Anda di halaman 1dari 29

TUGAS PRESENTASI KASUS

BLOK ECCE III


STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PERSALINAN NORMAL
(INPARTU KALA 1)

PEMBIMBING
dr. Yuli Trisetiyono, Sp.OG
Oleh :
Fickry Ardiansyah

G1A009008

JURUSAN KEDOKTERAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012

LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS BLOK ECCE III
STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PERSALINAN NORMAL
(INPARTU KALA 1)

Disusun oleh :
Fickry Ardiansyah

G1A009008

Telah diprensentasikan dan disetujui


Pada tanggal 15 Desember 2012

Pembimbing,

dr. Yuli Trisetiyono, Sp.OG

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama

: Ny. Nani

Umur

: 25 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Karangnanas RT 08 RW 02 Kebasen, Purwokerto

Tanggal Masuk

: 14 Desember 2012 pukul 09.00 WIB

Tanggal Pemeriksaan

: 14 Desember 2012 pukul 11.00 WIB

Ruang Pemeriksaan

Ruang

bersalin

RSUD

Margono

Soekarjo

Purwokerto
B. Subyektif
Tanggal pemeriksaan

: 14 Desember 2012

Jam pemeriksaan

: 11.00 WIB

1. Keluhan Utama
: rujukan dari bidan karena terdapat tanda-tanda
persalinan disertai denyut jantung ibu yang tidak teratur
2. Keluhan Tambahan :
Kenceng-kenceng sejak pukul 01.00 WIB
Keluar cairan dari vagina (seperti kencing yang tidak bisa ditahan)
pukul 09.00 WIB
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Onset : tanggal 14 Desember 2012
b. Kronologis :
Pasien bernama Ny. Nani usia 25 tahun, datang ke IGD RSUD
Margono Soekarjo tanggal 14 Desember 2012 pukul 09.00 WIB
karena rujukan dari bidan. Pasien dirujuk karena terdapat tanda-tanda
persalinan disertai dengan denyut jantung pasien yang tidak teratur.
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien.
Pasien mengaku sudah merasa kencang-kencang sejak tanggal 14
Desember 2012 pukul 01.00 WIB dan dibawa ke bidan. Pasien tidak
mendapat intervensi maupun obat apapun dari bidan. Pada pukul
09.00 WIB pasien dirujuk ke RSUD Margono Soekarjo karena denyut
jantung pasien yang tidak teratur. Sesampai di RS pasien

mengeluarkan cairan seperti kencing yang tidak bisa ditahan. Hasil


pemeriksaan didapatkan tekanan darah 120/60 mmHg, RR 20 x/menit,
nadi 60 x/menit, suhu 36o C, His 2x tiap 10 menit dengan durasi 30
detik.
4. Riwayat Menstruasi :
a. Haid pertama umur 12 tahun
b. Menstruasi teratur
c. Siklus 28 hari
d. Durasi 7 hari
e. Volume menstruasi: 3-4 kali ganti pembalut perhari
f. Nyeri saat menstruasi disangkal
g. HPHT : 20 Maret 2012
h. HPL : 27 Desember 2012
5. Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah sekali
6. Riwayat Obstetri:
G1P0A0
Kehamilan pertama, tidak ada riwayat partus, tidak ada riwayat abortus
7. Riwayat ANC :
Trisemester pertama : 2 bulan sekali di bidan
Trisemester kedua
: sebulan sekali dibidan
Trisemester ketiga
: 2 minggu sekali dibidan
Pasien mendapat imunisasi TT sekali sebelum menikah dan selama
kehamilan belum mendapat imunisasi TT
8. Riwayat KB
Pasien belum pernah KB
9. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat hipertensi disangkal
b. Riwayat DM disangkal
c. Riwayat penyakit jantung disangkal
d. Riwayat asma disangkal
e. Riwayat alergi obat-obatan disangkal
10. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, penanggung
jawab pasien adalah suaminya bernama Tn. Lasman
C. Obyektif
Tanggal pemeriksaan
Jam pemeriksaan
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. BB

: 14 Desember 2012
: 11.00 WIB
: sedang
: compos mentis
: 68 kg

4. TB
5. Vital Sign
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. RR
d. Suhu
6. Status Generalis
a. Kepala dan leher
1) Mata

: 155 cm
:
: 120/60 mmHg
: 60x/menit
: 20x/menit
: 36,8o Celsius

: Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


pupil isokor
2) Hidung
: discharge (-), epiktasis (-)
3) Telinga
: discharge (-)
4) Mulut/ gigi : sianosis (-), lidah tremor (-)
5) Trachea
: deviasi (-)
6) Tyroid
: pembesaran (-)
7) KGB
: tidak teraba
b. Paru
Inspeksi

: hemithorax sinistra = dekstra


tidak ada ketinggalan gerak

Palpasi

: susah dinilai karena pasien kesakitan

Perkusi

: susah dinilai karena pasien kesakitan

Auskultasi

: susah dinilai karena pasien kesakitan

c. Cor
Inspeksi : susah dinilai karena pasien kesakitan
Palpasi

: susah dinilai karena pasien kesakitan

Perkusi

: susah dinilai karena pasien kesakitan

Auskultasi : susah dinilai karena pasien kesakitan


d. Pemeriksaan ekstremitas :
1) Superior
: edema (-/-)
2) Inferior
: edema (-/-)
3) Kuku
: clubbing finger (-), sianosis (-)
e. Pemeriksaan kulit : sianosis (-), ikterik (-)
f. Pemeriksaan akral: hangat
i. Status Lokalis Abdomen
Inspeksi

: Cembung gravid

Auskultasi

: DJJ (+) 136 kali/menit

Perkusi

: Pekak janin

Palpasi

: TFU 34 cm

j. Status Vegetatif

BAB

(+)

BAK

(+)

Flatus

(+)

7. Status Obstetrik
a. Leopold I

: TFU 34 cm, teraba bulat besar lunak 1 buah

(bokong)
b. Leopold II

: Tahanan memanjang di sebelah kanan (punggung

kanan)
c.
d.
e.
f.
g.

Leopold III
Leopold IV
DJJ
His
VT

teraba bagian kecil di sebelah kiri


: Bulat keras 1 buah (kepala) sudah terfiksasi
: sudah masuk pintu atas panggul
: (+) 136x/menit, letak DJJ di regio umbilikus
: 2 kali dalam 10 menit dengan durasi 30 detik
: sudah pembukaan 4, portio lunak, UUK kiri atas,

panggul baik, kulit ketuban (-)


D. Assesment
Diagnosis :
G1P0A0, usia 25 tahun, usia kehamilan 38 minggu. Janin tunggal hidup intra
uteri. Presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk PAP. Inpartu kala I
fase aktif pada tanggal 14 Desember 2012 jam 11.00 WIB
E. Planning Of Therapy
Manajemen kala I
1. Monitoring fetal well-Being selama persalinan
Selama Kala I persalinan tanpa diserta abnormalitas lainnya, maka
pemeriksaan auskultasi direkomendasikan tiap 30 menit dan tiap 15 menit
saat kala II.
2. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus dapat dievaluasi secara manual untuk menilai baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Dengan meletakkan telapak tangan
pemeriksa pada uterus, maka pemeriksa dapat menentukan onset
kontraksinya.

Intensitas kontraksi dapat diidentifikasi menurut tingkat

kekerasan uterus yang dapat dicapai. Pada saat kontraksi tercapai efefktif,
maka jari pemeriksa tidak akan mampu menekan uterus. Kemudian saat
kontraksi menghilang juga dicatat. Sekuens ini akan terus berulang dan
dievaluasi frekwensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.
3. Vital sign maternal
4. Pemeriksaan vaginal berikutnya

5. Intake oral
6. Infus RL
7. Amniotomi
8. Pemeriksaan fungsi kandung kemih
Secara umum, manajemen penanganan persalinan kala I adalah sebagai
berikut :
1. Pendampingan oleh keluarga
2. Perhatikan asupan nutrisi untuk persiapan kala II
3. Dianjurkan jalan-jalan dan menjaga kebersihan diri (mandi) apabila
ketuban belum pecah
4. Ajarkan baring miring kiri
5. Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama 8 jam; kala I fase
aktif (pembukaan 4-10 cm) umumnya terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6
jam).

I.

PENDAHULUAN

Persalinan dan kelahiran normal adalah kejadian fisologis yang normal


dialami oleh seorang ibu yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,
pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos
miometrium yang relative tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterine sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan,
otot polos uterus mulai menunjukan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi,
diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan,
serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum, kontraksi otot polos
uterus ini lah yang disebut dengan his.
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia kapan saja dapat terancam oleh
penyulit yang tentunya membahayakan bagi ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang
memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan
kemungkinan

ancaman penyulit persalinan dapat terjadi pada setiap tahap

tersebut.
Kala I (kala pembukaan), secara klinis dapat dikatakan partus dimulai
apabila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah
(bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis
servikalis mulai membuka atau mendatar. Proses membukanya serviks sebagai
akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif

Kala II (kala pengeluaran janin), pada kala II ini his menjadi lebih kuat
dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya kepala janin
sudah masuk di ruang panggul, maka saat muncul his dirasakan tekanan pada
otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Pada kala ini ibu juga merasa adanya tekanan pada rectum, hendak buang air
besar, perineum mulai menonjol dan melebar, serta labia mulai membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Kala III (kala pengeluaran plasenta), terdiri dari 2 fase, yaitu fase
pelepasan plasenta dan fase pengeluaran plasenta. Setelah anak lahir, his berhenti
sebentar, tetapi timbul kembali setelah beberapa menit. His ini dinamakan his
pelepasan plasenta yang berfungsi untuk melepaskan plasenta, sehingga terletak
pada segmen bwah rahim atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan
teraba sebagai tumor yang keras, segmen atas melebar karena mengandung
plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit dibawah pusar.
Kala IV (kala pengawasan), merupakan kala pengawasan selama 2 jam
setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap
bahaya perdarahan postpartum. Ada hal-hal pokok penting yang harus
diperhatikan pada kala IV, yaitu kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan
pervaginam atau dari alat genital lain, plasenta dan selaput ketuban harus harus
sudah lahir lengkap, kandung kencing harus kosong, luka-luka di perineum harus
dirawat dan tidak ada hemtoma, resume keadaan umum bayi dan resume keadaan
umum ibu.

II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 280 hari atau 9
bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester satu (12 minggu pertama),
trimester dua (minggu ke 13 -27) dan trimester tiga(minggu ke 28- 40).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir . sedangkan kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Oleh sebab itu
persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
B. Diagnosis kehamilan
1. Anamnesis
Keluhan-keluhan secara umum yang ditemukan pada anamnesis
kehamilan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Amenore
b. Mual dan muntah (morning sickness), yang disebabkan oleh
adanya perubahan aktivitas hormon yang menurunkan peristaltik
usus dan tertumpahnya asam lambung keujung atas lambung.
Penurunan peristaltik usus ini juga akan memperlambat proses
pencernaan dan mengakibatkan sembelit.
c. Rasa mudah lelah, yang dipicu oleh peningkattan kebutuhan aliran
darah yang kurang dibanding dengan ketersediaan darah. Volume
darah ibu hamil meningkat sampai 30-50%, dan frekuensi denyut
jantung meningkat hingga 20%. Selain itu, uterus yang telah
membesar akan mendesak sekat rongga dada (diafragma) dan
mengganggu ekspansi paru, sehingga wanita hamil tampak
terengah-engah,

dan

keadaan

ini

akan

meningkatnya kebutuhan oksigen pada ibu hamil.


d. Payudara kencang
e. Gangguan berkemih

diperberat

oleh

f. Hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk menentukan usia


kehamilan
g. Siklus haid dan lama haid
h. Menanyakan pengecoh pada awal kehamilan seperti penggunaan
kontrasepsi dan menstruasi yang tidak teratur
Klasifikasi lain mengelompokkan tanda kehamilan menjadi tiga, yaitu
tanda mungkin hamil, tanda tidak pasti hamil, dan tanda pasti hamil.
a. Tanda mungkin hamil
- Amenorrhea, yaitu wanita tidak datang mentruasi 2 bulan
berturut-turut.
- Nausea (mual) dan emesis (muntah), yang umumnya terjadi pada
wanita hamil muda umur 6-8 minggu.
- Mual-mual pada pagi hari disebut morning sickness.
- Mastodynia, yaitu payudara terasa nyeri dan kencang disebabkan
payudara membesar karena pengaruh hormone estrogen ductus
mammae dan progestreon pada alveoli.
- Quickening, yaitu perasaan gerakan janin pada minggu ke 18
atau minggu 20 (primigravida) dan umur 14 atau 16 minggu pada
multi gravida.
- Miksi yang terjadi pada wanita hamil trimester I dan III sering
merasakan sering kencing karena uterus yang gravid mendesak
vesica urinaria.
- Konstipasi, yaitu kesulitan buang air besar karena pengaruh
hormon progesterone yang menghambat peristaltik usus dank
arena perubahan pola makan.
- Weight gain, yaitu pertumbuhan berat badan ibu tidak selalu
berbanding lurus dengan pertambahan berat janin. Pertambahan
umur 20 minggu, umumnya pertambahan berat badan normal
selama kehamilan adalah 8-14 kg.
- Fatigue, yaitu berupa perasaan lelah pada ibu hamil dan lebih
berat pada umur 32 minggu.
- Nail sign, yaitu umumnya umur 6 minggu wanita hamil
mengaluh ujung kuku lunak dan lebih tipis.
- Mengidam atau pica, yaitu ingin makanan atau minuman
tertentu. Hal ini terjadi pada bulan-bulan pertama.
- Sinkope, yaitu adanya gangguan sirkulasi ke daerah kepala
sehingga menyebabkan iskemik susunan saraf pusat.

- Pigmentasi kulit, yang disebabkan oleh pengaruh hormone


kortikosteroid plasenta, biasanya sering dijumpai pada muka
(chloasma gravidarum), dinding perut (striae gravidarum, yaitu
suatu perubahan warna seperti jaringan parut), leher dan sekitar
payudara (hiperpigmentasi areola mamae), putting susu menonjol
(kelenjar montgmery menonjol).
- Epulis (hipertrofi papilla gingivae atau gusi berdarah)
- Varises (pemekaran vena-vena, yang dapat terjadi pada kaki,
betis, dan vulva), biasanya dijumpai pada trimester akhir.
b. Tanda tidak pasti hamil
- Perut membesar
- Uterus membesar, sesuai dengan umur kehamilan.
- Tanda Chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan
- Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil.
- Tanda Goodell, portio teraba melunak.
- Tanda Hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak.
- Tanda
Piscaseck,
pembesaran
dan
pelunakan
pada
tempat implantasi. Biasannya ditemukan saat umur 10 minggu.
- Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/ melayang
dalam cairan), pada umur 16-20 minggu.
- Kontraksi Braxton Hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang)
tetapi tidak disertai rasa nyeri.
- Reaksi kehamilan positif (Mochtar, 1998).
c. Tanda pasti hamil
- Adanya gerakan janin yang dapat dilihat, dirasakan dan diraba
serta ditemukan bagian-bagian janin.
- Terdengar denyut jantung janin secara

auskultasi

Dapat

didengar dengan stetoscop monoculer laenec, doppler, alat


kardiotograf dan dilihat pada USG.
- Terlihat tulang-tulang janin pada foto rontgen (rongten sudah
tidak disarankan) (Mochtar, 1998).
2. Pemeriksaan fisik
a. Kontraksi Braxton hicks, yaitu kontraksi yang tidak teratur dan
tidak nyeri, yang bersifat ritmis dan sporadic, yang dimulai sejak
kehamilan 6 minggu, yang mulai teraba dengan pemeriksaan
bimanual pada trimester kedua, dan teraba dengan palpasi pada
trimester ketiga.
b. Ballotement, yaitu pemantulan tubuh janin ketika dilakukan palpasi
abdomen.

c. Chadwik sign,

yaitu vulva, vagina serviks tampak berwarna

keunguan atau lividae, yang dapat dilihat dengan inspekulo.


d. Goodel sign, yaitu perubahan konsistensi serviks menjadi lebih
lunak dan kenyal, yang dapat dirasakan pada pemeriksaan
bimanual.
e. Hegar sign, yaitu perlunakan pada ismus sehingga ujung jari di
abdomen dengan jari di dalam vagina dapat bertemu, temuan ini
diperoleh pada pemeriksaan bimanual.
f. Piscaseck sign, yaitu uterus yang teraba tidak rata akibat ada
bagian yang terdapat plasenta sehingga mengalami penebalan.
g. Perubahan kulit, yaitu tampak mengalami hiperpigmentasi, yaitu
kelebihan pigmen pada tempat-tempat tertentu. Perubahan pada
kulit ini tidak selalu sama pada setiap wanita hamil, ada yang
sebagian saja dan ada juga yang pada semua tempat.
h. Perubahan pada kelenjar. Tampak pembesaran pada kelenjar tiroid,
seingga leher wanita kelihatan seperti leher pria. Namun perubahan
ini tidak terdapat pada setiap wanita hamil.
i. Perubahan pada mammae. Perubahan ini pasti terdapat pada
sermua wanita hamil karena bersama-sama dengan kehamilan
mammae menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok
yang nantinya akan diberikan kepada bayi setelah lahir. Perubahan
ini meliputi mammae membesar, tegang dan sakit; Vena dibawah
kulit mammae membesar dan kelihatan jelas; Hiperpigmentasi
pada areola mammae; dan kelenjar Montgomerry yang tenletak
dalam areola mammae membesar dan terlihat dari luar.
j. Perubahan perut. Uterus mengalami perubahan konsistensi, bentuk
dan ukuran sehingga perut tampak makin lama makin membesar.
Biasanya dari umur kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Perubahan ini mulai kelihatan setelah kehamilan 4 bulan,
atau pada usia kehamilan 5 bulan.
k. Perubahan pada alat kelamin luar. Alat kelamin luar terlihat
kebiruan yang disebabkan adanya kongesti pada peredaran darah.
Kongesti disebabkan karena pembuluh darah membesar, yang
disertai banyaknya darah yang menuju ke uterus sesuai dengan
kebutuhan uterus untuk pertumbuhan dan nutrisi janin. Pembuluh

darah pada alat kelamin luar merupakan cabang pembuluh darah


uterus, sehingga kongesti pembuluh darah alat kelamin luar juga
mengalami kongesti (tanda Chadwick)
l. Perubahan pada tungkai. Perubahan pada tungkai adalah berupa
timbulnya varices pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada
hamil tua sering oedema pada salah satu tungkai. Oedema ini
disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada vena
femoralis, pada sebelah kanan atau sebelah kiri.

m. Perbedaan primipara dan multipara


Tabel 2.1 Perbedaan primipara dan multipara
Primipara

Multipara

Perut

Tegang

Longgar, terdapat striae

Pusat

Menonjol

Dapat datar

Rahim

Tegang

Agak lunak

Payudara

Tegang, tegak

Menggantung,
agak lunak,
terdapat striae

Labia

Bersatu

Agak terbuka

Himen

Koyak beberapa
tempat

Karankula himenalis

Vagina

Sempit
Lebar, rugae berkurang
dengan rugae utuh

Serviks

Licin, lunak,
tertutup

Sedikit terbuka, teraba


bekas robekan persalinan

PembukaanMendatar lalu
membuka

Membuka dan mendatar

Perineum Masih utuh

Bekas luka episiotomi

3. Pemeriksaan penunjang
- Uji hormonal kehamilan
Uji ini didasarkan pada terbentuknya homon hCG ( human
Chorionic Gonadotropin ) oleh sinsisiotrofoblas. Hormon ini

dieksresikan ke dalam sirkulasi ibu dan disekresikan melalui urin.


hCG dalam urin sudah dapat dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi
dan meningkat pada usia kehamilan 60-70 hari lalu menurun dan
meneteap hingga akhir kehamilan setelah 100-130 hari. Rendahnya
kadar hCG dapat disebabkan oleh kehamilan ektopik dan abortus
iminens. Sedangkan tingginya kadar hCG dapat disebabkan oleh
kehamilan kembar, mola hidatosa atau korio karsinoma.
Cara kerjanya bila urin diteteskan pada antiserum, maka terjadi
mediasi aktivitas antiserum untuk bereaksi dengan partikel lateks
yang dilapisi hCG (latex particle agglutination inhibition test). Pada
wanita hamil, hCG dalam urin akan menetralisir antibodi dalam
antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada wanita tidak
hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi
aglutinasi.
False negative terjadi bila tes dilakukan pada usia hamil terlalu dini
(dibawah 6 minggu) atau terlalu lama ( di atas 18-20 minggu). False
positive terjadi pada 5% dari seluruh uji kehamilan dan umumnya
terjadi pada wanita dengan proteinuria masif menjelang menopause
dan reaksi silang gonadotropin
- USG obstetrik
USG merupakan metode diagnostik menggunakan gelombang
ultrasonik berdasarkan gambaran eko yang dipantulkan organ untuk
mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ. Pada USG obstetri
dapat dilakukan melalui transvaginal (USG-TV) atau melalui
abdominal (USG-TA). Pada trimester pertama dilakukan dengan
USG-TV, sedangkan pada trimester kedua dan ketiga dilakukan
USG-TA. Atau bila pada trimester pertama dilakukan USG-TA,
maka kandung kemih harus dalam keadaan penuh sehingga disebut
juga USG-Transvesikal.
- Kardiotokografi janin
Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang
digunakan untuk tujuan pemantauan kesejahteraan janin, yaitu
apakah terjadi gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin,
seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya melakukan tindak

lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Penilaian berdasarkan denyut


jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi maupun
aktivitas janin.
Hasil rekaman CTG normal pada umumnya memberikan gambaran
frekuensi dasar denyut jantung janin sekitar 120-160 dpm;
Variabilitas denyut jantung janin antara 6-25 dpm; Terdapat
akselerasi; Tidak terdapat deselerasi atau kalaupun ada hanya suatu
deselerasi dini ( deselerasi yang hilang timbulnya bersamaan dengan
kontraksi uterus, atau deselerasi ini seolah mencerminkan kontraksi
uterus)
C. Antenatal care (ANC)
1. Definisi
Antenatal care adalah suatu pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan.
Antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas
(dokter/bidan/perawat)dalam membina suatu hubungan daalm proses
pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinan (Kontjoro,2005).
2. Tujuan
Antenatal care ditujukan untuk kepentingan ibu dan anaknya. Bagi ibu,
melalui

Antenatal care diharapkan dapat mengurangi penyulit,

persalinan yang aman, diperoleh kondisi sehat postpartum, serta


memenuhi kebutuhan janin. Sedangkan bagi anak, Antenatal care
dimaksudkan untuk mengurangi prematuritas, kelahiran mati dan
kematian neonatal.
3. Pelayanan
- Timbang berat badan
- Ukur Tekanan darah
- Ukur Tinggi fundus uteri
- Pemberian imunisasi TT lengkap
Tabel 2.2 Jadwal imunisasi TT

Antige
n
TT1
TT2

Interval
(selang waktu
minimal)
Pada kunjungan ANC
pertama
4 minggu setelah TT1

Lama
perlindungan
-

%
perlindungan
-

3 tahun *

80

TT3
TT4
TT5

6 bulan setelah TT2


1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4

5 tahun
10 tahun
25 tahun /
seumur hidup

95
99
99

- Pemberian Tablet zat besi,minimal 90 tablet selam masa kehamilan


dan bisa diberiakan pada masa nifas 30 tablet
- Tes penyakit menular seks (PMS) (Kontjoro,2005).
- Temu wicara
4. Kunjungan antenatal
Kunjungan antenatal adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Menurut kebijakan dari Pemerintah
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
hamil. Dengan ketentuan minimal satu kali pada trimester pertama,
minimal satu kali pada trimester kedua, minimal dua kali pada
trimester ketiga. Pada kehamilan kurang dari 28 minggu kunjungan
diharapkan stiap bulan, sedangkan pada kemalan lebih dari 28 minggu
atau hingga 36 minggu, kunjungan yang diharapkan adalah setiap 2-3
bulan atau tiap minggu jika usia kehamilan telah lebih dari 36 minggu
D. Fisiologi dan mekanisme persalinan
Beberapa jam terakhir pada kehamilan manusia ditandai dengan kontraksi
uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui
jalan lahir. Banyak energi yang digunakan pada waktu ini sehingga istilah
labor (kerja keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini.
Kontraksi miometrium menyebabkan nyeri, sehingga istilah nyeri
persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini.
Myometrium mengalamai kontraksi uterus yang khas pada persalinan
terasa sangat nyeri, penyebab nyeri tidak diketahui secara pasti, tetapi
sudah diusulkan beberapa kemungkinan :
1. Hipoksia pada miometrium yang berkontraksi (seperti pada angina
pektoris).
2. Penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah oleh
berkas-berkasotot yang saling bertautan.
3. Peregangan serviks sewaktu dilatasi.

4. Peregangan peritoneum yang terletak di atas fundus


Persalinan dibagi menjadi empat kala, yaitu kala I, kala II, kala III dan
kala IV.
1. Kala I persalinan
Kala satu persalinan adalah periode waktu dimulainya persalinan
sampai dilatasi maksimal serviks. Fase ini dibagi menjadi fase laten
dan fase aktif. Fase aktif dibagi lagi menjadi akselerasi, dilatasi
maksimal dan deselerasi
- Perubahan serviks
Yaitu berupa pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi).
Pendataran adalah pemendekan saluran serviks dari panjang 2 cm
menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis
kertas. Sementara dilatasi merupakan dampak dari pendataran
serviks yang diakibatkan oleh tekanan hidrostatik cairan amnion.
Pola dilatasi serviks digambarkan dengan kurva Friedman, yaitu kala
satu laten dan kala satu aktif. Kala aktif dibagi lagi menjadi tiga,
yaitu fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase deselerasi.
Kala satu laten dengan pembukaan < 4 cm dan kala satu aktif dengan
pembukaan 4-10 cm. Kala satu berlangsung kurang lebih 8-12 jam.

Gambar 2.1. Kurva friedman dan dilatasi kala 1 servik uteri


Selanjutnya adalah fase akselerasi. Fase akselerasi sangat sulit untuk
dinilai kecuali sering dilakukan periksa dalam. Fase ini meliputi
periode yang pendek sebelum dimulainya fase dilatasi maksimum.
Pada nullipara fase akselerasi sesuai dengan pembukaan 3-5 cm,
namun dalam praktek sesungguhnya akan terjadi variasi lamanya
fase signifikan.
Fase dilatasi maksimum. Fase ini merupakan fase tercepat
terjadinya dilatasi selama persalinan. Khasnya akan terjadi selama
pembukaan 5-8 cm. Pada kurva Friedman gambaran kecepatan
dilatasi selama fase ini menampakan hubungan yang linear
sementara pendapat lain menyatakan bahwa kurva selama fase ini
adalah hiperbola. Berdasarkan pemantauan kemajuan dilatasi
didapatkan gambaran kecepatan dilatasi yang konstan. Untuk saat ini
kecepatan dilatasi selama fase akselerasi digambarkan dalam
hubungan yang linear. Pada fase ini harus diketahui bahwa sudah
mulai terjadi desensus bagian terbawah (presentasi) janin, sehingga
penolong harus mulai bersiap.
Fase deselerasi. Keberadaan fase deselerasi masih dalam perdebatan
karena lamanya fase yang singkat, dimana lebih pendek dari fase
akselerasi dan mudah sekali hilang bila tidak dilakukan pemeriksaan
serviks yang jarang. Fase ini terjadi 3 jam pada nullipara dan 1 jam
pada multipara, tetapi sangat jarang. Biasanya memanjang saat
dilatasi 8-9 cm sampai lengkap. Kurva desensus akan mencapai

maksimum bersamaan dengan fase deselerasi ini. Kecepatan


desensus bagian terbawah janin (presentasi) sekitar 1cm/jam pada
nullipara atau 2 cm/jam pada multipara.
- Letak, presentasi, sikap dan posisi janin
Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap dan
posisi. Hal ini dapat ditentukan secara klinis melalui palpasi
abdomen, pemeriksaan vagina, dan auskultasi, atau secara teknis
menggunakan USG atau sinar-X. Pemeriksaan klinis kurang akurat,
atau terkadang tidak mungkin dilakukan atau diinterpretasikan pada
wanita obese.
Letak janin : letak janin adalah hubungan sumbu panjang ibu dengan
janin dan dapat memanjang atau melintang. Kadangkala sumbu janin
dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45 derajat, membentuk letak
oblik, yang tidak stabil dan selalu berubah menjadi letak memanjang
atau melintang selama proses persalinan. Letak memanjang terjadi
pada 99% persalinan aterm. Faktor predisposisi untuk letak lintang
adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan anomali uterus
Presentasi janin : merupakan bagian terbawah janin, dan dapat diraba
dengan pemeriksaan vagina. Pada letak memanjang bagian terbawah
janin adalah kepala atau bokong, masing-masing membentuk
presentasi kepala atau bokong. Jika janin melintang, bagian terbawah
adalah bahu.
Presentasi kepala: fleksi maksimal akan membuat verteks atau
oksiput atau ubun-ubun kecil menjadi bagian terbawah janin, ini
adalah presentasi belakang kepala. Jauh lebih jarang leher akan
hiperekstensi sehingga oksiput dan punggung akan menempel dan
wajah menjadi bagian terdepan di jalan lahir, ini adalah presentasi
muka. Keadaan fleksi parsial dengan bagian terbawah adalah
fontanela anterior (ubun-ubun besar) atau bregma, ini adalah
presentasi sinsiput. Atau mengalami ekstensi parsial dengan dahi
sebagai bagian terbawahnya, ini adalah presentasi dahi.

Gambar 2.2 Presentasi kepala janin (A : presentasi belakang kepala


atau oksiput, B : presentasi ubun-ubun besar atau sinsiput, C :
presentasi dahi, D : presentasi muka)

Sikap: pada bulan terakhir janin membentuk suatu postur khas


yangdisebut sebagai sikap atau habitus. Janin melipat sehingga
punggungnya menjadi sangat konveks; kepala fleksi maksimal
hingga dagu menempel dada; paha fleksi di depan abdomen; tungkai
bawah tertekuk pada lutut; dan lengkung kaki bersandar pada
permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi kepala
lengan biasanya menyilang di dada atau terletak di samping, dan tali
pusat terletak antara kedua lengan dengan ekstremitas bawah.
Pengecualian bila kepala janin ekstensi menjadi presenrasi wajah,
maka kolumna vertebralis akan menjadi konkaf (ekstensi).
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai
acuan bagian terbawah janin, dan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu.
Karena itu, pada setiap presentasi terdapat dua posisi, kanan atau
kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum janin masing-masing titik
penentu pada presentasi verteks, muka dan bokong
2. Kala II persalinan
Kala dua persalinan dimulai saat pembukaan atau dilatasi serviks
lengkap untuk melahirkan janin. Diharapkan bagian terbawah janin
dapat desensus ketika mencapai fase deselerasi pada kala satu aktif.
Seperti yang telah dijelaskan, tiga faktor penting dalam persalinan
adalah kekuatan yang ada pada ibu seperti his dan mengejan (power),
keadaan jalan lahir (passager), janin itu sendiri (passage).
Karena bentuk lorong panggul yang tidak teratur dan dimensi-dimensi
kepala janin matur yang relatif besar, jelaslah bahwa tidak semua
diameter kepala dapat melewati diameter panggul. Selanjutnya
diperlukan suatu proses adaptasi atau akomodasi bagian-bagian kepala
yang bersangkutan terhadap berbagai segmen panggul untuk
menyelesaikan pelahiran per vaginam. Perubahan-perubahan posisi di
bagian terbawah janin ini merupakan mekanisme persalinan.
Gerakan-gerakan pokok persalinan (Cardinal Movement) terdiri dari
engagement, desensus, fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam),
fleksi, rotasieksterna (putaran paksi luar), dan ekspulsi.
- Engagement adalah mekanisme turunnya diameter biparietal untuk
melewati pintu atas panggul. Bila diameter biparietal yang
merupakan diameter terbesar kepala bayi (normalnya dalam kondisi
fleksi) telah melewati pintu atas panggul. Kepala yang berukuran

normal umumnya tidak mengalami engagement dengan sutura


sagitalisnya mengarah ke anteroposterior. Sutura sagitalis seringkali
mengalami defleksi posterior ke arah promontorium (asinklitismus
anterior) atau defleksi anterior ke arah simfisis (asinklitismus
posterior). Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan
normal, tetapi kalau berat akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.
Perubahan dari asinklitismus posterior ke anterior memudahkan
desensus dengan kepala janin memanfaatkan rongga panggul yang
luas.
- Desensus terjadi akibat satu atau lebih gaya (tekanan cairan amnion,
tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi, usaha
mengejan yang menggunakan otot abdomen, ekstensi dan pelurusan
badan janin).
- Fleksi terjadi begitu desensus mengalami tahanan, baik dari serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala.
Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada janin, dan diameter
suboksipitobregmatika menggantikan diameter oksipitofrontal yang
lebih panjang.
- Rotasi interna (Putaran paksi dalam). Gerakan ini adalah pemutaran
kepala dengan suatu cara sehingga oksiput perlahan-lahan bergerak
dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis, atau yang lebih
jarang ke posterior menuju sacrum. Rotasi interna biasanya belum
terjadi sampai kepala mencapai dasar spina.
- Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai fleksi maksimal akibat
rotasi interna, kepala mencapai vulva dan mengalami ekstensi.
Gerakan ini membawa dasar oksiput berkontak langsung dengan
margo inferior simfisis pubis. Karena pintu keluar pubis mengarah ke
atas dan ke depan, maka kepala harus terekstensi untuk melewatinya.
Pada saat kepala menekan lorong panggul, ada dua kekuatan yang
bekerja. Pertama gaya dari uterus bekerja lebih ke posterior, dan
kedua yang ditimbulkan oleh dasar panggul yang resisten dan
simfisis mengakibatkan resultan gaya mengarah ke arah vulva dan
terjadilah ekstensi.
- Ekspulsi. Hampir segera setelah rotasi eksterna, bahu depan akan
tampak di bawah simfisis pubis, dan perineum segera teregang oleh
bahu belakang. Setelah kedua bahu tersebut lahir, sisa badan bayi
lainnya akan segera terdorong ke luar.

Gambar 2.3. Cardinal Movement.


3. Kala III persalinan
Kala tiga persalinan adalah periode waktu setelah lahirnya bayi sampai
dilahirkannya plasenta. Ada beberapa tanda antara plasenta dengan
dinding uterus, yaitu uterus yang menjadi globular dan adanya aliran
darah yang tiba-tiba. Lakukan peregangan tali pusat dan masase fundus
uteri (Brandt-Andrews manuever). Tarikan yang terlalu kuat akan
menyebabkan evulsi plasenta, komplikasinya dapat terjadi inversio
uteri. Plasenta akreta juga dihubungkan dengan kejadian ini. Bila
terjadi inversio uteri maka harus segera dikoreksi. Untuk mencegah
perdarahan masif, plasenta sebaiknya segera dikeluarkan segera setelah
uterus dimasukan kembali kedalam abdomen. Berikan uterotonika
methylergonovine

atau

prostaglandin

yang

diberikan

secara

intramiometrium, karena efeknya lebih cepat dibandingkan pemberian


secara intramuskular. Dibeberapa tempat pemberian oxytocin yang
diencerkan dilakukan secara intravena setelah plasenta dilahirkan.
Namun, oxytocin sebaiknya tidak diberikan secara bolus intravena
karena dapat menyebabkan hipotensi.
Untuk melahirkan plasenta dapat dilakukan maneuver kustner. Yaitu
tangan kanan meregangkan sedikit tali pusat, tangan kiri menekan
sedikit daerah diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau
tidak masuk kembali, berarti plasenta telah lepas. Harus dilakukan
dengan hati-hati, karena bila plasenta ditarik paksa sebelum lepas, akan
terjadi

perdarahan.

Setelah

plasenta

lahir

perhatikan

apakah

kotiledonnya sudah lengkap atau ada yang tertinggal di kavum uteri.


Perbaiki pula kontraksi uterus dengan melakukan masase di korpus
uteri. Bila perlu dapat diberikan uterotonika.

Pengeluaran plasenta dalam waktu 5-10 menit setelah bayi lahir. Dapat
terjadi kegagalan pengeluaran plasenta selama 30 menit atau lebih
yang disebabkan oleh retensio plasenta, perlu dilakukan pengeluaran
secara manual. Bila perdarahan hebat tidak terjadi dapat diberikan
sedasi dengan kombinasi morfin dan benzodiazepin atau dengan
anestesi regional jika untuk mengatasi nyeri persalinan. Dalam
keadaan darurat dapat dilakukan tanpa analgetik.
Setelah plasenta dilahirkan lakukan pemeriksaan jalan lahir apakah ada
laserasi atau hematom. Laserasi derajat satu, yaitu robekan dari
mukosa vagina dan kulit perineum tanpa mengenai fascia dan otot.
Laserasi derajat dua, robekan terjadi sampai kulit perineum tetapi tidak
sampai ke sfingter ani. Laserasi derajat tiga robekan mulai dari
mukosa, kulit dan perineum sampai sfingter ani. Laserasi derajat empat
sampai mengenai mukosa sfingter ani, robekan pada uretra mungkin
dapat terjadi pada derajat empat dan menyebabkan perdarahan hebat.
Pasien dengan laserasi berat setelah dikoreksi harus dilakukan
pemeriksaan pelvis ulang dalam beberapa jam untuk mengetahui
adanya hematom atau tidak. Pasien dengan episiotomi atau laserasi
harus diperiksa dahulu secara manual dan inspeksi perineum sebelum
dipulangkan. Beritahu pasien tentang kemungkinan terjadinya infeksi
atau rusaknya jahitan episiotomi.
4. Kala IV persalinan
Mengamati adakah perdarahan sekurang-sekurangnya 1 jam post
partum.Yang harus diperhatikan saat kala IV ini adalah :
- Kontraksi uterus
- Tidak ada perdarahan pervaginaatau dari alat genital lainnya
- Plasenta dan selaput ketuban harus lahir lengkap
- Kandung kemih harus kosong
- Luka luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada
hematoma
- Bayi dalam keadaan baik
- Ibu dalam keadaan baik (tanda vital normal, tidak ada keluhan sakit
kepala dan lain lain)
E. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Jika digunakan dengan

tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk


mencatat kemajuan persalinan, mencatat kondisi ibu dan janinnya,
mencatat asuhan yg diberikan selama persalinan dan kelahiran,
menggunakan informasi yang tercatat untuk indentifikasi dini penyulit
persalinan, menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Catatan temuan partograf meliputi:
1. Denyut jantung janin (DJJ) : setiap jam
DJJ Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin
dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik
(jumlah denyut jantung janin dihubungkan). Jika ada tanda-tanda
gawat janin (DJJ < 100 atau >180 kali per menit), maka ibu harus
dirujuk.
2. Kondisi selaput, cairan dan warna air ketuban. Air ketuban bisa Utuh
(U), Jernih (J), Campur mekonium (M), dan Kering (K). Mekonium
dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan.


Molase ( penyusupan tulang tengkorak )
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam
Nadi ibu : setaip jam
Pembukaan serviks : setiap 4 jam
Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
Tekanan darah dan temperatur tubuh ibu : setiap 4 jam
Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 4 jam

Gambar 2.4. penurunan kepala janin

Gambar 2.5. Partograf


Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat
pada bentuk grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor
proses persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasikomplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi
yang

perlu

serta

memastikan

kesejahteraan

ibu

dan

bayi

(PUSDIKNAKES-WHO, 2003). Bahaya / komplikasi persalinan sulit /


abnormal dapat berupa;
1. Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
2. Rupture uteri
3. Infeksi / sepsis puerperal
4. Perdarahan postpartum
5. Fistel
Penggunaan partograf terutama untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu
penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan
penyulit. Partograf juga digunakan selama persalinan dan kelahiran di
semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll),
yang secara rutin diguunakan oleh semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis

Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).


Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka (Prawirohardjo, 2002).
Partograf mulai diisi bila :
1. Ibu yang masuk dalam persalinan :
- fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10,
-

lamanya<20.
fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10,

lamanya<20.
2. Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
- bila infus oksitosin dimulai
- bila persalinan dimulai
3. Masuk untuk induksi persalinan :
- Pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
- Induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian
-

prostaglandin)
Bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.

III.

KESIMPULAN

1. G1P0A0, usia 25 tahun, usia kehamilan 38 minggu. Janin tunggal hidup intra
uteri. Presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk PAP. Inpartu kala I
fase aktif pada tanggal 14 Desember 2012 jam 11.00 WIB
2. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin.
3. Kala satu persalinan adalah periode waktu dimulainya persalinan sampai
dilatasi maksimal serviks. Fase ini dibagi menjadi fase laten dan fase aktif.
Fase aktif dibagi lagi menjadi akselerasi, dilatasi maksimal dan deselerasi
4. Manajemen Kala I meliputi pendampingan oleh keluarga, asupan nutrisi
untuk persiapan kala II, anjuran untuk jalan-jalan dan menjaga kebersihan
diri (mandi) apabila ketuban belum pecah, mengajarkan baring miring kiri.
Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama 8 jam; kala I fase
aktif (pembukaan 4-10 cm) umumnya terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6 jam).

DAFTAR PUSTAKA

Kontjoro, T.,2005. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan


Sebagai Strategi Dalam Peningkatan Mutu Klinis, Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan Vol.08/No3.

Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,


Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

Dan Keluarga

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi/Rustam


Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed 2 Jakarta : EGC, 1998.
Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal.
Sarwono, 2000. Buku Acuan
Neonatal.
Yayasan
Scott, J. 2002.

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Bina
Pustaka.
Jakarta.

Buku Saku Obstetri Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai