Anda di halaman 1dari 5

Pancasila untuk Menangkal

Radikalisme dan LGBT


Gervin Nathaniel Purba

25 Februari 2016 18:48 WIB

Wakil Ketua MPR Mahyudin (Foto:Dok.MPR)


Metrotvnews.com, Cilegon: Pancasila adalah nilai atau intisari bangsa Indonesia
yang memang sudah sejak dahulu tertanam kuat dalam pribadi bangsa Indonesia.
Presiden Pertama RI Soekarno berjasa menggali kembali Pancasila ke permukaan
sehingga menjadi falsafah bangsa.
"Oleh karena itu, sangat penting generasi muda agar mengenal, mencintai
kembali, serta mengimpelementasikannya dalam kehidupan keseharian," ujar
Wakil Ketua MPR Mahyudin ketika membuka acara Sosialisasi Empat Pilar MPR
RI kerja sama MPR dengan BEM Nusantara, di Aula Fakultas Teknik, Universitas
AgengTirtayasa, Cilegon, Banten, Kamis (25/2/2016).
Lebih lanjut dikatakan Mahyudin, Pancasila sangat penting dicintai dan
diimplementasikan karena saat ini Indonesia sedang digempur beragam fenomena
negatif yang berpotensi merusak moral generasi muda. Contoh, kasus korupsi,
radikalisme, terorisme, dan LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).
"Pancasila akan menjadi benteng generasi muda untuk bertahan dan tidak
terpengaruh. Malah sebaliknya, mahasiswa agar menjadi agen perubahan menjadi
teladan baik. Mengapa tidak, generasi muda menjadi teladan kalau memang baik
dan banyak oknum-oknum generasi yang rusak," papar Mahyudin.

Mukernas PKB Bahas Globalisasi


Hingga LGBT
Fauzan Hilal

03 Februari 2016 16:02 WIB

Wakil Sekjen PKB Faisol Riza


Metrotvnews.com, Jakarta: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan membahas
wacana dan program strategis di Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) pada 56 Februari 2016 mendatang. Selain strategi menghadapi globalisasi, kontroversi
lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) akan dibahas dalam adara yang
digelar di Jakarta Convention Center itu.
Mukernas kali ini bakal lebih dinamis dan seru. Berbagai usulan wacana dan
program strategis sudah masuk dan akan dibahas. Mulai dari wacana strategi
menghadapi globalisasi, rumusan usulan perbaikan sistem Pilkada sampai LGBT
yang belakangan menjadi kontroversi, kata Wakil Sekjen PKB Faisol Riza dalam
keterangan tertulisnya, Rabu (3/2/2015).
Mukernas akan mengusung tema `Holopis Kuntul Baris, Menangkan Rakyat
dalam Persaingan Global. Holopis Kuntul Baris berarti bekerja dengan cara
bergotong royong untuk satu tujuan yang mulia yaitu kemaslahatan, kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat. Sesulit apapun persoalan, jika diselesaikan bersamasama akan diatasi dengan mudah.
Ia menegaskan, PKB senantiasa mendorong dan membantu pemerintah
meningkatkan secara maksimal daya saing bangsa Indonesia di tingkat regional
dan global. Agenda peningkatan daya saing ini menjadi fokus kerja dan gerak

PKB di level eksekutif dan legislatif yang selaras dengan Nawacita Pemerintahan
Jokowi.

BI: Globalisasi gagal atasi


kesenjangan negara kaya-miskin
Reporter : Novita Intan Sari | Kamis, 5 Desember 2013 16:46

Gubernur BI Agus Martowardojo. 2013 Merdeka.com/imam buhori


Figure terkait
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo
menyebutkan praktik globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat di
dunia. Namun jurang kesenjangan negara kaya dan negara miskin dinilai semakin
lebar. Kenyataan ini membuat para pelaku kepentingan dan institusi keuangan
pemerintah di seluru dunia kerap membuat kebijakan yang hati-hati. Termasuk
pula BI yang menerapkan kebijakan moneter ketat beberapa waktu terakhir.Meski
demikian, gagalnya globalisasi menghapus kesenjangan, menurut Agus,
sebetulnya cukup sulit dipahami karena berbeda dari teori yang banyak dipahami
ekonom. "Justru seharusnya dengan globalisasi, tembok-tembok penghalang
menyebarnya kemakmuran semakin runtuh," ujarnya di Gedung BI, Jakarta,
Kamis (5/12).Argumen bahwa globalisasi seharusnya mendorong pemerataan
kemakmuran, kata Agus, ditopang fakta bahwa saat ini suatu negara mudah saja
mencontoh praktik-praktik ekonomi dan sosial yang diinginkannya dari negara
yang dianggap berhasil. Belum lagi berbagai halangan perdagangan barang dan
penanaman modal sudah tidak ada lagi.Dia menegaskan, dalam kondisi globalisasi
sekarang, akan lebih menguntungkan bila sebuah negara mengelola ekonominya

dengan mementingkan stabilitas. Hal itu mampu tercipta, terutama ketika institusi
pengelola ekonomi berhasil dijalankan efisien.

Arus Globalisasi, Wagub Nilai Banyak


Anak Sekolah Tersesat
Dunia pendidikan sedang menghadapi tantangan berat.
Senin, 4 Mei 2015 | 11:55 WIB
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Rebecca Reifi Georgina

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat (VIVAnews/ Yulianisa


Sulistyoningrum)
VIVA.co.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menilai, arus
globalisasi telah menyeret banyak anak-anak usia sekolah menengah tersesat
kepada hal yang merugikan."Dunia pendidikan kita sedang mengalami tantangan
yang sungguh luar biasa beratnya. Arus globalisasi banyak membuat anak-anak
kita malah tersesat," ujarnya, Senin, 4 Mei 2015.
Menurut Djarot, hal itu disebabkan kurangnya pengawasan dan bimbingan dari
para pendidik di sekolah, bagaimana anak usia sekolah menangkal dampak negatif
dari kemajuan teknologi."Ini tergantung bagaimana masyarakat, guru, lingkungan
sekolah, peserta didik, sampai dengan kurikulum bisa bersinergi dan menunjukkan
bahwa pendidikan itu menginspirasi," katanya menambahkan.
Djarot menuturkan, untuk menghindari ketersesatan itu, sudah saatnya sekolahsekolah dan pendidika diolah menjadi sesuatu yang menyenangkan, serta
menumbuhkan inspirasi bagi para peserta didik, sehingga mereka dapat nyaman
mengenyam pendidikan.

"Mari kita bimbing anak-anak kita menemukan karakternya, jati dirinya, sehingga
melahirlkan sosok yang berintegritas, bermoral, jujur, kreatif dan inovatif. Hal itu
yang selama ini hilang."

Anda mungkin juga menyukai