Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian

Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat


Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas
Bulurokeng
Nur Amalina Rosli
Sub Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin

Abstrak
Latar belakang
Paparan debu telah lama dikaitkan
dengan berbagai efek kesehatan yang
merugikan, termasuk batuk kering,
malaise, bronkitis, sesak napas, nyeri
dada, konjungtivitis, rhinitis, dermatitis,
asma, alergi, sakit kepala, sinus hidung,
karsinoma, dan defisit fungsi paru,
Tujuan dari penelitian ini adalah unutk
mengetahui pola debu dengan penderita
konjungtivitis (non infeksi) iritatif et
causa zat kimia padat beruda debu
dengan pekerja cleaning service di
Puskesmas Bulurokeng. Konjungtivitis
adalah peradangan konjungtiva yang
disebabkan oleh oleh virus, bakteri,
klamidia, alergi atau trauma akibat
benda asing seperti debu. Konjungtivitis
merupakan radang konjungtiva atau
radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata.
Cara kerja
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan cross
sectional melalui proses walk through
survey. Seorang perempuan umur 38
tahun dengan keluhan mata merah
dialami sejak 4 hari yang lalu, setelah
membersihkan debu debu di lantai,
jendela dan plafon. Pasien adalah
seorang pekerja cleaning service di
Puskesmas Bulurokeng, bekerja 7 jam
sehari selama enam hari seminggu.

Pasien sudah bekerja selama 3 bulan


sebagai cleaning service. Mata merah
dirasakan
terus-menerus
selama
seminggu terkhir tetapi sudah membaik
ketika diberi tetesan mata. Riwayat mata
merah sebelumnya ada tetapi sudah
sangat lama dan mata desertai secret
berwarna putih,. Pasien mengatakan
tidak pernah menggunakan goggle dan
masker selama bekerja.
Hasil
Faktor yang dominan berpengaruh
dalam mata merah adalah faktor kimia
berupa zat padat yaitu debu dan sabun
cuci detergent lantai dan wc. Faktor
lainnya yang signifikan berhubungan
dengan mata merah adalah tidak adanya
kesadaran menggunakan alat pelindung
diri (APD) berupa goggle dan masker
saat bekerja, kurangnya ventilasi dan
hyigene pekerja. Didapatkan diagnosis
pasien ini adalah konjungtivitis dan
diberi terapi salep mata, dan diberi
edukasi.
Kesimpulan
Faktor kimia zat padat berupa debu di
lingkungan
kerja
pembersihan
Puskesmas dan kurangnya ventilasi
ruangan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan terjadinya keluhan
mata merah.

1
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Jurnal Penelitian

Latar belakang
Kesehatan kerja merupakan
bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat di dalam
suatu
masyarakat
pekerja
dan
masyarakat lingkungannya. Kesehatan
kerja bertujuan untuk memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baik fisik, mental, dan sosial bagi
masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungan perusahaan tersebut, melalui
usaha-usaha preventif, promotif dan
kuratif terhadap penyakit-penyakit atau
gangguan-gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan
kerja ini merupakan terjemahan dari
Occupational Health yang cenderung
diartikan sebagai lapangan kesehatan
yang
mengurusi
masalah-masalah
kesehatan secara menyeluruh bagi
masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam
arti usaha-usaha preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif, higine,
penyesuaian faktor manusia terhadap
pekerjaannya dan sebagainya.1
Penelitian Chirdan et al. tahun
2004 di Nigeria, dari 120 pekerja pada
saat penelitian terdapat 75 responden
(62,5%)
memiliki
gejala-gejala
gangguan pada pernapasan, banyak yang
memiliki lebih dari satu gejala pada
responden. Hidung tersumbat 74
responden (61,75%), flu 50 (41,7%),
demam berulang 27 (22,5%), bersin 68
(56,7%), mendengkur 11 (9,2%), sesak
napas8 (6,7%), dada sesak 16 (3,3%)
dan batuk 63 (52,5%). Penelitian oleh
Meo, persentase penurunan Peak
Expiratory Flow Rate (PEFR) pada
pekerja terkait dengan periode paparan.
Paling menonjol adalah lebih dari 50%
penurunan PEFR pada pekerja yang
terpapar debu untuk jangka waktu lebih

dari 8 tahun. Paparan debu telah lama


dikaitkan
dengan
berbagai
efek
kesehatan yang merugikan, termasuk
batuk kering, malaise, bronkitis, sesak
napas, nyeri dada, konjungtivitis,
rhinitis, dermatitis, asma, alergi, sakit
kepala, sinus hidung, karsinoma,dan
defisit fungsi paru.
Konjungtivitis
adalah
peradangan
konjungtiva
yang
disebabkan oleh virus, bakteri, klamidia,
alergi atau trauma. Konjungtivitis
merupakan radang konjungtiva atau
radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata. Reaksi
inflamasi ini ditandai dengan dilatasi
vaskular, infiltrasi seluler dan eksudasi.
Konjungtivitis dapat dibedakan menjadi
dua bentuk : 1,2

Konjungtivitis akut yaitu reaksi


peradangan yang muncul tiba-tiba
dan diawali dengan satu mata
(unilateral) serta dengan durasi
kurang dari 4 minggu.

Konjungtivitis kronis yaitu reaksi


peradangan yang durasinya lebih
dari 3 4 minggu

Konjungtivitis
merupakan
peradangan konjungtiva atau disebut
sebagai mata merah atau pink eye
sangat sering terjadi. (Vera & Margaret,
1996)
Konjungtivitis
adalah
inflamasi konjungtiva dan ditandai
dengan pembengkakan dan eksudat.
Pada konjungtivis mata nampak merah,
sehingga sering disebut mata merah.
(Brunner & Suddarth,2001)

2
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Jurnal Penelitian

Cara Kerja
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan
cross sectional melalui proses walk
through survey. Seorang
perempuan
umur 38 tahun dengan keluhan mata
merah dialami sejak 4 hari yang lalu,
setelah membersihkan debu debu di
lantai, jendela dan plafon. Pasien adalah
seorang pekerja cleaning service di
Puskesmas Bulurokeng, bekerja 7 jam
sehari selama enam hari seminggu.
Pasien sudah bekerja selama 3 bulan
sebagai cleaning service. Mata merah
dirasakan
terus-menerus
selama
seminggu terkhir tetapi sudah membaik
ketika diberi tetesan mata. Riwayat mata
merah sebelumnya ada tetapi sudah
sangat lama dan mata desertai secret
berwarna putih,. Pasien mengatakan
tidak pernah menggunakan goggle dan
masker selama bekerja.
Akan tetapi penelitian pada
study cross sectionel terdapat beberapa
kekurangan seperti kurangnya jumlah
kasus, waktu yang diberikan singkat dan
keterbatasan alat yang digunakan dalam
pemeriksaan kesehatan.
Bahan
Bahan yang digunakan pada
survei ini adalah checklist yang di
buat. Checklist ini dibuat berdasarkan
informasi yang diperlukan daripada
tujuan survei ini dilakukan. Pada
survei ini, informasi yang diperlukan
adalah ada tidaknya faktor hazard,
alat kerja apa yang digunakan, alat
pelindung diri yang digunakan,
ketersediaan obat P3K di tempat
kerja, keluhan atau penyakit yang

dialami
pekerja
dan
upaya
pengetahuan mengenai K3 kepada
pencuci mobil.
Peralatan yang diperlukan untuk
melakukan walk through survey
antara lain:
-

Alat tulis menulis: Berfungsi


sebagai media untuk pencatatan
selama survey jalan sepintas.

Kamera
digital:
Berfungsi
sebagai alat untuk memotret
kegiatan
dan
lingkungan
pencuci mobil

Check List: Berfungsi sebagai alat


untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas
yang dilakukan.

Cara
Cara survey yang dilakukan
adalah dengan menggunakan Walk
Through Survey. Teknik Walk
Through Survey juga dikenali sebagai
Occupational Health Hazards. Untuk
melakukan survei ini, dapat dimulai
dengan
mengetahui
tentang
manejemen perencanaan yang benar,
berdiskusi tentang tujuan melakukan
survey, dan menerima keluhankeluhan baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi
yang bagaimana bahaya dapat
timbul, merupakan sebagai hasil dari
penyelenggaraan kegiatan Walk
Through Survey. Mengenal bahaya,
sumber bahaya dan lamanya paparan
bahaya terhadap pekerja.

3
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Jurnal Penelitian

Pihak okupasi kesehatan


dapat kemudian merekomendasikan
monitoring
survey
untuk
memperoleh
kadar
kuantitas
eksposur atau kesehatan okupasi
mengenai risk assessment.

pekerja, mengantisipasi dan


mengenal potensi bahaya yang ada
dan mungkin akan timbul di tempat
kerja atau pada petugas dan
menginventarisir upaya-upaya K3
yang telah dilakukan mencakup
kebijakan K3, upaya pengendalian,
pemenuhan peraturan perundangan
dan sebagainya.

Walk Through Survey ini


adalah bertujuan untuk memahami
proses produksi, denah tempat kerja
dan lingkungannya secara umum.
Selain itu, mendengarkan pandangan
pekerja dan pengawas tentang K3,
memahami pekerjaan dan tugas-tugas

Lokasi Survei
Survey dilakukan di Puskesmas
Bulurokeng, Makassar

Jadwal survei (Survei akan dilaksanakan selama 1 minggu (11 April 2016 15 April
2016)
No
.

1.

2.

3.

4.

Tanggal

Kegiatan

Melapor ke bagian K3

RS Ibnu Sina
Pengarahan kegiatan
Pembuatan proposal

walk through survey


Walk through survey

13 April 2016

Walk through survey

14 April 2016

Walk through survey


Pembuatan laporan walk

11 April 2016

12 April 2016

through survey
5.

15 April 2016

Presentasi laporan walk


through survey

4
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Jurnal Penelitian

Faktor

yang

dominan

berpengaruh dalam mata merah adalah


faktor kimia berupa zat padat yaitu debu
dan sabun cuci lantai dan wc. Faktor
lainnya yang signifikan berhubungan
dengan mata merah adalah tidak adanya
kesadaran,

dan

kurangnya

ventilasi

ruangan ketika membersihkan.


Hasil

Seperti yang dijelaskan pada bagian


Pada

ini

pendahuluan, bahwa faktor kimia yang

didapatkan pekerja cleaning service di

berpengaruh paling besar (80-85%)

Puskesmas

untuk terjadi konjungtivitis (non infeksi)

diagnosis
paparan

laporan

kasus

Bulurokeng
konjungtivitis

zat

kimia

dengan
akibat

padat.

dari

Pasien

iritatif.
Berdasarkan

hasil

observasi

diberikan terapi salep mata dan diberi

lapangan, bahan kimia yang dapat

edukasi untuk memakai APD berupa

terpapar

goggle dan masker, dan memperbaiki

pembersihan wc, lantai, jendela dan

ventilasi ruangan. Dari rencana waktu

plafon di Puskesmas adalah debu atau

yang telah ditetapkan, terkumpul data

benda asing serta larutan pembersih

yang didapatkan dari check list yang

detergent lantai. Bahan dasar dari

dibuat.

bahan-bahan

ke

pekerja

tersebut

pada

adalah

proses

resin

nitrosellulosa (diasamkan dengan asam

5
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Jurnal Penelitian

nitrat

&

asam

melamine

rhinitis, dermatitis, asma, alergi, sakit

(formaldehid dan fenol), alkyd (glyserol

kepala, sinus hidung, karsinoma, dan

dan asam phtalat), shellac (kelenjar

defisit fungsi paru.

insekta)

dan

spiritusdan

sulfat),

pigmen.

thinner

Kemudian

yang

digunakn

sebagai bahan campuran mengandung


methanol, xylen, toluene, butyl alcohol,
butyl

cellosove,

isopropyl

Bahan-bahan

alcohol.

tersebut

seperti

formaldehid, asam nitrat, asam sulfat,


xylen, dan toluen merupakan bahan
yang berbahaya pada kulit karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.

perilaku

pekerja

antara

aktivitas

pekerjaan

yang

dilakukan yang berlangsung lebih dari 5


menit, merupakan faktor yang mungkin
turut

berperan

penting

dalam

meminimalisasi terjadinya mata merah .


Hal

inilah

yang

penting

untuk

diperhatikan, mengingat angka kejadian


keluhan mata merah

yang terus

meningkat, karena kurangnya waktu

Kejadian tersebut juga didukung


oleh

Recovery time atau waktu pulih

yang

istirihat

yang

diberikan

bagi

para

tidak

pekerja , kurangnya kepatuhan daalm

menggunakan APD berupa goggle dan

menggunakan alat pelindung Diri (APD)

masker pada saat melakukan pekerjaan

serta kurangya sosialisasi tentang APD .

sebagai pembatas kontak langsung pada


mata dan personal hygiene pekerja yang

Keterbatasan Penelitian

buruk. Faktor personal hygiene juga

Penelitian ini tentunya tidak

mendukung seperti setelah bekerja tidak

terlepas

mencuci tangan dan membersihkan mata

keterbatasan dari penelitian ini adalah

dengan

serta

checklist yang dibuat hanya menentukan

kurangnya ventilasi dalam ruangan yang

hubungan penyakit akibat kerja, tapi

dibersihkan sehingga debu menumpuk

tidak dapat menentukan insidens, berat

dalam

ringannya

tangan

yang

ruangan.

kotor

Karena

menurut

dari

keterbatasan,

penyakit,

dan

adapun

prognosis

Penelitian Chirdan et al. tahun 2004 di

penyakit. Demikian pula untuk survey

Nigeria, dari 120 pekerja pada saat

menilai faktor psikososial akibat kerja,

penelitian, paparan debu telah lama

diagnosisnya hanya bersifat subjektif,

dikaitkan

tidak dapat diketahui kapan stressor

dengan

berbagai

efek

kesehatan yang merugikan, termasuk

muncul.

batuk kering, malaise, bronkitis, sesak


napas,

nyeri

dada,

konjungtivitis,

Keterbatasan
tidak

dilakukan

lainnya

pemeriksaan

adalah
yang

6
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Jurnal Penelitian

menyeluruh terhadap seluruh responden,

tidak dapat menentukan penatalaksanaan

karena keterbatasan sarana pemeriksaan,

yang

dan keterbatasaan waktu penelitian,

mengurangi keluhan yang dirasakan atau

karena

akan dirasakan nanti di masa yang akan

untuk

menganalisa

faktor

terjadinya kasus penyakit mata merah


perlu

diketahui

riwayat

tempat lain yang mungkin berhubungan


keluhan

yang

dirasakan

terfokus pada faktor penyebab penyakit


akibat kerja, tidak memenuhi semua
diperlukan

untuk

mendiagnosis penyakit dari keluhan


yang dirasakan. Perlu penelitian yang
lebih mendalam dan pemeriksaan yang
lebih lengkap untuk dapat menilai secara
keseluruhan penyebab dari keluhan yang
dirasakan oleh pekerja.
Akhirnya
bahwa

bila

kami

berasumsi

terdapat

gejala

kecenderungan nyeri musculoskeletal


dan mental-emosional pada responden
dengan hasil survey diagnosis nyeri dan
penyakit akibat kerja tidak menunjukkan
nilai yang berarti , maka tidak menutup
kemungkinan keluhan yang dirasakan
pasien juga karena kontrribusi dari
faktor individu dan faktor lingkungan
lain, selain lingkungan tempat kerja.
Penelitian

ini

atau

Kesimpulan

Selain itu checklist yang hanya

yang

mencegah

datang.

sekarang.

poin-poin

untuk

penyakit

terdahulu dan riwayat pekerjaan di


dengan

tepat

juga

tidak

mengklasifikan berat ringannya penyakit


, berdasarkan keluhan dari pekerja, juga

Factor kimia zat padat berupa


debu di lingkungan kerja
pembersihan
Puskesmasyang
dilakukan setiap hari selama 7
jam, mempunyai hubungan yang
signifikan dengan terjadinya
keluhan mata merah.
Kurangnya
hygiene
dan
ventilasi ruangan dan kurangnya
kesadaran
diri
untuk
menggunakan APD saat bekerja
meningkatkan keluhan berupa
mata merah serta keluhan
lainnya di tempat kerja
Melalui
metode
penelitian
deskriptif dengan pendekatan
cross sectional melalui proses
walk through survey. Masih
banyak
memiliki
dan
kekurangan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harrianto. Penyakit Akibat Kerja
Karena Pajanan Zat Kimia (Buku
Ajar Kesehatan Kerja). Penerbit
buku kedokteran EGC, Jakarta.
2008.
2. Azari A., Barney N. (2013).
Conjunctivitis: A Systematic
Review
of
Diagnosis
and
Treatment. The Journal of
American Medical Association.
3. Ward T., Reddy A. (2015).
Fundus autofluorescence in the
diagnosis and monitoring of acute

7
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Jurnal Penelitian

4.

5.

6.

7.

retinal necrosis. Journal of


Ophthalmic Inflammation and
InfectionDepkes
RI.
Upaya
Kesehatan Kerja Bagi Perajin Kulit,
Meubel, Aki Bekas, Tahu dan
Tempe,Batik. Puskesja Sekjen
Depkes RI, Jakarta. 2002.
Yunus, Muhammad. Pengaruh
Keadaan
Lingkungan
Kerja,
Karakteristik Pekerjadan Kadar
Debu Kayu (PM 10) terhadap
Kapasitas Vital Paru Pekerja
Industri Kecil Meubel di Kota
Banda
Aceh
Tahun
2010.
Universitas Sumatera Utara. 2010.
Occupational
Hygiene,Great
Britain. Vol. 45, No. 7, p: 597-601.
Okuno, T., Ojima, J., Saito, H.
2010. Blue-Light Hazard from CO2
Arc Welding of Mild Steel. Ann.
Occupational
Hygiene,
Great
Britain. Vol. 54, No. 3, p: 293-298
Suardi,
R.
2005.
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit
PPM. Suhardjo dan Hartono. 2007.
Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu
Kesehatan
Mata
Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Wahyuni, T. 2013. Faktor Risiko
yang
Berhubungan
dengan
Kejadian
Konjungtivitis
pada
Pekerja Pengelasan di Kecamatan

8.

9.

10.

11.

Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.


Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM
UNDIP, Semarang, Vol. 2, No, 1.
Tarwaka.
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja, Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat
Kerja.Surakarta: Penerbit Harapan
Press; 2008.
International Labour Organization.
Safety and Health At Work. ILO;
2011. [cited 2011 1 December];
Available
from:http://www.ilo.org/global/topi
cs/safety-and-health-at-work/lang-en/index.htm
Meo .A.S. Effects Of Duration Of
Exposure To WoodDust On Peak
Expiratory
Flow
Rate
AmongWorkers In Small Scale
Wood
Industrie,International
Journal of Occupational Medicine
and
Environmental
Health.
2004;17(4):451-455.
Ilyas, Sidartha. 2009. Ilmu Penyakit
Mata. Cetakan ke-6. Balai Penerbit
FK UI, Jakarta

12. American academy of ophtalmology.


2008. External disease and cornea.
Section 8.
13. Getry S. Bahan kuliah konjungtivitis.
Blok 19. 2011

8
Hubungan Konjungtivitis (Non Infeksi) et Causa Zat Kimia Padat Berupa Debu dengan Pekerja Cleaning Service di Puskesmas Bulurokeng, Sub
Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Ubiversitas Hasanuddin, 2016

Anda mungkin juga menyukai