Anda di halaman 1dari 22

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN

: Hansel Loshaless
Khasri thamrin priatama
Nurul lathifah

KELOMPOK

: R5

TANGGAL PRAKTIKUM

: 7 Maret 2015

JUDUL PRAKTIKUM

: COMPACTION

ASISTEN

PARAF DAN NILAI

1306410686
1306369245
1306369200

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 698 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics of
Soil UsingStandard
ASTM D 1557 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics
of Soil UsingModified Effort"
AASHTO T 99 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-lb)
Rammer and a 305-mm (12-in) Drop"
SNI 03-2832-1992 "Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah
maksimum dengan kadar air optimum"
AASHTO T 180 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-lb)
Rammer and 457-mm (18-in) Drop"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari nilai kerapatan kering (dry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari
suatu sampel tanah yang dipadatkan.
Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam menentukan presentase
pemadatan dan kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi pemadatan yang
sesuai di lapangan.

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C. Alat alat dan Bahan


a. Alat

Mould, lengkap dengan collar dan base plate

Hammer seberat 5.5 lbs, dengan tinggi jatuh 12 inch

Hydraulic extruder

Pelat baja pemotong

Gelas ukur

Wadah untuk mencampur tanah dengan air

Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah

Timbangan

Oven

Jangka sorong

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 5 kantong @ 2kg (lebih
baik digunakan 6 kantong)

Gambar 5.1 Peralatan praktikum compaction: a) Mould (lengkap); b) Hammer; c) Pelat besi/penggaris;
d) Jangka sorong

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

D.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah

diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu pemadatan tanah
adalah juga merupakan usaha (energi) yang dilakukan pada massa tanah. Suatu
pemadatan (Compactive Effort = CE) yang dilakukan tersebut adalah fungsi dari
variabel-variabel berikut:

(5.1)
dengan:
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiridari


dua macam, yaitu:
1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)
2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:
Table 5.1. Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji pemadatan

Test Identification

AASHTO T99

AASHTO T180

ASTM D 698

ASTM D 1557

Diameter Mould (inch)

4"

6"

4"

6"

Berat Hammer (lb)

5.5

5.5

10

10

Tinggi Jatuh Hammer (inch)

12

12

18

18

Jumlah Layer

Jumlah Pukulan Per-Layer

25

56

25

56

C.E (lb/ft2)

12.375

12.375

56.25

56.25

No. 4 (3/4")

No. 4 (3/4")

No. 4 (3/4")

No. 4 (3/4")

Ukuran Butir Maksimum yg


Lolos

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu


hubungan tersebut dibuat beberapa sampel tanah minimal empat contoh dengan kadar
air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4% antara setiap sampel.
Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan
hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut diperoleh dry
maksimum pada kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari Wopt akan diperoleh
nilai kepadatan yang lebih kecil dari dry maksimum.

Gambar 5.2. Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard Proctor

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 5.1. menunjukkan perbedaan dari energi pemadatan antara metode


standard proctor dan juga menggunakan modified proctor. Penggunaan modified
proctor yang memiliki energi pemadatan yang hampir 5 kali lebih besar dari standard
proctor menghasilkan dry maksimum yang lebih tinggi dibanding standard proctor
namun menghasilkan kadar air optimum (wopt) yang lebih rendah dibandingkan
standard proctor.

Penentuan kadar air


(5.2)
(5.3)
(5.4)

dengan :
W

= kadar air

wwater

= berat air (gram)

wdry

= berat tanah kering (gram)

wwet

= berat tanah basah (gram)

Penentuan penambahan volume air


(5.5)

dengan :
Vadd

= volume air yang akan ditambahkan

WX

= kadar air yang akan dibuat

W0

= kadar air awal

= berat sampel tanah (gram)

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Perhitungan nilai wet dan dry


(5.6)
(5.7)

dengan :
wet

= berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)

wwet

= berat tanah basah (gr)

= volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)

dry

= berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)

wdry

= berat tanah kering(gr)

= kadar air (%)

Perhitungan nilai Zero Air Void Line (ZAV-line)


ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isikering
dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.

(5.8)
dengan:
GS = nilai specific gravity
W = berat jenis air (gr/cm3)
W = kadar air (%)
Sr = derajat kejenuhan

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Perhitungan nilai Compaction Effort (CE)


lihat kembali persamaan (5.1)

di mana :

II.

C.E.

= Compactive Effort (lb/ft2)

= berat hammer (lb)

= tinggi jatuh (inch), pada percobaan ini adalah 12 inch

= jumlah layer, pada percobaan ini adalah 3 lapisan

= jumlah pukulan per-layer, pada percobaan ini adalah 25 kali

= volume tanah (ft3)

PRAKTIKUM
a. Persiapan Praktikum
1. Siapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2 kg, lolos saringan No. 4 ASTM.
2. Campur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah, nilai kadar air
awal dalam hal ini dianggap sama.
3. Ambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya, dan cari
nilai kadar air sampel tersebut.
4. Kembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.
5. Hitung kadar air pada keesokan harinya, lalu tambahkan air pada masing-masing
kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda.
6. Masukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diamkan selama 18-24 jam
(diperam) agar kadar airnya merata.

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Jalannya Praktikum
1. Memeriksa Siapkan mould, collar, dan base plate.
2. Timbang mould dan ukur dimensinya untuk mengetahui volume tanah hasil
pemadatan.
3. Masukkan sampel tanah ke dalam mould, perkirakan jumlahnya sedemikian rupa
sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3 tinggi mould (karena total
lapisan pemadatan sebanyak 3 lapis).
4. Tumbuk 25 kali pada setiap lapisan secara merata dengan hammer seberat 5.5 lb dan
tinggi jatuh 12 inch (Standard Proctor ASTM).
5. Pada lapisan ketiga, pasang collar dan tambahkan tanah hingga melebihi batas mould.
6. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, buka collar dan ratakan kelebihan tanah pada
mould dengan pelat pemotong.
7. Timbang berat tanah beserta mould.
8. Keluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder.
9. Ambil sebagian dari bagian atas, tengah, bawah dari sampel tanah tersebut untuk
diperiksa kadar airnya, dengan demikian akan diperoleh kadar air rata-rata dari
sampel tanah setelah dipadatkan.

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

III.

PENGOLAHAN DATA

Dalam praktikum ini, kadar air awal yang di dapatkan praktikan adalah 7.24%.
Menghitung penambahan volume air untuk compaction
Sampel 31%
Wo

: 7.24%

Wx

: 31%

: 2000 gr

Vadd =

Dalam rumus ini, nilai penambahan volume menggunakan nilai 100 dan bukan 1,
karena perhitungan menggunakan kadar air dalam bentuk persen. Nilai perhitungan
penambahan volume air secara keseluruhan:
Sampel

Volume Air yang Ditambahkan

31%

443.12 ml

34 %

499.07 ml

37 %

555.02 ml

40 %

610.97 ml

43%

666.92 ml

46 %

722.86 ml

Menentukan Hubungan W dry (Mould)


Diameter dan tinggi mould merupakan hasil dari rata- rata tiga kali pengukuran
sebagai berikut:
Mould ke

Diameter (mm)

101

101.15

101.3

101.25

100.9

101

101.35

101

101.5

Tinggi (mm)

116.15

116.45

116.9

116.9

116.75

116.7

116.1

115.8

115.65

COMPACTION

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dimensi mould:
Mould
ke

D mould (cm)

H mould (cm)

Berat mould (gr)

Volume (cm3)

1
2
3

10.115
10.105
10.128

11.65
11.68
11.58

1684
1718
1684

936.53
937.09
933.29

Contoh perhitungan volume mould ke 1

V = 22/7 x (10,115)2 x (11,65)/4 = 936.53 cm3

Water Content Determination


Assumed Water Content

31%

34%

37%

40%

43%

46%

Wt Of Can + Wet Soil (g)

213.1

436.96

451.83

305.97

333.58

273.2

Wt Of Can + Dry Soil (g)

169.15

345.2

349.57

228.54

248.93

199.47

Wt Of Water (g)

43.95

91.76

102.26

77.43

84.65

73.73

Wt Of Can (g)

21.95

19.85

19.62

20.28

17.02

26.26

Wt Of Dry Soil (g)

147.2

325.35

329.95

208.26

231.91

173.21

Water Content (%)

29.86

28.20

30.99

37.18

36.50

42.57

Untuk penentuan kadar air digunakan rumus

Sampel 31%

COMPACTION

10

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Density Determination
Assumed Water Content

31%

Water Content

34%

37%

40%

43%

46%

0.2986 0.282

0.3099

0.3718

0.365

0.4257

Wt Of Soil + Mold (kg)

3.116

3.236

2.970

3.390

3.418

3.120

Wt Of Mold (kg)

1.684

1.718

1.396

1.684

1.718

1.396

Wt Of Soil In Mold (kg)

1.432

1.518

1.574

1.706

1.7

1.724

Wet Density (gr/cm3)

1.53

1.62

1.687

1.82

1.814

1.85

Dry Density (gr/cm3)

1.178

1.264

1.288

1.327

1.329

1.298

Menentukan kerapatan kering dry


Kadar 28%

Kerapatan basah:
=

= 1.53 gr/cm3

Kerapatan kering:
= 1.178 gr/cm3

Kesalahan Relatif
Kesalahan relatif = |

Contoh Sampel 31 %

Kesalahan relatif

=|
|

COMPACTION

|
|

11

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

29.86

Kadar Air Didapat (%)

Kadar Air Rencana (%) 31


3.68

Kesalahan Relatif (%)

28.20

30.99

37.18

36.50

42.57

34

37

40

43

46

17.06

16.24

7.05

15.12

7.46

Garis Zero Air Void


Sr

: 100%

Nilai Gs : 2.61 ; 2.63 ; 2.65 didapat dari masing-masing kelompok.


Nilai rata-rata Gs = 2.63

water : 1 gr/cm3
Contoh = kadar air 29.86%
RUMUS ZAV =

Zero Air Void Per kadar Air


Kadar Air (%)

29.86

28.20

30.99

37.18

36.50

42.57

Zero Air Void

1.47

1.51

1.45

1.33

1.34

1.24

COMPACTION

12

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Grafik hubungan kadar air dengan dry:

kadar air vs Ydry


1.36
1.34
1.32
1.3
1.28
1.26
1.24
1.22
1.2
1.18
1.16
25

30

35

40

45

Water Content (%)

Kadar air optimum

= 36.5 %

dry maksimum

= 1.329 gr/cm3

Grafik Pemadatan Tanah


Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan di atas, diperoleh nilai dry dan
ZAV sebagai berikut :
Water Content

Ydry

ZAV

28.2

1.264
1.178
1.288
1.329
1.327
1.298

1.51

29.86
30.99
36.5
37.18
42.57

COMPACTION

1.47
1.45
1.34
1.33
1.24

13

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Grafik Hubungan Kadar Air, ZAV, dan Kerapatan


1.6

1.5

1.4
1.3

Ydry

1.2

ZAV

1.1
1
25

30

35

40

45

Water Content (%)

Menghitung Nilai Compactive Effort (CE) :

1 feet = 0,3048 m
1m
Vol

= 3,281 feet
= 936.53 cm3 = 936,53 x 10-6 m3 = 0,03307 ft3

= 12470.49 lb/ft2

Mould

CE (lb/ft2)

12470.49

12463.03

12513.78

COMPACTION

14

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

IV.

ANALISIS

Analisis Percobaan
Percobaan Compaction ini dilakukan untuk mencari nilai kerapatan kering
(dry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari suatu sampel tanah yang
dipadatkan. Percobaan compaction dapat dilakukan dengan dua metode, yakni
Standard Proctor (AASHTO T99/ASTM D698) dan Modified Proctor (AASHTO
T180/ASTM D1557). Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan metode
Standard Proctor dengan spesifikasi yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam persiapannya, praktikan melakukan persiapan dengan menyiapkan
tanah yang lolos saringan no.4 ASTM sebanyak 6 kantong dengan masing-masing
berat 2 kg. Untuk mempermudah praktikum, praktikan menganggap kadar air tanah di
tiap kanton pada awalnya adalah sama dan kemudian ditambahkan dengan air sesuai
dengan kadar air yang diinginkan, yaitu 31%, 34%, 37%, 40%, 43%, dan 46%.
Setelah menambahkan air pada tiap kantong. Tanah kemudian diaduk dengan
menggunakan tangan kosong lalu tanah kemudian dimasukkan ke masing-masing
plastik yang berbeda kemudian didiamkan selama 18-24 jam agar campuran tanah
dan air merata dan homogen.
Setelah didiamkan selama kurang lebih 18-24 jam, praktikan memulai
percobaan dengan menyiapkan mold (berat dan dimensi mold terlebih dahulu diukur
dan dicatat). Mold kemudian ditaruh di atas base plate dan pada dasar lantainya
diletakkan kertas sebagai alas agar tidak licin. Lalu pada bagian dalam mold diolesi
dengan vaseline agar tanah yang sudah ditumbuk di mold mudah dikeluarkan jika
mold sudah terisi penuh. Tiap kelompok menggunakan 2 kantong tanah dengan kadar
air yang berbeda untuk dimasukkan ke dalam mold dan ditumbuk menggunakan
standard proctor dengan ketinggian 12 inch sebanyak 25 kali. Penumbukkan pada
mold dilakukan secara merata pada tiap lapisan tanah.

COMPACTION

15

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Untuk lapisan pertama, tinggi tanah yang diinginkan adalah 1/3 dari tinggi
mold. Setelah tanah dimasukkan dan ditumbuk, tinggi tanah diukur menggunakan
pelat besi untuk mengecek apakah sudah mencapai ketinggian yang diinginkan.
Setelah pemasukkan tanah pertama, praktikan tidak langsung menumbuk sebanyak 25
kali untuk mengantisipasi kelebihan tumbukan jika tinggi tanah masih kurang.
Apabila tinggi tanah berlebih, tanah dikorek dengan menggunakan sendok hingga
mencapai ketinggian yang diinginkan. Pada tiap penumbukkan, tanah akan tergeser
sendirinya ke pinggir mould, oleh karena itu praktikan memindahkan tanah pada
pinggir mould ke tengah-tengah mould dengan sendok maupun tangan kosong.
Proses yang sama dilakukan untuk ketinggian tanah 2/3 dari mold dan setinggi
permukaan mold.
Setelah tinggi tanah sudah setinggi permukaan mold, permukaan tanah
diratakan menggunakan pelat baja pemotong hingga permukannya sama rata dengan
permukaan mold. Setelah itu barulah mold dilepaskan dan ditimbang beratnya. Lalu
tanah di dalam mold dikeluarkan menggunakan hydraulic extruder. Setelah tanah
dikeluarkan, tanah dipecah menjadi 3 lapisan dan bagian tengah dari setiap lapisan
tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam can (berat can dan berat can+tanah
ditimbang dan dicatat). Setelah itu, can beserta tanah dimasukkan ke dalam oven
selama kurang lebih 24 jam. Setelah 24 jam, can beserta tanah dikeluarkan dan
ditimbang beratnya kembali. Ketiga bagian tanah dianggap memiliki kadar air yang
sama sehingga untuk menghitung kadar airnya hanya diperlukan satu can. Hasil dari
penghitungan kadar air tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai berat isi
kering.

COMPACTION

16

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Analisis Hasil
Sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah yang telah lolos saringan
4. Sebelum dapat dilakukan percobaan, tanah dikeringkan dengan menggunakan
oven. Hal ini berbeda dengan standar. Seharusnya tanah yang digunakan adalah tanah
hasil kering udara. Tindakan tersebut dilakukan karena pertimbangan waktu yang
terbatas. Kadar air awal tanah yang di dapat adalah 7.24%. Menggunakan rumus
kadar air, didapat jumlah air yang harus ditambahkan pada saat melakukan persiapan
percobaan untuk setiap kadar air yang diinginkan yaitu
Vadd =
Sampel

Volume Air yang Ditambahkan

31%

443.12 ml

34 %

499.07 ml

37 %

555.02 ml

40 %

610.97 ml

43%

666.92 ml

46 %

722.86 ml

Besar volume air yang ditambahkan untuk mendapatkan tanah dengan kadar
air yang diinginkan terlihat dari tabel di atas. Namun setelah dilakukan pemadatan
dan dihitung lagi menggunakan rumus kadar air, nilai kadar air yang didapat sebesar
29.86%, 28.2%, 30.99%, 37.18%, 36.50%, dan 42.57%.
Setelah mendapatkan nilai kadar air setelah pemadatan, pada percobaan ini
juga didapatkan nilai kerapatan kering pada masing-masing kadar air yang berbeda.
Untuk mengetahui nilai kerapatan kering, digunakan rumus berikut

COMPACTION

17

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Sehingga didapatkan nilai kerapatan kering dari tanah sebesar 1.178 gr/cm3,
1.264 gr/cm3, 1.288 gr/cm3, 1.327 gr/cm3, 1.329 gr/cm3, dan 1.298 gr/cm3. Dari
data-data yang sudah dihitung tersebut, dapat terlihat bahwa kadar air setelah
pemadatan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya air yang berada
pada rongga antar partikel tanah akibat proses pemadatan. Dimana saat proses
pemadatan tersebut ada kemungkinan besar bahwa air pada tanah di dalam mould
mengalami proses penguapan ke udara. Hal lain yang dapat menyebabkan kadar air
berkurang adalah terjadinya penguapan air ke udara saat penyimpanan tanah dalam 6
kantong plastik dimana di dalam kantok plastik tersebut masih terdapat ronggarongga udara.

kadar air vs Ydry


1.36
1.34
1.32
1.3
1.28
1.26
1.24
1.22
1.2
1.18
1.16

R = 0.3591

25

30

35

40

45

Water Content (%)

Nilai kerapatan kering optimum yang didapatkan adalah sekitar 1.329 gr/cm3,
dan kadar air optimum yang didapat adalah 36.5%. Air dapat mempengaruhi sifat
kohesif butiran tanah, dimana semakin banyak kadar air yang ada di dalam tanah,
tanah akan semakin kohesif (lebih melekat). Tanah yang kering butiran tanahnya
tidak mengikat satu sama lain, sehingga nilai kohesifnya menjadi kecil dan
mengurangi kepadatan. Dari teori ini, kita dapat menyimpulkan bahwa seharusnya
jika kadar air dalam tanah diperbesar maka proses compaction akan menghasilkan
COMPACTION

18

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

nilai Ydry yang semakin besar sampai dengan kadar air optimumnya. Namun ada
penyimpangan yang tejadi pada kadar air 29.86% dimana pada kadar air tersebut nilai
Ydry nya lebih kecil dibandingkan Ydry pada kadar air 28.2%. Dari penyimpangan ini,
dapat disimpulkan bahwa praktikan melakukan kesalahan saat compaction . Misalnya
saja, praktikan melakukan compaction tidak secara tegak lurus permukaan tanah
(membentuk sudut). Compaction juga dilakukan secara tidak merata serta adanya
kesalahan saat memotong permukaan tanah yang berlebih dengan plat pemotong
dimana saat dilakukan pemotongan praktikan secara tidak langsung melakukan
penekanan terhadap tanah. Dimensi dari mould yang berbeda-beda juga dapat
mempengaruhi nilai Ydry yang didapat, dimana semakin besar luas permukaan mould
maka nilai Ydry yang didapatkan setelah compaction akan semakin kecil.

Grafik Hubungan Kadar Air, ZAV, dan


Kerapatan
1.6

1.5
1.4
1.3

Ydry

1.2

R = 0.3591

1.1

ZAV

1
25

30

35

40

45

Water Content (%)

Nilai ZAV pada percobaan ini memotong grafik hubungan antara dry dengan
kadar air sampel. Nilai ZAV di atas di dapatkan dengan menggunakan rumus
ZAV =

Nilai ZAV yang memotong dry tersebut juga dapat terlihat pada tabel serta
grafik ZAV vs water content.
COMPACTION

19

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Water Content
28.2
29.86
30.99
36.5
37.18
42.57
Padahal nilai yang seharusnya terjadi

dry
ZAV
1.264
1.51
1.178
1.47
1.288
1.45
1.329
1.34
1.327
1.33
1.298
1.24
adalah nilai ZAV > dry

Kejadian

terpotongnya grafik kerapatan kering oleh grafik ZAV menunjukkan adanya


kesalahan dalam proses pemadatan. Karena nilai dry sangat mendekati nilai ZAV ,
bahkan ada yang melewati batas ZAV. Maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan
yang dilakukan praktikan adalah, tanah dipadatkan terlalu padat dari sebagaimana
mestinya.
Berbedanya praktikan yang melakukan pemadatan pada tiap mould dapat
menyebabkan nilai pemadatan menjadi menjauhi nilai liniernya karena tiap praktikan
memiliki teknik yang berbeda saat melakukan praktikum compaction. Hal inilah yang
menyebabkan nilai R = 0.3591 sangat jauh dari nilai 1.
Compactive effort pada percobaan compaction ini sedikit lebih besar daripada
compactive effort yang digunakan pada standard proctor yang nilainya adalah sebesar
12400 lb/ft2 , data compactive effort pada percobaan yang dilakukan praktikan ini
pada setiap mould tercantum pada table dibawah ini :
Mould

CE (lb/ft2)

12470.49

12463.03

12513.78

Penyebab berbedanya nilai compactive effort pada percobaan ini diakibatkan


oleh volume mould yang berbeda daripada moukd yang digunakan pada proses
compaction dengan metode standard proctor.

COMPACTION

20

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Analisi Kesalahan
Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini dan dapat mempengaruhi
hasil yaitu :

Tidak ratanya proses pencampuran tanah dan air yang dilakukan dengan
pengadukan dengan tangan serta penyimpanan di dalam kantong plastik
selama 24 jam. Sehingga dapat menyebabkan perbedaan asumsi kadar air
dengan kadar air yang sesungguhnya.

Penumbukan yang tidak merata di seluruh bagian (ada bagian yang


terlewat) serta kesalahan praktikan dalam penumbukkan yaitu beban
tidak dijatuhkan secara tegak lurus dengan permukaan tanah.

Proses pemadatan tidak sesuai dengan yang direncanakan, yaitu tanah


yang dipadatkan menjadi terlalu padat. Sehingga nilai ZAV memotong
nilai kerapatan kering pada kadar air sampel tertinggi.

Kesalahan memperkirakan jumlah tanah yang dimasukkan untuk


mendapatkan ketinggian layer tertentu.

Kesalahan literatur saat mengukur dimensi dengan jangka sorong, dan


pembulatan saat pengolahan data.

V.

KESIMPULAN
1. Nilai kerapatan kering terbesar didapat pada kondisi kadar air optimum yaitu
sebesar 40.73% dan memiliki kerapatan kering sebesar 1.271 gr/cm3.
2. Pemadatan tanah selalu dilakukan pada proses pembangunan pondasi suatu
bangunan, jalan raya, dan struktur teknik sipil lainnya. Pemadatan dilakukan
dengan memperhatikan spesifikasi tanah yang ada di lokasi dan kondisi
lingkungan sekitar, dimana proses pemadatan menyesuaikan dengan faktor-faktor
diatas tersebut. Karena tanah yang kurang rapat memiliki ketahanan yang lebih
rendah.

COMPACTION

21

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

VI.

LAMPIRAN

Menimbang Mould

Hydraulic extruder

Mengukur Tinggi Tanah pada Mould

Mengukur dimensi Mould

Penumbukkan Mould dengan hammer

COMPACTION

22

Anda mungkin juga menyukai