Definisi
Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan
sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat
kekerasan yang hebat sehingga memutuskan jaringan.
2.
Etiologi
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:
1
Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan
terjepit.
Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.
Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.
Trauma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta
2
3
4
3
4
5
6
dari
rusaknya
saraf/perdarahan)
Pergerakan abnormal
Krepitasi
(Black, 1993).
8
9
1. Vulnus kontusio
1
2
Luka Memar
Pendarahan tepi : pendarahan tidak diumpai pada lokasi yang bertekanan,
tetapi pendarahan akan menepi sehingga bentuk pendarahan akan menepi
sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang yang berdekatan
3
2.
Dilihat dari permukaan kulit tampak darah berwarna hitam kebiruan, setelah
sekitar dua hari terjadi perubahan pigmen darah menjadi warna kuning.
Vulnus eksoriasi
1
2
Luka lecet
Hilangnya epitel dan lapisan dermis atau subkutan hal ini menyebabkan luka
tampak kuning, putih, merah muda atau berdarah tergantung pada jaringan
3.
2
3
4
4.
berambut
5
Sering tampak luka lecet
6
Memar disekitar luka
Vulnus morsum
1
2
5.
1
2
6.
1.
2.
7.
Vulnus sclerotum
8.
dibawahnya
2
Peluru dapat menghancurkan tulang dan menyebabkan cidera lebih lanjut
3
Peluru dari senapan menyebabkan kerusakan lebih besar
Vulnus combutio
1.
Luka bakar derajat 1
Kerusakan pada epidermis, kulit kering, kemerahan, nyeri sekali, sembuh,
2.
3.
4.
3.
Klasifikasi
1
Berdasarkan derajat kontaminasi
1. Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang
merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi
untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring, traktus
respiratorius maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi
2
1
10
11
terhadap kulit
Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak
luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang camping biasanya karena
tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada kejadian
kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman
2.
3.
teratur
Vulnus punctum (luka tusuk)
Luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya
kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang
menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya.
Kesemuanya menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan permukaan luka
4.
listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan dengan
permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya juga
disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa
Sumber lain menyatakan pembagian umum luka :
1
Simple, bila hanya melibatkan kulit.
2
Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % )
misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau
kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera :
1
Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan
biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.
Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan
pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan
retraksi sehingga masuk ke jaringan karen elastisitasnya.
4. Pemeriksaan Diagnostik
1
Pemeriksaan serum: hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka
bakar mengalami kehilangan volume
Pemeriksaan darah : misal pada pasien dengan luka gigitan dapat dijumpai
hipoprototrombinemia, trombositopenia, hipofibrinogemia, dan anemia
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan
kehilanga protein
10
5. Patofisiologi
Menurut Soejarto Reksoprodjo, dkk, 1995 ; 415) proses yang terjadi secara alamiah bila
terjadi luka dibagi menjadi 3 fase :
1
Fase inflamsi atau lagphase berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi
pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit mengeluarkan
prosig lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoini tertentu yang
mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan
khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi Vasekontriksi dan proses penghentian
pendarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedisis dan
menuju dareh luka secara khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan
histamine yang menunggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan
edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda radang leukosit, limfosit dan
monosit menghancurkan dan menahan kotoran dan kuman.
Fase proferasi atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu. Tersifat
oleh proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-sel
masenkim. Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak perlu
dihancurkan dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi
oleh sel radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru: membentuk
Web of caution
Etiologi vulnus
Mekanik : benda tajam,
benda tumpul,
tembakan/ledakan, gigitan
binatang
Non mekanik:
bahan kimia, suhu tinggi, radiasi
Kerusakan integritas
jaringan
Traumatic jaringan
Kerusakan intergritas
kulit
Kerusakan pembuluh
darah
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Rusaknya barrier
pertahanan primer
Pendarahan berlebih
Kerusakan syaraf perifer
Terpapar lingkungan
Stimulasi neurotransmitter
(histamine, prostaglandin,
bradikinin, prostagladin)
Hipotensi, hipovolemi,
hipoksia, hiposemi
Resiko syok :hipovolomik
Nyeri akut
Pergerakan terbaras
ansietas
Gangguan mobilitas
fisik
12.
PENYEMBUHAN LUKA
macam
tipe
penyembuhan
luka,
dimana
pembagian
ini
Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak
mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka
yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan
terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3
Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan
terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini
bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan
luka yang terakhir (Mansjoer,2001).
Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari.
Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri,
menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses
penyembuhan lanjutan.
Fase Proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast
(sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi.
Fase Maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai
berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase ini
terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan
kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka
(Mansjoer,2001).
Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam
proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan
perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM,
Arthereosclerosis).
Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi,
stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan
Penatalaksanaan/Perawatan Luka
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan
luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1
yodium
dengan
polyvinylpirrolidone
yang
tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena
tidak menguap.
Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk
antiseptik borok.
Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah
larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya
tidak menusuk hidung.
Oksidansia
merah)dalam
larutan
5-10%.
Sifatnya
Derivat fenol
adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan
pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga
memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan
cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka.
Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka
lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau
disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis,
non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi
natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na +
154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (ISO Indonesia,2000).
7.
Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki
dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
1
Berikan antiseptik
5
8.
Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau
tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
9.
Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.
10.
Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung
pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
11.
Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
13.
1
2
3
14.
19.
20.
21.
22.
No
25.
1
28.
2
31.
3
34.
4
37.
5
40.
6
43.
7
46.
47.
1
2
3
4
5
48.
49.
15. No
Dx. Keperawatan
17. Noc
18. Nic
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera mekanik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam nyeri terkontrol :
23.
Kriteria
24.
Score
26.
Mengenal faktor
27.
penyebab nyeri
5
29.
Mengenali tanda
30.
dan gejala nyeri
32.
Mengetahui onset
33.
nyeri
5
35.
Menggunakan
36.
langkah-langkah
5
pencegahan nyeri
38.
Menggunakan teknik 39.
relaksasi
5
41.
Menggunakan
42.
analgesic yang tepat
5
44.
Melaporkan nyeri
45.
terkontrol
5
Keterangan :
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang-kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Selalu menunjukkan
12.
55.
Krit
14.
eria
15. 16.
Temperature :
18.
50.
1
17.
(36,5 37,5 c)
5
51.
19. 20.
sensasi dalam
21.
52.
2
batas normal
5
53.
22. 23.
elastisitas dalam
24.
54.
Manajemen nyeri
3
batas normal
5
25. 26.
pigmentasi dalam
27.
1. Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: skala nyeri, lokasi, karakteristik dan onset,
4
batas normal
5
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
28. 29.
perspiration dalam 30.
2. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan
5
batas normal
5
3. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran sebelum memulai aktivitas
31. 32.
warna kulit dalam
33.
4. Gunakan komunkiasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
6
batas normal
5
5. Kaji latar belakang budaya klien
34. 35.
teksture dalam
36.
6. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
7
batas normal
5
7. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
37. 38.
perfusi jaringan
39.
8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
8
baik
5
pencegahan
40. 41.
pertumbuhan
42.
9. Motivasi klien untuk memonitor sendiri nyeri
9
rambut di kulit baik.
5
10. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi nafas dalam
11. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
12. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
13. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan.
56.
57. 2
58. Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan factor mekanik
59.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kondisi pasien x24jam integritas jaringan : kulit dan membran mukosa baik
dengan kriteria hasil :
60.
61.
Keterangan :
1
Ekstrim
2
Berat
3
Sedang
4
Ringan
5
Tidak
62. Nursing Intervention Clasification (NIC) :pengobatan pada kulit
1. Lakukan prosedur 5 benar dalam pemberian obat
No
13.
5
99.
1
2
3
4
5
fungsiolesa
5
Keterangan :
Ekstrim
Berat
Sedang
Ringan
Tidak
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110. Kontrol infeksi
1. Bersihkan ruangan sebelum digunakan tindakan pada pasien
2. Ganti peralatan untuk tindakan pada pasien
3. Batasi jumlah pengunjung
4. Ajarkan pada pasien untuk melakuakn cuci tangan dengan benar
5. Instruksikan pada pengunjung untuk melakukan cuci tangan sebelum ke pasien
6. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
7. Bersihkan tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan pada pasien
8. Gunakan universal precaution
9. Gunakan sarung tangan sesuai standar universal precaution
10. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai dengan kondisi pasien
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala infeksi serta melaporkan pada tenaga kesehatan ketika terdapat
tanda dan gejala infeksi.
111.
112.