Jtptunimus GDL Purilukita 6608 3 Babii PDF
Jtptunimus GDL Purilukita 6608 3 Babii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Skizofrenia
1. Pengertian
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi,
terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah.
(Rudyanto, 2007).
Skizofrenia berasal dari kata mula-mula digunakan oleh Eugene Bleuler,
seorang psikiater berkebangsaaan Swiss. Bleuler mengemukakan manifestasi primer
skizofrenia ialah gangguan pikiran, emosi menumpul dan terganggu. Ia menganggap
bahwa gangguan pikiran dan menumpulnya emosi sebagai gejala utama daripada
skizofrenia dan adanya halusinasi atau delusi (waham) merupakan gejala sekunder
atau tambahan terhadap ini (Lumbantobing, 2007).
Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi
penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik,
dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).
2. Etiologi
Skizofrenia dapat dianggap sebagai gangguan yang penyebabnya multipel yang saling
berinteraksi. Diantara faktor multipel itu dapat disebut :
a. Keturunan
Penelitian pada keluarga penderita skizofrenia terutama anak kembar satu
telur angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9%-1,8%, bagi saudara kandung 7- 15%,
anak dengan salah satu menderita skizofrenia 7-16%. Apabila kedua orang tua
menderita skizofrenia 40-60% kembar dua telur 2-15%. Kembar satu telur 6168%. Menurut hukum Mendel skizofrenia diturunkan melalui genetik yang resesif
(Lumbantobing, 2007).
b. Gangguan anatomik
Dicurigai ada beberapa bangunan
anatomi di otak berperan yaitu : Lobus
9
temporal, sistem limbik dan reticular activating system. Ventrikel penderita skf
lebih besar daripada kontrol. Pemeriksaan MRI menunjukan hilangnya atau
4) Anhedonia
Tidak mampu menikmati kesenangan, dan menghindari pertemanan
dengan orang lain (Asociality) pasien tidak mempunyai perhatian, minat pada
rekreasi. Pasien yang sosial tidak mempunyai teman sama sekali, namun ia
tidak memperdulikannya (Lumbantobing, 2007).
5) Gejala Psikomotor
Adanya gejala katatonik atau gangguan perbuatan dan sering
mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya kemauan saja maka
dapat dilihat adanya gerakan
b. Gejala Positif
Gejala positif dialami sensasi oleh pasien, padahal tidak ada yang merangsang
atau mengkreasi sensasi tersebut. Dapat timbul pikiran yang tidak dapat dikontrol
pasien.
1) Delusi(Waham )
Merupakan gejala skizofrenia dimana adanya suatu keyakinan yang
salah pada pasien. Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali
tetapi pasien tidak menginsyafi hal ini dan dianggap merupakan fakta yang
tidak dapat dirubah oleh siapapun.Waham yang sering muncul pada pasien
skizofrenia adalah waham kebesaran,waham kejaran,waham sindiran, waham
dosa dan sebagainya (Kaplan and Sadock, 2010).
2) Halusinasi
Memdengar suara, percakapan, bunyi asing dan aneh atau malah
mendengar musik, merupakan gejala positif yang paling sering dialami
penderita skizofrenia (Lumbantobing, 2007).
B. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang tidak desertai dengan stimuli
eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi waham
tentang pengalaman halusinasi (Kaplan and Sadock, 2010)
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, p. 328) klien dengan halusinasi mengalami
kecemasan dari kecemasan sedang sampai panik tergantung dari tahap halusinasi
yang dialaminya (Januarti, 2008).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya
neurobiology seperti halusinasi (Stuart, 2007).
1) Biologis
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
berhubungan dengan perilaku psikotik (Stuart, 2007).
b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebih
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia (Stuart, 2007).
c) Pembesaraan ventikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadi
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh otopsi (Post-Mortem) (Stuart, 2007).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien misalnya anak diperlakukan oleh ibu
yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,
sementara yang mengambil jarak dengannya
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress sehingga tidak menutup
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan, tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut (Stuart,
2007), faktor prespitasi terjadi gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara menanggapi stimulasi yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku dan umumnya
lingkungan yang dapat mendukung bertambahnya gangguan jiwa adalah
lingkungan perkotaan yang dimana tingkat individualismenya sangat tinggi.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor
berlebihnya informasi pada syaraf yang menerima dan memperoses inflamasi
dithalamus frontal otak
3. Jenis Halusinasi
Ada 7 jenis halusinasi yaitu :
a. Pendengaran
Adalah mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas tentang
pasien, bahkan sampai percakapan lengkap antar dua orang atau lebih tentang
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana pasien
mendengar
perkataan
membahayakan.
b. Penglihatan
bahwa
pasien
disuruh
sesuatu
kadang-kadang
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti monster.
c. Penghidu
Membahui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, atau feses umumnya baubauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat strok,
tumor, kejang dan dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami rasa nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
f. Canesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernakan
makanan, atau pembentukan urin.
g. Kinestetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa gerak.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
a.
Berbicara sendiri.
b.
c.
d.
Ketakutan.
e.
f.
g.
h.
5. Fase-Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh pasien berbeda intensitas dan keparahannya.
Halusinasi terbagi dalam 4 fase yang berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan pasien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, pasien
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase
halusinasi sebagai berikut fase-fase halusinasi (Stuart and Larai,2005) :
a. Fase I Comforting Ansietas.
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval
2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot
formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu
dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak
dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic (Baihaqi, 2007).
b) Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila
dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer
atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
(1) Risperdal (risperidone)
(2) Seroquel (quetiapine)
(3) Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani
pasien-pasien dengan skizofrenia. (Baihaqi, 2007).
c) Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik
atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang
tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat
disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat
serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat
menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling
sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil (Andri,
2009). Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran :
(1) Klorpromazin. Sedian tablet 25 dan 100 mg, injeksi 25 mg/ml. Dosis
150 - 600 mg/hari
(2) Haloperidol. Sedian tablet 0,5 mg, 1,5 mg,5 mg Injeksi 5 mg/ml.
Dosis 5 - 15 mg/hari
(3) Perfenazin. Sedian tablet 2, 4, 8 mg. Dosis 12 - 24 mg/hari
(4) Flufenazin. Sedian tablet 2,5 mg, 5 mg. Dosis 10 - 15 mg/hari
(5) Flufenazin dekanoat. Sedian Inj 25 mg/ml. Dosis 25 mg/2-4 minggu.
(6) Levomeprazin. Sedian tablet 25 mg, Injeksi 25 mg/ml. Dosis 25 - 50
mg/hari
diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat
selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril) (Andri, 2009).
4) Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.
Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat
menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti
dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat
mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 24
minggu.
Pemberian
penerapannya.Terkadang
obat
dengan
pasien
dapat
injeksi
lebih
kambuh
simpel
dalam
walaupun
sudah
mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk
menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya
a) antipsikotik
konvensonal
dapat
diganti
dengan
newer
atipycal
b. Keperawatan
1) Terapi Psikososial
Terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat. Penderita selama ini menjalani terapi psikososial
ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka sebagaimana
juga halnya waktu menjalani psikoterapi. Kepada penderita diupayakan
untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan,
banyak bergaul (Kaplan and Sadock, 2010).
a) Terapi Perilaku
Teknik
perilaku
menggunakan
hadiah
ekonomi
dan
latihan
di
dalam
pengobpasien
non-psikotik.
Menegakkan
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologist meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima
dan
C. Family Gathering
1. Pengertian Family Gathering
Family Gathering adalah rangkaian upaya membantu keluarga, agar sebagai
sistem meningkatkan pengetahuan dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri.
Dimana dengan kegiatan tersebut keluarga pasien mendapatkan informasi-informasi
dan pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk membantu proses kesembuhan
pasien yang merupakan keluarga mereka (Imah, 2006).
Kegiatan family gathering berupa permainan (games) yang melatih
mengenai sejauh mana pengetahuan yang telah dimiliki oleh keluarga pasien
mengenai perawatan kesehatan jiwa. Bentuk komunikasi dari kegiatan ini adalah
bersifat diskusi, yang di dalamnya juga terdapat proses sharing, tanya jawab, dan lain
sebagainya (Imah, 2006).
Sebelum melaksanakan kegiatan family gathering, beranjak dari teori
psikologi, teori psikiatri, dan teori keperawatan jiwa. Dimana di dalam teori yang
dikemukakan oleh Erikson (1968) disebutkan bahwa dalam proses kesembuhan
pasien gangguan jiwa, peranan keluarga adalah yang sangat penting dan utama selain
perawatan dan pengobatan medis (Keliat, 2008).
2. Tujuan Family Gathering
Family Gathering bertujuan sarana untuk bersilaturahmi antara para keluarga
pasien, para keluarga dengan pihak rumah sakit, dan juga sebagai ajang untuk
berbagi pengalaman dan cerita satu sama lain (Imah, 2006).
3. Waktu Kegiatan Family Gathering
Kegiatan family gathering biasanya diadakan pada setiap awal bulan, dengan
kuantitas diadakan sekali dalam sebulan (Imah, 2006).
komunikasi bersifat informative adalah ketika pemateri (dokter atau perawat atau
psikolog) menyampaikan cara menanggulangi pasien ngamuk. Menjadi bersifat
informative karena pemateri menyampaikannya secara jelas dan mendetail sehingga
peserta menjadi paham dan mengerti betul bagaimana cara menanggulangi apabila
keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa tersebut tiba-tiba bertindak agresif
atau kasar. Sedangkan komunikasi yang bersifat edukatif adalah materi yang
disampaikan kepada peserta family gathering merupakan materi yang dapat memberi
manfaat kepada mereka dan keluarga mereka yang menderita gangguan jiwa.
Biasanya berisikan informasi-informasi dan pengetahuan yang belum pernah mereka
ketahui sebelumnya, sehingga menjadi bermanfaat. Sebagai contoh, pengetahuan
yang sebelumnya tidak mereka ketahui bahwa keluarga memegang peranan yang
sangat penting untuk membantu mempercepat proses kesembuhan pasien gangguan
jiwa (Keliat, 2008).
5. Jenis komunikasi Family Gathering
Komunikasi dua arah yang dijelaskan oleh Enok Komariah dalam hal ini apabila
dikaitkan dengan keilmuan Ilmu Komunikasi, disebut sebagai komunikasi simetris
dua arah (two way symmetrical communication), adalah suatu bentuk komunikasi dua
arah yang memiliki porsi sama besar antara komunikator dan komunikan (Cutlip &
Center, 1990). Komunikasi dua arah ini adalah antara para pembicara atau pemberi
materi dengan para keluarga pasien. Pembicara menyampaikan materi atau
bahasannya (misalnya mengenai bagaimana cara mencegah kekambuhan pada
pasien), kemudian peserta diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi. Dalam
kegiatan family gathering, keluarga juga dapat saling bercerita, berbagi pengalaman,
bahkan tidak sedikit yang berkeluh kesah mengeluarkan isi hatinya menghadapi
anggota keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa (Keliat, 2008).
Komunikasi satu arah (one way communication) mereka (peserta family
gathering) tidak hanya datang untuk hadir, kemudian duduk sepanjang hari untuk
mendengarkan penjelasan dari para pembicara. Namun dengan komunikasi dua arah
tersebut, mereka dapat bertanya dan mendapatkan penjelasan yang lebih dalam
mengenai kondisi anggota keluarga mereka yang sedang menderita gangguan jiwa.
Mereka bukan hanya menjadi mengetahui suatu informasi, tapi juga memahami dan
mengerti lebih dalam mengenai perawatan gangguan jiwa, mengenai bagaimana
harus bersikap dan menghadapi anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa,
bagaimana mengatasi kekambuhan pada pasien yang bersikap agresif, dan lain
sebagainya (Keliat, 2008).
6. Materi pada program Family Gathering yang disampaikan tentang dukungan
keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita gangguan
skizofrenia di rumah antara lain (Setyowati, 2008) :
a. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi penderita.
b. Mencintai dan menghargai penderita.
c. Memberikan pujian kepada penderita untuk segera perbuatannya yang baik dari
pada menghukumnya pada waktu berbuat kesalahan.
d. Menunjukan empati serta memberikan bantuan kepada penderita.
e. Menghargai dan mempercayai pada penderita.
f. Mau mengajak berekreasi bersama penderita dengan anggota keluarga lainnya.
g. Kegiatan Mengikuti penderita untuk kegiatan kebersamaan dengan sesama
anggota keluarga.
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
yang dimaksud tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang terendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan,
menguraikan.
Misalnya
dapat
menyebutkan
cara
untuk
mengontrol halusinasi.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara luas.setelah diberikan penjelasaan tentang halusinasi penderita mampu
mengenal gejala halusinasi.
c. Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada sistuasi atau kondisi nyata. Penderita mampu mengotrol halusinasi denga
cara menghardik
d. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam suatu
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Penderita mampu membuat jadwal kegiatan
untuk mengurangin timbulnya halusinasi.
D. Kerangka Teori
Terapi Somatik
Terapi Psikososial
(Medikamentosa)
a) Terapi Perilaku
a)
Antipsikotik
b) Terapi berorintasi-
Konvensional
keluarga
b) Newer Atypcal
Antipsycotic
Faktor
Presdisposisi
(Stuart, 2007)
c)
Clozaril
c) Terapi kelompok
d) Psikoterapi individual
(Kaplan and Sadock, 2010).
(Andri, 2009)
Faktor
Presipitasi
(Stuart, 2007)
Halusinasi
(Kaplan and
Sadock, 2010)
Sembuh
Mekanisme
koping
(Stuart, 2007)
Family Gathering
(Imah,2006)
Perilaku
(Stuart, 2007)
E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pengetahuan keluarga
tentang cara merawat
halusinasi dengan klien
skizofrenia
Family Gathering
Area yang Family Gathering sebagai variabel bebas dan pengetahuan keluarga tentang
cara merawat halusinasi dengan klien skizofrenia sebagai variabel terikat.
F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
: Family Gathering
2. Variabel Terikat
halusinasi