KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Agility
Agility didefinisikan sebagai kemampuan manuver dari tubuh, yaitu
kemampuan merubah posisi dan arah tubuh atau bagian tubuh dengan cepat.
Sedangkan menurut beberapa ahli lainnya, agility didefinisikan sebagai
kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan
bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Faktor heriditer atau genetik
merupakan faktor utama pada tingkat agility seseorang. Agility juga tergantung
pada kekuatan otot, kecepatan, koordinasi, dan keseimbangan dinamik (Miller,
2010).
Agility adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan
cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Pendapat para
ahli bahwa agility adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh
dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Agility
terdiri pada beberapa komponen yaitu kekuatan otot, kecepatan, koordinasi, dan
keseimbangan dinamik (Mark,2010).
Agility merupakan hal dasar yang dimiliki tubuh baik untuk beraktivitas
fungsional, kemampuan dalam berolahraga seperti kemampuan untuk gerak cepat
dan berhenti mendadak, perubahan arah dengan cepat, efisien dan penyesuaian
gerak kaki pada tubuh atau bagian tubuh pada saat melakukan aktivitas olahraga.
Setiap individu dengan agility yang baik memiliki kesempatan lebih baik untuk
sukses dalam aktivitas fisik dibandingkan dengan individu dengan agility yang
9
10
buruk. Dikatakan demikian karena agility sendiri merupakan aspek dari beberapa
kondisi fisik yang harus dimiliki untuk meningkatkan performa dan menghindari
individu dari cidera (Jay, 2011).
2.1.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Agility
Agility merupakan kombinasi dari kecepatan, kekuatan otot, kecepatan
reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuskular. Dengan kata
lain faktor faktor yang mempengaruhi agility ialah kecepatan, kekuatan otot,
keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular.
1. Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan
dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Kekuatan
otot juga dapat diartikan sebagai kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh
cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot menahan beban maksimal
pada aksis sendi (Carolyn, 2007).
Otot dalam berkontraksi dan menghasilkan tegangan memerlukan suatu tenaga
atau kekuatan. Kekuatan mengarah kepada output tenaga dari kontraksi otot dan
secara langsung berhubungan dengan jumlah tension yang dihasilkan oleh
kontraksi otot, sehingga meningkatnya kekuatan otot berupa level tension,
hipertropi, dan rekruitment serabut otot. Karena kekuatan merupakan salah satu
komponen dari kecepatan, maka semangkin besar kekuatan dalam melakukan
suatu gerakan, semangkin besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan
mampu mingkatkan agility (Carolyn, 2007).
11
2. Fleksibilitas
Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk menggerakan sendi-sendi dalam
jangkauan gerakan penuh dan bebas. Keluwesan otot dan kebebasan gerak
persendian sering dikaitkan dengan hasil pergerakan yang terkoordinasi dan
efisien. Kelenturan diarahkan kepada kebebasan luas gerak sendi atau ROM.
Fleksibilitas juga faktor penting yang mempengaruhi agility. Semangkin lentur
jaringan otot atau jaringan yang secara bersama-sama bekerja seperti sendi,
ligament, dan tendon akan di dapat peningkatan agility (Carolyn, 2007).
3. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis
secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan
untuk menempuh sesuatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan
tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan adalah keterampilan dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk mencapai kecepatan pergerakan tinggi. Kecepatan tergantung
dari faktor yang mempengaruhinya, yaitu kekuatan, waktu reaksi (reaction time),
dan fleksibilitas. (Larry, 2004).
4. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi. Keseimbangan adalah kemampuan
12
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika posisi
tegak (Davies, 2004).
Selain itu keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh
dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta
menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan melibatkan berbagai
gerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskletal dan
bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang
tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi atau
interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk
proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lainnya) yang
dimodifikasi atau diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,
cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan
eksternal (Thomas, 2005).
A. Komponen Komponen Pengontrol Keseimbangan
1) Sistem Informasi Sensori
Sistem informasi sensori meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Keseimbangan akan
terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada
titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. Dengan informasi visual, maka
tubuh dapat menyesuaikan atau berinteraksi terhadap perubahan pada
lingkungan aktivitas sehingga memberi kerja otot yang sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh. Komponen vestibular merupakan
13
Response
Synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak
dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada
ekstremitas atas maupun bahwa berfungsi mempertahankan postur saat berdiri
tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan
jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot
yang sinergis berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan
kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakuakan fungsi
gerak tertentu (Kevin, 2000).
3) Kekuatan Otot
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan
beban baik berupa beban eksternal (external force) maupun beban internal
(internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi
14
grvitasi
serta
beban
eksternal
lainnya
secara terus
menerus
15
selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbangan. Pada
manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat.
Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang
diantara depan dan belakang vertebrae sakrum ke dua. Derajat stabilisasi
tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: ketinggian dari titik pusat
gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran tumpu, lokasi garis gravitasi dengan
bidang tumpu, serta berat badan (John, 2008).
16
5. Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon
kinetik setelah menerima suatu stimulus atau rangsangan. Karena melalui
rangsangan (stimulus) reaksi tersebut mendapat sumber dari: pendengaran,
pandangan (visual), rabaan maupun gabungan antara pendengaran dan rabaan.
Neurofisiologis melibatkan potensiasi perubahan karakteristik kekuatan kecepatan
komponen kontraktil otot disebabkan oleh bentangan aksi otot konsentris dengan
menggunakan reflex regang. Reflex regang adalah respon paksa tubuh untuk
stimulus eksternal yang membentang otot (Nenggala, 2007).
6. Koordinasi Neuromuscular
Merupakan kemampuan untuk mengintegrasi indera (visual, auditori, dan
proprioceptive untuk mengetahui jarak pada posisi tubuh) dengan fungsi motorik
untuk menghasilkan akurasi dan kemampuan bergerak. Selain itu masih terdapat
faktor faktor lain yang mempengaruhi agility yaitu:
a) Usia : The Shuttle Run 30 feet, menunjukan bahwa anak laki-laki rata-rata
mangkin bertambah baik mulai usia 12 tahun, sedang anak wanita tidak lagi
bertambah baik setelah usia 13 tahun.
b) Jenis Kelamin : Anak pria memperlihatkan kelincahan yang lebih baik dari
pada wanita sebelum mereka mencapai usia pubertas. Setelah pubertas
perbedaan tersebut lebih mencolok.
c) Berat Badan : Berat badan yang berlebihan secara langsung akan mengurangi
kelincahan. Dimana berat badan yang berlebihan cenderung mengakibatkan
muscle imbalance di bagian trunk.
17
2.1.2
Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah pada akhir masa
remaja antara usia 18-19 tahun dan sepanjang usia 20 tahun. Pada kisaran ini
kadar testosteron berada pada puncaknya yang disebut dengan masa pubertas.
Pada usia ini remaja sudah memiliki komponen kebugaran yang bersifat
keterampilan seperti; koordinasi, kecepatan, ketepatan, daya ledak, dan agility.
Komponen yang terdapat dalam agility yang harus dimiliki oleh remaja adalah
kekuatan
otot,
fleksibilitas,
kecepatan,
keseimbangan,
dan
koordinasi
Table 2.1
Nilai Tingkat Agility (dalam detik) menggunakan Right-Boomerang Run Test.
Tingkat kinerja
Tingkat tinggi
Lanjutan menengah
Menengah
Lanjutan pemula
Pemula
Skor (detik)
Laki-laki
10.79
11.49 10.80
12.60 11.50
13.90 12.61
13.91
Sumber : Pratical Measurement
Perempuan
12.60
12.99 12.61
14.59 - 13.00
15.99 14.60
16.00
18
19
Sel otot disusun oleh banyak myofibril yang terbuat dari molekul protein
panjang yang disebut miofilamen. Ada dua jenis miofilamen dalam miofibril,
yaitu miofilamen tebal dan miofilamen tipis. Miofilamen tebal berwarna lebih
gelap dari miofilamen tipis sehingga otot skeletal disebut juga otot lurik karena
dalam pandangan mikroskopik terlihat susunan kedua miofilamen tadi yang
berbeda warna dan membentuk pola lurik (John, 2002).
Miofilamen tebal dan miofilamen tipis membentuk sebuah subunit yang
saling bersambung dalam miofilamen yang disebut sebagai sarkomer, Dalam
sebuah sarkomer thin miofilamen terletak di pinggir mengapit miofilamen tebal.
Sehingga dalam pandangan mikroskopik tampak daerah pinggir sarkomer lebih
terang dengan tengah yang yang berwarna lebih gelap, daerah terang disebut
dengan I-band dan daerah gelap disebut dengan A-band. Pada tengah tengah Iband tampak garis gelap yang memisahkan dua sarkomer yang diberi nama ZLine. Jadi sarkomer merupakan daerah antara dua Z-line (John, 2002).
Sel otot diselubungi oleh membran yang bernama sarkolemma, yang seperti
neuron, memiliki potensial membran. Impuls yang berasal dari neuron akan
20
melintang
mempunyai
lubang
yang
berhubungan
dengan
21
dalam miofilamen maka akan terjadi pergesaran miosin yang mengakibatkan sel
otot berkontraksi .
Miofilamen tipis sendiri terdiri dari 3 komponen protein, yaitu aktin,
tropomiosin dan troponin. Aktin berupa bulatan yang lonjong yang saling
bergandengan membentuk dua rantai actin yang panjang dalam miofilamen tipis,
tropomiosin seperti benang yang membelit rantai aktin, ujung dari masing-masing
tropomiosin adalah molekul troponin.
Pada otot yang relaks maka molekul miosin menempel pada benang molekul
tropomiosin, ketika ion kalsium mengisi troponin maka akan mengubah bentuk
dan posisi troponin, perubahan ini membuat molekul tropomiosin terdorong dan
menjadikan kepala miosin bersentuhan dengan molekul aktin. Persentuhan ini
akan menjadikan kepala miosin bergeser. Selama pergeseran ini kepala miosin
menempel erat pada aktin sehingga mendorong aktin untuk bergerak.
Pada akhir gerakan ATP masuk dalam cross bridges dan memecah ikatan
antara miosin dan aktin. Kepala miosin akan bergerak kembali kebelakang, pada
saat bergerak ke belakang ATP dipecah sebagai ADP + P dan kepala miosin
kembali berikatan dengan molekul aktin yang lain, ikatan ini membuat terjadinya
lagi gerakan aktin terdorong oleh kepala miosin.
Selama ion kalsium mengisi troponin maka proses ini akan terjadi berulang,
tampak bahwa miofilamen tebal dan tipis seperti bergeser satu sama lain, pada
saat terjadi geseran maka jarak antara dua Z-line dalam sarkomer akan memendek,
akibatnya miofibril akan memendek dan seluruh sel otot akan memendek dan otot
akan tampak berkontraksi.
22
Otot skeletal akan relaks bila tidak ada impuls saraf melalui motor end plates,
ketiadaan impuls mengakibatkan tak ada ion kalsium yang masuk ke sitoplasma
sel karena pintu untuk kalsium masuk menjadi tertutup, dan kalsium akan kembali
mengalir masuk dalam sarkoplasmik retikulum, aliran ini akan menjadikan posisi
troponin kembali normal sehingga posisi tropomiosin kembali normal dan
memutuskan hubungan antara kepala miosin dengan aktin. Ketika kepala miosin
tak lagi berhubungan dengan aktin maka tak ada pergeseran molekul yang terjadi
dan otot kembali relaks.
Pada kejadian lain, ketika kontraksi otot berlangsung dalam waktu yang
lama, maka terjadi penurunan jumlah ATP yang dibutuhkan untuk menggeser
molekul-molekul tadi bergeser. Walaupun kepala miosin masih menempel pada
aktin, karena konsentrasi ion kalsium masih cukup untuk menggerakkan troponin,
namun tak ada pergeseran yang terjadi karena ketiadaan energi untuk
menggerakkan. Kejadian ini disebut muscle fatigue.
Pada kondisi relaks pada otot tetap terjadi tegangan pada sel otot yang
menjaga postur tubuh. Ini merupakan sebuah bentuk refleks pusat yang mengatur
agar ketegangan otot memadai berdasarkan impuls dari saraf propioseptor otot
tanpa menimbulkan gerakan.
Kontraksi otot skeletal berawal dari impuls elektrik yang berasal dari saraf
motorik. Komunikasi antara sistem saraf dengan otot menggunakan sebuah ikatan
yang disebut neuromuscular junction. Hubungan antar dua sel ini seperti
hubungan sinapsis antara dua neuron. Ketika impulse masuk ke ujung saraf (end
plate), neurotransmitter (asetilkoline) dilepaskan ke neuromuscular junction dan
23
Ada dua tipe kontraksi otot skeletal, yaitu isotonik dan isometrik. Kontraksi
Isotonik terdiri dari dua macam jenis kontraksi yang disebut konsentrik dan
eksentrik. Kontraksi konsentrik terjadi bila kontraksi membuat otot memendek
dan dapat menggerakkan sendi. Kontraksi eksentrik lebih berupa kontraksi otot
pada saat memanjang untuk menahan beban. Kontraksi isometrik adalah kontraksi
otot tanpa disertai perubahan panjang otot (Guyton, 2006).
Kontraksi otot skeletal dapat menghasilkan kekuatan yang bervariasi, variasi
ini tergantung dari berapa banyak motor unit yang teraktivasi. Motor unit adalah
kombinasi antara motor neuron dan sel otot yang disarafinya. Di dalam struktur
24
otot skeletal ada banyak sekali motor unit. Semakin banyak jumlah motor unit
yang terstimulsi akan semakin menguatkan kontraksi otot (Guyton, 2006).
Secara anatomi sendi lutut adalah sendi terbesar pada tubuh manusia.
Sendi ini termasuk jenis synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi
fleksi dan ekstensi. Fungsi dari sendi lutut itu sendiri adalah mempertahankan
tegaknya tubuh, stabilisasi serta meredam tekanan. Karena struktur dan
fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut memiliki susunan anatomi dan
biomekanik yang berbeda, sesuai dengan struktur pembentuknya. Fungsi
utama dari knee joint adalah membentuk sikap tubuh, gerak weight transfer,
melompat, mendorong, menarik.
A. Struktur Tulang
Sendi lutut dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang femur, tibia, dan patella.
1) Tulang femur: tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar
dalam tubuh manusia yang bertugas meneruskan berat tubuh dari
tulang coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Bagian proksimal dari
tulang ini terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan acetabullum,
collum femoris dan dua trochanter major. Ujung distal tulang femur
berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis yang bersendi dengan tibia.
25
26
27
28
2) Meniscus
Meniscus merupakan struktur yang mengelilingi fibrocartilage pada
permukaan articularis caput tibia. Pada bagian perifer meniscus relatif
lebih tebal dan pada bagian dalam sedikit tipis. Meniscus terdiri dari
jaringan penyambung dengan bahan-bahan serabut collagen yang juga
mengandung sel-sel seperti tulang rawan.
Meniscus dibagi menjadi dua bagian yaitu meniscus medial dan
meniscus lateral. Meniscus lateral berbentuk seperti huruf O yang
berada lebih dekat dengan facetsarticularis, pusat sendi dan terkait
29
30
c) M.Vastus Intermedius
Origo: permukaan anterior dan lateral 2/3 atas femur.
Insersio: Permukaan lateral dan melalui ligamentum patella sampai
tuberositas tibie.
Inervasi: N femoralis (L2-L4)
d) M. Vastus Lateralis
Origo: Trochanter major femur, introchanter line, line aspira,
tuberositas gluteal.
Insersio: melekat ditepi lateral patella dan melewati ligamentum
patella sampai ankle tuberositas tibia
Inervasi: N. Femoralis (L2-L4)
31
berinsersio
bersama
dengan
m.semitendinosus
dan
32
dan fleksor sendi panggul begitu juga dapat melakukan fleksi sendi
lutut. Pada daerah pes anserinus di antara tiga tendo insertion otot
tersebut dan tibia selalu terdapat bursa yaitu bursa anserina. M.
gracillis dipersarafi oleh N.Obturatorius r.anterior (L2-L4)
c) M. semitendinous: berasal dari tuber ischiadicum dan berjalan ke
fascies medialis tibia bersama-sama dengan m.gracilis dan
m.sartorius untuk bergabung dengan pes anserinus supereficialis.
Disini juga terdapat bursa anserine diantara permukaan tibia dan
terdapat perlekatan paada pes anserinus. Otot ini bekerja pada dua
sendi, ekstensi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut dari
rotasi medialis tungkai bawah.
d) M. tensor fascia latae: berasal dari daerah spina illiaca anterior
superior dan membentang kedistal sampai trochanter major terus
ke tractus illiotibialis, berinsertio pada condylus lateralis tibia. Otot
menekan caput femoralis ke acetabulum. Otot ini juga sebagai
fleksor, rotator medialis dan abductor, serta membantu berkasberkas anterior m.gluteus medius dan m.gluteus minimus. M.tensor
fascia latae dipersarafi oleh N.Gluteus Superior (L4-L5)
e) M. gstrocnemius: Berasal dari bagian proksimal condylus medialis
femoris dengan caput medial dan caput lateral disebelah proksimal
condylus lateralis femoris. Beberapa serabut dari caput medial dan
caput lateral juga berasal dari capsula articularis sendi lutut. Kedua
caput tersebut berjalan kedistal, membentuk batas inferior fossa
poplitea dan bergabung dengan tendo m.soleus. otot-otot tersebut
33
34
fleksi 90, dimana lateral rotasinya sebesar 45 dan medial rotasi sebesar
15.
2) Artrokinematik
Arthokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi.
Pada arthokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide. Dari
kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi,
translasi, dan spin. Asimetri dari sendi tibiofemoral dan kenyataan bahwa
permukaan sendi pada femur lebih dari pada tibia (saat kondisi weigh
bearing). Condylus femoral harus melakukan gerakan rolling kea rah
posterior dan sliding kea rah anterior. Pada gerak ekstensi, condylus
femoralis rolling kea rah anterior dan sliding kea rah posterior. Pada akhir
gerak ekstensi, gerakan dihentikan pada condylus femoralislateral, tapi
sliding pada condylus medial tetap berlanjut untuk menghasilkan
penguncian sendi.
Pada gerak aktif non weight bearing permukaan sendi p[ada tibia
concave melakukan gerak slide pada condylus femoral yang conceks
dengan arah gerakan searah sumbu tulang tibia. Condylus tibia melakukan
gerak slide kea rah posterior pada condylus femoral saat fleksi. Selama
ekstensi dari gerak full fleksi condylus tibia bergerak kea rah anterior pada
condylus femoral. Patella bergeser ke arah superior saat ekstensi, dan
bergeser ke inferior saat fleksi. Beberapa gerak rotasi patella dan tilting
yang terjadi berhubungan dengan gerak sliding saat fleksi dan ekstensi.
35
2.3.2
yang paling dinamis pada tubuh manusia. Ankle and foot joint
bergerak
36
A. Osteologi
Ankle and foot dibentuk oleh ujung distal sebagai garpu bersendi
langsung dengan:
1) Os tallus (sendi paling atas)
2) Os calcaneus
3) Os Navicularis
4) Os Cuboideus
5) Os cuneiforme lateral, middle, dan medial
6) Ossa metatarsal (5 buah)
7) Ossa Phalageal (14 buah)
Dua arcus pada pergelangan kaki yaitu arcus longitudinal dan arcus
transversal:
1) Arcus longitudinal: merupakan kontinum dari calcaneus dan caput
metatarsal.
2) Arcus transversal: bagian proksimal dibatasi os cuboideum, lateral
cuneiforme lebih cekung dan pada bagian distal oleh caput
metatarsalia yang lebih datar.
37
38
39
terdapat
evaganasi
selubung
synovial
bersama
yang
40
C. Tendon
Pada daerah dorsum pedis selubung synovial terdapat tendom musculus
tibialis anterior, ekstensor hallucis longus dan ekstensor digitorum lobgus.
Tendon-tendon dan selubung tendon pada daerah ini terkait pada tempatnya
oleh retinaculum musculorum ekstensor inferior. Pada sisi lateral os tarsal di
daerah trochlea peroneal os calcaneus terdapat selubung tendon peroneal
bersama untuk musculi peronei. Tendon musculus peroneus longus
meninggalkan selubung tendon synovial dan melanjutkan diri menyilang di
daerah plantaris di dalam selubungnya sendiri. Selubung tendon bersama
untuk musculi peronei tefiksasi pada tempatnya oleh retinaculum musculus
peroneus superior dan retinaculum musculus peroneus inferior. Tendontendon otot-otot fleksor terletak pada sisi medial di belakang malleolus
medial. Selubung-selubung tendonnya berjalan di bawah retinaculum
musculus fleksor pedis (ligamentum lacinatum) yang terdiri dari lapisan
superficial, memperkuat fascia cruris dan lapiasan profunda. Dibawah lapisan
ini lewat tiga tendon masing-masing terbungkus oleh selubung sinovialnya
sendiri diantaranya musculus tibialis posterior, fleksor digitorum longus dan
fleksor hallucis longus.
Pada bagian plantaris terdapat lima selubung tendon sesuai dengan jari
masing-masing. Selubung ini tidak berhubungan satu dengan yang lain dan
diperkuat oleh selunbung fibrosa yang masing-masing terdiri dari berkasberkas seranut sirkular dan terletak pada daerah sendi. Pars cruciform diantara
sendi-sendi dan persilangan kumpulan serabut-serabut jaringan penyambung.
Pada bagian rongga tengah facies plantaris tidak ditemui selubung tendon.
41
D. Ligament
Ligament pada ankle joint dapat dibagi dalam
ligament
talonaviculare,
ligament
talocalcaneum
lateral,
ligament
termasuk
calcaneonavicular
ligament
bifurcatum
dancalcaneocuboid,
dengan
ligament
serabut
intercuneiform
ligament
dorsal,
kaki.
Pars
medial
ligament
plantar
longum,
ligament
42
tibiocalcaneale
dan
ligamentum
tibionaviculare
yang
43
antara 20-30 dengan elastic end feel. Gerakan plantar fleksi ditahan oleh
ligamentum-ligamentum yang berjalan dari malleolus bagian depan
kepunggung kaki, yaitu ligamentum tallofibular anterior, ligamentum
tibiotalar anterior dan ligamentum posterior.
Arthrokinematik gerakan traksi terhadap talus ke arah distal, dan
tranlasi untuk gerakan dorsal flexion kea rah posterior dan untuk plantar
flexion kea rah anterior.
2) Talocalcanel Joint (Sub Talar Joint)
Talocalcanel joint merupakan sendi yang terletak antara talus dan
calcaneus. Gerakan yang terjadi adalah gerak varus dan gerak valgus.
Semangkin besar posisi kaki dalam fleksi plantar, semangkin besar
kemiringan varusnya. Osteokinematik gerakan yang terjadi abduksi
(Valgus)
dan
adduksi
dengan
ROM
keduanya
hard
end
feel.
44
joint:
bersama
navicular
membentuk
arcus
45
5) Metatarsophalangeal joint
Distal metatarsal convex dan basis phalageal concave membentuk
sendi ovoid-hinge. Dengan gerakan flexion-extension dan abductionadduction. MLPP = Extension 11, CPP= Full Extension. Gerak
translation searah gerak angular, traction selalu kearah distal searah axis
longitudinal phalang dan dengan elastic endfeel.
6) Proksimal dan distal interphalangeal joint
Caput proximal phalang convex dan basis distal phalangeal concave
membentuk sendi hinge. Gerak fleksi-extension. MLPP = Flexion 10,
CPP = Full Extension. Gerak translation searah gerak angular, traction
selalu searah axis longitudinal phalang.
46
Pada gerakan berlari pada prinsipnya sirkulasi berlari sama dengan siklus
berjalan, akan tetapi pada berlari fase menapak adalah 40% dan fase melayang
60%. Sedangkan kecepatan berlari ditentukan oleh panjang langkah dan frequensi
langkah (jumlah langkah yang diambil dalam setiap unit waktu).
Pada dasarnya fase berjalan dan fase berlari memiliki analisa kinesiology yang
sama, hanya pada saat berlari, fleksi hip lebih besar daripada berjalan. Juga pada
saat berlari lutut dalam posisi fleksi yang lebih besar dari pada berjalan dan tidak
pernah ekstensi penuh. Dan dalam pergelangan kaki saat berlari, waktu toe off
posisi kearah plantar fleksi lebih besar dari pada berjalan. Pada aktivitas berlari
pada fase melayang maka hamper semua otot berkontraksi untuk melakukan
gerakan tersebut (David, 2002).
Lari merupakan gerak darat yang memungkinkan manusia dan hewan lain
untuk bergerak cepat dengan berjalan kaki. Ini didefinisikan dalam istilah
olahraga sebagai gaya berjalan dimana titik-titik biasa selama siklus berjalan
dengan kaki berpijak di tanah. Hal ini berbeda dengan berjalan, dimana satu kaki
selelu bersentuhan dengan tanah, dan satu kaki digunakan sebagian besar lurus
dan pusat gravitasi (Biwer,2003). Lalu kaki kiri menapak dan sebelum kaki kanan
47
48
49
50
51
kecepatan mungkin
dapat diubah oleh perubahan level ambang rangsang GTO (gongli tendon organ).
Kekuatan viskoelastik diartikan sebagai level yang dihasilkan dari ketegangan otot
per unit beban stretch yang meningkat selama respon eksentrik otot. Formasi
crossbride akan meningkatkan kekuatan otot, sementara elongasi akan cendrung
meningkatkan tegangan dari sebuah otot yang teraktifasi dengan kuat (William,
2007).
peningkatan
sistem
neuromuskular
memungkinkan
seseorang
atau
atlit
52
Muscle spindle (perut otot), golgi tendon organ (GTO) dan persendian
merupakan komponen utama pada propiosepsi. Reseptor stimulus ini dapat
digunakan akibat dari fasilitasi, inhibisi, dan modulasi dari otot agonis dan
antagonis. Muscle spindle dan golgi tendon organ (GTO) sebagai penyedia dasar
propioseptif untuk latihan plyometric.
53
54
55
56
57