Perkerasan JLN
Perkerasan JLN
NAASRA (Australia)
PERTIMBANGAN
KONSTRUKSI DAN
PEMELIHARAAN
EVALUASI
DAYA DUKUNG
TANAH DASAR
(SUBGRADE)
LALU-LINTAS
RENCANA
PERENCANAAN STRUKTUR
1. PERKERASAN LENTUR
2. PERKERASAN KAKU
3. PELAPISAN TAMBAHAN
LINGKUNGAN
MATERIAL
PERKERASAN
PERBANDINGAN
PERENCANAAN
IMPLEMENTASI
PERENCANAAN
Ketersediaan
peralatan
khususnya
Penggunaan Stabilisasi
peralatan
pencampur
material,
2.
Pertimbangan Lingkungan
. Kelembaban :
Jenis perkerasan
PENGUAPAN
RESAPAN KE PERKERASAN
RESAPAN KEBAHU
LAPISAN PERKERASAN
TRANSFER DARI
BAHU JALAN
PERGERAKAN UAP AIR
DARI LAPISAN
TANAH BAWAH
DARI MAT
REMBESAN
DARI TEMPAT
TINGGI
MAT
FLUKTUASI MAT
Penggunaan kadar air (W) pada saat pemadatan dan kepadatan lapangan
(d) yang dicapai
-3
Parameter elastis
4. Material Perkerasan
Material terikat
Aspal
Beton semen
5. Lau-Lintas Rencana
Beban sumbu
Konfigurasi sumbu
Jarak sumbu
Jumlah roda/sumbu
.Lajur Rencana
Lajur rencana yang diperhitungkan yaitu lajur rencana yang menerima beban terbesar.
.Usia Rencana, Beberapa tipikal usia rencana:
-4Bersifat elastis juka menerima beban, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi
pengguna jalan
Selama
Usia
rencana
diperlukan
pemeliharaan
secara
berkala
(rutin
maintenance)
LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE)
2 LAJUR
0,60
0,50
0,70
3 LAJUR
0,40
0,40
0,50
4 LAJUR
--0,30
--5 LAJUR
--0,25
--6 LAJUR
--0,20
--* Berat total < 5 ton, mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**Berat total 5 ton, Bus, Truck, Traktor, semi trailer, dan trailer
2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
a)
Angka Ekivalen Sumbu Tunggal :
(bebansatusumbutunggaldalamkg ) 4
E=
8160
0,50
0,475
0,45
0,425
0,40
-5E = 0,086
(bebansatusumbugandadalamkg )
8160
3.
Perhitungan Lalu-Lintas
a)
LEP =
b)
LHRjxCjxEj
j 1
LEA =
c)
LHRJ 1 i
UR
xCjxEj
j 1
d)
LEP LEA
2
UR
10
-6-
5. Faktor Regional
Faktor Regional ini (FR) adalah faktor korelasi sehubungan dengan adanya
perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan
dengan keadaan di Indonesia. FR ini dipengaruhi oleh bentuk alinemen, persentase
kendaraan berat yang berhenti serta iklim (lihat tabel faktor regional (FR)).
6. Indeks Permukaan.
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan
yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat. (dapat dilihat
dalam tabel indeks permukaan pada akhir usia rencana (IP) ).
7. Indeks Tebal Perkerasan (ITP).
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3. D3
Dimana : ITP : Indeks tebal perkerasan
a
: Koefisien lapisan
Volume
(Bh. Kend.)
1400
450
90
45
-7-
PENYELESAIAN :
1) LALU-LINTAS RENCANA :
a) Menghitung angka ekivalen (E) masing-masing Kend.:
Mobil Penumpang = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
Bus
Truk 10 ton
Truk 20 ton
LHRjxCjxEj
j 1
Truk 10 ton
Truk 20 ton
c)
= 60,043
LHRJ 1 i
UR
xCjxEj
j 1
e)
-8-
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0 1
2 2,40
CBR (%)
Dari data tanah diperoleh nilai CBR yang mewakili = 2,40 %
2) Mencari Nilai Daya Dukung Tanah Dasar
Dari grafik di atas diperoleh nilai CBR yang mewakili adalah = 2,40 %, maka
dari gambar 7.7 Korelasi DDT dan CBR diperoleh nilai Daya Dukung Tanah
Dasar (DDT) = 3,5.
3) TEBAL LAPISAN PERKERASAN :
a) Faktor Regional, Dari data : Jalan Arteri dengan jurah hujan rata-rata/tahun =
750
mm,
kelandaian
rata-rata
6%
Jadi
kendaraan
berat
450 90 45
x100% = 29,5 %
1400 450 45
Jalan arteri
Dari tabel 7-9 untuk jalan arteri, Ipt = 2,0 2,5, diambail 2,5
LASTON
10,0 cm
LASTON ATAS
26,50 cm
SIRTU KELAS A
(CBR 70)
CBR = 2,40 %
Analisis daya dukung untuk keperluan perencanaan teknik jalan raya, yaitu daya
dukung pada subgrade, baik natural subgrade maupun embankment subgrade.
Daya dukung ini didasarkan pada nilai CBR hasil pengujian lapangan maupun
laboratorium:
Lapisan tanah dasar asli, yaitu natural subgrade hasil pekerjaan galian. Nilai
CBR untuk lapisan ini diperoleh dari uji lapangan dengan alat DCP (Dynamic
Cone Penetrometer) atau alat sondir , atau dilakukan pengambilan contoh tanah
dengan selinder (Mold), untuk uji CBR asli dilaboratorium
Lapisan tanah dasar bentukan, yaitu lapisan tanah dasar pada permukaan
timbunan (embankment subgrade) hasil pekerjaan urugan. Nilai CBR pada
lapisan ini diperoleh dari uji CBR di laboratorium terhadap contoh tanah tidak asli
(hasil uji kompaksi).
Pada konstruksi badan jalan yang berupa struktur timbunan perlu dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
Jika timbunan terletak pada tanah lunak, harus dilakukan perhitungan daya
dukung dan besarnya penurunan tanah asli (dibawah timbunan) yang menopang
struktur timbunan
. MATERIAL JALAN
Material yang diperlukan untuk konstruksi jalan terdiri dari :
- 10
Tanah
Agregat
Aspal / Beton
. Tanah pada konstruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan berupa
urugan.
Urugan biasa tidak boleh digunakan apabila mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Tanah ekspansif yaitu tanah yang potensi ekspansif tinggi dengan LL>60 dan IP >35.
Urugan pilihan hanya digunakan pada lokasi tertentu yang mempunyai nilai CBR
rendaman berdasarkan AASHTO T 193-81 minimal 10% dan IP maks. 6%.
. Agregat, adalah material perkerasan berbutir yang digunakan untuk lapisan
perkerasan jalan, terdiri dari tiga kelompok berdasarkan mutu yaitu :
Agregat kelas A
Agregat kelas B
Dan agregat kelas C
Agregate dilihat dari jenisnya adalah :
Asli (natural), kerikil, pasir, batu pecah/belah
Buatan pabrik, letusan dari bara api, batu sabak
. Aspal, adalha material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible
pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai bahan pengikat agregat, karena
mempunyai daya lekat yang kuat, sifat adhesif, kedap air dan mudah dikerjakan.
Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari :
Aspal alam, di Indonesia ditemukan di pulau Buton sulawesi tenggara dan dikenal
dengan sebutan Asbuton (aspal buton). Aspal ini dapat ditemukan dalam bentuk
padat, plastis, dan cair, ditemukan juga di USA, prancis,dan Swiss.
Aspal buatan, adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan minyak
bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut : paraffin base crude
oil. Aspal buatan ini terdiri dari berbagai bentuk yaitu :
Aspal padat, sifatnya adalah :
o Mempunyai daya ikat yang kuat
o Dapat menjadi cair
o Dapat menjadi cukup keras kembali setelah sudah dilakukan pencampuran
dengan agregat disebut aspal beton.
o Titik lembek aspal harus diperhitungkan berdasarkan hasil laboratorium
o Bitumen yang digunakan tidak boleh terlalu peka terhadap suhu karena waktu
penetrasi sangat tergantung pada suhu.
o Digunakan hampir seluruh pekerjaan pelaksanaan lapisan perkerasan jalan
aspal dan aspal beton.
Aspal emulsi anionik adalah aspal emulsi yang diberikan muatan listrik
negatif dan umumnya dapat digunakan untuk melapisi batuan yang
basa dan netral dengan baik. Aspal ini terdiri dari : MC (labil), MS (agak
stabil), dan MC (stabil).
Aspal emulsi kationik adalah aspal emulsi yang bermuatan listri positif
sehingga baik untuk digunakan melapisi batuan netral dan alam. Aspal
ini terdiri dari : MCK (bekerja cepat), MSK (bekerja kurang cepat), dan
MLK (bekerja lamban).
Aspal emulsi nonionik adalah aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik,
karena tidak mengalami proses ionisasi.
o Sifat bahan aspal emulsi, faktor yang dapat mempengaruhi aspal emulsi
dalam pelaksanaan adalah :
- 12
Pengawasan lalu-lintas
Pertimbangan lingkungan
- 13 o Durabilitas
o Workabilitas
o Ekonomis
Beton, atau beton-semen baik betoan bertulang maupun beton tidak bertulang,
banyak digunakan konstruksi jalan raya yaitu :
o
o
o
o
Sifat-sifat beton
o Menghasilkan permukaan yang keras, tahan terhadap gerusan
o Mempunyai kuat tekan yang tinggi
o Tahan terhadap cuaca dan bebas korosi
Semen, atau portland cement (PC) adalah material yang akan bereaksi secara
kimiawi jika dicampur dengan air dalam suatu proses yang disebut hydrasi untuk
membentuk benda (membatu)
Agregat :
o Agregate Halus adalah yang digunakan untuk campuran beton adalah pasir
dengan mutu yang baik.
Tabel : Gradasi Agregate Halus
Ayakan
3/8 (9,5 mm)
No. 4 (4,75 mm)
No. 16 (1,18 mm)
No. 50 (0,30 mm)
No. 100 (0,15 mm)
o Agregat Kasar, agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah
kerikil/split.
o A I r, semua air yang boleh diminum layak digunakan untuk campauran beton,
kecuali mengandung alkali atau aksid, minyak dan bahan organik.
. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Perencanaan perkerasan kaku didasarkan atas perencanaan yang dikembangkan
oleh NAASRA (nasional Association of Australia State Road Authorities).
Susunan lapisan pada perkerasan kaku umumnya seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar Lapisan
Perkerasan Kaku
Plat Beton
(Concreta Slab)
Lap. Pondasi Bawah
(Sub. Base Coarse)
Lap. Tanah Dasar
(Sub. Grade)
2. Perkerasan Kaku dengan Permukaan Aspal, didefinisikan sebagai salah satu dari
jenis komposit.
. Faktor Untuk Menentukan Ketebalan
1. Kekuatan Lapisan Tanah Dasar
Untuk perencanaan tebal perkerasan kaku dibutuhkan daya dukung tanah yaitu :
CBR dan modulus reaksi tanah dasar (k).
Untuk menentukan modulus Reaksi Tanah Dasar (k) Rencana yang mewakili
suatu seksi jalan, dipergunakan rumus:
K0 = 2 S
S
x100% 25%
K
(dianjurkan).
Dimana :
K0 ; modulus reaksi tanah dasar yang mewakili suatu seksi
: modulus reaksi tanah dasar rata-rata dalam suatu seksi
- 15 Jalan
n : Jumlah data K
Standar Deviasi :
n
S=
K K
2
n n 1
2. Kekuatan beton
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah.
Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada
perkerasan lentur dan kaku.
1)
2)
Tipikal hubungan untuk mengubah kuat tekan beton 28 hari ke kuat lentur 90 hari
yang menggunakan agregat pecah, menurut NAASRA adalah :
F28 = 0,75
C28
C28
Dengan ketentuan
1,8. fct <
Jika fct tidak ditentukan, maka fr harus dikalikan dengan angka sebagai
berikut :
o Untuk beton ringan Total :
fr = (0,75) 0,7
f !c fr = 0,525
f !c (Mpa)
f !c fr = 0,595
f !c (Mpa)
Dimana :
fc : kuat tekan karakteristik beton pada usia 28 hari
fct : Kuat tarik belah rata-rata beton ringan.
( fc dan fct dalam Mpa).
Pengujian yang Dilakukan :
3. Untuk menentukan Modulus Keruntuhan Lentur Beton (Modulus of
Rupture) dilakukan dengan standar ASTM C78-75 atau AASHTO T9776(1982) Flexural Strength of Concrete menggunakan balok (simple
beam) beton dengan pembebanan tiga titik.
4.
- 17 R : Faktor pertumbuhan lalu-lintas yang besarNya berdasarkan faktor pertumbuhan laluLintas tahunan (i) dan usia rencana (n).
Untuk ( i 0 )
1 i n 1
R= e
log1 i
Untuk ( i 0 ), Jika setelah m tahun pertumbuhan
Lalu-lintas tidak terjadi lagi :
R=
1 i m 1
+ (n m)(1 + i)m-1
e
log1 i
1 i m 1
1 i m 1 i ' n m 1
e
e
log1 i +
log1 i '
Lajur
Lajur
Lajur
Lajur
Lajur
Lajur
Kendaraan Niaga
1 Arah
1,00
0,70
0,50
----
2 Arah
1,00
0,50
0,475
0,45
0,425
0,40
Faktor Keamanan
1,2
1,1
1,0
- 18 -
Kisaran kekakuan
Psi
Mpa / Gpa
8.000-20.000
(55-138 Mpa)
500.000-1.000.000
(3.5-6.9 Gpa)
400.000-900.000
(2.8-6.2 Gpa)
350.000-1.000.000
(2.4-6.9 Gpa)
40.000-300.000
(0.28-2.1 Gpa)
- 19 pondasi beton dengan campuran abu batu atau sejenisnya, mempunyai kuat
tekan minimum utk 28 hari sebesar 5 Mpa.
Beberapa alternatif lapisan pondasi beton yang dapat digunakan adalah :
o Beton giling
o Beton aspal
o Bahan yang distabilisasi dengan semen, kapur, abu batu.
5. Tatacara Perencanaan Ketebalan
Kebutuhan tebal perkerasan ditentukan dari jumlah kendaraan niaga selama usia
rencana. Perencanaan tebal pelat beton didasarkan pada total fatigue mendekati
atau sama dengan 100 %.
Tahapan perencanaan adalah sebagai berikut :
A.
Tebal Pelat
Prosedure perencanaan :
1)
2)
Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta harga K tertentu
maka :
a. Tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dari grafik
terlampir.
b. Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan lentur yang
terjadi pada pelat dengan modulus keruntuhan lentur beton (fr).
c. Jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan berdasarkan harga
perbandingan tegangan pada tabel perbandingan tegangan dan jumlah
pengulangan beban yang diijinkan.
3)
4)
5)
B.
bersambung,
perencanaan
ketebalan
pada
perkerasan
pengalaman
dalam
pelayanan
perkerasan,
- 20 menurut NAASRA
tatacara uraian diatas, ketebalan minimum semua jenis perkerasan kaku yang akan
dilalaui kendaraan niaga tidak boleh kurang dari :
Tebal perkerasan kaku tidak boleh kurang dari 150 mm.
Kecuali perkerasan bersambung tidak bertulang tanpa ruji (dowel), tebal
minimum harus 200 mm.
Ketebalan minimum juga berlaku utk perkerasan kaku dengan lapisan
permukaan aspal dengan mengabaikan tebal lapisan aspal yang ada.
CONTOH PERHITUNGAN (KAKU).(I).
Diketahui : Akan direncanakan tebal perkerasan kaku utk jalan baru dengan ketentuan :
Peranan jalan : Jalan Arteri
Tipe jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 B)
Usia rencana : 20 thn
Rencanakan jenis perkerasan : Kaku (rigid)
Data Yang tersedia :
Tanah dasar : harga CBR rencana pada beberapa ttk yang mewakili : 2,5-2,5-2-33-4-3-5-4-3-2-3,5-4-4-5.
Kondisi iklim setempat :curah hujan rata-rata 750 mm/thn
Kelandaian rata-rata : 6 %
Jumlah LHR pada awal (LHR0):
Jenis kendaraan
Volume
(bh.kend.)
Mobil penumpang
1400
Bus
450
Truk 10 ton
90
Truk 20 ton
45
Angka pertumbuhan lalu-lintas : 6 %.
Beban sumbu
Depan
Belakang
1
1
3
5
4
6
2x7
Penyelesaian :
1)
Mutu Beton rencana : digunakan mutu beton kuat tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm 2
f = 350 / 10,2 = 34 Mpa > 30 Mpa (minimum disarankan), dari rumus :
fr = 0,62 f c (Mpa)
= 0,62 . 34 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (ok)
2)
Beban Lalu-Lintas Rencana :
a. Jumlah sumbu kendaraan Niaga :
Jenis
Jumlah
Beban sumbu (ton)
Konfigurasi sumbu
Kendaraan Kendaraan
Sumbu
Depan
Belakang
Depan
Belakang
Bus
450
900
3
5
STRT
STRG
Truk 10 ton
90
180
4
6
STRT
STRG
Truk 20 ton
45
90
6
Jumlah
585
1170
Dari Rumus : Jumlah sumbu kendaraan Niaga :
14
STRT
- 21 SGRG
1 i n 1 1 0,06 20 1 37,876
e
e
log1 i
log1 0,06
Beban
Persentase konfigurasi
Jumlah repetisi
Sumbu
Sumbu
sumbu (%)
selama usia
(ton)
STRT
3
450 : 1170 = 38,46
STRT
4
90 : 1170 = 7,69
STRG
5
450 : 1170 = 38,64
STRT
6
45 : 1170 = 3,85
STRG
6
90 : 1170 = 7,69
SGRG
14
45 : 1170 = 3,85
3) Kekuatan Tanah Dasar ; mencari harga CBR yang mewakili :
CBR
rencana
24,88 x 105
4,98 x 105
24,88 x 105
2,49 x 105
4,98 x 105
2,49 x 105
besar
2
2,5
3
3,5
4
5
15
13
11
7
6
2
15/15 x 100
13/15 x 100
11/15 x 100
7/15 x 100
6/15 x 100
2/15 x 100
100,00
86,67
73,33
46,67
40,00
13,33
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2,4 3
Beban
Sumbu
(ton)
Beban
Rencana
FK= 1,1
Repetisi
Beban
(105)
2
3
4
5
6
6
14
3
3,3
4,4
5,5
6,6
6,6
15,4
4
24,88
4,98
24,88
2,49
4,98
2,49
1
STRT
STRT
STRG
STRT
STRG
SGRG
Tegangan
Yg terjadi
(Mpa)
Perbandingan
Tegangan
5
6
--1,65
-1,45
-2,25
0,625
1,80
-2,30
0,640
Jumlah
Dengan tebal pelat = 18 cm, ternyata jumlah fatigue yang terjadi :
Jumlah
Repetisi
Beban
yg
Diijinkan
Persentase
Fatigue
(%)
7
---16.000
-11.000
8
---1.556
-2.264
3.820.
> 100 %, maka perhitungan harus diulang dengan menambah tebal pelat menjadi = 20
cm (dicoba).
Keterangan tabel perhitungan :
Kolom 3 : kolom 2 dikali Fk (diambil dari tabel faktor keamanan) jalan arteri.
Kolom 5 : dari grafik NAASRA (pada lampiran perkerasan) dengan nilai K = 22 kPa/mm
Kolom 6 : kolom 5 dibagi dengan fr
Kolom 7 : dari tabel perbandingan tegangan (tabel 7.16)
Kolom 8 : kolom 4 dibagi dengan kolom 7 dikalikan 100.
5. KEKUATAN PELAT BETON (TEBAL = 20 CM)
Koef.
Sumbu
1
STRT
STRT
STRG
STRT
STRG
SGRG
Beban
Sumbu
(ton)
Beban
Rencana
FK= 1,1
Repetisi
Beban
(105)
2
3
4
5
6
6
14
3
3,3
4,4
5,5
6,6
6,6
15,4
4
24,88
4,98
24,88
2,49
4,98
2,49
Tegangan
Yg terjadi
(Mpa)
Perbandingan
Tegangan
5
-1,40
1,40
1,88
1,54
1,65
Jumlah
6
---0,520
---
Jumlah
Repetisi
Beban yg
Diijinkan
Persentase
Fatigue
(%)
7
---300.000
---
8
---83
--83
Dengan tebal pelat = 20 cm, ternyata jumlah fatigue yang terjadi adalah : 83 < 100 %,
maka tebal pelat minimal = 20 cm (ok).
6. TATACARA PERENCANAAN PENULANGAN
Tujuan dasar distribusi penulangan baja adalah bukan untuk mencegah terjadinya
retak pada pelat beton tetapi untuk membatasi lebar retakan yang timbul pada
- 23 daerah dimana beban terkonsentrasi agar tidak terjadi pembelahan pelat pada
daerah retak tersebut sehingga kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.
Banyaknya tulangan baja yang didistribusikan sesuai dengan kebutuhan untuk
keperluan ini yang ditentukan oleh jarak sambungan susut, dalam hal ini
dimungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah
sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.
1) Kebutuhan Penulangan pd perkerasan bersambung tanpa tulangan :
Pada perkerasan bersambung tanpa tulangan, penulangan tetap dibutuhkan
untuk mengantisipasi atau meminimalkan retak pada tempat-tempat dimana
dimungkinkan terjadi konsentrasi tegangan yang tidak dapat dihindari .
Tipikal penggunaan penulangan khusus ini antara lain :
Tambahan pelat tipis
Sambungan yang tidak tepat
Dan pelat kulah atau struktur lain
2) Penulangan, pada perkerasan bersambung dengan tulangan, luas tulangan pada
perkerasan ini dihitung dari persamaan sebagai berikut :
As =
Dimana :
11,76 F .L.h
fs
11,76. F .L.h
dari tabel F = 1,2 (sirtu)
fs
fs = 230 Mpa
As =
11,76.1,2 20 200
245mm 2 / m lebar As = 245 mm2/m lebar
230
11,76.(1,2)(10)(200)
123 mm2 / m pias
230
Ps = ( fy n. ft ) (1,3 0,2.F )
Dimana :
Ps ; persentase tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap penampang
beton, (%).
ft : Kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4-0,5.fr (Mpa)
fy : tegangan leleh rencana baja (berdasarkan SNI91, dimana fy < 400 Mpa
BJTD40)
n : angka ekivalen antara baja dan beton =
Es
tak berdimensi (lihat tabel
Ec
dibawah).
F
berdimensi.
Es : modulus elastis baja (SNI91, Es = 200.000 Mpa.)
Ec : modulus elastis beton (SNI91, Ec = 4700
f 'c
, (Mpa)
Tabel. Hub. antara Kuat Tekan beton dan angka ekivalen baja & beton (N) serta (fr).
fc
Fc
(kg/cm2)
115
(Mpa)
11,3
fr (rata-rata)
13
(Mpa)
2,2
- 25 120 135
140 - 165
170 - 200
205 - 250
260 - 320
330 - 425
450
11,8-13,2
13,7-16,2
16,7-19,6
20,1-24,5
25,5-31,4
32,4-41,7
44,1
12
11
10
9
8
7
6
2,2
2,4
2,6
2,9
3,3
3,7
4,1
Persentase minimum tulangan memanjang pada perkerasan beton menerus adalah 0,60
% dari luas penampang beton.
Jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dapat dihitung
dengan persamaan :
Ler =
ft 2
n. p 2 .u. fb.( SEc ft )
Dimana :
Ler = jarak teoritis antara retakan, dalam meter, jarak optimum antara 1 2 meter.
p
fb = tegangan lekat antara tulangan dengan beton yang dikenal sebagai lekat lentur
dalam Mpa.
Tegangan lekat dasar =
9,5
d
0,79
d
ft = kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4 0,5 fr, Mpa.
n = angka ekivalen antara baja dan beton
u = keliling penampang tulangan per satuan luas tulangan
4
, dalam (m-1)
d
Ps =
fb = 1,9
Ec =
fc '
4700
0,97
1,9
34 = 2,42 Mpa,
fc ' 4700 34
= 27,405 Mpa
1418
p = ( 200).(1.000) 0,0071
4
u = 0,019 = 210
Ler =
(1,8) 2
= 1,52 m < 2 m (ok)
(7).(0,0071) 2 (210).(2,42). 0,0005 27.405 1,8
11,76.(1,2)(10)(200)
123 mm2 / m pias
230
SAMB. SERONG
TEPI LUAR
1-1,5 M
BAHU
LAJUR 1
TIE BAR
LAJUR 2
DOWEL
TIE BAR
SAMB. MEMANJANG
LAJUR 3
JARAK SAMB. MELINTANG
DOWEL
TEPI DALAM
TIE BAR
- 28 -
- 29 TEBAL PELAT
DIAMETER
PERKERASAN
D O W E L
PANJANG
JARAK
INCI
MM
INCI
MM
INCI
MM
INCI
MM
6
150
19
18
450
12
300
7
175
1
25
18
450
12
300
8
200
1
25
18
450
12
300
9
225
1
32
18
450
12
300
10
250
1
32
18
450
12
300
11
275
1
32
18
450
12
300
12
300
1
38
18
450
12
300
13
325
1
38
18
450
12
300
14
350
1
38
18
450
12
300
Dowel berfungsi sebagai penyalur beban pada sambungan, yang dipasang
dengan separoh panjang terikat dan separoh diberikan pelumas agar bebas
bergeser.
Maks. = 20 mm
6 10 mm bahan penutup
h
Ld
h/2
Ld
h/2
h
Btg polos diminyaki
Ld Ld
d = diameter batang dowel, Ld = panjang batang dowel
h = tebal pelat beton perkerasan
Gambar : Sambungan Muai dengan dowel.
- 30 -
6-10 mm
Bahan penutup
h/4
12 mm
d
h
h/3
12 mm
50 mm
Lt/4
Lt/4
- 31 -
- 32 -
- 33 -