Abdullah Mahmud PDF
Abdullah Mahmud PDF
ABSTRAK
Perkembangan tasawuf, sebagaimana disiplin Islam yang lain tidak
sepi dari penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan itulah yang,
pada gilirannya, mendorong para pembaharu sufi untuk diluruskan
dan dikembalikan ke kepangkuan al Quran dan Hadits. Dalam
tulisan ini penulis menelusuri salah satu pembaharu tasawuf yang
berasal dari Kalisalak (Indonesia) yakni Syaikh Ahmad Rifai.
Dari paparan tentang pemikiran tasawuf Ahmad Rifai dan beberapa
ajaran/doktrin yang terkait erat dengannya yang menjadi perhatiannya, selanjutnya dapat disimpulkan berikut. Memperhatikan
corak tasawuf yang ada dalam Islam, baik teori maupun praktek,
maka corak tasawuf Ahmad Rifai termasuk tasawuf Sunni. Ciri dari
corak tasawuf ini adalah bersumberkan pada al Quran dan hadits,
artinya apapun ajaran dan pengalaman tasawuf oleh para sufi harus
dikembalikan ke pangkuan keduanya. Ahmad Rifai adalah figur
yang berjuang secara gigih mengembalikan ajaran tasawuf ke
sumber pokoknya.
Kata Kunci: pembaharu, tasawuf,
Pendahuluan
Tasawuf merupakan salah satu
disiplin Islam yang muncul pada abadabad Klasik Islam, beriringan dengan
lahirnya disiplin keilmuan Islam yang lain:
Kalam, Fiqh, dan Filsafat. Sejarah dan
71
72
dan diasalkan.
Perkembangan tasawuf, sebagaimana disiplin Islam yang lain sebagaimana
tersebut di atas, tidak sepi dari penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan
itulah yang, pada gilirannya, mendorong
para pembaharu sufi untuk diluruskan
dan dikembalikan ke kepangkuan al
Quran dan Hadits. Dalam limbo sejarah
Islam muncullah tokoh-tokoh pembaharu dari masa ke masa di berbagai
wilayah Islam, termasuk di Indonesia.
Salah satu tokoh pembaharu tasawuf itu
ialah Syaikh Ahmad Rifai yang berasal
dari Kalisalak.
Ahmad Rifai: Sebuah Biografi Dan
Perjuangan
Ahmad Rifai lahir pada kamis 9
Muharram 1200 H / 1786 M, tepatnya
di desa Tempuran, Kendal. Dia lahir dari
pasangan Raden KH. Muhammad
Marhum dan Siti Rahmah atau Siti
Radjiyah.1 Jika dirunut asal usulnya,
Ahmad Rifai berasal dari nenek moyang
berkedudukan dan bermartabat. Kakeknya adalah adalah seorang bangsawan berdarah keturunan kraton Ngayogjokarto bernama Raden KH. Abu
Sujak alias Raden Soetjowidjojo yang
berprofesi sebagai penghulu Landerad di
Kendal. Muhammad Marhum adalah
anak kedua Abu Sujak dari lima bersaudara, dan saudara-saudaranya yang
lain secara berturut-turut adalah berikut:
Kiai Ahmad Nasihun, Silsilah Keturunan KH Abu Sujak, Pekalongan: 1967, h.15.
Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan Syaikh Ahmad Rifai Dalam Menentang Kolonial Belanda,
Jakarta: 1989, h. 9.
2
3
73
74
Ibid. h. 9.
Karel A.Steenbrink, Beberapa aspek tentang islam di Indonesia abad 19, Jakarta: Bulan
Bintang,1984, h.106-108.
6
Syadzirin Amin, Gerakan Syekh Ahmad Rifai, 1996: 119
5
75
76
keluar dari mulut sufi. Fase perkembangan berikutnya menjadi corak tasawuf
yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistis dan visi rasional para
perintis dan penggagasnya.8 Bertolak dari
kerangka tersebut pikiran dan paham
tasawuf Ahmad Rifai akan ditelusur.
Sebagai seorang ulama besar yang
produktif menulis buku, maka buah
pikirannya akan dapat diidentifikasi
coraknya, termasuk di dalamnya corak
pemikiran Tasawufnya. Jika ditelusuri
karya-karya tulisnya, khususnya yang
membahas tasawuf, akan dijumpai
banyak idiom-idiom atau pun term-term
yang lazim dalam dunia tasawuf seperti:
Syaikh / Mursyid, Murid, Itimad,
Syariat, Thariqat, Hakikat, Waliullah,
Karomah, Istiqamah, Khauf, Mahabbah, Raja. Suluk, Salik, Tajalli,
Khatir, Taqwa, Wara, Mahjub, Wuquf, Wushul, Mahbub, Mathlub,
Masdud, Muraqabah, Musyahadah,
Ibadah, Ubbadah, Ubudiyah, Yaqin,
Shidiq, Iradah, Haya, Hasan,
Hikmah, Taqarrub, Makhdhu, Marifat, Zikrullah, Thalibin, Tawadlu,
Maqam, Fana, Baqa, Zuhud, Qonaah, Sabar, Tawakkul, Ridla, Syukur,
Ikhlas, Mujahadah, Hubbudunya,
thama, Itbaul hawa, Ujub, Riya,
Takabbur dan lain-lain.9
Ahmad Rifai, Thariqat, Syarihul
Abul Wafa Taftazani, Sufi dari zaman ke zaman, terj. Bandung: Penerbit Pustaka, 1985. h. 10,
140, 187.
9
Ahmad Rifai, Thariqat, Syarihul Iman, Jamul masail, Abyan al Hawaij, dsb. dalam Syadzirin
Amin, 1996, h.191-192.
8
77
78
menentukan
Akan menjalankan syariat, thariqat,
dan haqiqat
Akan tetapi ketiganya wajib
dilaksanakan
Bagi orang yang menanam agar
mengambil manfaat
Atau barang dagangan dan apa saja
Wajib ketiganya itu menyatu
Syariatnya orang berdagang adalah
perbuatannya
Ialah melaksanakan syarat sah
hukumnya
Demikian juga orang yang menanam
Ingin ikut perintah kebenaran syara
Jangan melakukan perbuatan haram
Dari ungkapan Ahamad Rifai
yang lugas namun tegas tersebut di atas
dapatlah dipahami bahwa dalam tasawuf
terdapat 3 hal pokok yang harus dijalani/
dilakukan, yaitu: syariat, thariqat, dan
haqiqat, agar para pelaku (sufi) sampai
pada tujuan. Dia juga mengajarkan agar
dalam (praktek) bertasawuf jangan
dipisahkan antara syariat dan haqiqat,
sebab manakala keduanya dipisahkan
maka syariat akan kehilangan elan vital
dan haqiqat tiadak memiliki manfaat.
Perpaduan antara keduanya merupakan
perpaduan yang selaras dan harmonis
ibarat badan dan roh. Ungkapan di atas
mengisyaratkan bahwa untuk sampai
11
79
12
13
80
14
81
Ichtiar Baru Van Hoeve, Ensiklopedi Islam, jilid 3, Jakarta: 1993, h.10.
Al Hujwiri, Kasyful Mahjub, terj. Bandung: Mizan, 1992, h.201.
17
Kalabadzi, at Taarruf li Mazhab ahl at Tashawwuf, terj. Bandung: Penerbit Pustaka, 1985, h.
81-82
15
16
82
18
83
19
84
nya dapat disimpulkan berikut. Memperhatikan corak tasawuf yang ada dalam
Islam, baik teori maupun praktek,
sebagimana terpapar pada awal tulisan
ini, maka coarak tasawuf Ahmad Rifai
termasuk tasawuf Sunni. Ciri dari corak
tasawuf ini adalah bersumberkan pada
al Quran dan hadits, artinya apapun
ajaran dan pengalaman tasawuf oleh para
sufi harus dikembalikan ke pangkuan
keduanya. Ahmad Rifai adalah figur
yang berjuang secara gigih mengembalikan ajaran tasawuf ke sumber
pokoknya.
Implikasi dari pemahamannya
tentang tasawuf itu akan dapat disimak
pemikirannya tentang beberapa hal
berikut. Pandangannya mengenai wali
meliputi tingkatan-tingkatan, yang
Daftar Pustaka
Depag RI, 1990. Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penerjemah al Quran.
Slamet Siswadi, 1990. Biografi: Profil Ulama Rifaiyah, Yogyakarta: t.p.
Kiai Ahmad Nasihun, 1967. Silsilah keturunan K H Abu Sujak, Pekalongan: t.p.
Ahmad Syadzirin Amin , 1989. Gerakan Syaikh Ahmad Rifai Dalam menentang
Kolonial Belanda, Jakarta: Yayasan Mesjid Baiturrahman.
Karl A Steenbrink, 1984. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad 19,
Jakarta : Bulan Bintang.
Abul Wafa Taftazani, 1985. Sufi dari zaman ke zaman, terj. Bandung : Penerbit
Pustaka.
Ichtiar Banu Van Hoeve, 1993. Ensiklopedi Islam. Jilid 5 dan 3, Jakarta.
85
86