dengan cara :


Memberikan informasi tentang undang undang terkait.
Menunjukkan cara penggalangan dana sehat.
- Membantu terciptanya model lingkungan kondusif
-

pada

dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


Membantu terciptanya pelayanan kesehatan peduli remaja atas

upaya bersama dari remaja, orang tua dan masyarakat.


C. Peningkatan kemitraan antar institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan kesehatan remaja
Kemitraan ini dilaksanakan setiap tingkat administrasi dan harus terjalin
antar sektor pemerintah maupun non pemerintah, Institusi dan LSM,
organisasi profesi dan organisasi masyarakat, sektor swasta dan
penyandang dana.

Meskipun pada saat ini sudah ada kemitraan antar sektor dalam kegiatan
keseharian upaya kesehatan remaja, namun guna meningkatkan
efektifitas dan efisiensi perlu revitalisasi atau fasilitasi pembentukan suatu
forum/jaringan kemitraan atau sejenisnya. Pada dasarnya kemitraan ini
merupakan

jaringan

kerjasama,

dan

bentuk

organisasinya

amat

bergantung dari kesepakatan dari semua anggota. Jaringan kemitraan ini


seperti layaknya sebuah organisasi agar berkesinambungan haruslah
mempunyai ketua, sekretaris dan anggota dengan susunan kepengurusan
sesuai dengan kebutuhan remaja.
Ada 3 output diharapkan dari peningkatan kemitraan ini. Masing-masing
mempunyai kiat pelaksanaan dan kegiatannya. Ditingkat yang lebih
rendah kegiatan perlu diadaptasi misalnya untuk kegiatan advokasi,
training, pengembangan sistem informasi dan Operasional research.
Kiat Pelaksanaan :
Kiat Pelaksanaan agar ketiga output ini tercapai adalah :
Menerapkan asas kemitraan yaitu :
- Keterbukaan dalam segala hal kepada mitra kerja, yaitu tentang
upaya yang sudah dilakukan dan hasilnya, hambatan yang dihadapi,
serta sumber daya yang dimiliki dan dibutuhkan.Keterbukaan
masing-masing

sektor

dalam

perencanaan,

pelaksanaan

dan

evaluasi program kesehatan remaja diharapkan menghasilkan


-

sincronisasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.


Kesetaraan dalam peran peningkatan kesehatan remaja oleh semua
pihak

dalam

kedudukan

yang

setara,

merupakan unsur yang sama pentingnya.

masing-masing

pihak

Saling menguntungkan, dimana pihak yang bekerjasama dapat


mengambil manfaat atas kerjasama tersebut, tidak boleh ada

kerugian disatu pihak demi keuntungan pihak yang lain.


Menggunakan semua saluran kuomunikasi yang ada dengan metode

dan jenis komunikasi sesuai kebutuhan.


Upaya dilaksanakan simultan oleh semua pihak, lintas program dan
sektor terkait, organisasi profesi dan masyarakat, pihak swasta dan
penyandang dana, mengacu pada peran dan tanggung jawab masing-

masing.
Semua upaya dilaksanakan berkelanjutan, terus menerus.
Output I :
Sosialisai baik kepada pemegang keputusan, kalangan pers ataupun
masyarakat mengenai Undang Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, termasuk hak untuk mendapatkan informasi
yang lengkap dan benar sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
usianya. Kegiatan ini adalah bagian dari kegiatan pemenuhan hak
anak. Anak dalam undang undang ini di kategorikan dalam
kelompok umur 0 -18 tahun dengan demikian remaja termasuk di

dalamnya.
Rekapitulasi

data

remaja

sebagai

bahan

informasi

kepada

masyarakat . Rekapitulasi dilakukan dengan cara tukar informasi


masing-masing sektor dalam forum kesehatan remaja, misalnya
tentang

masalah

kesehatan

remaja

hasil

survei,

identifikasi

kebutuhan remaja serta interfensi yang telah diberikan.


Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang kesehatan remaja.

Memberdayakan orang tua dan guru agar dapat memberikan


informasi yang tepat dan benar tentang kesehatan remaja kepada

anak dan murid remajanya.


Mengupayakan kesepakatan media untuk :
- Meningkatkan pemberitaan yang bertujuan untuk membangun
perilaku sehat antara lain pencegahan penyala-gunaan Napza, dan
pencegahan seks pranikah.
- Menghapuskan eksploitasi remaja

dalam

media,

antara

lain

pemanfaatan yang semena mena dalam periklanan.


- Meningkatkan kepekaan gender pada remaja.
Fasilitasi pertemuan untuk mengevaluasi secara berkala :
- Pemberitaan mas media terkait kesehatan remaja.
- Pemberian informasi oleh petugas terkait kesehatan remaja.
Output II :
Terciptanya lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang remaja.

Pemberian penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya

lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang remaja.


Pemberian motivasi kapada semua pihak agar dapat berpartisipasi
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang

remaja.
Sensitisasi kepada pemegang keputusan dan pilitisi disemua tingkat
administrasi tentang tumbuh kembang dan kesehatan remaja,

masalah dan kebutuhannya.


Telaahan semua perundangan berkaitan dengan kesehatan remaja

dan penegakan hukumnya.


Telaahan data dasar lain selain perundangan, berkaitan dengan
faktor pelindung dan faktor risiko, serta membuat penelitian bila
perlu.

Upaya meningkatkan faktor pelindung, dan menurunkan faktor risiko,


misalnya

pada

aspek

perundangan,

didahului

oleh

review

perundangan.
Contoh :
Peraturan atau perundangan tentang :
Diijinkannya remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah

bersekolah kembali setelah kelahiran bayinya.


Diijinkannya pemberian kontrasepsi bagi remaja lajang di
institusi

pelayanan

pemerintah

secara

kasuistik

dengan

pertimbangan yang matang disertai dengan indikasi spesifik

yang ditetapkan sebelumnya.


Diijinkannya dilakuka menstrual regulation dan aborsi secara
kasuistik oleh tenaga profeisional dengan pertimbangan yang
matang

berdasarkan

indikasi

spesifk

yang

ditetapkan

sebelumnya.
Pelarangan pemanfaatan anak/remaja dalam iklan kontroversial

kesehatan.
Penegakan hukum
Khususnya bagi pengedar Napza, pengedar pornografi, pelaku
Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) dan penegakan
perundangan/peraturan tentang penyelenggaraan toko obat

dan pharmasi/Apotik.
Menumbuhkan kesadaran remaja, pemegang keputusan dan
orang tua tentang perundangan yang berlaku serta tentang hak
mendapatkan pendidikan dan pelayanan sosial dan kesehatan

bagi remaja.
Output III :

Tersedianya kecukupan sumber daya dan pemanfaatannya secara


efisien.
Pertemuan rutin lintas sektor untuk membahas intensifikasi dan
pemanfaatan optimal dari sumber daya, pendataan sumber daya

yang ada, dan pemanfaatannya secara lintas sektoral.


Penyusunan rencana kerja masing-masing sektor sepengetahuan

sektor lain.
Pelatihan petugas agar mampu memberikan pelayanan kesehatan
pada remaja termasuk konseling dan mampu memberikan PKHS

pada remaja.
Pelatihan fasilitator berasal dari berbagai sektor , institusi, organisasi

dan lembaga.
Pelatihan calon pendidik dan konselor sebaya.
Pelatihan PKHS kepada remaja oleh tenaga terlatih.
D. Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
yang berkualitas kepada remaja
Output :
Peningkatan peran Pemda, khususnya dalam pengadaan sarana dan

prasarana PKPR.
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

Kiat Pelaksanaan :
Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja
Catatan :

PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau


oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait
dengan kesehatannya serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.

PKPR merupakan intervensi yang tepat dalam memberikan pelayanan


kepada remaja, agar akses dan kualitas pelayanan kesehatan remaja
tercapai secara optimal.

Kegiatan :

Advokasi kebijakan publik.


Advokasi ini selain bermanfaat sebagai pemasaran sosial, juga amat
penting bagi penggalangan sumber daya termasuk pendanaan dari

pemerintah daerah.
Menggalang Kemitraan.
Kemitraan amat diperlukan dalam memberikan pelayayan bagi remaja,
baik dalam kegiatan promosi keberadaan PKPR, maupun dalam

membangun sistem rujukan, dalam semua tahapanpelaksanaannya.


Pelayanan kesehatan.
Aspek promotif, prefentif dan rehabilitatif dapat dilakukan oleh semua
sektor sesuai kemampuan, minat dan spesifikasi, sedang sektor
kesehatan menggarap seluruh aspek dari kesehatan remaja : Promotif,

prefentif, kuatif dan rehabilitatif.


Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring dan Evaluasi merupakan salah satu kegiatan dalam upaya
meningkatkan

pelayanan

kesehatan

remaja

yang

berkualitas.

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan secara internal oleh unit


pelayanan yang bersangkutan.
PENUTUP
Remaja merupakan sosok yang kelak akan menjadi orang tua dengan berbagai
profesi dan pemegang keputusan. Dibawah kendali mereka kualitas bangsa akan
dipertaruhkan. Mengingat krisis multidimensi yang sedang kita sandang saat ini,

remaja masa kini perlu dipersiapkan untuk menjadi suber daya manusia yang amat
berkualitas agar dapat membawa nasib bangsa ke arah yang lebih baik.
Masalah Kesehatan yang dihadapi remaja berkaitan dengan masalah
psikososial, berhubungan erat dengan lingkungan sosial, perilaku orang tua dan
masyarakat, dan peraturan perundangan . Oleh karena itu penanganan mesalah
remaja memerlukan kerjasama multisektoral dan multidimensional, dengan intervensi
pada aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta perlu dilaksanakan secara
komprehensif.
Dukungan dari orang tua, masyarakat dan pemegang keputusan di pemerintah untuk
menciptakan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang dan meminimalkan faktor
resiko agar remajadapat mencapai masa dewasa dengan selamat, sehat dan menjadi
orang dewasa yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai