Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Mitayani, 2009).
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan dalam persalinan yang
mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal. Tujuan utama Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah mencegah
terjadinya komplikasi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu selama 6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002). Masa nifas
(puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus yang
artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan.
Asuhan selama periode nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik
bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa
kritis dari kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir (Winkjosastro et al, 2002).
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran
(Saifuddin, 2002).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (M.
Sholeh Khosim, 2007).
Ciri-ciri bayi lahir dengan sehat adalah menangis kuat, tonus otot bergerak dengan
aktif, dan wana kulit kemerahan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu tentang persalinan, nifas, neonatus, bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala persalinan, dan bayi lahir sehat.

3. Untuk mengetahui kebutuhan yang diberikan pada ibu bersalin, nifas, dan pada bayi
baru lahir.
4. Untuk mengetahui asuhan yang diberikan pada ibu bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir.
1.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini menggambarkan tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin, nifas,
neonatus, bayi baru lahir, dan anak pra sekolah diwilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Jatinegara Kaum, Jakarta Timur tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini menggunakan
status sampel (klien), melihat langsung, dan melakukan pengkajian. Metode yang
digunakan untuk menguraikan gambaran bagaimana asuhan kebidanan yang dilakukan
pada ibu bersalin, nifas, neonatus, bayi baru lahir, dan anak pra sekolah tersebut.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PERSALINAN
2.1.1 DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada


kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Menurut cara persalinan ada dua yaitu :
1. Partus normal Partus normal adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan
tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Partus abnormal Partus abnormal ialah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea (SC). (Saifuddin
Bari, 2002).
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan dalam persalinan yang
mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal.
2.1.2

TUJUAN APN
Tujuan utama Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu
dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Pergeseran paradigma tersebut
antara lain:
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri.
Pada setiap pertolongan persalinan, dilakukan upaya preventif terhadap
perdarahan pascapersalinan, seperti misalnya manipulasi seminimal mungkin,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pasca
persalinan.
2. Episiotomi tidak merupakan tindakan rutin karena dengan perasat khusus,
penolong persalinan dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh
bayi tanpa laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3. Retensio plasenta Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan

untuk

mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian


uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.

4. Mencegah partus lama Untuk mencegah terjadinya partus lama Asuhan

Persalinan Normal (APN) mengandalkan penggunaan partograf untuk


memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan.
5. Mencegah Asfiksia Bayi Baru Lahir Upaya pertama pencegahan asfiksia bayi

baru lahir adalah dengan membersihkan muka dan jalan napas, sesaat setelah
ekspulsi kepala. Kemudian Universitas Sumatera Utara dilakukan penghisapan
lendir secara benar, segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.
Melalui berbagai upaya tersebut, diharapkan mekanisme pernapasan berjalan
spontan dan normal serta dapat mencegah terjadinya hipotermia. Perubahan
paradigma menunggu terjadinya dan menangani komplikasi menjadi
pencegahan terjadinya komplikasi diakui dapat membawa perbaikan kesehatan
kaum ibu di Indonesia. (Depkes, 2004).
2.1.3

SEBAB-SEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum

pasti

diketahui,namun

beberapa

teori

menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh


tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua.

Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan


pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
2.1.4

TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping


yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan seringsering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai
mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar

Persalinan Normal

2.1.5

FAKTOR PERSALINAN
2.1.5.1 PASSAGE (JALAN LAHIR)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut
harus normal. Passage terdiri dari:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
1) Os. Coxae
Os illium
Os. Ischium
Os. Pubis

2) Os. Sacrum = promotorium


3) Os. Coccygis
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen.
c. Pintu Panggul
1. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
2. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet.
3. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,

disebut outlet.
4. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
d. Bidang-bidang:
1. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
3. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges.
2.1.5.2 POWER
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar
(power) terdiri dari:
a.
His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot otot polos rahim bekerja dengan
baik dan

sempurna. Pada waktu kontraksi otot otot rahim

menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri


menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah
segmen bawah rahim dan serviks.
b. Kontraksi otot-otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat:
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
d. Involuntir : terjadi di luar kehendak
e. Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)

f. Terasa sakit
g. Terkoordinasi
h. Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his:
a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
b. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
c. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu ibu bersalin hal hal yang harus
diperhatikan dari his:
a. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
b. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan jalan
sewaktu persalinan masih dini.
c. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
d. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
e. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit.
f. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.
His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga
pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang
jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot rahim
1. Inertia Uteri

a. His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang

terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula

kekuatannya sudah lemah


b. Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah
pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu
maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk
penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
2. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a. Persalinan Presipitatus
b. Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
c. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
d. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinan
e. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan
inversion uteri
f. Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin dalam rahim
3. Inkoordinasi otot rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi
kontraksi otot rahim adalah:
a. Faktor usia penderita elative tua
b. Pimpinan persalinan
c. Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d. Rasa takut dan cemas
2.1.5.3 PASSANGER
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge utama dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar
dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan kelainan yang sering menghambat
dari pihak passangger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun

letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak
sungsang.
2.1.5.4 PSIKIS (PSIKOLOGIS)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan
atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti
sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi:
a.
Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual.
b.
Pengalaman bayi sebelumnya.
c.
Kebiasaan adat.
d.
Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan.
b. Persalinan sebagai ancaman pada self-image.
c. Medikasi persalinan.
d. Nyeri persalinan dan kelahiran
2.1.5.5 PENOLONG
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.

2.1.6

KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
2.1.6.1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah,
servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan dibagi
menjadi 2 fase:
1) Fase laten
Pembukaan

servik

berlangsung

lambat,

sampai

pembukaan

berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.


2) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam


pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi
saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit
selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
2.1.6.2 Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan
karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda
anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2
jam, pada multi 0.5 jam.
MEKANISME PERSALINAN:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua
kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan
kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina
(toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme
persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang
dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa
kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke
bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya
saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini
akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang
terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis
dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu
bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
a.
Penurunan kepala.
b.
Fleksi.
c.
Rotasi dalam ( putaran paksi dalam).
d.
Ekstensi.
e.
Ekspulsi.

10

f.

Rotasi luar ( putaran paksi luar)


Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi untuk lebih

jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.


g. Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru
terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati
pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura
sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium. Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika
sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis
asinklitismus yaitu:
a. Asinklitismus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal
belakang lebih rendah dari os parietal depan.
b. Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os

parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.


Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang
berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan
dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan
mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
a) Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.
b) Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os

parietal depan.
c) Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah
h.

dari os parietal belakang.


Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat
ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal
11

ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai
pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul,
biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
i. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting
untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan
j.

pintu bawah panggul.


Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala
harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada
waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan
pada perineum dan dapat menembusnya. Subocciput yang tertahan pada pinggir
bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan

dagu bayi dengan gerakan ekstensi.


k. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam
rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,
sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam
dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga
melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum
sepihak.
l. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.

12

Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran
yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera
setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang.
Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi.
Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya,
rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya
kalau janin besar.
2.1.6.3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 530 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc.
2.1.6.4 Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga
kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas
uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.
2.1.7

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
2. Pemeriksaan Hb
PERSIAPAN PERSALINAN
a. Ibu: Gurita 3 buah, Baju tidur 3 buah, Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan
pasta gigi.
b. Bayi: Popok dan gurita bayi 1-2 buah, Baju bayi, 1-2 buah, Diaper (popok
sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah, Selimut,topi dan kaos kaki bayi,
Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir.
c. Penolong: Memakai APD, terdiri dari:Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki,
celemek.
d. Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan
berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan
yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih,
kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas),

13

harus rersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk
meletakkan peralatan yang diperlukan.
e. Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi: Memastikan bahwa rungan
tersebut bersih, hangat (minimal 25C, pencahayaan cukup dan bebas dari
tiupan angin.
f. Alat: Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup), 2 klem Kelly atau 2
klem kocher, Gunting tali pusat, Benang tali pusat, Kateter nelaton, Gunting
episiotomy, Alat pemecah selaput ketuban, 2 psang sarung tangan dtt, Kasa atau
kain kecil, Gulungan kapas basah, Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali
pakai, Kateter penghisap de lee (penghisap lender), 4 kain bersih, 3 handuk
atau kain untuk mengeringkan bayi.
g. Bahan: Partograf, Termometer, Pita pengukur, Feteskop / dopler, Jam tangan
detik, Stetoskop, Tensi meter, Sarung tangan bersih
h. Obat-Obatan
Ibu: 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml, 20 ml Lidokain
1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin, 3 botol RL, 2
Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C ).
Bayi: Salep mata tetrasiklin, Vit K 1 mg, HB0.
2.2 NIFAS
2.2.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu selama 6-8 minggu (Saifuddin et
al, 2002). Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang
artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah
melahirkan.
Asuhan selama periode nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis
baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50%
kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Di samping itu, masa
tersebut juga merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, karena dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi
baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Winkjosastro et al, 2002).
2.2.2

Tujuan Asuhan Masa Nifas


Semua kcgiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di
bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan
14

evaluasi dan penilaian. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Tujuan asuhan masa nifas normal, yaitu:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,
4.
5.
6.
7.
8.

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.


Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Mempercepat involusi alat kandung.
Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan
Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi
ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Syaifuddin, 2002, hal. : 122).

2.2.3

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memegang peranan penting dalam upaya

pemerintah

untuk

meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan
memberikan pelayanan bagi ibu pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir, pemberian asi, imunisasi dan
keluaga berencana.
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas (Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas, 2011) adalah:
1. Sebagai teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi
saat-saat krits masa nifas.
2. Sebagai pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu
dan keluarga.
3. Sebagai pelaksana asuhan kepada klien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa
nifas.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas (Buku Ajar
Kebidanan Nifas Normal, 2009) adalah memberikan perawatan dan dukungan

15

sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan (partnership) dengan ibu. Selain itu,
dengan cara:
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
2.2.4

Tahapan Masa Nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konseling KB (Saleha, 2009).

2.2.5

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Pemerintah melalui departemen kesehatan, telah memberikan kebijakan sesuai
dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali
kunjungan masa nifas. Tujuan kebijakan itu adalah:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.


3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas terdiri dari :
1. Kunjungan I
6- 8 jam setelah persalinan. Tujuannya :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut

16

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga


4)
5)
6)
7)

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


Pemberian ASI awal.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan, maka
petugas atau bidan itu harus tinggal setelah kelahiran atau sampai keadaan

ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.


2. Kunjungan II
Enam hari setelah persalinan. Tujuannya: :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.Menilai
adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
2) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
3) Memastikan ibu menyusui bayi dengan benar dan memperhatikan tanda
tanda penyakit atau penyulit menyusui.
4) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
3. Kunjungan III
Dua minggu setelah persalinan. Tujuannya :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui bayi dengan benar dan memperhatikan tanda
tanda penyakit atau penyulit menyusui.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
4. Kunjungan IV
Enam minggu setelah persalinan. Tujuannya:
1) Menanyakan ibu tentang penyakit penyakit yang dialami.
2) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
3) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
2.2.6

Perubahan Fisiologis Nifas


Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang
amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada
setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran
lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan
masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

17

Lokia

Waktu

Warna

Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua,

Rubra

1-3 hari

Merah kehitaman

verniks caseosa, rambut


lanugo, sisa mekoneum dan
sisa darah

Sanguilenta

3-7 hari

Putih bercampur
merah

Sisa darah bercampur lender


Lebih sedikit darah dan lebih

Serosa

7-14 hari

Kekuningan/

banyak serum, juga terdiri dari

kecoklatan

leukosit dan robekan laserasi


plasenta
Mengandung leukosit, selaput

Alba

>14 hari

Putih

lendir serviks dan serabut


jaringan yang mati.

Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain


ialah laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan
lokia.
LOKIA

BUKAN LOKIA

Lokia biasanya menetes dari muara vagina.


Aliran darah tetap keluar dalam jumlah
yang lebih besar saat uterus berkontraksi.

Apabila rabas darah menyembur dari


vagina, kemungkinan terdapat
robekan pada serviks, atau vagina
selain dari lokia yang normal

Semburan lokia dapat terjadi akibat


masasse pada uterus. Apabila lokia
berwarna gelap, maka lokia sebelumnya

Apabila jumlah darah berlebihan dan

terkumpul di dalam vagina yang relaksasi

berwarna merah terang, suatu robekan

dan jumlahnya segera berkurang menjadi

dapat merupakan penyebab.

tetesan lokia berwarna merah terang


( pada puerpurium dini ).

18

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan


dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan
akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama
masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar
500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml. Leukosit normal pada
kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 10-12 hari pertama setelah bayi
lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 (Bobak, 2001)
a. Kehilangan darah yang normal (250-500 cc) pada persalinan normal
b. Haemoglobin dan nilai eritrosit bervariasi selama masa nifas dini, tetapi
harus kembali normal dalam 2-6 minggu post partum.
2.2.6.1 Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah,
kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan
besar uterus sewaktu usia kehamilan 1 minggu (kira-kira sebesar grapefruit
(jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali
umbilikus.

Dalam

beberapa

hari

kemudian,

perubahan

involusi

berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24


jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
2.2.6.2 Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a) Iskemia Miometrium Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
b) Atrofi jaringan Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

19

otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum


hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
d) Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai
berikut :
Involusi Uteri
Plasenta lahir
7 hari (minggu 1)

2.2.7

Tinggi Fundus
Uteri
Setinggi pusat
Pertengahan pusat
dan simpisis

Berat Uterus

Diameter
Uterus

1000 gram

12,5 cm

500 gram

7,5 cm

14 hari (minggu 2)

Tidak teraba

350 gram

5 cm

6 minggu

Normal

60 gram

2,5 cm

Perubahan Tanda-Tanda Vital


1. Suhu

20

Tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Sesudah partus
dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak
akan melebihi 38 derajat celcius. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat
celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
2. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi
Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak pana. Mungkin ada
pendarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas
umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh. Pernafasan akan
sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
3. Tekanan darah
TD adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak
berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan
dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
4. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit.
Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa
post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
5. Perubahan Berat Badan
a. Kehilangan 5 sampai 6 kg pada waktu melahirkan
b. Kehilangan 3 sampai 5 kg selama minggu pertama masa nifas.

21

Faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan pada masa nifas


diantaranya adalah peningkatan berat badan selama kehamilan, primiparitas,
segera kembali bekerja di luar rumah, dan merokok. Usia atau status
pernikahan tidak mempengaruhi penurunan berat badan. Kehilangan cairan
melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat
badan sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum.
6. Perubahan Sistem Integumen
Pada waktu hamil terjadi pigmenrtasi kulit pada bebrapa tempat karena prose
hormonal.

Pigmentasi

ini

berupa

kloasma

gravidarum

pada

pipi,

hiperpimentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding peryrt


(striae

gravidarum).

Setelah

persalinan,

hormonal

berkurang

dan

hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perutakan menjadi putih


mengkilap yaitustriae albikan.
Chloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa ibu, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha,
dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan
pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis
biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan kadar estrogen
setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa ibu spider nevi menetap. Rambut
halus tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan menghilang
setelah ibu melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul sewaktu hamil
biasanya akan menetap. Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali pada
keadaan sebelum hamil.Diaforesis ialah perubahan yang sangat jelas terlihat
pada sistim integumen.
2.2.8

Adaptasi Fisiologis Ibu Nifas


Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran bila ibu
mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini
adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.

22

Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu:


1. Periode taking in
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu biasanya masih pasif
dan hanya memperhatikan tubuhnya.
b. Ibu mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi juga sangat dibutuhkan ibu untuk pemulihan dan
persiapan proses laktasi.
e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus menjadi pendengar yang baik bagi
ibu untuk memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu.
2. Periode taking hold
a) Preiode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b) Ibu berubah menjadi perhatian dan bertangguang jawab terhadap bayinya.
c) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kesehatan dan ketahanan tubuhnya.
d) Ibu akan berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi.
e) Ibu biasanya sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal
tersebut.
f) Bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
g) Tahap ini merupakan tahapan yang baik bagi bidan untuk memberikan
asuhan.
3. Periode letting go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatihan yang diberikan oleh
keluarga
b. Ibu akan mengambil alih tanggung jawab pada perawatan bayi.
c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi
orang tua pada saat post partum, antara lain:
a) Respon dan dukungan keluarga dan teman
Ibu yang baru melahirkan terutama baru pertama kali melahirkan akan sangat
membutuhkan dukungan atau respon yang positif dari keluarga dan teman .
karena akan mempercepat proses adaptasi terhadap peran baru sebagai ibu.
b) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirsasi

23

Melahirkan adalah suatu hal yang sangat mewarnai perasaan ibu. Ia dapat
merasakan

bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Sehingga akan

memperdekat hubungan ibu dengan ibunya.


c) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
Walaupun bukan lagi pengalaman pertamanya lagi, namun kebutuhan untuk
mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya.
d) Pengaruh budaya
Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak
akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini.
2.2.9

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


A. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Bagi ibu yang menyusui harus mendapatkan gizi / nutrisi yang baik untuk
tumbuh kembang bayinya. Untuk itu, Ibu yang menyusui harus:
Mengkonsumsi tambahan 500 - 800 kalori tiap hari (ibu harus

mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi setiap hari).


Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan karbohidrat, protein,

mineral, dan vitamin yang cukup


Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap

kali menyusui).
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40

hari pasca bersalin.


Minum kapsul vitamin A (200.000 iu) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI nya. Pemberian vit dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas asi, meningkatkan daya tahan
tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.pada bulan-bulan
pertama kehidupan bayi bergantung pada vitA yang terkandung dalam asi.

Zat makanan

Wanita hamil 20 minggu

Wanita menyusui

Kalori
Protein
Calsium
Ferrum
Vit A
Thamin
Riboflavin
Niacin
Vit C

terakhir
3000 kalori
20 gram
0,6 gram
5 mg
1000 iu
0,2 mg
0,2 mg
2 mg
30 mg

500 - 800 kalori


40 gram
0,6 gram
5 mg
2000 iu
0,5 mg
0,5 mg
5 mg
30 mg

24

B. Kebutuhan Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas
tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus,
kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu
mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu
dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan
secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.

Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi

Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap

Dapat dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian
duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.

Mobilisasi Dini (Early mobilization) bermanfaat untuk:

Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium.

Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

Mempercepat involusi alat kandungan.

Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik, Meningkatkan


kelancaran

peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolisme.

Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.

Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai.

C. Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB


Miksi
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apapun. Kebanyakan pasien dapat melakukan
BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi musculus spinchter ani selama persalinan,
juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan.
Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan
rangsangan untuk berkemih dengan mengkompres vesica urinaria
dengan air hangat, jika ibu belum bisa melakukan maka ajarkan ibu
25

untuk berkemih sambil membuka kran air, jika tetap belum bisa
melakukan juga maka dapat dilakukan kateterisasi.
Defekasi
Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut dengan
luka episiotomy.
Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan
diberikan obat ransangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa
dilakukan klisma untuk merangsang buang air besar sehingga tidak
mengalami sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka.
D. Kebersihan Diri atau Personal Hygiene

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan


perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan
alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal.Ibu harus tetap bersih,
segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan
antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum
dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk
menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
E. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu
nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
F. Kebutuhan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi
telahsembuh dan lokea telah berhenti.Hendaknya pula hubungan seksual dapat
ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada waktu
itu diharapkan organ-organtubuh telah pulih kembali.Ibu mengalami ovulasi
dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah
persalinan.Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan.Pada saat
inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi
syarat berikut ini:

26

1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begtu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
G. Latihan Senam Nifas
Pengertian senam nifas adalah Senam nifas adalah senam yang dilakukan
sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri
dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan
keadaan ibu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah:
1) Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat

mengurangi sakit punggung.


2) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap,
misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
3) Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.
Tujuan senam nifas, yaitu:
1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.

2) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan


3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,

perut dan pirenium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan.
4) Memperlancar pengeluaran lochea.
5) Membantu mengurangi rasa sakiit pada otot-otot setelah melahirkan.
6) Merelaksasikan

otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan

persalinan.
7) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia dan lain-lain.
2.2.10 Tanda Bahaya Nifas
1. Perdarahan Post Partum
27

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam


masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2002). Menurut waktu
terjadinya di bagi atas 2 bagian:
a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post
partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta
(Prawirohardjo, 2002).
Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan penyebab
penting kematian maternal khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor
penyebab perdarahan post partum adalah:

Grandemultipara.

Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.

Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum


waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan
paksa, persalinan dengan narkosa.

2. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)


Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan
lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas
melekatnya placenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Mochtar, 2002):

Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari
pasca persalinan.

Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari
ke 3-7 pasca persalinan.

28

Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke
7-14 pasca persalinan.

Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau


busuk.

Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.


Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas

kemungkinan adanya:
a) Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang
kurang baik.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak
karena kontraksi uterus dengan cepat.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih
lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus
setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.
Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik,
peritonitis, syok septik (Rustam Mochtar, 2002).
3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut subinvolusi (rustam Mochtar, 2002).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005). Pada pemeriksaan
bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya,
fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula
perdarahan (Prawirohardjo, 2005). Pengobatan di lakukan dengan memberikan
injeksi Methergin setiap hari di tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada
sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi
(Prawirohardjo, 2005).

29

4. Nyeri pada perut dan pelvis


Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas
seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis
umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena
infeksi. Menurut Rustam Mochtar (2002) gejala klinis peritonitis dibagi 2
yaitu:

Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis


Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan
umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol
karena ada abses.

Peritonitis umum
Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri
tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.

5. Pusing dan lemas yang berlebihan


Menurut Manuaba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada
nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol 160
mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat
juga disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin berkurang atau berlebih.
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan
lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Untuk mengurangi rasa
pusing dan lemas yang berlebihan dapat melakukan:
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya kepada bayinya.
f) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

30

g) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat


proses involusi uterus.
6. Suhu Tubuh Ibu lebih dari 380C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya
laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup
semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam Mochtar,
2002). Penanganan umum bila terjadi Demam:
-

Istirahat baring

Rehidrasi peroral atau infus

Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu

Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok,
harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk
dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).

2.3 BAYI BARU LAHIR


2.3.1

Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran
(Saifuddin, 2002).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes
RI, 2005).
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38 42 minggu (Dona L. Wong, 2003).

31

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan)
yang berat (M. Sholeh Khosim, 2007).
Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal:
a) Berat badan : 2500 4000 gram
b) Panjang badan : 48 52 cm
c) Lingkar kepala : 33 35 cm
d) Lingkar dada : 30 38 cm
e) Masa kehamilan : 37 42 minggu
f) Denyut jantung : 180x/mnt, turun 120x/mnt
g) Respirasi : 80x/mnt, turun 40x/mnt
h) Kulit kemerahan licin
i) Kuku agak panjang dan lemas
j) Genitalia
o Wanita : Labia mayora sudah menutupi labia minora
o Laki-laki : Testis sudah turun
k) Refleks hisap dan menelan, refleks moro, graft refleks sudah baik
l) Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
m) Suhu : 36,5 37 C (Asuhan Bayi Baru Lahir, 2000).
2.3.2

Penanganan Bayi Baru Lahir


Menurut Prawirohardjo, (2002) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir, adalah:

1) Membersihkan jalan nafas


Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut:
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.

c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.

32

d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain.
2) Memotong dan Merawat Tali Pusat
a) Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting
steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan
dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan
alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut
tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor.
b) Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa talipusat telah diklem
dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan, membungkus ujung
potongan tali pusat adalah kerja tambahan.
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
a) Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
4) Memberi Vitamin K
a) Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan

cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,


sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,51 mg I.M.
5) Memberi Obat Tetes / Salep Mata
a) Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah
dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep
mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual).
6) Identifikasi Bayi
a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
33

c) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)


tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
7) Pemantauan Bayi Baru Lahir
a) Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi

normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
2

jam pertama sesudah lahir meliputi:

a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah

b. Bayi tampak aktif atau lunglai


c. Bayi kemerahan atau biru
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya. Penolong
persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti:
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b. Gangguan pernapasan
c. Hipotermia
d. Infeksi
e.

Cacat bawaan dan trauma lahir.

Jika tidak ada masalah,


a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya.
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C
bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup.
c. Lakukan pemeriksaan fisik
Gunakan tempat yg hangat dan bersih.
Cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan &
bertindak lembut.
Rekam /catat hasil pengamatan.
Jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut.
d. Pemberian vitamin K

34

Untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K


Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari
Bayi berisiko 0,5mg 1mg perperenteral/ IM.
e. Identifikasi BBL
Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia
Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah
sobek dan tdk mudah lepas
Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin,
unit, nama lengkap ibu
Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir,
nomor identifikasi.

Gb. Bayi dalam box bayi dengan identitas

f. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi:


1) Pemberian nutrisi
Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara

ibu penuh).

35

Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam.

Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum


memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu
pengeluaran mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan.

2) Mempertahankan kehangatan tubuh bayi


Suhu ruangan setidaknya 18 - 21C
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya

botol berisi air panas).


3) Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet
untuk BAK/BAB.
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di
bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun.
Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan,
keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan
mandi setiap hari.
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan
sabun setiap hari.
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap
orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu.
g. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua
1) Pernafasan sulit/ > 60x/menit
2) Suhu > 38 C atau < 36,5 C

36

3) Warna kulit biru/pucat


4) Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja
lembek, sering warna hijau tua, ada lendir darah
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
6) Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
7) Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk,
lunglai, kejang.
h. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B.
2.3.3

2.3.4
1.

Yang Perlu Dipantau Pada Bayi Baru Lahir


1.

Suhu badan dan lingkungan

2.

Tanda-tanda vital

3.

Berat badan

4.

Mandi dan perawatan kulit

5.

Pakaian

6.

Perawatan tali pusat

Yang Perlu Diperhatikan Pada Bayi Baru Lahir

Kesatuan

dan

terhadap sekeliling.

reaksi Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan,


rangsangan atau suara keras yang mengejutkan
atau suara mainan.

2.

Keaktifan

Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan


dan kaki yang simetri pada waktu bangun.
Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada
waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal
ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala
suatu

kelainan

yang

perlu

dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut.


3.

Simetri

Apakah secara keseluruhan badan seimbang.

37

4.

Kepala

Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak di


belakang

atas

yang

menyebabkan

kepala

tampak lebih panjang akibat proses kelahiran,


ukur lingkar kepala.
5.

Muka wajah

Bayi tanpa ekspresi

6.

Mata

Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan


berupa bercak merah yang akan menghilang
dalam waktu 6 minggu.

7.

Mulut

Salivasi tidak terdapat pada bayi normal, bila


terdapat sekret yang berlebihan kemungkinan
ada kelainan bawaan saluran cerna.

8.

Leher, dada, abdomen

Melihat adanya cedera akibat persalinan, ukur


lingkar dada.

9.

Punggung

Adakah

benjolan

punggung

dengan

atau

tumor

lakukan

atau
yang

tulang
kurang

sempurna.
10. Bahu, tangan, sendi, tungkai

Perlu diperhatikan bentuk, geraknya, fraktur,


paresis.

11. Kulit dan kuku

Dalam

keadaan

kemerahan.

normal

Kadang-kadang

kulit

berwarna

didapatkan

kulit

yang mengelupas ringan, pengelupasan yang


berlebihan

harus

dipikirkan

kemungkinan

adanya kelainan.
12. Kelancaran

menghisap

dan Harus diperhatikan.

pencernaan
13. Tinja dan kemih

Diharapkan
Waspada

keluar dalam 24 jam pertama.

bila

membesar,

terjadi

tanpa

perut

keluarnya

yang
tinja

tiba-tiba
disertai

muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan


harap segera konsultasi untuk pemeriksaan
lebih lanjut.

38

14. Berat badan

Sebaiknya tiap hari dipantau, penurunan berat


badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir,
menunjukkan kekurangan cairan.

2.3.5

Bayi Baru Lahir Normal Terbagi 2 Masa


1.

Reaktif I : Terjadi 15 30 menit pertama sesudah lahir


a. Bayi menggerakkan kepala
b. Takikardi terjadi dalam 3 menit pertama
c. Respirasi cepat, cuping hidung dan retraksi
d. Suhu tubuh turun diikuti aktivitas, tonus otot meningkat
e. Stimulasi para simpatis (bayi tidak menangis)
f. Reaksi khas dan respon

2. Reaktif II : Respirasi cepat, tonus cepat, warna kulit berubah


a. Respirasi cepat, tonus cepat, warna kulit berubah
b. Mucus oral menetap
c. Bayi responsif terhadap sentuhan, denyut jantung stabil
d. Pengeluaran meconium
e. Stabilitas vasomotor dan pernapasan ireguler (mulut, hidung).

2.3.6

Reflek-Reflek Untuk Menilai Keadaan Bayi


1. Reflek Moro

39

Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan mendadak.
Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir. Tidak
adanya refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan
otak.
2. Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi akan
menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk
menghisap.
3. Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan
pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang
memadai.
4. Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5. Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di dalam
telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama
dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit (genggam telapak
kaki).
6. Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata, bayi
akan terangsang untuk berjalan.
7. Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh kearah
itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
8. Refleks Tarik

40

Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang
lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke arah depan
(Asuhan Bayi Baru Lahir, 2000).

2.3.7 Penilaian Bayi Untuk Tanda-Tanda Kegawatdaruratan

1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda-tanda berikut:

Sesak nafas

Frekuensi pernapasan 60x/mnt

Gerak retraksi di dada

Malas minum

Panas atau suhu bayi rendah

Kurang aktif

Berat lahir rendah (1500 2500 gr) dengan kesulitan minum.

2. Tanda-tanda bayi sakit berat

Sulit minum

Sianosis sentral (lidah biru)

Perut kembung

Periode Apnea

Kejang / periode kejang-kejang kecil

Merintih

Perdarahan

41

Sangat kuning

Berat badan lahir < 1500 gr (Prawirohardjo, 2002).

BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N SELAMA BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI
BARU LAHIR DI RUANG BERSALIN PUSKESMAS KELURAHAN JATINEGARA
KAUM

42

3.1 SOAP INC


Tanggal

: 08 Desember 2015

No.RM : 04/RB-JK/XII/2015

Tempat: Ruang Bersalin


I.

Pukul : 00.20 WIB

DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama istri : Ny.Nurbaiti
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kp.Tanah Koja RT 03/05

Nama Suami : Tn. Dani Setiawan


Umur
: 27 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
:Kp.Tanah Koja RT 03/05

B. Anamnesa
1. Keluhan utama waktu datang : mulas-mulas sejak tgl 7 Desember 2015 jam
22.00 WIB
2. Riwayat menstruasi : HPHT = 05 Maret 2015, TP = 12 Desember 2015
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
Tahun 2011, laki-laki, normal, penolong bidan, BB/PB 3.300 gr/50 cm,
keadaan sehat, tidak ada komplikasi, TT 2x, BPS, ASI selama 6 bulan, KB

4.
5.
6.
7.

suntik 3 bulan.
Hamil ini tahun 2015.
Riwayat sekarang G2P1A0
Tidak ada riwayat penyakit sistemik, keturunan dan penyakit lalu
Riwayat psikologi/sosial/sikap terhadap kehamilan ini baik
Riwayat sosial yang mempengaruhi kesehatan dalam keadaaan normal

Kala I, tanggal 08 Desember 2015, pukul 00.20 WIB


S

: klien datang ke Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum pukul 00.20 WIB,

meengatakan sudah merasakan mulas-mulas, keluar lendir bercampur darah, dan


belum mengeluarkan air-air. Pergerakan janin aktif.
O

: Keadaan umum : baik


Kesadaran

TD : 120/80 mmHg

: Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

N : 80x/menit
S : 36,5 C

Pemeriksaan Fisik :

43

R : 21x/menit

a. Kepala

: muka dan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

kloasma negatif
b. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening
c. Dada
: mamae normal dan simetris, puting susu menonjol, tidak ada
nyeri tekan dan tidak teraba massa
d. Perut
: pembesaran sesuai masa kehamilan
e. Ekstremitas : tidak ada oedema dan varises
Palpasi Abdomen :
Leopold 1

: teraba lunak, tidak bulat, tidak melenting (bokong)


TFU = 32 cm

Leopold 2

: teraba bagian besar dan datar disebelah kanan (puka), dan

teraba bagian-bagian kecil di sebelah kiri , DJJ = 140x/menit


Leopold 3

: teraba bulat, keras ( kepala )

Leopold 4

: bagian terendah sudah masuk PAP (4/5 bagian)

His

: 5 x 10,45 kuat, dominasi di fundus, relaksasi baik

Uro-Genital

: vulva tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada

condiloma pengeluaran lendir darah pervaginam, tidak ada haemoroid


VT

: vagina tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, penurunan

hodge 3+, dominator UUK kanan depan, molase negatif.

: ibu : G2P1A0 hamil 39 minggu 2 hari inpartu kala I fase aktif


Janin: Tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala

:
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang
dilakukan bahwa keadaan ibu dan janin baik, pembukaan lengkap 10 cm.
2) Memberitahu ibu cara melakukan relaksasi saat mulas dengan cara
menarik nafas panjang dari hidung dan menghembuskannya, dan

44

memberitahu cara melakukan teknik mengurangi rasa nyeri. ( Ibu bisa


melakukan teknik relaksasi tersebut dan ibu memilih miring ).
3) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. ( Ibu bersedia ).
4) Memberikan dukungan kepada kepada ibu dan keluarga menjelang proses
persalinan ( ibu dan keluarga siap dan sabar ).
5) Memberikan ibu minum air putih agar tidak dehidrasi dan agar bertenaga
saat mengedan nanti ( ibu telah meminum 2 gelas air putih ).
6) Memberitahu ibu cara mengedan yang efektif dan benar (ibu telah
mengetahuinya).
7) Melakukan pendokumentasian dan pemantauan menggunakan partograf
(telah di catat di dalam partograf).

Kala II, Tanggal 08 Desember 2015, pukul 00.35 WIB


S

: klien mengatakan mulasnya sudah semakin sering dan ada keinginan untuk
BAB yang semakin kuat

: Keadaan umum

: Baik

TD : 120/80 mmHg

Kesadaran

: compos mentis N : 82x/menit

Kesadaran

: Stabil

Rr: 24x/menit

: 37C

His

: 5x10,50 kuat, dominasi fundus, relaksasi baik

DJJ

: 138x/menit

VT

: portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban negatif

(pecah spontan, jumlah 150 cc, berwarna bening), presentasi kepala penurunan
hodge IV, dominator UUK depan , molase negatif.
A

: Ibu : G2P1A0 hamil 39 minggu 2 hari partus kala II


Janin : Tunggal, hidup, intrauterin , presentasi kepala

Tanda gejala kala II : dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, vulva
membuka, perineum menonjol, ketuban jernih

45

:
1) Memberitahu ibu dan keluarga pembukaan sudah lengkap dan ibu akan
segera melahirkan ( ibu dan keluarga mengerti ).
2) Menyiapkan partus set dan obat-obatan. ( alat partus telah dipersiapkan )
3) Menyiapkan diri untuk menolong persalinan dan memeriksa kelengkapan
alat. (APD telah digunakan dan alat telah diperiksa)
4) Memberikan alternatif kepada ibu untuk memilih posisi yang nyaman ( ibu
memilih posisi setengah duduk )
5) Mempersilahkan ibu untuk memilih pendamping persalinan ( ibu memilih
suami ) dan memberi semangat demi kelahiran bayinya.
6) Membimbing ibu untuk meneran saat ada his, menganjurkan ibu untuk
istirahat dan minum bila tidak ada his, memberikan motivasi dan pujian
pada saat ibu menurun ( ibu sangat kooperatif )
7) Memimpin dan membantu ibu bersalin sesuai dengan langkah-langkah
APN
8) Pukul 00.45 WIB : bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-lai, segera
menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot aktif
9) Segera mengeringkan bayi, kemudian IMD selama 1 jam dan mencegahan
hipotermi

Kala III, tanggal 08 Desember 2015, pukul 00.47 WIB


S

: klien bahagia karena bayinya sudah lahir walaupun masih terasa mulas pada
perut ibu.

: keadaan umum
Kesadaran

: baik

Kandung Kemih : Kosong

: Compos Mentis

TFU

: Sepusat

Perdarahan

: 100 cc

Keadaan emosional : Stabil

Adanya tanda pelepasan plasenta : tali pusat memanjang, semburan darah dan
uterus globuler
A

: P2A0 partus kala III

:
1) Memberikan ibu hasil pemerikasaan dan plasenta akan dilahirkan

46

2) Melakukan manajemen aktif kala III : menyuntik syntocinon 10 IU secara


IM di 1/3 paha atas bagian luar, melakukan PTT, melakukan masase
fundus uteri selama 15 detik
3) Pukul 00.55 WIB : plasenta lahir spontan lengkap, selaput utuh, ukurannya
(17x16x2) cm berat 500gr, insersi centralis, perdarahan normal
4) Menilai robekan jalan lahir ( terdapat laserasi perineum derajat 1 )

Kala IV, tanggal 08 Desember 2015, pukul 01.15 WIB


S

: klien mengatakan merasa lemas

: KU

: Baik

TD

: 110/90 mmHg

Kesadaran

: compos mentis

: 37C

Emosional

: stabil

: 82x/menit

Rr : 20x/menit

Kandung kemih : Penuh

kontraksi

: Baik

Perdarahan

TFU

: 2 jari dibawah pusat

: 350 cc

: P2A0 partus kala IV dengan ruptur perineum grade I

:
1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa terdapat robekan jalan
lahir dan melakukan informed concent karena akan dilakukan penjahitan
agar tidak terjadi perdarahan akibat robekan jalan lahir ( ibu bersedia
dijahit )
2) Mendekatkan heacting set dan menjadi asistennya.
3) Mendesinfeksi partus set dan heacting set dengan merendam di dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
4) Membersihkan, merapihkan dan mengganti pakaian ibu serta memakaikan
pembalut demi kenyamanan ibu
5) Melakukan pengawasan 2 jam post partum dengan memantau TTV,
kontraksi uterus, perdarahan dan kandung kemih
6) Mengajarkkan pada ibu dan suami cara masase fundus uteri
7) Memberikan dukungan ibu untuk memberikan ASI
8) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi,
melakukan mobilisasi dini, menjaga kebersihan diri dan genetalia

47

9) Memberikan ibu terapi amoxilin 10 tablet, vitamin A 2 tablet, SF 10 tablet.


( ibu akan meminum terapi tersebut )
10) Melakukan pendokumentasian

3.2 SOAP PNC


Tanggal Pengkajian: Selasa, 08 Desember 2015
Pukul: 07:15 WIB
No. RM:113/05/15
IDENTITAS PASIEN
Nama Istri
: Ny. Nurbaiti
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Kp. Tanah Koja RT 003/ RW 005
Nama Suami
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

: Tn. Dani Setiawan


: 26 tahun
: SMP
: Wiraswasta
: Kp. Tanah Koja RT 003/ RW 005

S : 1. Alasan kunjungan : Pemeriksaan nifas 6 jam


2. Keluhan utama : Ibu mengatakan sudah tidak merasa lelah dan masih merasa mulas

di perut bagian bawah


1)

Riwayat Kebidanan
b. Riwayat kehamilan
Jumlah anak hidup : 2 orang
Aterm
: 2 orang
Preterm
:Abortus
:c. Riwayat persalinan
Tempat melahirkan : RB Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum
Ditolong oleh
: Bidan
IBU :
Jenis persalinan
Komplikasi/ kelinan dalam persalinan
Placenta

48

: spontan persentasi kepala


: tidak ada
: lahir spontan, lengkap

Ukuran

: (17x16x2) cm

Berat

: 500gr

Kelainan

: tidak ada

Sisa placenta : tidak ada

Perineum : robekan tingkat I


Perdarahan:

kala I 0 ml

kala II 100 ml

kala III 100 ml

kala IV 350ml

Tindakan lain : tidak ada


Catatan waktu : kala I 2 jam 35 menit
kala II 12 menit
kala III 32 menit
Lamanya partus : 3 jam 19 menit
BAYI :
Lahir : pervaginam pukul 00.45 WIB

BB

: 2900 gr

PB

: 45 cm

Nilai Apgar

: 7,8,9

Masa Gestasi : 39 minggu

Cacat bawaan : -

Komplikasi K. I

Komplikasi K.II : -

:-

Air ketuban pecah spontan, jumlah 150 cc, berwarna bening

1)

Riwayat postpartum
Status emosional

: stabil

Pola tidur

: ibu mengatakan kesulitan tidur di malam hari


49

Pola nutrisi

: ibu mengatakan kurang nafsu makan

Emilinasi

: baik

BAB : - x/hari

BAK : 3x/hari

Pengalaman menyusui : asi eksklusif saat anak pertama 9 bulan


Keluhan lain

:-

O:
1. Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan Emosiona

: Stabil

2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

b. Nadi

: 80 x/mnt

c. Pernafasan

: 24 x/mnt

d. Suhu

: 36,5C

3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
b. Mamae : Puting susu menonjol, terdapat ASI, konsistensi ASI banyak, tidak ada
benjolan, hiperpigmentasi pada aeorola
c. Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat, Kontraksi baik, Kandung kemih (-)
d. Genetalia : 1. Terdapat 1 Jahitan
2. Tidak ada oedem pada vulva
3. Tidak ada oedem dan tidak ada hematoma pada Perineum
4. Lochea berwarna merah (Rubra), 50 cc, Bau (-)
5. Tidak ada robekan, tidak ada Hemoroid pada Anus
e. Ekstremitas Bawah : Tidak ada varices ,Tidak ada odema, Tidak ada kemerahan pada
betis, Tidak ada tanda human.
4. Pemeriksaan Penunjang :

Hemoglobin
Golongan darah
Hematokrit
Rhesus
Lain-lain

: 11 gr/dl
:O
: 39%
: (+)
:-

50

A : Ny. Nurbaiti P2A0 Post Partum 6 Jam Normal


P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik. E/ Ibu dan keluarga telah
mengetahui hasil pemeriksaan dan mengatakan mengerti atas hasil yang didapat.
2. Menjelaskan pada Ibu bahwa mulas yang dirasakan merupakan hal yang normal/
fisiologis yang dialami ibu nifas. Rasa mulas diakibatkan karena kontraksi uterus untuk
mencegah pendarahan. Dianjurkan kepada ibu masase pada fundus. E/ Ibu mengatakan
mengerti.
3. Memberitahu Ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas. yaitu diantaranya :
Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontrkasi uterus yang lembek yang
dapat berakibat pada perdarahan,
Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada payudara, putting susu
lecet, panas, kemerahan disekitar payudara dan keluar darah dari putting susu,
Infeksi pada luka perineum yang ditandai dengan daerah luka kemerahan, bengkak,
nyeri dan keluar cairan atau nanah yang berbau. E/ Ibu mengerti dan mampu
mengulangi penjelasan dari bidan.
4. Mengingatkan ibu untuk tetap memperhatikan konsistensi uterus agar tetap keras dengan
cara masase fundus uteri. E/ Ibu dan keluarga mengerti dan ibu dapat mempraktikan
masase pada fundus.
5. Menganjurkan Ibu untuk tidak menahan keinginan untuk berkemih atau selalu
mengosongkan kandung kemih. E/ Ibu mengerti dan ibu sudah BAK.
6. Mengingatkan Ibu untuk selalu menjaga kebersihan alat genetalia dengan membersihkan
daerah vagina dengan air bersih dari depan ke belakang serta mengeringkannya dan
sering mengganti pembalut. E/ Ibu mengerti dan ibu mengatakan telah mengganti
pembalut.
7. Mengajarkan ibu teknik mencuci tangan yang benar dengan 7 langkah. E/ Ibu dapat
mempraktikan cara cuci tangan yang benar dengan hand rubs.
8. Menganjurkan Ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi yaitu memakan
makanan yang bergizi pada masa nifas seperti putih telur, ikan dan sayuran hijau. E/ Ibu
dapat mengulangi makanan yang bergizi pada masa nifas dan telah melakukannya.
9. Menganjurkan Ibu untuk melakukan mobilisasi yaitu bergerak mulai dari sebelum bangun
miring kanan-kiri terlebih dahulu, duduk, dan berjalan secara perlahan. E/ Ibu mengerti
dan dapat melakukannya, ibu terlihat dapat berjalan dengan perlahan.
10. Memberikan KIE kepada Ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya selama 6
bulan tanpa makanan tambahan. karena ASI mengandung gizi yang cukup yang

51

dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. E/ Ibu mengerti dan


mengatakan bersedia melakukannya, serta terlihat ibu telah menyusui bayinya .
11. Mengajarkan Ibu mengenai teknik menyusui yang benar. E/ ibu mengerti dan ibu bersedia
melakukannya, ibu dapat mempraktikan kembali teknik menyusui yang benar.
12. Mengajarkan Ibu mengenai perawatan payudara. E/ Ibu mengerti dan ibu bersedia
melakukannya, ibu dapat mempraktikan memijat payudara secara melingkar dari luar ke
dalam.

No. Register : 113/05/15


Hari/tanggal

: 14 Desember 2015

Tempat pengkajian : RB Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum


I.

I.

Identitas Pasien
Nama Istri : Ny. Nurbaiti
Usia
: 22 th
Agama
: Islam
Pendidika : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kp.Tanah Koja RT 03/05
Data Subjektif
1. Alasan Kunjungan

Nama Suami
Usia
Agama
Pendidikan
Pekerjaan

: Tn. Dani Setiawan


: 27 th
: Islam
: SMP
: Wiraswasta

: Ibu mengatakan ingin kunjungan nifas setelah melahirkan 6

hari yang lalu


2. Keluhan Utama

: Ibu mengatakan masih merasa lemas, dan belum dapat

beraktifitas sepenuhnya
3. Riwayat Persalinan : Ibu mengatakan melahirkan anak ke dua secara spontan pada
tanggal 8 Desember 2014 pukul 00.45 WIB. Dibantu oleh bidan di Puskesmas
Kelurahan Jati Negara Kaum. Berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2900
gram, dengan panjang 45 cm.
4. Riwayat Nifas
: Ibu mengatakan pola eliminasi yaitu BAB 1-2 x/ hari, BAK :
4-6x/ hari dengan tidak ada keluhan
- Ibu mengatakan pola tidur cukup 5-8 jam/hari
- Ibu mengatakan makan 3x sehari
- Ibu mengatakan ASI sudah keluar, bayi menyusu dengan kuat setiap 3-4 jam
sekali/hari
II.

Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran Umum : Compos Mentis
3. Keadaan Emosioanl : Stabil

52

4. TTV TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S: 36,7C, Rr : 20x/menit


5. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala
: Rambut hitam, tidak rontok, distribusi merata, tidak ada benjolan,
b.
c.
d.
e.
f.
g.

tidak ada pembesaran yang abnormal


Muka
: Tidak ada oedema
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Hidung
: Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret
Telinga
: Telinga bersih, tidak ada pengeluaran serumen
Mulut
: Bibir tidak pucat, tidak ada karies gigi
Leher
: Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar Tiroid
h. Dada
: Mamae simetris, ASI (+), hiper pigmentasi areola mamae, tidak
teraba benjolan.
i. Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi, tampak linea nigra, linea
gravidarum (+), TFU 3 jari di bawah pusat.
j. Ekstremitas atas dan bawah : simetris, warna kuku tidak pucat, tidak teraba
oedema, tidak ad avarices, reflek patella (+)
k. Genetalia : Vulva tampak bersih, pengeluaran lochea sanguelenta, luka jahitan
masih basah, tidak ada oedema, tidak ada varices.
III.
IV.

Analisa
Ny. Nurbaiti umur 22 tahun P2A0 6 hari post partum
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil emeriksaan kepada ibu bahwa kondisi ibu pada saat ini dalam
keadaan baik. Ibu mengerti atas hasil pemeriksaan yang diberikan.
2. Memeriksa TFU dan memastikan kembali uterus berkontraksi dengan baik. TFU
teraba 3 jari dibawah pusat.
3. Melakukan konseling tentang tanda-tanda bahaya masa nifas seperti uterus teraba
lembek / tidak berkontraksi, sakit kepala berat, rasa sakit/panas waktu BAB,
pengelihatan kabur, pengeluaran pervaginam berbau busuk, dan ibu demam dimana
suhu > 38C. Ibu mengerti dan akan melapor ke tenaga kesehatan jika ditemukan
tanda bahaya tersebut.
4. Melakukan konseling tentang perawatan luka jahitan pada perineum, yaitu
menganjurkan ibu untuk membilas dari arah depan ke belakang / dari atas ke bawah,
membersihkan dengan air hangat, kemudian mengeringkannya, mengganti pembalut
minimal 3x dalam sehari atau jika ibu sudah meras tidak nyaman. Ibu berjanji akan
menjaga personal hygiene ibu.
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI setiap 3-4 jam sekali kepada bayinya. Ibu
bersedia atas anjuran yang diberikan.

53

6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan
tambahan. Ibu bersedia memberikan ASI selama 6 bulan tanpa memberikan makanan
tambahan.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, yaitu tidur siang 2 jam dan
tidur malam 8 jam, serta menjelaskan kepada ibu tentang mungkin terganggunya pola
tidur karena adanya bayi, jadi ibu bisa ikut tidur apabila bayi sedang tidur agar
stamina dan kesehatan ibu terjaga. Ibu mengerti dan akan banyak istirahat agar tidak
merasa kelelahan.
8. Melakukan konseling perawatan bayi sehari-hari terutama cara mencegah bayi
hipotermi yaitu dengan tetap menjaga kehangatan. Ibu mengerti dan akan selalu
menjaga bayi tetap hangat.
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan nifas 6 hari yang akan datang. Ibu
bersedia datang.
10. Melakukan pendokumentasian. Sudah dilakukan dan dicatat.
3.3 SOAP BBL
I.

DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama istri : Ny. Nurbaiti
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kp.Tanah Koja RT 03/05
B. Identitas Bayi
Nama
Umur
Jenis kelamin
Tempat, tanggal lahir

Nama Suami
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

: bayi Ny.Nurbaiti
: 1 jam
: Laki-laki
: Puskesmas Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Selasa, 08

Desember 2015
II.

: Tn. Dani Setiawan


: 27 tahun
: Islam
: SMP
: Wiraswasta
:Kp.Tanah Koja RT 03/05

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan emosional
: Stabil
2. TTV
:
N : 145x/menit
S : 36,8 C
R : 45x/menit

54

3. Hasil pengukuran :
BB : 2.900 gr
LK : 34 cm
4. Warna kulit kemerahan
Bayi menangis kuat
Bayi bergerak aktif

PB : 45 cm
LD : 33 cm
Lingkar Lengan : 11 cm

APGAR Skor
a. Menit ke-1: 7
b. Menit ke-5: 8
c. Menit ke-10: 9
Skor
Menit Ke-1 Menit Ke-5 Menit Ke-10
Frekuensi Jantung
2
2
2
Usaha Nafas
1
2
2
Tonus Otot
1
1
2
Refleks
1
1
1
Warna Kulit
2
2
2
Jumlah
7
8
9
Tanda

5.

a) Kepala

Pemeriksaan
fisik :

: rambut hitam banyak dan lurus, tidak teraba benjolan, ubun-

ubun datar
b) Mata
: simetris, tidak ada secret sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, mata tidak strabismus, tidak ada katarak kongenital, refleks
labirin +, Refleks glabella +
c) Telinga
: simetris, daun telinga sudah terbentuk, tidak ada secret
d) Hidung
: simetris, ada sekat hidung, tidak ada pernapasan cuping
hidung
e) Mulut

: simetris, warna bibir kemerahan, penyatuan tulang palatum

sempurna, refleks rooting +, refleks sucking +, refleks swallowing +


f) Leher
: tidak terlihat rasa nyeri pada saat bayi bergerak, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
g) Dada
: puting susu simetris dan tidak ada secret, dan tidak ada
retraksi dada
h) Abdomen : bentuk perut datar, tidak ada omfalokel, tidak ada hernia
diafragma, tidak ada tanda infeksi tali pusat/perdarahan
i) Ektremitas :
Atas : bahu simetris, panjang lengan simetris, tidak ada polidaktili dan
sindaktili, refleks gasrping +
Bawah : panjang kaki simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili, refleks
babnski +
j) Genetalia : testis sudah masuk ke dalam skrotum, ada lubang penis, garisgaris skrotum sudah terlihat banyak

55

k) Punggung & anus : tulang vertebra normal, tidak ada spinabipida dan
meningokel, ada lubang anus, meconium +
l) Tidak ada tanda lahir dan refleks moro +
III.
IV.

ANALISA
Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, usia 1 jam
PENATALAKSANAAN
1) Memberitahu dan keluarga bahwa hasil pemerikasaan bayinya baik. Ibu dan
keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Mengeringkan tubuh bayi dengan kain kering dan menaruhnya di atas infant
warmer. Tindakan sudah dilakukan bayi tidak hipotermi dan suhunya normal
3) Melakukan IMD selama 1 jam dan menyelimuti bayi dengan kain agar tetap
hangat. Bayi telah diletakkan di dada ibu dan dipakaikan selimut dan topi bayi.
4) Melakukan informed concent pada ibu untuk pemberian salep mata
clorophenicol 10 % untuk mencegah infeksi mata bayi dan suntikan vit. k 0,5
cc pada 1/3 paha luar secara IM. ibu setuju dan tindakan telah dilakukan.
5) Memberikan identitas bayi dan melakukan pengecapan kaki bayi. Identitas
bayi dalam peneng telah dipasangkan di kaki kiri bayi dan pengecapan kedua
kaki telah dilakukan.
6) Menjaga kehangatan dengan memakaikan baju dan membedongnya. Bayi
sudah dipakaikan baju, sarung tangan-kaki, dibedong, dan topi bayi.
7) Melakukan rawat gabung.
8) Merapikan alat yang sudah digunakan. Alat sudah dirapikan.
9) Melakukan pendokumentasian

Tanggal Pengkajian : Selasa, 08 Desember 2015


Pukul : 07:15 WIB
No. RM : 113/05/15
IDENTITAS BAYI
Nama
: By. Ny. Nurbaiti
Umur
: 6 jam
Tanggal/jam lahir : 08 Desember 2015/00.45 WIB
Jenis kelamin
: laki-laki
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu : Ny. Nurbaiti
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Kp. Tanah Koja RT 003/ RW 005

56

Nama Ayah
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

: Tn. Dani Setiawan


: 26 tahun
: SMP
: Wiraswasta
: Kp. Tanah Koja RT 003/ RW 005

S:
Ibu mengatakan bayi sudah mulai menyusu, bayi sudah BAK.

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik, menangis kuat, gerakan aktif
2. Tanda-tanda Vital
a. Nadi
:
130x/menit
b. Pernafasan
:
58x/menit
c. Suhu
:
37,1oC
3. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit : kemerahan, verniks caseosa sedikit, lanugo ada.
2. Kepala : tidak ada caput suksedaneum, tidak ada cephal hematoma.
3. Rambut : hitam, bersih.
4. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada strabismus.
5. Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung, bernafas spontan.
6. Telinga : bentuk normal, simetris.
7. Mulut : tidak ada sianosis, mukosa mulut basah, reflek isap ada.
8. Leher : tidak ada kaku kuduk, tidak ada vernik caseosa.
9. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan kombinasi dada dan perut.
10. Abdomen : simetris, keadaan tali pusat baik, kering dan bersih (talpus terbungkus
kasa), tidak ada perdarahan tali pusat.
11. Genetalia : tidak ada kelainan, terdapat 2 testis dalam skrotum, penis berlubang
diujungnya.
12. Anus : tidak ada kelainan, anus berlubang.
13. Ekstremitas : simetris, tidak ada polidaktil ataupun sindikatili.
14. Palpasi
a. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
b. Dada : tidak ada benjolan abnormal
c. Abdomen : tidak ada benjolan, tidak kembung
d. Ekstremitas : tidak ada oedem baik kedua tangan atau kaki
15. Auskultasi
a. Dada
: tidak ada bunyi rochi, maupun wheezing
b. Abdomen : tidak terdapat bising usus
16. Perkusi
a. Abdomen : tidak kembung
17. Refleks
a. Morro : (+), saat dikejutkan, kedua tangan dan kaki memperlihatkan gerakan
seperti merangkul.
b. Rooting : (+), saat diberi rangsangan di pipi, langsung menoleh ke arah
rangsangan.
57

c. Sucking : (+), bayi terlihat dapat menghisap ASI dari putting ibu.
d. Swallowing: (+), bayi terlihat istirahat sejenak saat menyusu untuk menelan ASI.
e. Grasfing : (+), saat telapak tangan disentuh, bayi menggenggam dengan cepat.
f. Babinsky : (+), mengekstensikan jari-jari kaki ketika telapak kaki diusap.
18. Antropometri
1. BB
: 2900 gr
2. PB
: 45 cm
3. Lingkar kepala
: 34 cm
4. Lingkar dada
: 33 cm
5. Lingkar lengan
: 11 cm
19. Eliminasi
1. BAK/Miksi
:1X
2. BAB/Defekasi : 1 X, sesaat setelah lahir.

A : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan usia 6 jam.


P:
1. Memberitahu ibu dan suami bahwa keadaan bayi saat ini dalam keadaan baik. Ibu dan
keluarga telah mengetahui hasilpemeriksaan.
2. Merencanakan pemberian HB0. HB0 telah disiapkan.
3. Memberitahu ibu tentang ASI eksklusif. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar dan menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya sesering mungkin, serta setelah disusui punggung bayi di masase secara lembut
sampai bersendawa agar bayi tidak muntah. Ibu dapat mempraktikan kembali teknik
menyusui yang benar dan masase pada punggung bayi.
5. Memberikan konseling tentang cara perawatan tali pusat. Ibu mengerti dan dapat
mempraktikan cara membersihkan tali pusat.
6. Memberitahu ibu mengenai personal hygiene dengan mencuci tangan sebelum memegang
bayi. Ibu berjanji akan menjaga personal hygiene.
7. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir. Ibu telah mengetahuinya dan berjanji
akan memberitahu tenaga kesehatan bila ditemukan tanda bahaya pada bayi.

CATATAN PERKEMBANGAN

No.
1.

Hari/Tanggal

Data Perkembangan

Rabu / 9 Desember S
2015

bayi menangis kuat, gerak aktif, reflek isap kuat.

58

O
:

KU : baik
TTV :
Nadi
: 138x/menit
Suhu
: 36,6oC
Pernafasan : 42x/menit
SD
:0
Eliminasi :

A
:
P
:

2.

kamis

10

BAK : 1 x
BAB : 3x, mekonium
ASI : bayi sudah menyusu ASI

Bayi baru lahir normal hari ke-2.


1. Menjaga kehangatan bayi dengan cara :
a. Mengganti popok yang basah
b. Menyelimuti bayi dengan kain bersih
c. Membubuhi minyak telon setelah memandikan bayi
2. Melakukan perawatan tali pusat engan membungkus tali
pusat dengan kasa steril.
3. Memberi ASI yang cukup + 60 cc.
4. Melakukan rawat gabung (rooming in) dengan ibu bayi.
5. Bayi sudah boleh pulang setelah satu hari.
Bayi sudah dipulangkan dalam keadaan baik dan sehat.

Desember 2015

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah dilakukan pengkajian serta memberikan asuhan kebidanan pada Ny. Nurbaiti
P2A0 DI RB Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum pada tanggal 8 Desember 2015:
Dengan keluhan mules-mules sejak 07 Desember 2015 pukul 22.00 WIB, ibu
datang bersama dengan suami dan keluarga dan ditemani persalinan bersama dengan suami,
ini sangat membantu untuk mengurangi kecemasan pada ibu terhadap proses persalinan yang
akan dihadapinya. Ibu bersalin pada usia kehamilan 39 minggu 2 hari, bayi lahir dengan
spontan dengan presentasi kepala dan dilakukan dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan
berlangsung tanpa adanya komplikasi. Dengan Catatan waktu : kala I 2 jam 35 menit, kala II

59

12 menit, kala III 32 menit. Sesuai dengan teori menurut Prawiroharjo (2006) bahwa kala I
pembukaan lengkap berlangsung 2 jam (deselerasi), kala II pada multi tidak lebih dari 30
menit dan kala III berlangsung sekitar 30 menit, dan kala IV dilakukan pemantauan 2 jam
pertama postpartum. Pada kala IV dilakukan observasi selama 2 jam pertama, yaitu setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Yang dinilai tekanan darah,
nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan darah yang keluar. Dua jam pertama
setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Petugas atau bidan harus
tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi. Dari hasil pemeriksaan terhadap
Ny. Nurbaiti terdapat laserasi perineum derajat 1, kontraksi uterus baik, tanda tanda vital
dalam batas normal, IMD dilakukan dengan baik dan sehat.
Pada Ny. Nurbaiti P2A0 pada 6 jam postpartum di dapat tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit dan suhu 36,5 0C. Pada 6 jam postpartum
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, ASI (+), dengan pengeluaran lochea berwarna
merah (rubra), kontraksi baik, dan kandung kemih dalam keadaan kosong. Diagnosa: P2A0
postpartum 6 jam dengan keadaan umum baik. Ibu dan bayi dipulangkan pada 10 Desember
2015 dalam keadaan baik dan sehat. Pada tanggal 14 Desember ibu berkunjung untuk
melakukan pemeriksaan nifas 6 hari, didapatkan keadaan umum ibu baik, TTV: TD : 110/80
mmHg, N : 80x/menit, S: 36,7C, Rr : 20x/menit, TFU 3 jari di bawah pusat, pengeluaran
lochea sanguelenta, ASI (+). Diagnosa: P2A0 postpartum 6 hari dengan keadaan umum baik.
Setelah kelompok melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. Nurbaiti, didapatkan
BBL dalam keadaan umum baik, Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, dengan
berat badan 2900 gram, PB 45 cm, lingkar kepala: 34 cm, lingkar dada: 33 cm, lingkar
lengan: 11 cm, jenis kelamin laki-laki, Apgar Skor 7/8/9, tidak terdapat kelainan atau
mengalami komplikasi, nadi, pernafasan, suhu dalam batas normal, keadaan tali pusat bersih
dan kering, bayi dalam keadaan terjaga kehangatannya.

60

BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas

kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa tinjauan

pemeriksaan dan tindakan terhadap Ny. Nurbaiti dan By. Ny. Nurbaiti telah dilaksanakan
dengan baik, baik asuhan persalinan normal/ APN dan asuhan nifas dan BBL, diantaranya
membina hubungan baik antara bidan dengan klien/keluarga selama proses persalinan,
masa nifas dan melaksanakan auhan sayang ibu, dan menerapkan pencegahan infeksi, dan
ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan. Tidak ada komplikasi atau
kelainan dengan yaitu tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda yang
abnormal. Ny. Nurbaiti telah mengetahui dan mempraktikan informasi yang telah
diberikan oleh petugas kesehatan.
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswi diharapkan agar lebih giat membaca atau mencari wawasan
yang luas tentang ilmu kebidanan serta selalu berlatih baik secara mandiri maupun
dengan

bimbingan

khususnya

latihan

asuhan persalinan

normal,

post

partum normal,dan bayi baru lahir sehingga mahasiswi dapat lebih baik
dalam memberikan asuhan dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
5.2.2. Bagi Pasien

61

Diharapkan ibu dapat melaksanakan segala informasi kesehatan dengan


baik dan melakukan peninjuan pemeriksaan kesehatan di rumah, serta melaporkan
jika ditemukan komplikasi pada masa nifas dan bayi baru lahir.
5.2.3. Bagi Lahan Praktek
Hendaknya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada klien agar
terpenuhi pelayanan yang sesuai kebutuhan klien dan terjadi peningkatan cakupan
pelayanan.
5.2.4. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya lebih memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik
dalam melaksanakan praktik di lapangan.

62

Anda mungkin juga menyukai