PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa lalu, sebagian besar individu
kesehatan yang baik atau kesejahteraan sebagai suatu kondisi kebalikan dari
penyakit atau kondisi tidak adanya penyakit. Sikap yang sederhana ini dapat
dengan mudah; dimana seseorang dianggap sehat atau sakit, tanpa ada rentang di
antaranya. Pada abad ke 21 sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas.
Aspek sehat yang lebih luas antara lain memasukkan elemen-elemen seperti rasa
memilki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan
social yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu.
Pada kenyataannya di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep
sehat-sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit
yang diberikan oleh pihak penyelenggara kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep
sehat-sakit oleh penyelenggara kesehatan disebabkan adanya persepsi sakit yang
berbeda antara masyarakat dan provider.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Definisi Sehat
Suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk badan dan fungsi
Ciri-ciri Sehat
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit
atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua
organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Kesehatan mental
(jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana
ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam).
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta
saling toleran dan menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi
mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi
kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau
pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
2.1.3 Model Sehat Sakit
1. Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)
Menurut Neuman (1990): sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat
kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi
sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi
kematian yang menandakan habisnya energi total
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada
lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik,
emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai
tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu
pada skala Rentang Sehat-Sakit.
Rentang Sehat
Sejahtera
Rentang Sakit
Sehat
Sehat
setengah
sekali
normal
sakit
sakit
sakit kronis
mati
dalam
Pejamu
Agen
Lingkungan
Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi
yang dinamis dari ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon
dapat meningkatkan kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari
interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan lingkungannya.
4. Model Keyakinan-Kesehatan
Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan
Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan
perilaku yang ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaimana klien akan
berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka
dalam
perilaku
peningkatan
kesehatan).
Modal
tersebut
1. Faktor Internal
a.
Tahap Perkembangan
Status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia
(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda-beda.
b.
untuk
d.
Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan
dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres
dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai
tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa
penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara
emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya
gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. Banyak
orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan
8
Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan
dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang
terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan
mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif
yang luas.
Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan
terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang
keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh
beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan
secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang
berlatih secara spiritual.
2. Faktor Eksternal
a. Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya
mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya, jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit
dapat berpotensi mejadi penyakit berat
pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama
ketika mereka dewasa.
b. Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya.
c. Latar Belakang Budaya
Ciri-ciri sakit
Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh merasa dirinya
tidak sehat atau merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek,
1. fisik : nyeri, panas tinggi.
2. Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
3. Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
2.1.7
1. Faktor Internal
a.
b.
10
b.
Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman
penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
c.
d.
Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih
cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia
akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.
e.
f.
Dukungan Sosial
Dukungan
sosial
disini
meliputi
beberapa
institusi
atau
11
2.1.8
2.1.9
Dampak Sakit
tubuh
merupakan
konsep
subjektif
seseorang
terhadap
12
13
A. Host
Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh
faktor intrinsik. Komponen dari faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor
untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut:
1. Umur
2. Jenis kelamin (seks).
3. Ras, suku (etnik).
4. Genetik
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll.
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri.
B. Agent
Disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan
oleh mikro organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur
nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan,
unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam
tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika
yang disebabkan oleh panas, benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang
terkait dengan heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan
hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti
kehamilan, persalinan, dll.
C. Environment
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit, hali ini Karena faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut sebagai
faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi:
1. Lingkungan Biologis (flora & fauna)
2. Lingkungan Fisik. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara,
keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber
penyakit, zat kimia atau polusi, radiasi, dll.
14
Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikanpenyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini
orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur
yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup
untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian
dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan
umur pada penelitian orang lain.
Di dalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan
yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi
seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak
menjadi soal yang berat di kala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka
yang telah bersekolah.
Jenis Kelamin
15
Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas
sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator
tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan
atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III
(tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai
keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis
pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara
kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam
hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
Jenis Pekerjaan
16
Penghasilan
Hal yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan
sebagainya.
Golongan Etnik
17
Status Perkawinan
18
kemajuan
ekonomi,
pendidikan,
industri,
pelayanan
kesehatan,
3. Time
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
19
2. Teori Blum.
1. Lingkungan (fisik, biologik, sosio-kultural)
2. Perilaku (sikap, gaya hidup).
3. Herediter (genetik, pertumbh penduduk, penyebaran penduduk).
20
4. Pelayanan Kesehatan.
21
22
BAB III
KESIMPULAN
Hidup sehat mencakup definisi yang luas dan penerapan yang berbeda
untuk setiap individu. Ada beberapa inti penting yang harus diperhatikan dan
dijalani dalam mencapai hidup sehat. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Perilaku sehat berkaitan dengan upaya atau kegiatan individu bagaimana
kesehatannya tetap terjaga. Perilaku tersebut di antaranya: Peningkatan kesehatan
merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini.
Sedangkan Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun potensial.
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit.
23
Penyakit adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme, benda
asing atau luka (Injury).
Menjadi sehat sempurna membuat kita dapat melakukan segala sesuatu
dengan lebih baik dan maksimal. Tubuh kita akan bebas dari berbagai bentuk
gangguan dan kita bisa hidup lebih lama, panjang umur dan dapat meningkat
kualitas dari keseluruhan hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, 1988, Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta; Binarupa
Aksara.
Budiarto Eko, Anggareni Dewi, 2003, Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Buston. M.N, 2006, Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Noor Nasri N, 1997. Dasar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Timmreck, Thomas C, dkk.. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Prof. Bhisma Murti. Riwayat Alamiah Penyakit. fk.uns.ac.id/static/materi/.pdf
Dr. Suparyanto,M.kes.repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2598.pdf
24
25