Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat. Rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan wajib berupaya untuk mencegah risiko
terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit (Dirjen Yanmed, 2009).
Seiring dengan peningkatan pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka
system nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai menuntut
pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu, termasuk juga pelayanan
kesehatan ini. Dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan,
maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam Rumah Sakit secara bertahap perlu
terus ditingkatkan, agar menjadi lebih efektif dan efisien, serta member kepuasan terhadap
pasien, keluarga maupun masyarakat (Mulyadi, 2007).
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, maka peningkatan sumber
daya manusia menjadi tuntutan masyarakat, sehingga kinerja pelayanan dapat diandalkan,
bermutu dan berorentasi kepada pelanggan yang dapat memberikan kepuasan pasien. Tata cara
penyelenggaraanya harus jugan sesuai dengan standar kode etik yang telah ditetapkan (Azwar,
2010).
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah sakit. Ada lebih kurang 1,7 juta
infeksi yang mengakibatkan 99.000 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat, sehingga
kesehatan terkait infeksi penyebab utama keempat kematian (Klevens, et al 2002).
Pencegahan Infeksi merupakan tanggung jawab semua individu dan penyelenggara
kesehatan. Setiap orang harus bisa bekerja sama untuk mengurangi risiko infeksi di rumah sakit.
Program pengendalian infeksi bisa dapat efektif jika kita semua bertindak secara komprehensif
dan meliputi kegiatan pengawasan dan pencegahan, serta pelatihan staf rumah sakit. NICE
memperbaharui pedoman mengenai infeksi kontrol di pelayanan kesehatan, yang awalnya di
lakukan penelitian tahun 2003. Panduan terbaru mengatakan bahwa setiap tenaga kesehatan
harus melakukan tindakan dekontaminasi segera setelah melakukan pemeriksaan atau tindakan

kesehatan sebelum melakukan kontak dengan pasien selanjutnya, dan sekarang menjadi suatu
keharusan termasuk tindakan aseptic (NICE, 2012).
Kunci utama dari sebuah pencegahan infeksi yang efektif adalah melindungi pasien dari
penularan penyakit menular dan dari kondisi yang sebabkan oleh perawatan yang diterima di
rumah sakit. Serta mencegah penyakit menular kepada petugas kesehatan merupakan aspek
penting lainnya dalam pengendalian infeksi. Untuk mencapai keberhasilan itu maka perlu
dilakukan pencegahan dan pengendalian yang efektif di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan tempat kegiatan yang sangat kompleks, rumah sakit adalah
tempat yang padat modal karena membutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaannya. Padat
teknologi karena di rumah sakit terdapat peralatan peralatan canggih untuk mendiagnosis
penyakit, padat karya karena memerlukan banyak tenaga kerja dengan keahlian khusus. Dalam
operasional kegiatan pelayan medis rumah sakit memerlukan banyak peralatan dan peralatan
tersebut mutlak diperlukan dalam keadaan steril, dan dalam pemeliharaannya memerlukan
sumber daya manusia yang memahami teknik sterilisasi yang benar, selain itu juga diperlukan
lahan tempat untuk melakukan kegiatan sterilisasi yang memadai. Bila ditinjau dari besarnya
jumlah alat dan bahan yang harus disterilkan di rumah sakit, maka rumah sakit dianjurkan untuk
mempunyai suatu instalasi pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri. Untuk meminimalkan risiko
terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan pedoman dan standar yang dibuat, yang merupakan salah satu instalasi yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur /wakil direktur rumah sakit.
Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan
kondisi steril atau bebas darisemua mikroorganisme secara tepat dan cepat. Untuk melaksanakan
tugas sterilisasi alat atau bahan secara profesional diperlukan pengetahuan dan keterampilan
tertentu oleh perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman dibidang
sterilisasi.

Anda mungkin juga menyukai