Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebijakan

desentralisasi

sejak diberlakukannya

Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, telah memberikan


dampak positif maupun negatif terhadap aspek politik, ekonomi,
maupun sosial. Terdapat beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah namun tidak sepenuhnya dilatarbelakangi oleh
kajian terhadap kebutuhan masyarakat maupun unsur pemangku
kepentingan (stakeholder) lain, yang pada akhirnya tidak memberikan
dampak manfaat secara langsung. Pada hakekatnya pemerintah
adalah pelayan kepada masyarakat. Ia diakana bukan untuk melayani
dirinya

sendiri,

melainkan

untuk

melayani

masayarakat

serta

menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat


mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya dalam rangka
mencapai tujuan bersama. ( Ryaas Rasyid Joko Widodo,2001:1 ).
Sesuai dengan dengan Undang-undang otonomi daerah, maka
pemerintah daerah diberikan pelung yang sangat besar untuk
mengelola dan atau mengurus rumah tangganya sendiri, dalam
mengurus rumah tngganya sindiri inilah pemerintah daerah diberikan
peluang besar untuk memalakuna kerjasama di berbagai bidang atau
sektor untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal
kerja sama daerah Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50
tahun 2007 tentang tata cara pelaksaan kerjasama daerah. Kerjasama
derah adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur dengan
bupati/wali kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau gubernur
bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang di buat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban. Dengan dasar inilah pemerintah

daerah diberikan peluang yang sanggat lebar untuk melakukan kerja


sama.
Kerjasama tersebut salah satunya bisa berupa kerjasama kemitraan
pemerintah, swasta dan masyarakat. Bentuk-bentuk kemitraan dapat
berupa peran serta sektor swasta ( Private Sektor Participation /
PSP ), kerjasama pemerintah - swasta ( Publik Private Partnership /
PPP ), dan peran serta pemerintah dan masyarakat ( Publik-PrivateComunity Partnership/PPCP ). Dalam kemitraan ini ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan oleh pemerintah daerah antara lain; a.
Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi dan
tugas, hak, kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan.
B. Melalukan persepsi dalam negoisasi kegiatan kemitraan, sanggat
diperlukan keterbukaan. C. Perlu keterlibatan langsung seluruh pihak,
terutama pemerintah Derah, DPRD, Masyarakat, Karyawan dan lainlain. D. Dukungan dari pemerintah baik pemerintah pusat, propinsi dan
daerah.
Kabupaten Blitar merupakan Kabupaten yang tidak memiliki cukup
potensi sumber daya alam untuk dijadikan komoditas pendapatan
daerah. Oleh karena itu,

perlu strategi dan inovasi dalam

meningkatkan pelayanan dan fasilitas umum bagi masyarakat


Kabupaten Blitar. Dalam pembiayaan-pembiayaan pembangunan,
Kabupaten Blitar terus mencari sumber-sumber pendanaan non APBD
misalnya dari hibah baik dari Pemerintah Pusat maupun dari lembaga
donor. Meskipun perusahaan-perusahaan besar sangat terbatas di
Kabupaten Blitar, perlu dilakukan terobosan kerjasama sejenis
Corporate Social Responsibility (CSR) guna mendukung peningkatan
pembangunan di Kabupaten Blitar. Dengan pertimbangan bahwa
Pemerintah Kabupaten Blitar belum memiliki justifikasi terkait CSR,
payung hukum ini menjadi sangat penting sebagai salah satu jalan
atau aturan yang mengikat sehingga dapat memacu kepedulian

perusahaan-perusahaan mampu mengintegrasikan sebagai aspek


sosial. Substansi CSR sendiri bukan pada aspek penghimpunan dana
dan pembangunan infrastruktur semata, tapi bagaimana perusahaan
mampu mengintegrasikan perhatian terhadap aspek sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan
prinsip kesukarelaan (Europe Commission, 2004).
Kabupaten Blitar dalam hal ini SKPD-SKPD yang dalam Lingkup
Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar, sesui data yang kami olah dari
BAPPEDA Kabupaten Blitar pada tahun-tahun yang lalu telah
mengadakan bebagai kerja sama yang dialkukan oleh

SKPD,

terlepas kerjasama tersebut yang beorientasi provite ( profit orientet )


atau sosial murni termasuk di dalamya pendidikan. Walupun
demikian Kabupaten Blitar yang sampai saat ini belum ada
pertemuan dengan perusahaan-perusahaan guna koordinasi terkait
partisipasi perusahaan dalam pembangunan di Kabupaten Blitar,
serta belum adanya daftar potensi yang dapat dijadikan referensi
dalam

penentuan

kegiatan

yang

dapat

dikerjasamakan

di

Kabupataen Blitar, maka perlu disusun Kajian Potensi Kerjasama di


Kabupaten Blitar.
.
1.2.

Maksud dan Tujuan


Maksud pekerjaan ini adalah meningkatkan pembangunan melalui
strategi peningkatan pendanaan dari sector non APBD.
Tujuan pekerjaan ini adalah Menyusun Kajian Potensi Kerjasama di
Kabupaten Blitar

1.3.

Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah kegiatan dan program kerjasama yang
dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Blitar dengan mitra
yang dapat diprediksikan.

1.4.

Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penyusunan kajian
potensi kerjasama yaitu:
a. Pendataan potensi kerjasama di Kabupaten Blitar
b. Laporan hasil pendataan dengan dilengkapi sinkronisasi
program kegiatan antara Pemerintah Kabupaten Blitar dan
program kegiatan calon mitra kerjasama ( bentuk CSR )
sehingga dapat diusulkan perusahaan mana saja yang dapat
dijadikan mitra kerjasama.

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1.

Kerangka Pemikiran
Konsep pembangunan daerah setelah di undangkannya

undang-undang otonomi daerah, bahwa daerah diberi kewengan


untuk menjalankan rumah tangganya sendiri,

maka daerah perlu

terobosan inovatif untuk menuju pembangunan daerah yang berbasis


kesejahteraan masyarakat setempat, untuk itulah daerah perlu
keterlibatan semua pihak ( Stakehorders ) dalam pembangunan
daerah ter masuk di dalamnya keterlibatan private sektor sanggat
diperlukan. Tatanan inilah salah astu inovasi yang harus dilakukan
pemerintah daerah adalah perlu adanya kerjasama dengan daerah
lain dan atau lembaga-lembaga swasta atau private sektor.
Dalam hal kerjasa tersebut dapat berupa kemitraan antara
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam hal kerja sama daerah
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang
tata cara pelaksaan kerjasama daerah. Kerjasama daerah adalah
kesepakatan antara gubernur dengan gubernur dengan bupati/wali
kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau gubernur bupati/wali
kota dengan pihak ketiga, yang di buat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
Dengan dasar inilah pemerintah daerah diberikan peluang
yang sanggat lebar untuk melakukan kerja sama kemitraan . Bentukbentuk kemitraan dapat berupa peran serta sektor swasta ( Private
Sektor Participation / PSP ), kerjasama pemerintah - swasta ( Publik
Private Partnership / PPP ), dan peran serta pemerintah dan
masyarakat ( Publik-Private- Comunity Partnership/PPCP ). Dalam
kemitraan ini ada beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh
pemerintah daerah antara lain :

a. Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi


dan tugas, hak, kewajiban masing-masing sebagai pelaku
pembangunan.
b. Melalukan persepsi dalam negoisasi kegiatan kemitraan,
sanggat diperlukan keterbukaan.
c. Perlu keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama pemerintah
Derah, DPRD, Masyarakat, Karyawan dan lain-lain.
d. Dukungan dari pemerintah baik pemerintah pusat, propinsi dan
daerah.

Untuk mengatasi masalah pembanguna daerah diberbagai


bidang khusunya masalah kemiskinan, pengangguran dan bidangbidang yan lain, sangat naif jka hanya mengandalkan peran
pemerintah saja. Dengan adanya Undang-undang nomor 40 tahun
2007 tentang perseroan terbatas yang mewajibkan pelaksanaan
Corporate Social Responsibility ( CSR ). Perkembangan CSR tidak
bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability
development), definisi pembangunan berkelanjutan menurut The
Brundtland Comission, adalah pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan
generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka.
The Brundtland Comission merupakan komisi yang dibentuk untuk
menanggapi meningkatnya keprihatinan dari para pemimpin dunia
menyangkut peningkatan kerusakan lingkungan hidup dan sumber
daya alam yang semakin cepat. Selain itu komisi ini mencermati
dampak kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam
terhadap ekonomi dan pembangunan sosial. (Solihin: 2009).
Pada hakikatnya CSR adalah nilai yang melandasi aktivitas
perusahaan, dikarenakan CSR menjadi pijakan komperhensif dalam
aspek ekonomi, sosial, kesejahteraan dan lingkungan perusahaan.

Perusahaan tidak boleh mengimplementasikan CSR secara parsial,


misalnya berupaya memberdayakan masyarakat lokal, sedangkan
disisi lain kesejahteraan karyawan yang ada di dalamnya tidak
terjamin, atau perusahaan tidak disiplin dalam membayar pajak,
suburnya praktik korupsi dan kolusi, atau mempekerjakan anak. Oleh
karena itu dalam CSR tercakup didalamnya empat landasan pokok
yang antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan (Tanari,
2009), diantaranya:
a.

Landasan pokok CSR dalam aktivitas ekonomi, meliputi: kinerja


Keuangan berjalan baik, investasi modal berjalan sehat,
kepatuhan dalam pembayaran pajak, tidak terdapat praktik
suap/korupsi tidak ada konflik kepentingan, tidak dalam
keadaan mendukung rezim yang korup, menghargai hak atas
kemampuan intelektual/paten, dan tidak melakukan sumbangan
politis/lobi,

b. Landasan pokok CSR dalam isu lingkungan hidup, meliputi: tidak


melakukan pencemaran, tidak berkontribusi dalam perubahan
iklim,

tidak

berkontribusi

atas

limbah,

tidak

melakukan

pemborosan air, tidak melakukan praktik pemborosan energi,


tidak melakukan penyerobotan lahan, tidak berkontribusi dalam
kebisingan , dan menjaga keanekaragaman hayati
c.

Landasan pokok CSR dalam isu sosial, meliputi: menjamin


kesehatan karyawan atau masyarakat yang terkena dampak,
tidak mempekerjakan
terhadap

masyarakat,

anak, memberikan
melakukan

dampak positif

proteksi

konsumen,

menjunjung keberanekaragaman, menjaga privasi, melakukan


praktik derma sesuai dengan kebutuhan, bertanggungjawab
dalam proses Outsourcing dan off-shoring, dan akses untuk
memperoleh barang-barang tertentu dengan harga wajar
d.

Landasan pokok CSR dalam isu kesejahteraan, meliputi:


memberikan kompensasi terhadap karyawan, memanfaatkan

subsidi dan kemudahan yang diberikan pemerintah, menjaga


kesehatan karyawan, menjaga keamanan kondisi tempat kerja,
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dan menjaga
keseimbangan kerja/hidup
Dalam konteks penerapan CSR, stakeholder wajib dirangkul
dan dilibatkan baik dalam tahap perencanaan, implemantasi dan
evaluasi.

Jikapun

stakeholder

tidak

dilibatkan

dalam

proses

perencanaan, setidaknya mendapatkan kontribusi berupa dampak


positif dari program yang dilaksanakan. Andai terdapat satu
stakeholder tidak mendapatkan manfaat atau kepuasan dari
perusahaan, maka berpotensi menjadi masalah bagi keberlanjutan
perusahaan dikemudian hari.
Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR memiliki
fungsi atau peran strategis bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian
dari

manajemen

risiko

khususnya

pengaman sosial (social security).


perusahaan

juga

dapat

dalam

membentuk

katup

Selain itu melalui CSR

membangun

reputasinya,

seperti

meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya,


posisi merek perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity
atau sumbangan sosial. CSR harus dijalankan di atas suatu program
dengan memerhatikan kebutuhan dan keberlanjutan program dalam
jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat sesaat
dan berdampak sementara. Semangat CSR diharapkan dapat
mampu membantu menciptakan keseimbangan antara perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya tanggung jawab sosial
perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi budaya bagi
bangsa

Indonesia

khususnya,

dan

masyarakat

dunia

dalam

kebersamaan mengatasi masalah sosial dan lingkungan.

Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat


memperkuat atau meningkatkan akumulasi modal sosial dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial,
termasuk

elemen-elemennya

seperti

kepercayaan,

kohesifitas,

altruisme, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki


pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui
beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi
dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan
menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.
2.2.

Konsep Coporate Social Responbility


Pandangan mengenai konsep tangung jawab sosial menurut
harahab ( 2003 ) adalah sebagai berikut :
a. Pandangan Klasik, menurut pandangan ini perusahaan tidak
perlu memikirkan efek sosial yang ditimbulkan perusahaan
dan upaya memperbaiki penyakit sosial tersebut.
b. Pandangan

Manajerial,

pandangan

ini

menganggap

perusahaan sebagai lembaga permanen yang hidup dan


mempunyai tujuan tersendiri.
c. Pandangan Linngkkungan Sosial, Pandangan ini menganggap
bahwa kekuasaan ekonomi dan poliyik yang dimilikinya
mempunyai

hubungan

dengan

kepentingan

dengan

lingkungan sosial.
2.3.

Konsep Dasar Pelaksanaan


Adapun yang menjadi dasar perusahaan melaksanakan tangung
jawab sosial adalah :
a. Legitimasi Organisasi
Sesunguhnya terdapoat kontrak sosila antara perusahaan
dengan masyarakat yang mengatur hubunga kedua belah pihak.

Dengan demikian nhubungan yang terjadi adalah hubungan


timbal balik atau hubungan take and give anatara masyarakat
dengan perusahaan.
b. Kontrak Sosial
Untuk Mempertahankan legitimasinya perusahaan harus
berusaha menyelaraskan nilai-nilai tujua serta strateginya
dengan nilai-nilai norma ynag berlaku di masyarakat tempat
perusahaan berada.
Penyebablain timbulnya tangung jawab sosial adalah adnya
pergeseran dari orientasi shareholders yaitu kecederungan
bergerak dari kegiatan mencari keutungan yang sebesarbesarnya tanpa melihat efek samping mencari laba yang
berwawasan lingkungan. Kecenderungan yang ada dapt
dilohat dari beberapa paradikma berikut ini :

2.4.

Kecenderungan terhadap kesejahteraan sosial

Kecederungan terhadap kesadaran lingkungan

Perspektif ekosistem

Ekonomisasi vs sosialisasi

Ruang Lingkup CSR


Ruang lingkup tangung jawab sosial merupakan pengklasifikasian
dari bidang-bidang utama. Adapun klasifikasi tangung jawab
sosial ini meliputi :
a. Klasifikasi
mencakup

yang

melibatkan

aktifitas

menguntungkan

masyarakat

adalah

yang

pada

dasarnya

masyarakat,

seperti

pelayanan

kesehatan masyarakat.
b. Klasifikasi sumber daya manusia adalah mencakupo
bidang-bidang yang menguntungkan karyawan seperti
program pendidikan dan pelatihan.

10

c. Klasifikasi sumber fisik dan sumberlingkungan adalah


mengenai kuwalitas udara dan air serta pengendalian
polusi, maupun p[elestaria lingkungan hidup.
d. Klasifikasi sumbangan produk dan

jasa adalah

meperhatikan pengaruh produk atau jasa perusahaan


terhadap

masyarakat

dengan

beberapa

pertimbangan

sperti

meperhitungkan
kualita

sproduk,

pembugkusan produk, pengiklananproduk, ketentuan


garansi produk, dan keamanan produk.
2.5.

Sistem Dan Prosedur Kerjasama CSR


Ada

beberapa dasar prosudur atau penyusunan sistem

kerjasama adalah sebagai berikut :


a.

Dasar Penyusunan Sistem Dan Prosedur Kerjasama Daerah


Dengan Pihak III.
Penyusunan ini dilakukan dengan mepertimbangkan dasardasar teknis penyusunan sistem dan prosedur alur dokumen
dari

tiap-tiap

unit

kerja

yang

terkait,

proses

ini

mempertimbangkan fungsi di masing-masing unit kerja


dalam rangkaina program CSR.
b.

Pendekatan

Penyusunan

Sistem

Dengan

Prosedur

Kerjasama Daerah Dengan Pihak III


Pola pendekatan dalam penyusunan sistem dan prosedur
kerjasama aini adalah sebagi berikut :
-

Sistem dan prosedur kerjasama daerah dengan pihak III


penyusunan profit calon penerima CSR dan sosilaisasinya
di susun harus memenuhi prinsip cepat.

Sistem dan proedur kerjasamna daerah denagan pihak III


penyusunan

profil

calon

penberima

CSR

dan

sosilaisasinya di susun harus memnuhimprinsip aman.

11

Sistem dan proedur kerjasamna daerah denagan pihak III


penyusunan

profil

calon

penberima

CSR

dan

sosilaisasinya di susun harus memnuhimprinsip murah.


2.6.

Landasan Hukum

Saat ini baru terdapat 4 (empat) aturan hukum yang mewajibkan


perusahaan

tertentu

melaksanakan

aktivitas

CSR

atau

tanggungjawab sosial dan lingkungan, serta satu panduan (guidance)


internasional mengenai tanggungjawab berkelanjutan (sustainability
responsibility), diantaranya:
Pertama,

bagi

Badan

Usaha

Milik

Negara

(BUMN)

wajib

melaknasakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)


sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN: Per-05/MBU/2007
Pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan
Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah
program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Sedangkan pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa Program
Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah
program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN
melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina
Lingkungan, meliputi: bantuan korban bencana alam; bantuan
pendidikan dan/atau pelatihan; bantuan peningkatan kesehatan;
bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; bantuan
sarana ibadah; dan bantuan pelestarian alam.
Kedua, Peraturan bagi Perseroan Terbatas (PT) yang mengelola
Sumber Daya Alam (SDA) diwajibkan melaksanakan tanggungjawab
sosial dan lingkungan, karena telah diatur dalam UU Perseroan
Terbatas No.40 Tahun 2007. Dimana dalam pasal 74 diatur bahwa :
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

12

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan


Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, (2)Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya

Perseroan

yang

pelaksanaannya

dilakukan

dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak


melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketiga, bagi penanaman modal asing, diatur dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, daalam Pasal 15
(b) dinyatakan bahwa "Setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan". Sanksi-sanksi
terhadap

badan

usaha

atau

perseorangan

yang

melanggar

peraturan, diatur dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi administratif


dan sanksi lainnya, meliputi: (a). Peringatan tertulis; (b). pembatasan
kegiatan usaha; (c). pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal; atau (d). pencabutan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal
Keempat, bagi perusahaan pengelola minyak dan gas bumi, terikat
oleh Undang-undang No 22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas
Bumi, Pasal 13 ayat 3 (p), menyebutkan bahwa: Kontrak Kerja
Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling
sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu : (p). pengembangan
masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat. Jadi
berdasarkan

Undang-undang

tersebut,

perusahaan

yang

operasionalnya terkait Minyak dan Gas Bumi baik pengelola


eksplorasi

maupun

distribusi,

wajib

melaksanakan

kegiatan

13

pengembangan masyarakat dan menjamin hak-hak masyarakat adat


yang berada di sekitar perusahaan.
Seiring telah disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, adapun isi Undang-Undang
tersebut yang berkaitan dengan CSR, yaitu: Pada pasal 74 di
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau

berkaitan

dengan

sumber

daya

alam

wajib

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.


2) Tanggung

Jawab

Sosial

dan

Lingkungan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang


dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang Undang Penanaman Modal
menyatakan kepada setiap penanam modal wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah
Indonesia berusaha untuk mengatur kewajiban pelaksanaan CSR
oleh perusahaan atau penanam modal

14

Jika dilihat dari peraturan diatas, urusan terkait dengan CSR


merupakan domain pemerintah pusat, karena baik Peraturan Menteri
BUMN, Undang-Undang PT, Undang-Undang PMA, Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi dibuat oleh DPR bersama Pemerintah Pusat.
Sedangkan peran pemerintah daerah adalah melakukan monitoring
dengan perangkat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Sosial
(Amdalsos)
memberikan

dan

mengkaji

manfaatnya

sejauhmana

kepada

perusahaan

stakeholder

dalam

mampu
hal

ini

masyarakat setempat. Pemda tidak berkewenangan dalam mengatur


CSR yang merupakan urusan program perusahaan terlebih masalah
pengelolaan dananya, kecuali menjalin kerjasama antar stakeholder
didasarkan pada program dan skala prioritas yang sama terkait
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.

15

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian.
Dengan menjelaskan tentang jenis penelitian yang akan dipakai nanti,
dengan cara yakni melihat aturan sebagai perilaku, sebagai norma
dalam masyarakat atau sebagai ide/cita-cita. Jenis penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian
dilakukan

dengan

cara

sosial, yaitu pendekatan yang

menelaah

suatu

permasalahan

yang

dikorelasikan dengan bahan atau peraturan-peraturan yang bersifat


doktrinal. Maksudnya pembahasan ini berdasarkan atas ketentuan
perundang-undangan yang berlaku serta dikaitkan dengan teori-teori
yang ada dengan melihat realita atau melihat kenyataan yang terjadi
di masyarakat terutama yang berhubungan dengan kajian ini. Atas
dasar hal tersebut dalam penelitian ini digunakan pendekatan yaitu
pendekatan peraturan dan Pendekatan Konsep.
3.2. Lokasi Penelitan.
Di dalam kajian ini, kami melakukan penelitian tentang penyusunan
kajian potensi kerjasama . Sedangkan tempat yang dijadikan
sebagai lokasi penelitian adalah perusahan-perusahaan yang ada di
wilayah

Kabupaten Blitar baik itu perusahaan swasta murni atau

BUMN dan BUMD.


3.3. Sumber Data
Sumber Data merupakan sarana dari penelitian yang dipergunakan
untuk menjawab permasalahan yang ada atau orang/dokumen yang
terkait langsung dengan masalah penelitian sebagai sumber informasi.
Data atau informasi yang diperoleh akan dipergunakan di dalam
penulisan kajian ini, diharapkan dapat menunjang atau mendukung.
Yaitu yang berupa, sebagai berikut :

16

1. Data Primer
Data primer menurut Soerjono Soekanto adalah diperoleh peneliti
dari penelitian secara langsung dari sumber pertama. Data yang
diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu pejabat Pemerintah
Kabupaten

Blitar yaitu

pejabat pada

Bappeda

Pemerintah

Kabupaten Blitar.
2. Data Sekunder
Sedangkan menurut Hanitijo data sekunder adalah data yang
diperoleh dari bahan-bahan tertulis yang berasal dari peraturan
perundang-undangan, buku, arsip, jurnal ilmia dan lain sebagainya.
Sebagai pengembangan atau penunjang yang menjelaskan data
primer antara lain mencakup dokumen-dokumen/arsip peraturan
pada Pemerintah Kabupaten Blitar, buku-buku, hasil penelitian
yang berwujud laporan dan sebagainya.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
study lapangan (Field Risearch) merupakan suatu cara pengumpulan
data yang dilakukan pada lokasi penelitian. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara, observasi
dan studi dokumen.
1. Wawancara
Wawancara menurut Black dan Champion adalah suatu kegiatan
komunikasi

verbal

dengan

tujuan

mendapatkan

informasi.

Wawancara dianggap suatu teknis yang paling sosiologis dari


semua teknis penelitian sosial. karena bentuknya adalah interaksi
ferbal antara peneliti dan responden, tetapi ada pemaknaan bahwa
dalam Interaksi tidaklah fokus, sedang yang dituntut disini fokus
pada masalah yang ada dengan kata lain

pewawancara

17

mengajukan

pertanyaan

dengan

yang

diwawancarai

yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang


diberikan dapat dikembangkan lebih lanjut bila mana ada hal-hal
yang dirasakan memerlukan informasi lebih lanjut dan mendalam.
Adapun Pihak-pihak yang akan diwawancarai dalam penelitian
adalah : Perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah Kabupaten
Blitar yang meliputi BUMN, BUMD, dan perusahaan Swasta murni
( PT/CV ).
2. Observasi
Observasi yaitu dengan pengamatan khusus dengan pencatatan
yang sistematis, ditujukan pada satu atau beberapa masalah
dalam rangka penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data
yang diperlukan guna untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi.

Pada

penelitian

ini

observasi

digunakan

untuk

mengumpulkan data-data yang tidak dapat terkumpul lewat teknis


wawancara, seperti situasi, sikap dan aktifitas.

3. Dokumentasi
Dokumentasi

yaitu

pengumpulan

data

dengan

melakukan

pencatatan pada sumber-sumber data yang ada pada lokasi, yang


dapat diperoleh baik dari arsip Bappeda dan perusahaanperusahaan yang akan di jadikan obyek penelitihan, Menurut
Arikunto Dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan
maupun transkrip, buku, majalah, prasasti, notulen rapat, surat
kabar dan agenda lain-lain.

18

3.5. Teknik Analisa Data


Analisa data merupakan hal yang penting dalam proses penelitian.
Proses analisa data merupakan usaha untuk menemukan jawaban
atas pertanyaan yang diperoleh dari hasil penelitian.
Dalam proses diperlukan penyederhanaan data, agar data-data yang
telah diperoleh akan lebih mudah dibicarakan dan diinterprestasikan.
Sesudah data dikumpulkan, analisis data dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil
wawancara yang dihasilkan, hasil observasi dan dokumentasi.
Dengan

demikian

analisa

data

yang

dipergunakan

adalah

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif


komparatif. Pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif
adalah sebagai prosedur penyelesaian masalah yang diselidiki
dengan

menggambarkan,

melukiskan

keadaan

subyek,

obyek

penelitian saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak


sebagaimana adanya.

Berkaitan dengan teknis analisa data ini dapat dikatakan bahwa data
yang diperoleh selama penelitian dapat dianalisis dengan uraianuraian sehingga dapat menggambarkan atau mengetahui keadaan
yang sebenarnya dalam melakukan obyek penelitian di lapangan
ataupun yang dilakukan pada Bappeda Kabupaten Blitar, Selanjutnya
hasil

dari

penelitian

tersebut,

data

yang

telah

dianalisis,

19

diinterprestasikan

yang

berpedoman

pada

teori-teori

yang

berhubungan dengan itu.

20

BAB IV
ANALISIS HASIL SURVEY
4.1. Analisis Hasil Survey CSR Perusahaan di Kabupaten Blitar
Dilakukan survey dan pendataan terhadap perusahan yang ada di Kota
Blitar tentang potensi program kegiatan pembangunan untuk masyarakat
dari perusahaan. Survey dilakukan terhadap 25 ( dua puluh lima

responden/perusahaan baik BUMN maupun perusahaan swasta. Ada 11


pertanyaan terkait CSR dengan rincian sebagai berikut:

1. Pernahkah perusahaan saurdara bekerja sama dengan pemerintah


daerah?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa 4 % perusahaan


yang pernah bekerjasama dengan pemerintah daerah.

21

2. Bila pernah kerjasama dalam bidang apakah ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama yang
pernah dilakukan perusahaan/lembaga dengan pemerintah daerah bidang
olah raga dalam hal ini PSBI.
3. Apakah anda setuju bila Pemerintah daerah bekerjasama ( sinergi
program ) dalam pemanfaatan Anggaran CSR perusahaan dan atau
kerjasama di bidanglain ( selain CSR ) untu kepentingan Masyarakat ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa 28% perusahaan
sanggat setuju untuk kerjasama dan 40% setuju untuk kerjasama ( dapat
disimpulkan 68 % perusahaan setuju ).

22

4. Apakah di perusahaan saudaratersedia anggaran CSR ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa 44% perusahaan
tersedia anggaran bantuan CSR, 36 % perusahaan tidak tersedia anggaran
CSR dan 20 % tidak menjawab.

5. Bila ya, dalam bidang apa Anggaran CSR tersebut dialokasikan ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa anggaran CSR
perusahaan 40% dialokasikan dibidang pendidikan, bidang kesehatan 16 %,
infratuktur 8% dan lainya tidak menjawab.

23

6. Dalam bentuk apa bantuan CSR itu diberikan ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa bentuk bantuan
CSR uang 16%, dalam bentuk barang 20%, program 24% dan bentuk lainya
12 %.
7. Bila dalam bentuk uang, berapa besaran Anggaran untuk CSR ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa bentuk bantuan
uang Rp. 1 s/d 50 juta 20 %, Rp. 50 juta s/d 100juta 8% dan 72% tidak
menjawab.

24

8. Bila dalam bentuk barang, bantuan barang apa yang diberikan ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa bentuk bantuan
barang yang diberikan : Sembako 4%, Obat-obatan 4%, Komputer/Laptop
8%, lainya 4% dan tidak menjawab 80 %.
9. Bila dalam bentuk Program, Bantuan program apa yang diberikan ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa bentuk bantuan
program dalam penyaluran CSR : Pendidikan S1 - 8%, Pengobatan gratis
12%, jamsostek 4%, Training Komputer dan laptop 4%, pelatihan wira
usaha 4%.

25

10. Bagaimanakah mekanisme penggunaan Anggaran CSR diperusahaan


anda ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme bantuan
CSR : Perusahaan memberikan langsung kemasyarakat 10%, masyarakat
mengajukan proposal 12%, dan dengan mekanisme lain 24%.
11. Durasi penyaluran Anggaran CSR diperusahaan saudara ?

Dari analisis survey ini maka dapat disimpulkan bahwa durasi penyaluran
bantuan CSR : dua kali dalam satu tahun 8%, tidak ditentukan waktunya
28%.

26

12. Isilah Kolom berikut tentang Saran masukan dan Harapan saudara ?

27

5.2. Potensi Program CSR Perusahaan di Kabupaten Blitar


Dari hasil penelaahan wawancara dengan perusahaan di Kabupaten Blitar,
diperoleh bidang dan sasaran program CSR perusahaan meskipun belum
semua perusahaan menyampaikan, sebagaimana tercantum dalam
rekapitulasi pada tabel selanjutnya. Dare perolehan informasi ini Pemerintah
Kota Blitar dapat mempetakan program kegiatan pembangunan yang dapat
disinergikan dengan swas

28

Tabel- 2
Rekapitulasi Potensi Kerjasama Perusahaan/Lembaga di KabupatenBlitar
BIDANG
BENTUK
NAMA/PERUSAHAAN/
GERAK
STATUS
CSR
POTENSI
NO
ALAMAT
KETERANGAN
BADAN USAHA
PERUSAHAAN PERUSAHAAN
YANG
KERJASAMA
/B. USAHA
DIBERIKAN
Jl. Veteran
1 BII KCP Blitar
Perbankan
Swasta Murni
Program
Pendidikan
Kota Blitar
Tidak
PT. Bokormas Cab
Jl. Mastrip 42
Rokok Sigaret
memberikan
2
Swasta Murni
Blitar
Kota Blitar
Kretek
keterangan
CSR
Jl. A Yani No.
3 PT. Telkom
Telekomunikasi
BUMN
Barang
Komputer
10 Kota Blitar
PT. Radio Losta
Bidang
Tersedia
4
Jasa Penyiaran Swasta Murni
Program
Masuari
Sutojayan Blitar
kesehatan
Program CSR
Tidak
Jl. Merdeka No.
memberikan
5 PT. Bank Permata Tbk
Perbankan
Swasta Murni
165 Kota Blitar
keterangan
CSR
Jl. Merdeka No.
6 Bank BTN (KCP Blitar) 90 Kota Blitar
Perbankan
BUMN
Barang
Laptop
-

PDAM Kota Blitar

Jl. Kalimantan
Kota Blitar

Air Bersih

BUMD

Tidak
memberikan
keterangan
CSR

29

NAMA/PERUSAHAAN/
NO
BADAN USAHA
8

PT. Pegadaian Persero

PLN Blitar

10

PT. Bank Syariah


Mandiri

11

Hotel Tugu Sri Lestari

12

Bank Mandiri

13

PT. Bank
Pembangunan Daerah
Jatim

BIDANG
BENTUK
GERAK
STATUS
CSR
POTENSI
ALAMAT
KETERANGAN
PERUSAHAAN PERUSAHAAN
YANG
KERJASAMA
/B. USAHA
DIBERIKAN
Jl. Merdeka No. Jasa Gadai dan
Sebesar Rp
BUMN
Uang
67 Kota Blitar
Keuangan
1jt -50jt
Tidak
memberikan
BUMN
Jl. A Yani No 21
keterangan
Kota Blitar
CSR
Sebesar
Uang,
Rp1jt -50jt,
Jl. Tanjung A4Bank Umum
Swasta Murni Barang, dan Pakaian,
A5 Kota Blitar
Devisa
Program
Pengobatan
Gratis
Jl. Merdeka No.
Perhotelan
Swasta Murni
Program
Jamsostek
173 Kota Blitar
Tidak
Jl. Merdeka
memberikan
Perbankan
BUMN
Kota Blitar
keterangan
CSR
Jl. HOS
Uang,
Cokroaminoto
Perbankan
BUMD
Barang dan
No. 36-38 Blitar
Lainnya

30

NAMA/PERUSAHAAN/
NO
BADAN USAHA

ALAMAT

14

PT Bank Pundi
Indonesia

Jl. Veteran No.


109 Kota Blitar

15

Bank BTPN

Jl TGP No 38
Kota Blitar

16

Bank Danamon

17

BIDANG
BENTUK
GERAK
STATUS
CSR
POTENSI
KETERANGAN
PERUSAHAAN PERUSAHAAN
YANG
KERJASAMA
/B. USAHA
DIBERIKAN
Tidak
memberikan
Perbankan
Swasta Murni
keterangan
CSR
Perbankan

Swasta Murni

Program

Pelatihan
Wirausaha

Jl. Merdeka
Kota Blitar

Perbankan

Swasta Murni

Perbankan

Swasta Murni

Jl. Cepaka
Kota Blitar

Perbankan

Swasta Murni

Jl. Kenanga 7
Kota Blitar

Perbankan

BUMN

Bank BCA
18
Bank Mega
19

PT. Bank Negara


Indonesia

Tidak
memberikan
keterangan
CSR
Tidak
memberikan
keterangan
CSR
Tidak
memberikan
keterangan
CSR
Tidak
memberikan
keterangan
CSR

31

NAMA/PERUSAHAAN/
NO
BADAN USAHA
20

BRI Cabang Blitar

ALAMAT
Jl. A.Yani

BIDANG
BENTUK
GERAK
STATUS
CSR
POTENSI
KETERANGAN
PERUSAHAAN PERUSAHAAN
YANG
KERJASAMA
/B. USAHA
DIBERIKAN
Ekonomi dan
Perbankan
BUMN
Program
Lingkungan
Tidak
memberikan
keterangan
CSR

21

Bank Niaga

22

PT. Anugerah Tekindo


Sasinaap Mulia

Jl. Argo Kelud


12 Ponggok

Elektrikal

Swasta Murni

23

Hotel Grand Mansion

Jl. Melati Kota


Blitar

Perhotelan

Swasta Murni

Swasta Murni

24

Mayangkara Group

Jl. Ciliwung No
22 A Kota Blitar

Jasa

Swasta Murni

Uang,
barang dan
Program

Swasta Murni

25

Universitas Islam
Balitar

Jl. Mojopahit
Kota Blitar

Pendidikan

Lembaga
Pendidikan

Program

Beasiswa

Tidak ada CSR


Tidak
memberikan
keterangan
CSR
Sembako,
Obat-obatan,
Material
Bangunan
Pelatihan
Mesm, LBB,
Pengobatan
gratis
-

32

Potensi kerjasama dengan perusahaan swasta, BUMN, BUMD dan


lembaga-lembaga lain sesuai dengan hasil survey yang kami lakukan 68%
responden setuju atau sangat setuju untuk melakukan kerjasama sinergi
program antara pemerintah

daerah

dengan perusahaan-perusahaan

tersebut. Inilah potensi pembangunan daerah demi kepetingan umum yang


tidak

mengunakan

pembiyaan

dari

APBD/Non-APBD,

dengan

memanfaatkan CSR di perusahaan-perusahaan tersebut.

33

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
V.1. Kesimpulan
Pemerintah daerah perlu mengadakan kerjasama di berbagai bidang,
baik antar pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah propinsi,
ataupun dengan pihak ketiga yang harus dituangkan dalam sebuah
kesepakatan sehingga menimbulkan hak dan kewajiban. Kerjasama
kemitraan

dilakukan

dengan

sektor

swasta

(Private

Partisipation/PSP), kerjasama pemerintah - swasta

Sector

( Publik Private

Partnership / PPP ), dan peran serta pemerintah dan masyarakat (PublikPrivate- Comunity Partnership/PPCP).
Menjelang

era

pasar

bebas

dalam

membangun

daerahnya,

Kabupaten Blitar harus mempunyai terobosan yang inovative dalam


mengatasi sumber pembiayaan pembangunan terutama untuk fasilitas
umum demi kepetingan kesejahteraan masyarakat sehingga pembiayaan
pembangunan daerah kedepan tidak hanya mengandalkan APBD tapi nonAPBD yang diharapkan bisa ikut menunjang pembangunan yang ada.
Banyak perusahaan-perusahaan menyediakan program CSR, yang
dampak

maanfaat

dari

program

tersebut

sanggat

perusahaan untuk dapat meraih kepercayaan

berguna

bagi

masyarakat karena

implementasi program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran


emas yang akan dinikmati oleh perusahaan dan seluruh stakeholder-nya.
Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
lokal maupun masyarakat luas akan lebih meningkat.
Melalui beragam mekanismenya yang ada dalam perusahaan yang
dilandasi

peraturan

perundang-undangan,

modal

sosial

dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan publik,


meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian
masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.
Dari landasan hukum yang ada atau peraturan perundang-udangan
maka ada sebagian perusahaan dengan kriteria tertentu menurut undangundang bahwa perusahaan tersebut berkewajiban menyediankan program

34

CSR. Program atau kegiatan yang dapat dikerjasamakan dengan


perusahaan di Kabupaten Blitar dari perolehan informasi sementara
antara lain:
1. Bidang Pendidikan (beasiswa, bantuan alat sekolah dan lain-lain)
2. Bidang Kesehatan (pengobatan gratis)
3. Bidang Teknolohi (bantuan komputer, pelatihan internet)
4. Bidang Lingkungan ( infratuktur )
5. Bidang Ekonomi ( pemberdayaan masyarakat )
Dari hasil survei terhadap perusahaan di Kabupataen Blitar diperoleh
saran/masukan terkait program CSR, antara lain:
a. Pelaksanaan di perusahaan cabang harus mendapat persetujuan dari
pusat.
b. Mohon CSR disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
c. Perusahaan Mayangkara group sudah mengeluarkan CSR dengan
membentuk Mayangkara Fondation.
d. Penggunaan CSR diharapkan sesuai dengan kepentingan masyarakat
luas.
e. Agar Pemerintah lebih mensinergikan kembali program kepada pihak
swasta.
f.

Perusahaan lebih yakin jika menyalurkan ke PT Jamsostek

g. Keputusan pencairan CSR dare Kantor Wilayah, cabang hanya


meneruskan proposal dari masyarakat.
h. Telkom terbuka dalam pemberantasan buta internet.
i.

Harap proposal CSR dari pemerintah tidak mendadak.

j.

Adanya kerjasama dengan pemerintah terkait

k. Pemberian CSR lebih tepat sasaran.

V.2. Rekomendasi
1. Untuk lebih memaksimalkan kerjasama atau kemitraan perlu
adanya Peraturan Bupati atau Peraturan Daerah yang mengatur
tentang tindak lanjut pelaksanaan CSR di Kabupaten Blitar.
2. Pemerintah di harapkan lebih berperan dalam mengkoordinasikan
atau

mengkomunikasikan

dengan

perusahaan-perusahaan

35

khususnya perusahaan yang ada di wilayah Kabupaten Blitar,


untuk membahas program kerjasama pembangunan di Kabupaten
Blitar dengan melalui pertemuan santai dan menampung masukan
dari pihak swasta.
3. Membentuk forum CSR atau sejenisnya guna membangun
kelancaran komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait.
4.

Pemerintah

Kabupaten

Blitar

diharapkan

segera

lebih

mematangkan program kegiatan yang dapat ditawarkan kepada


program CSR perusahaan baik dalam daerah maupun luar daerah
karena selama ini belum dikoordinasikan secara terpadu, dan
memberi kemudahan fasilitas apa saja bagi perusahaan yang
telah memberikan CSR.
5. Mengintensifkan kemitraan dengan

daerah lain ( Pemerintah

daerah lain baik propinsi atau kabupaten/ Kota ataupun pihak luar
negeri) dalam sinkronisasi program kerjasama pembangunan.

36

Anda mungkin juga menyukai