acetyc ethyl
saponification experiment have ordo-2, so the value of k can knew. Practicant use
titration methode. There was 3 variable : free variable, bundle variable, and
control variable. Free variable at this experiment is time of mixing. Bundle
variable is rate reaction of acetyc ethyl saponification. As many as 10 ml mixture
from NaOH solution and acetyc ethyl which have same consentration and volume
pour inside 20 ml HCl at minutes-3, 8, 15, and 25, then titration use NaOH. From
experiment give result data of NaOH volume used titration, as long as time, as
many as NaOH for titration. Use calculation to determine ordo, constanta of rate
reaction can determine too. Based on experiment, constanta of rate reaction is
0,0628 and proved that reaction is ordo two.
Keywords : Saponification, soap, acetyc ethyl
A.
Pendahuluan
Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan
minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran (Keenan, 1990). Kinetika
kimia merupakan bagian dari ilmu kimia fisika yang mempelajari tentang
kecepatan ataupun laju reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi yang
terlibat didalamnya. Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah kecepatan perubahan
konsentrasi terhadap waktu, jadi tanda negatif hanya menunjukkan bahwa
konsentrasi berkurang bila waktu bertambah. (Sukardjo, 2002).
Laju reaksi dapat pula digunakan untuk memprediksi kebutuhan bahan
pereaksi tiap satuan waktu dan dapat juga digunakan untuk menghitung kebutuhan
energi untuk produksi hydrogen(Wibowo, 2010).
Orde reaksi merupakan bagian dari laju reaksi. Orde reaksi tidak dapat
ditentukan dengan menurunkan persamaan. Orde reaksi hanya dapat ditentukan
dengan melakukan percobaan (Labuza, 1982). Menurut teori, orde reaksi untuk
reaksi penyabunan etil asetat berupa orde dua. Pada laju reaksi orde dua, apabila
hukum laju reaksi adalah -d[A]/dt=-k[A]^n dan hukum tersebut diubah ke
persamaan (1/[A]-1/[A]2)=-kt, akan diperoleh konstanta laju reaksi dengan cara
mengalurkan 1/[A] terhadap t. Kemiringan yang diperoleh merupakan konstanta
laju reaksi (Atkins, 1999).
Metode
Pada percobaan penentuan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat ada dua
cara yang dapat digunakan yaitu cara titrasi dan cara konduktometri. Kelompok
kami menggunakan cara titrasi pada praktikum kali ini. Titrasi yang dilakukan ada
dua garis besar yaitu titrasi untuk standarisasi NaOH dan HCl serta titrasi
campuran larutan yang berasal dari NaOH, etil asetat dan HCl.
Pembuatan
bahan
dimulai
dari
perhitungan
jumlah
bahan
dan
Standardisasi NaOH
menggunakan asam
oksalat
Standardisasi HCl
menggunakan NaOH
Mencampurkan etil
asetat kedalam NaOH,
digojok.
Menambahkan
indikator pp 2-3 tetes,
dan menitrasi 3
campuran tersebut
menggunakan NaOH
Menghentikan titrasi
sampai campuran
berubah warna
menjadi merah muda,
mencatat volume
NaOH yang dipakai.
Catatan:
+ Ulangi langkah pada kotak ke-7 pada menit ke-8, 15, dan 25.
C.
Memanaskan sisa
campuran sekitar 15
menit
Sisa campuran
dikembalikan ke
suhu awal (300C)
Mengakhiri titrasi
ketika warna
campuran berubah
menjadi merah
muda
Mengukur dan
mencatat volume
NaOH yang terpakai
Menambahkan
indikator pp dan
menitrasi sisa
campuran dengan
NaOH
untuk membuktikan bahwa reaksi yang terjadi berorde-2 dan untuk menentukan
harga k.
Campuran etil asetat dan NaOH yang telah termostat ditambahkan HCl,
tujuannya adalah untuk mengetahui banyaknya NaOH yang tersisa dalam proses
saponifikasi tersebut serta memberikan suasana asam. Penambahan HCl ini
mengubah karboksilat menjadi asam karboksilat. Adapun reaksi yang terjadi
seperti berikut :
CH3COOC2H5(aq) + 2NaOH(aq) CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq) +NaOH(aq) sisa
NaOH(aq) sisa + HCl(aq) NaCl(aq) + HCl sisa
Dari persamaan reaksi tersebut dapat diketahui yang tersisa adalah HCl.
Sehingga untuk menetralkan kelebihan asam, dititrasi dengan basa NaOH. Untuk
menitrasinya pada titrat ditetesi indikator pp 2-3 tetes. Titrasi dilakukan sampai
titrat yang tidak berwarna menjadi merah muda. Adapun reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
HCl(aq) sisa + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Berikut tabel hasil titrasi campuran dari 3 larutan dengan titran NaOH.
Tabel 1. Data hasil pengamatan titrasi dari percobaan penyabunan etil asetat
Menit keVolume titrat (ml)
Volume titran /NaOH (ml)
3
30
10,8
8
30
12,3
15
30
14,6
25
30
15,1
Volume NaOH yang dipakai titrasi setelah sisa campuran dipanaskan dan
didinginkan lagi sampai temperatur awal (300C) sebanyak 7,2 ml.
Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pencampuran
antara NaOH dan etil asetat, volume titran semakin banyak yang diperlukan untuk
menetralkan kelebihan asam HCl. Hal ini karena jika semakin lama waktu
pencampuran NaOH dengan etil asetat dilakukan, maka reaksi yang terjadi akan
semakin sempurna untuk membentuk CH3COONa(aq) dan C2H5OH(aq) sedangkan
sisa NaOH akan semakin sedikit. Sehingga ketika campuran ditambah HCl,
campuran pada menit yang paling banyak akan lebih bersifat asam dan
membutuhkan lebih banyak NaOH untuk mentitrasi kelebihan HCl.
Data yang diperlukan untuk membuat grafik yaitu konsentrasi awal ester,
konsentrasi awal NaOH, dan konsentrasi basa yang telah bereaksi pada waktu t.
Adapun untuk mengetahui informasi data tersebut, diperlukan pula perhitungan
tentang mmol HCl bereaksi dan mmol NaOH bereaksi. Data tersebut disajikan
pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Data mmol NaOH yang bereaksi
Waktu (s)
mmol NaOH
awal
1,248
1,248
15
1,248
25
1,248
bereaksi
0,23
bereaksi
1,018
0,1925
1,055
0,135
1,113
0,1225
1,125
a (M)
0,02
x (x10-2M)
0,3393
a-x
0,0166
x/a(a-x)
10,2198
k1
0,0538
480
0,02
0,3516
0,0165
10,6545
0,0222
900
0,02
0,3710
0,0163
11,3803
0,0126
1500
0,02
0,3750
0,0162
11,5741
0,0076922
Keterangan :
a = konsentrasi awal ester dalam mol/liter
x = jumlah konsentrasi basa yang telah bereaksi pada waktu t
k1 = tetapan laju reaksi
10.5
Linear ()
10
9.5
0
10
15
20
25
30
Waktu (menit)
D.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan penentuan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat
terbukti bahwa orde reaksi penyabunan etil asetat adalah dua dengan harga k
sebesar 0,0628.
Daftar Pustaka
Atkins, P. W.. 1999. Kimia Fisika Edisi keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Keenan, C.W,dkk. 1990. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Sari Liza Azura Nst, Reni Sutri, Iriany. 2015. Pembuatan Etil Asetat Hasil
Hidrolisis, Fermentasi, dan Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa
Paradisiaca. L). Sumatera Utara :Departemen Teknik Kimia.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Triyono. 2009. Kimia Katalis. Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Gadjah
Mada.
Wibowo, Agus. 2010. Laju Reaksi Pencampuran Minyak Jarak dan Air Pada
Hydrogen Reformer Menggunakan Pemanas dan Katalis. Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010. Semarang: FT UNWAHAS
Semarang.
E.
Tugas
1. Dari hasil pengamatan pada waktu reaksi selesai, konsentrasi awal larutan
etil asetat adalah 0,02 M.
2. Harga x (jumlah konsentrasi NaOH yang bereaksi)
Molaritas NaOH yang bereaksi pada masing-masing t :
a. 3 menit
M NaOH yang bereaksi=
1,018 mmol
300 ml
2
0,3393 x 10 M
b. 8 menit
M NaOH yang bereaksi=
1,055 mmol
300 ml
2
0,3516 x 10 M
c. 15 menit
M NaOH yang bereaksi=
1,113 mmol
300 ml
0,3710 x 102 M
d. 25 menit
1,125 mmol
300 ml
0,3750 x 102 M
3. Harga k1 = 0,0628
4. Grafik dengan x/a(a-x) sebagai ordinat dan t sebagai absis
10.5
Linear ()
10
9.5
0
10
15
20
25
30
Waktu (menit)
Jawaban Pertanyaan
1. Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.
2. Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.
Kemolekulan reaksi merupakan banyaknya molekul zat pereaksi
(reaktan) dalam.
3. Reaksi penyabunan etil asetat merupakan reaksi orde dua. Hal ini dapat
dilihat dari satuan tetapan reaksinya, M-1menit-1. Tetapan laju reaksi
tidak bisa ditentukan secara teoritis tetapi harus melalui percobaan.
4. Hantaran jenis : ohm-1 cm-1 ( cm-1)
Hantaran molar : S m2 mol-1 , S cm2 mol-1