Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN

ANALISIS TAMBANG BATU BARA DAN PENGARUH TERHADAP LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
Nama

: Salsabil Romanda Ageng Gumilang

NIM

: 14/365867/GE/07840

Program studi

: Geografi Ilmu Lingkungan

DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

Abstrak
Indonesia

merupakan

salah

satu

terasa, namun beberapa tahun lagi dampak

daerah penghasil tambang batu bara terbesar

pengelolaan

di dunia. Salah satu daerah penghasil

mengganggu stabilitas ekosistem.

tambang

terbesar

di

Indonesia

adalah

tambang

Perlunya

yang

salah

usaha-usaha

bisa
yang

Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang

dilakukan dari sekarang untuk mengatasi

di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat

pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari

karena semakin banyak lahan tambang baru

sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga

yang ditemukan.

diharap keseimbangan alam akan terjaga.

Namun pertumbuhan yang pesat

Selain

untuk

menjaga

kesiembangan

tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang

ekosistem, ada baiknya pula kita mengetahui

baik

tidak

bagaimana cara terbentuknya batu bara

bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi

tersebut. Karena dengan banyaknya tambang

tentang pengelolaan tambang dengan baik,

yang ada, maka mungking saja nanti

menyebabkan banyak dampak buruk yang

ekosistem yang ada akan beubah dan bahkan

dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu

bias tercemari oleh penggunaan batubara ini.

oleh

pihak-pihak

yang

Pendahuluan
Batubara adalah bahan bakar fosil.

unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dapat

Batubara dapat terbakar, terbentuk dari

dipahami, karena batubara terbentuk dari

endapan, batuan organik yang terutama

jaringan tumbuhan yang telah mengalami

terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

coalification. Pada dasarnya pembentukkan

Batubara terbentuk dari tumbuhan yang

batubara

telah terkonsolidasi antara strata batuan

membuat arang dari kayu, perbedaannya,

lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh

arang kayu dapat dibuat sebagai hasil

tekanan dan panas selama jutaan tahun

rekayasa dan inovasi manusia, selama

sehingga membentuk lapisan batubara.

jangka waktu yang pendek, sedang batubara

Pembentukan

dengan

cara

manusia

Komposisi

terbentuk oleh proses alam, selama jangka

batubara hampir sama dengan komposisi

waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena

kimia

keduanya

batubara terbentuk oleh proses alam, maka

mengandung unsur utama yang terdiri dari

banyak parameter yang berpengaruh pada

jaringan

Batubara

sama

tumbuhan,

pembentukan
intensitas

batubara.

parameter

Makin

yang

tinggi

transportasi, sortasi dan terakumulasi pada

berpengaruh

suatu cekungan sedimen. Perbedaan kualitas

makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.

batubara dapat diketahui melalui stratigrafi

Ada dua teori yang menjelaskan

lapisan. Hal ini mudah dimengerti karena

terbentuknya batubara, yaitu teori insitu dan

selama terjadi proses transportasi yang

teori drift. Teori insitu menjelaskan, tempat

berkaitan dengan kekuatan air, air yang

dimana batubara terbentuk sama dengan

besar akan menghanyutkan pohon yang

tempat terjadinya coalification dan sama

besar, sedangkan saat arus air mengecil akan

pula dengan tempat dimana tumbuhan

menghanyutkan bagian pohon yang lebih

tersebut berkembang.

kecil

Teori drift menjelaskan, bahwa endapan

(ranting

tergantung

sedimen berasal dari tempat lain. Bahan

sendimentasi.

batubara

mengalami

daun).

Penyebaran

batubara dengan teori drift memungkinkan,

batubara yang terdapat pada cekungan


pembentuk

dan

dari

luasnya

cekungan

proses

Pembahasan
2.1 Batubara Secara Umum
2.1.1 Umur Batubara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada eraera tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu,
adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit
batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman
Permian, kira-kira 270 juta tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.
2.1.2 Materi Pembentukan Batubara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batu bara dari perioda ini.

Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batu bara dari perioda ini.

Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara
berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin)
tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama
batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
2.1.3 Penambangan Batubara
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan

sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan
baja. Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris. Dilihat dari cara
menambang, penambangan batubara dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
Penambangan Terbuka
Penambangan jenis ini dilakukan dengan cara menambang batubara tanpa melakukan
penggalian berat karena letak batubara yang dekat dengan permukaan bumi.
Penambangan Dalam
Jenis penambangan ini dilakukan dengan teknik khusus dimana nantinya perlu dibuat
terowongan tegak hingga mencapai lapisan batubara. Ketika telah mencapa lapisan tersebut,
selanjutnya diperlukan lagi terowongan mendatar untuk mendapatkan batubara tersebut.
Penambangan jauh
Penambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit dimana dibuat
terowongan miring hingga mencapai lapisan batubara.

Penambangan di Atas Permukaan

Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batu bara ang hendak dicari berada di
dalam peut bukit atau gunung akan tetapi letaknya di atas permukaan tanah yang datar, sehingga
untuk menambangnya diperlukan terowongan datar.
2.1.4 Kelas dan Jenis Batubara
Selain cara penambangan dan juga bentuk secara umu, sekarang akan kita lihat klasifikasi
dan jenis batubara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang di control oleh tekanan,
panas dan waktu, batu bara secara umum dibagi menjadi 5 kelas yaitu:

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)

metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 3575% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.
2.1.5 Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah
pembatubaraan (coalification). Secara ringakas proses ini dibagi menjadi dua tahap proses yang
terjadi, antara lain:

Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga

lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan
kompaksi material organik serta membentuk gambut.

Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus

dan akhirnya antrasit.


2.2 Batubara Di Indonesia
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang
terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur

Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar
Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang
mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas
muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini
terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke
dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya,
endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur
endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip
dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian
besar Kalimantan.
2.2.1 Endapan Batu Bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah
atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat
Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang
pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen
Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada
tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.
[3] Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil,
kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas
namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di
Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh
endapan danau (non-marin).[3] Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara
dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai
yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.[4]
Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan
Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas

(Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan
(Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
2.2.2 Endapan Batubara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan
yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen
batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik
Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama
terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan
Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis
ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang
mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya
adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen
ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT
Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi
juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan
batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat
Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.
2.3 Gasifikasi Batubara
Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu
bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) dapat
digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas
kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat
emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur
dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan
tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan asam"
acid rain. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan

batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal combustor,
beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan uap air,
dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan
rambut manusia.
2.4 Pembersihan Batu Bara
Batubara ini dibersihan untuk mengurai bahan2 yang mnempel pada batu bara yang membuat
batu bara tersebut menjadi kurang baik dipakai sebagai bahan bakar. Dengan pembersihan ini,
juga bertujuan agar dampak yang ditimbulkan dari pemakaian batubara sebagai bahan bakar
menjadi lebih terkendali. Bahan-bahan yang hendak dibersihkan dari batubara antara lain:
2.4.1 Sulfur
sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara
yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan Eastern States lainnya, sulfur terdiri
dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming,
Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih
kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sbelum
mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di
batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk
iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold dapat dipisahkan dari batu bara. Secara
khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi
air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian
ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotorpengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara
adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut
"organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk
mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu
bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk
mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah
1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur
dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini
sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers"
karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku
pembakar batu bara.
2.4.2 NOx (Nitrogen Oxida)
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang
terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada
nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk
ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk
dari atom nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang
kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk acid rain
(hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut ground level ozone, tipe
lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar dimana ada lebih
banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini
kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran
pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang
mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged
combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx
burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di
uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang
membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini
menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas
yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat
menekan lebih dari 90% polusi Nox.

Negara pengekspor batu bara utama


Pengekspor batu bara berdasarkan negara dan tahun
(dalam juta ton)
Negara

2003

2004

Australia

238,1

247,6

Amerika Serikat

43,0

48,0

Afrika Selatan

78,7

74,9

Uni Soviet

41,0

55,7

Polandia

16,4

16,3

Kanada

27,7

28,8

Tiongkok

103,4

95,5

Amerika Selatan

57,8

65,9

Indonesia

200,8

131,4

713,9

764,0

Total

2.7 Dampak Penambangan Batubara Terhadap Lingkungan


Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak
kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, udara, dan hutan.
2.7.1 Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang
dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

2.7.2 Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan
batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang
menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak
bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut
maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
2.7.3 Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari pembakaran
batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang
membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat
membuat kotor udara. Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya
bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA),
dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan
kemungkinan bayi lahir cacat.
2.7.4 Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena
lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini
disebabkan adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat
perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang
semestinya menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata
drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
2.7.5 Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat aktivitas bongkar
muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan
hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.
2.8 Usaha Mengurangi Dampak Pertambangan
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pertambangan batubara adalah
sebagai berikut :

2.8.1 Penghentian penggunaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara mesti ada
ketegasan pemerintah daerah untuk menyetop dan menindak tegas setiap penguasaha aktivitas
pertambangan ilegal yang selama ini semakin menjamur dan penurunan terhadap dampak
kerusakan lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya.
2.8.2 Tidak mengeluarkan perizinan baru agar tidak menambah semrawutnya pengelolaan
sumber daya alam tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin untuk
dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru lagi. Sehingga memudahkan untuk
melakukan monitoring terhadap pertambangan batubara yang ada.
2.8.3 Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total, pemerintah harus
melakukan penghentian pertambangan batubara ilegal secara tegas tanpa padang bulu dan
transparan.
2.8.4 Penghentian bisnis yayasan dan koperasinya TNI POLRI
2.8.5 Evaluasi perizinan yang telah diberikan, dan lakukan audit lingkungan semua usaha
pertambangan batubara.
2.8.6 Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan komitmen untuk
kelestarian lingkungan hidup.
2.8.7 Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan
perusahaan pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak.
2.8.8 Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang.
2.8.9 Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas penambangan dan
menjamin serta memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL. Dan pihak pemerintah
harus mengawasi jalannya proses reklamasi tersebut, sehingga benar-benar yakin kalau proses
reklamasi berjalan dengan baik dan menampakkan hasil.
2.8.10 Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga
meminimalisasi dampak lingkungan serta memperkecil angka kecelakaan dalam pertambangan
batubara tersebut.

KESIMPULAN
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan sebagai bahan bakar.
Materi

pembentuk

Batubara

adalah Alga,

Silofita,

Pteridofita,

Angiospermae. Kelas dan Jenis batubara yaitu :


1. Antrasit
2. Bituminus
3. Sub bituminus

4. Lignit
5. Gambut

Gimnospermae,

dan

Pembentukan batubara dapat terjadi secara diagnetik atau biokimia dan tahap malihan
atau geokimia. Sumber daya batubara di Indonesia jumlahnya sangat melimpah seperti di
Kalimantan Selatan yang cukup untuk pasokan energi beberapa tahun kedepan.
Gasifikasi Batubara adalah sebuah proses untuk merubah batubara padat menjadi gas batubara
yang mudah terbakar. Pembersihan batubara dapat dilakukan dengan memcahnya menjadi
bongkahan-bongkahan kecil dan dicuci dengan air didalam sbuah tangki besar.
Membuang Nox dari batubara dapat dilakukan dengan cara staged Combustion. Dampak
penambangan batubara adalah kerusakan terhadap lingkungan yaitu air, udara, tanah, hutan dan
laut. Usaha mengurangi dampak pertambangan bisa di upayakan oleh pemerintah maupun pihak
perusahaan.
SARAN
Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang adanya AMDAL,
sehingga para penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari pada keuntungan
semata. Diharap juga pemerintah lebih tegas menindak para penambang yang terbukti melanggar
peraturan penambangan agar para penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko
kecelakaan. Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap reklamasi lahan
bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Danau Toba Wisata
    Danau Toba Wisata
    Dokumen8 halaman
    Danau Toba Wisata
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Danau Toba Wisata
    Danau Toba Wisata
    Dokumen8 halaman
    Danau Toba Wisata
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Danau Toba Wisata
    Danau Toba Wisata
    Dokumen8 halaman
    Danau Toba Wisata
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    Dokumen9 halaman
    DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    Haepsa Kim
    Belum ada peringkat
  • Danau Toba Wisata
    Danau Toba Wisata
    Dokumen8 halaman
    Danau Toba Wisata
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Danau Toba Wisata
    Danau Toba Wisata
    Dokumen8 halaman
    Danau Toba Wisata
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Danau Toba Wisata
    Danau Toba Wisata
    Dokumen8 halaman
    Danau Toba Wisata
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    Dokumen9 halaman
    DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    Haepsa Kim
    Belum ada peringkat
  • Review Cop 7
    Review Cop 7
    Dokumen3 halaman
    Review Cop 7
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Review Cop 7
    Review Cop 7
    Dokumen3 halaman
    Review Cop 7
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    Dokumen9 halaman
    DCS - 1702680 - Eka M - Danau Toba Sebagai Tujuan Wisata - 2
    Haepsa Kim
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Review Cop 7
    Review Cop 7
    Dokumen3 halaman
    Review Cop 7
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Review Cop 15
    Review Cop 15
    Dokumen3 halaman
    Review Cop 15
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Review Cop 7
    Review Cop 7
    Dokumen3 halaman
    Review Cop 7
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Interpretasi Penutup Lahan Citra Multispektral
    Interpretasi Penutup Lahan Citra Multispektral
    Dokumen7 halaman
    Interpretasi Penutup Lahan Citra Multispektral
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum SIG Acara 2
    Laporan Praktikum SIG Acara 2
    Dokumen5 halaman
    Laporan Praktikum SIG Acara 2
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum PJD Acara 9
    Laporan Praktikum PJD Acara 9
    Dokumen6 halaman
    Laporan Praktikum PJD Acara 9
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum PJD
    Laporan Praktikum PJD
    Dokumen8 halaman
    Laporan Praktikum PJD
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Interpretasi Blok Foto Udara Stereoskopis
    Interpretasi Blok Foto Udara Stereoskopis
    Dokumen4 halaman
    Interpretasi Blok Foto Udara Stereoskopis
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Interpretasi Blok Foto Udara Stereoskopis
    Interpretasi Blok Foto Udara Stereoskopis
    Dokumen4 halaman
    Interpretasi Blok Foto Udara Stereoskopis
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Peta Generalisasi Skala
    Peta Generalisasi Skala
    Dokumen12 halaman
    Peta Generalisasi Skala
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • TUGAS MAKALAH Ketahanan Nasional
    TUGAS MAKALAH Ketahanan Nasional
    Dokumen13 halaman
    TUGAS MAKALAH Ketahanan Nasional
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum PJD
    Laporan Praktikum PJD
    Dokumen8 halaman
    Laporan Praktikum PJD
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum PJD
    Laporan Praktikum PJD
    Dokumen8 halaman
    Laporan Praktikum PJD
    Romandaoutsiderjogja Nsevenfolddimmhumorieezzt Kanslaludihatietakkanmatie
    Belum ada peringkat