BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai pengukuran tekanan darah yang tinggi dengan batas
140 untuk sistolik dan 90 untuk diastolik, sesuai dengan kriteria JNC 7 (NIH, 2003).
Tingkat tekanan darah dan prevalensinya bervariasi di tiap negara. Hipertensi telah
diestimasikan akan menyebabkan 6% kematian di seluruh dunia (Powers, 2003). Di
Indonesia, prevalensi nasional untuk masyarakat berumur lebih dari 18 tahun adalah
29.8%. Sepuluh provinsi yang memilik prevalensi hipertensi yang tinggi yaitu Riau,
Bangka Belitung, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Barat (Depkes RI, 2011).
Hipertensi dikenal sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler, yang
merupakan penyebab utama kematian dan disabilitas di seluruh dunia. Percobaan
klinis berskala besar telah menunjukkan bahwa terapi farmakologis dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan terapi
jangka panjang atau seumur hidup sering diindikasikan.
Menurut World Health Organization (WHO), ketidakpatuhan terhadap terapi
jangka panjang untuk hipertensi merupakan masalah umum yang menyebabkan
konsekuensi kesehatan dan ekonomi yang serius, dalam arti terbuangnya waktu, uang,
dan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Sebagai tambahan, sebuah editorial
terbaru memberikan bukti untuk penurunan morbiditas dan mortalitas dengan
penggunaan terapi antihipertesi, dan menyebutkan bahwa hal yang paling berperan
dalam meningkatkan kontrol hipertensi bergantung pada kepatuhan pasien (Baune
dkk, 2004).
Berdasarkan studi nasional NHANES III di Amerika Serikat, kurang dari
seperempat pasien hipertensi memiliki tekanan darah yang terkontrol dengan baik
(dibawah 140/90 mmHg) (Hyman dkk, 2001). Ketidakpatuhan menjadi masalah
universal, yang dilaporkan menjadi salah satu penyebab utama hipertensi yang sulit
disembuhkan (Etaro dkk, 1992). Walaupun telah dilakukan banyak studi tentang
penulis ingin meneliti mengenai gambaran tingkat kepatuhan berobat pada pasien
hipertensi serta faktor yang mempengaruhinya di wilayah kerja Puskesmas Kintamani
I, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimanakah gambaran kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi serta strategi
dan kendala yang dihadapi untuk menjaga kepatuhan minum obat di wilayah kerja
Puskesmas Kintamani I, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi serta
strategi dan kendala yang dihadapi untuk menjaga kepatuhan minum obat di wilayah
kerja Puskesmas Kintamani I, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli?
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kintamani I, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
2. Untuk mengetahui gambaran kepatuhan berobat pada pasien hipertensi.
3. Untuk mengetahui strategi untuk menjaga kepatuhan minum obat anti
hipertensi.
4. Untuk mengetahui kendala dalam menjaga kepatuhan minum obat anti
hipertensi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas Kintamani I
Dengan mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi serta
strategi dan kendala yang dihadapi untuk menjaga kepatuhan minum obat di wilayah
kerja Puskesmas Kintamani I, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli diharapkan
dapat dijadikan masukan dalam menyukseskan program penanggulangan hipertensi
pada masyarakat.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai hasil penelitian ini kepada masyarakat sehingga
mereka mengetahui kepatuhan berobat sangat penting dalam keberhasilan terapi pada
hipertensi, serta memberikan informasi mengenai strategi yang dapat ditempuh untuk
menjaga kepatuhan minum obat anti hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan darah menekan dinding pembuluh darah. Setiap kali
berdetak (sekitar 60-70 kali per menit dalam keadaan istirahat), jantung akan
memompa darah melewati pembuluh darah. Tekanan terbesar terjadi ketika jantung
memompa darah (dalam keadaan kontriksi), dan ini disebut dengan tekanan sistolik.
Ketika jantung beristirahat (dalam keadaan dilatasi), tekanan darah berkurang disebut
tekanan darah diastolik (Puspitorini, 2008). Tekanan darah tidak pernah konsisten,
Kondisinya berubah-ubah sepanjang hari, sesuai dengan situasi. Tekanan darah akan
meningkat dalam keadaan gembira, cemas, atau sewaktu melakukan aktifitas fisik,
setelah situasi ini berlalu, tekanan darah akan kembali normal. Apabila tekanan darah
tetap tinggi maka disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi (Hull, 1996).
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada
arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial sistemik, baik diastolik maupun
sistolik, atau kedua-duanya secara terus menerus (Hull, 1996). Hipertensi merupakan
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmHg (tekanan sistolik)
dan atau 90 mmHg (tekanan diastolik) (Joint National Committee on Prevention
Detection, Evaluation, dan Treatment of High Pressure VII, 2003) sedangkan
menurut Smeltzer dan Bare, 2002 mendefinisikan hipertensi adalah tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas
90 mmHg. Tekanan sistolik menunjukan fase darah yang dipompa oleh jantung dan
tekanan diastolik menunjukan fase darah kembali ke dalam jantung (Depkes RI,
2006).
2.1.2 Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang mengganggu
kesehatan masyarakat. Umumnya, terjadi pada manusia yang berusia (< 40 tahun).
Namun banyak yang tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi akibat yang
tidak nyata dan sering disebut silent killer. Pada awal terkena penyakit hipertensi
belum menimbulkan gangguan yang serius. Sekitar 1,8% - 26,6% penduduk dewasa
menderita penyakit hipertensi. Berdasarkan penelitian Survei Kesehatan Nasional
(Surkesnas) 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan perempuan
29%. Sedangkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, hipertensi
pada pria 12,2% dan perempuan 15,5%.
Pada usia setengah baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang
pria dari pada perempuan. Pada golongan usia 55-64 tahun, pasien hipertensi pada
pria dan perempuan sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas, pasien hipertensi
perempuan lebih banyak daripada pria (Depkes RI, 2008).
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu. Namun
disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah sama atau lebih besar dari 140/90
mmHg adalah hipertensi. Hipertensi menurut WHO-ISH tahun 1999 dan JNC, 2003
dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2.1.
Klasifikasi hipertensi
menurut WHO-ISH
tahun 1999 Kategori
Optimal
Normal
Normal tinggi
Grade 1 hipertensi
Sub group: borderline
Grade 2 hipertensi
Grade 3 hipertensi
Isolated
sistolik
Tekanan Sistolik
(mmHg)
Tekanan diastolik
(mmHg)
< 120
< 130
130 139
140 159
140 149
160 179
>180
140
< 80
< 85
85 89
90 99
90 94
100 109
110
< 90
hipertensi
Sub group: Borderline 140 149
< 90
Tabel 2.2.
Klasifikasi menurut Tekanan Sistolik
(mmHg)
The joint National
Committee
Tekanan diastolic
(mmHg)
on
Detection,
Evaluation,
and
Treatment og High
Blood
Preassure
(JNC-VI)
Kategori
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
2003.
< 130
130 139
< 85
85 89
140 159
160 179
180
90 99
100 109
110
Tabel 2.3
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)
Menurut
Klasifikasi
Kurus tingkat berat
< 16
10
11
12
13
14
umum bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat terhadap penyakit jelas,
pengobatan yang teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatannya akan pulih,
petugas kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial pasien, efek
obat minimum, pengobatan sederhana, harga terjangkau, serta hubungan baik antara
petugas kesehatan dengan pasien (Dudley, D.L dalam Mardiana, 2004) Shea et al.
(1992) dalam Kyngas (1999) yang melakukan penelitian tentang kepatuhan pasien
dengan pengobatan melaporkan bahwa, kepatuhan laki-laki lebih buruk dibandingkan
perempuan. Penelitian juga melaporkan bahwa orang yang tidak bekerja
kepatuhannya lebih buruk dari yang bekerja (Carlberg, 1993, dan Lindquist ey al.
1997 dalam Kyngas).
Hubungan status ekonomi yang rendah terhadap ketidakpatuhan dilaporkan
dalam penelitian. Dua faktor yang memperlihatkan penurunan kepatuhan akibat status
ekonomi (Hellenbrandt, 1983). Pertama, seseorang yang status ekonomi rendah
memerlukan
waktu
yang
lama
untuk
menunggu
sebelum
dan
selama
15
BAB III
KERANGKA KONSEP TEORI
Berdasarkan modifikasi teori Lawrence W. Green, W. Kreuter (2005), dan
Departemen Kesehatan (2008) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi, maka terbentuklah
kerangka teori seperti gambar 2.5
Faktor predisposisi
Umur
Jenis kelamin
Sosioekonomi
Pendidikan
Nilai
Sikap
Kepercayaan
Faktor pemungkin
Tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi
Ketersediaan sumber daya kesehatan
Keterjangkauan sumber dya kesehatan
Keterampilan petugas kesehatan
Gambar 2.5 Kerangka Teori
Modifikasi Teori Lawrence W. Green, W. Kreuter (2005), dan
Departemen kesehatan (2008)
BAB IV
Faktor pendorong
METODE
PENELITIAN
Sikap dan perilaku petugas kesehatan
Kelompok atau teman sebaya
Orang tua,
dll Waktu Penelitian
4.1pekerja,
Tempat dan
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli. Penelitian ini dilakukan mulai Mei sampai Juni 2013.
4.2 Rancangan Penelitian
16
17
18
6. Pendapatan
7. Diagnosis hipertensi
8. Kepatuhan
4.8 Definisi Operasional Variabel
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin responden sesuai dengan kategori yang telah disediakan. Jenis
kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan.
2. Umur
Usia yang ditanyakan pada responden/berdasarkan KTP dan dinyatakan dalam
tahun.
3. Alamat
Alamat tempat tinggal yang ditanyakan pada responden/berdasarkan KTP.
4. Tingkat pendidikan
Responden dapat berasal dari berbagai tingkat pedidikan yang dikategorikan
sebagai berikut:
-
5. Pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan responden saat ini untuk mendapatkan penghasilan.
Pekerjaan yang ditanyakan pada responden, dikelompokkan menjadi pegawai
negeri, pegawai swasta, wiraswasta/dagang, petani, buruh, tidak bekerja, dan
pekerjaan lainnya. Yang digolongkan tidak bekerja disini adalah pensiunan, ibu
rumah tangga, dan penganguran.
6. Pendapatan
Klasifikasi pendapatan berdasarkan Bank Dunia 2007
-
Rendah
Sedang rendah
Sedang tinggi
Tinggi
7. Diagnosis hipertensi
Diagnosis hipertensi didasarkan pada hasil pemeriksaan tekanan darah
menggunakan sphygmomanometer air raksa merk Riester dan stetoskop merk
Littmann. Diagnosis dan stadium hipertensi yang didapatkan dari hasil
pengukuran tekanan darah berdasarkan JNC VII tahun 2004, dengan criteria
sebagai berikut:
19
Prahipertensi bila tekanan sistolik 120-139 mmHg, atau tekanan diastolik 80-
89 mmHg.
Hipertensi stadium satu bila tekanan sistolik 140-159 mmHg, atau tekanan
8. Kepatuhan
Tingkat kepatuhan berobat pasien dengan terapi obat antihipertensi selama enam
bulan terakhir, dikategorikan sebagai berikut:
-
Patuh
Tidak patuh
20
tiap variabel. Hasil analisis univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Data yang dianalisis secara univariat adalah karakteristik demografis pasien meliputi
jenis kelamin, kelompok umur, alamat, pekerjaan, dan pendapatan rata-rata per bulan;
status hipertensi; karakteristik responden berdasarkan variabel yang berhubungan
dengan kepatuhan meliputi durasi hipertensi, waktu terakhir kontrol, lokasi kontrol,
jumlah jenis obat, dan alasan datang kontrol; kategori patuh minum obat dan status
kepatuhan responden; serta strategi dan kendala yang dialami dalam menjaga
kepatuhan minum obat.
4.11.2 Analisis Bivariat
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap beberapa variabel dalam hasil
penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang antara dua
variabel yang relevan. Data yang dianalisis secara bivariat adalah kelompok umur,
alamat, pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan, status tekanan darah, durasi
hipertensi, dan jumlah jenis obat, yang disilangkan dengan status kepatuhan
responden.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Demografis Responden
21
Responden penelitian ini berasal dari kelompok penduduk berusia 22 tahun ke atas
yang telah memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian. Responden berasal
dari delapan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I. Responden
diambil sebanyak 45 orang. Sebagian besar responden diwawancarai di puskesmas
masing-masing mulai tanggal 8 Juni sampi dengan 13 Juni 2013. Berdasarkan
wawancara dan pemeriksaan yang dikerjakan diperoleh karakteristik demografis
responden meliputi jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan, dan pendapatan rata-rata
per bulan.
Tabel 5.1. Karakteristik Demografis Responden meliputi Jenis Kelamin, Umur,
Alamat, Pekerjaan, dan Pendapatan Rata-Rata per Bulan
No.
1.
2.
3.
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Laki-laki
20
44,4%
Perempuan
25
55,6%
Total
Kelompok Umur
45
100,0%
Muda
2,2%
Dewasa akhir
10
22,2%
Lansia awal
17,8%
Lansia akhir
12
26,7%
Manula
14
31,1%
Total
Alamat
45
100,0%
24
53,3%
8,9%
15,6%
Desa Kintamani
20,0%
Desa Langgahan
2,2%
Total
45
100,0%
22
Pekerjaan
Pegawai Negeri
2,2%
Pegawai Swasta
2,2%
Wiraswasta/Dagang
20,0%
Petani
14
31,1%
Buruh
8,9%
Tidak Bekerja
15
33,3%
Lainnya
2,2%
Total
Pendapatan rata-rata per bulan
45
100,0%
Pendapatan Rendah
32
71,1%
Pendapatan Sedang
12
26,7%
Pendapatan Tinggi
Total
1
45
2,2%
100%
Status Hipertensi
Frekuensi
Persentase
23
1.
8,9%
Hipertensi derajat 1
26
57,8%
Hipertensi derajat 2
15
33,3%
Total
45
100%
Dari data yang diperoleh dalam status hipertensi, didapatkan sebagian besar
responden menderita hipertensi derajat 1.
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi.
No.
1
3.
4.
5.
Variabel
Durasi Hipertensi
Frekuensi
Persentase
< 1 Tahun
15,6%
1-5 Tahun
24
53,3%
6-10 Tahun
17,8%
> 10 Tahun
13,3%
Total
Waktu Terakhir Kontrol
45
100%
7 Hari
25
55,6%
8-14 Hari
10
22,2%
> 14 Hari
Total
Lokasi Kontrol
10
45
22,2%
100%
Puskesmas
45/45
100%
Rumah Sakit
5/45
11,1%
4/45
45
8,9%
100%
1 jenis
35
77,8%
2 jenis
Total
Alasan Datang Kontrol
10
45
22,2%
100%
Obat Habis
29
64,4%
Merasakan Gejala
15
33,3%
24
Lain-lain
Total
1
45
2,2%
100%
35/45
77,8%
35/45
77,8%
27/45
45
60,0%
100%
Frekuensi
Persentase
Patuh
26
57,8%
Tidak patuh
19
42,2%
Total
45
100%
Status Kepatuhan
Kepatuhan Minum Obat
Dari data didapatkan bahwa 57,8% responden patuh dalam meminum obat
antihipertensi.
25
Variabel
Ya
1.
2.
3.
Kepatuhan
Tidak
Total
Kelompok Umur
< 60 tahun
12 (48,0%)
13 (52,0%)
25 (100,0%)
60 tahun
14 (70,0%)
6 (30,0%)
20 (100,0%)
Dekat
24 (60,0%)
16 (40,0%)
40 (100,0%)
Jauh
2 (40,0%)
3 (60,0%)
5 (100,0%)
15 (62,5%)
9 (37,5%)
24 (100,0%)
11 (52,4%)
10 (47,6%)
21 (100,0%)
Pendapatan rendah
17 (53,1%)
15 (46,9%)
32 (100,0%)
9 (69,2%)
4 (30,8%)
13 (100,0%)
3 (75,0%)
1 (25,0%)
4 (100,0%)
Hipertensi derajat 1
14 (53,8%)
12 (46,2%)
26 (100,0%)
Hipertensi derajat 2
Durasi Hipertensi
9 (60,0%)
6 (40,0%)
15 (100,0%)
5 tahun
18 (58,1%)
13 (41,9%)
31 (100,0%)
> 5 tahun
8 (57,1%)
6 (42,9%)
14 (100,0%)
Alamat
Pekerjan
Bekerja dalam ruangan +
tidak bekerja
4.
5.
6.
26
7.
22 (48,9%)
13 (28,9%)
35 (77,8%)
4 (8,9%)
6 (13,3%)
10 (22,2%)
Dari tabel didapatkan bahwa respoden dengan umur 60 tahun lebih patuh
dalam mengonsumsi obat antihipertensi. Alamat responden dalam tabel ini
dikategorikan menjadi dekat dan jauh. Alamat yang tergolong dekat adalah Desa
Batur Selatan, Desa Batur Utara, dan Desa Kintamani. Sementara desa lainnya
digolongkan dalam kategori jauh. Didapatkan bahwa responden yang tinggal dekat
dengan puskesmas lebih patuh dalam minum obat antihipertensi. Berdasarkan
pekerjaan, responden bekerja di dalam ruangan dan tidak bekerja lebih patuh dalam
mengonsumsi obat antihipertensi. Responden yang memiliki pendapatan sedang dan
tinggi lebih patuh dalam mengonsumsi obat antihipertensi. Menurut status tekanan
darah saat wawancara, responden yang memiliki tekanan darah terkontrol lebih patuh
dalam minum obat antihipertensi. Responden yang sudah terdiagnosis hipertensi
selama 5 tahun lebih patuh dalam mengonsumsi obat antihipertensi. Responden
yang mendapatkan obat satu jenis lebih patuh dalam mengonsumsi obat
antihipertensi. Sedangkan responden yang lebih tidak patuh dalam kelompok jumlah
jenis obat juga berasal dari responden yang mendapat satu jenis obat.
5.5 Strategi dalam Menjaga Kepatuhan Minum Obat
Tabel 5.5 Strategi dalam Menjaga Kepatuhan Minum Obat
No.
1.
2.
Frekuensi
Persentase
25/26
96,2%
Takut Komplikasi
19/26
73,1%
Dukungan Keluarga
Total
Cara Menjaga Minum Obat Tepat Waktu
14/26
26
53,8%
100%
15/26
57,7%
7/26
26,9%
15/26
57,7%
Kesadaran sendiri
Alarm/pengingat
Minta
bantuan
mengingatkan
orang
lain
untuk
27
Total
26
100%
Data ini didapatkan dari 26 responden yang tergolong dalam patuh minum
obat. Alasan terbanyak responden rajin minum obat adalah karena ingin cepat
sembuh. Sementara, cara terbanyak agar responden dapat minum obat tepat waktu
adalah karena kesadaran sendiri dan minta bantuan orang lain untuk mengingatkan.
5.6 Kendala yang Dialami dalam Menjaga Kepatuhan Minum Obat
Tabel 5.6 Kendala yang Dialami dalam Menjaga Kepatuhan Minum Obat
No.
1.
2.
Frekuensi
Persentase
5/19
26,3%
Lupa
19/19
100,0%
4/19
21,1%
10/19
19
52,6%
100%
5/19
26,3%
Sibuk bekerja
12/19
63,2%
2/19
10,5%
16/19
19
84,2%
100%
Data ini didapatkan dari 19 responden yang tergolong dalam tidak patuh
minum obat. Seratus persen responden mengatakan bahwa penghambat minum obat
yang utama adalah karena lupa. Penghambat kontrol terbanyak adalah karena
responden merasa sehat, yaitu sebanyak 84,2%.
28
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan jumlah responden yang patuh minum obat
antihipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I sejumlah 57,8% dari
keseluruhan reponden. Hal ini hampir sama dengan studi yang dilaksanakan oleh
Elzubier dan Husein mengenai kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di
Kassala, Sudan Timur, yaitu sebanyak 59,6% responden patuh minum obat
antihipertensi (Elzubier dkk, 2000). Respoden dengan umur 60 tahun lebih patuh
dalam mengonsumsi obat antihipertensi. Sama seperti penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Amal dkk, sebanyak 65,9% responden yang patuh berasal dari
kelompok umur > 65 tahun (Mehza dkk, 2009). Didapatkan bahwa responden yang
tinggal dekat dengan puskesmas lebih patuh dalam minum obat antihipertensi. Studi
sebelumnya yang dilakukan oleh Elzubier juga menyatakan bahwa semakin jauh
rumah responden dari tempat pelayanan kesehatan, maka semakin tidak patuh
responden tersebut (Elzubier dkk, 2000). Hal ini dikarenakan masalah transportasi
dan kendala dalam yang mengantar. Berdasarkan pekerjaan, responden bekerja di
dalam ruangan dan tidak bekerja lebih patuh dalam mengonsumsi obat antihipertensi.
29
Responden yang bekerja di luar uangan memiliki aktifitas fisik yang lebih tinggi,
sehingga risikonya untuk terkena hipertensi lebih tinggi (Adam S, 2009). Responden
yang memiliki pendapatan sedang dan tinggi lebih patuh dalam mengonsumsi obat
antihipertensi. Responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi lebih memiliki
biaya untuk menjalani pengobatan (Edlund, 2001). Responden yang sudah
terdiagnosis hipertensi selama 5 tahun lebih patuh dalam mengonsumsi obat
antihipertensi. Responden yang mendapatkan obat satu jenis lebih patuh dalam
mengonsumsi obat antihipertensi. Sedangkan responden yang lebih tidak patuh dalam
kelompok jumlah jenis obat juga berasal dari responden yang mendapat satu jenis
obat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elzubier yang menyatakan
bahwa semakin lama responden menderita hipertensi dan semakin banyak regimen
obat yang didapatkan maka semakin tidak patuh responden dalam mengonsumsi obat
antihipertensi (Elzubier dkk, 2000).
Alasan terbanyak responden rajin minum obat adalah karena ingin cepat
sembuh. Sementara, cara terbanyak agar responden dapat minum obat tepat waktu
adalah karena kesadaran sendiri dan minta bantuan orang lain untuk mengingatkan.
Seratus persen responden mengatakan bahwa penghambat minum obat yang utama
adalah karena lupa. Penghambat kontrol terbanyak adalah karena responden merasa
sehat, yaitu sebanyak 84,2%. Studi terdahulu yang dilakukan oleh Amal dkk di
Kuwait juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu alasan utama pasien tidak patuh
minum obat adalah lupa (Mehza dkk, 2009). Melalui strategi minum obat dengan
meminta bantuan orng lain untuk mengingatkan dapat meningkatkan kepatuhan
sebesar 57,7%.
6.4 Kelemahan Penelitian
Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah:
1. Pada penelitian ini tidak mencantumkan pengetahuan pasien mengenai hipertensi,
sehingga hasilnya masih dipengaruhi oleh pegetahuan responden terhadap
hipertensi.
2. Wawancara hanya dilakukan berdasarkan ingatan responden sehingga tidak
menutup kemungkinan terjadi bias dalam hasil penelitian.
30
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Adapun simpulan dari penelitian ini adalah angka kepatuhan minum obat
antihipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I adalah 26 dengan persentase
57,8%. Responden pada kelompok umur 65 tahun, yang jarak tempuhnya dekat
dengan puskesmas, bekerja di dalam rangan dan tidak bekerja, memiliki pendapatan
sedang dan tinggi, dengan hipertensi derajat I, yang sudah terdiagnosis hipertensi < 5
tahun, serta yang mendapatkan obat satu jenis cenderung lebih patuh dalam minum
obat antihipertensi. Strategi utama yang dilakukan responden dalam menjaga
kepatuhan minum obat adalah dengan minta bantuan orang lain untuk mengingatkan.
Sementara kendala yang dihadapi responden sehingga tidak patuh dalam minum obat
antihipertensi adalah akibat lupa dan merasa diri sehat.
7.2 Saran
7.2.1 Saran Kepada Pihak Puskesmas Kintamani I
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang gambaran kepatuhan minum
obat antihipertensi serta strategi dan kendala yang dihadapi dalam menjaga
kepatuhan tersebut sehingga dapat meningkatkan peran keluarga dalam
memotivasi penderita hipertensi untuk minum obat dan kontrol secara rutin.
2. Menyusun strategi intervensi berupa KIE kepada pasien hipertensi dan
pendamping atau caregiver dari pasien untuk memantau pengobatan secara
teratur sehingga dapat mencegah komplikasi dan mengadakan penyuluhan
terhadap masyarakat tentang pentingnya kepatuhan minum obat antihipertensi
secara rutin.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Arif, M. kapita selekta kedokteran jilid I1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius, 2005.
Baune BT, Aljeesh YI, Bender R. The impact of non-compliance with the therapeutic
regimen on the development of stroke among hypertensive men and women in
Gaza, Palestine. Saudi Med J. 2004;25:16838.
Cameron, H. Patient compliance recognition of factor involved and suggestion for
promoting compliance with therapeutic regimen, journal of advance nursing,
1999.
Caplan NM. clinical hypertension, 8 Ed. Lippincott: williamas dan Wilkins, 1997.
DepartemenKesehatan RI. RisetKesehatanDasar 2007. LaporanNasional 2007
[internet].
2011
[cited
March
7th
2011].
Available
from:
http://www.scribd.com/doc/25886294/Riskesda-laporanNasional.
Elzubier et al. Drug Compliance among Hipertensive Patient in Kassala, Eastern
Suddan. Eastern Mediteranian Health Journal, vol 6, no 1, 2000.
Enlund H,Jokisalo E, Wallenius S and Korhonen M. Patient-perceived problems,
compliance, and the outcome of hypertension treatment. Pharm World Sci.
2001;23(2):60-4.
Etaro JF, Black HR. Refractory hypertension. N Engl J Med. 1992;327:5437.
Green, Lawrance W, Kreuter, Marshall. Health program planning an educational and
ecological approach. New York: The McGraw Hill Companies, 1998.
Hull, Alison. Penyakit jantung, hipertensi dan nutrsi. Bumi Aksara. Jakarta, 1996.
Hitchcock, J.E. Schubert, P.E., & Thomas, S.A, Community Health Nursing: Caring
in Action, New York : Delmar Publishers, 1999.
Hyman DJ, Pavlik VN. Characteristics of patients with incompliant hypertension in
the United States. N Engl J Med. 2001;345:47986.
ITB-WHO. Pengendalian Hipertensi-laporan komisi pakar WHO. Bandung; Penerbit
ITB: 1-28, 61-90, 2001.
Kabir et al. Compliance to medication among hypertensive patients in Murtala
Mohammed Specialist Hospital, Kano, Nigeria. Journal of Comm Med & Prim
Health Care 16 (1) 16-20.
Mehza A et al. Drug Compliance Among Hypertensive Patients; an Area Based Study.
Eur J Gen Med 2009;6(1):6-10.
Powers AC. Hypertension. In: Kasper DL, Braunwald E, editors. Harrisons principle
of internal medicine. 16th Ed. New York: McGraw-Hill; 2005. p. 2152-80.
33
Purwanti.
Hipertensi
patuh
minum
obat
cegah
cegah
komplikasi.
http://warnalangitku.blogspot.com/2008/09/hipertensi-patuh-minum-obatcegah.html 2008.
Sani, Aulia. Hypertension Current Perspective, Jakarta; Medya Crea, 2008.
The 7th Report on the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure. US Department of Health and Human
Services. National Institute of Health, National Heart, Lung and Blood Institute
NIH Publication No. 04-2530; 2003.