09 Bab Ii
09 Bab Ii
LANDASAN TEORI
2.1.
Modul
Menurut Majid (2011), modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan
tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen
dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumya. Sebuah modul akan bermakna
kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakanya. Pembelajaran dengan
modul memungkinkan seseorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi
dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar
dibandingkan dengan peserta didik lainya. Modul harus menggambarkan
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
Menurut Prastowo (2011), modul pembelajaran merupakan suatu paket
bahan pembelajaran (learning materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan
pembelajaran, lembaran petunjuk pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara
mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi peserta, lembaran kunci jawaban pada
lembar kertas kerja peserta,dan alat-alat evaluasi pembelajaran.
Menurut Depdiknas (2008), modul merupakan salah satu bentuk bahan
ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik
menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan
pembelajaran, materi atau substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi
sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar
sesuai dengan kecepatan masing-masing.
2.1.1. Fungsi Modul
10
Munurut Prastowo (2011), sebagai salah satu bahan ajar, modul memiliki
fungsi antara lain: 1) Bahan ajar mandiri, maksudnya penggunaan modul dalam
proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik; 2) Pengganti fungsi
pendidik, maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan
materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai
tingkat pengetahuan dan usia mereka; 3) Sebagai alat evaluasi, dengan modul
peserta didik dituntut untuk mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaanya
terhadap materi yang telah dipelajari; 4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik,
karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta
didik, maka modul juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
2.1.2. Karakteristik Modul
Menurut Depdiknas (2008), untuk menghasilkan modul yang mampu
meningkatkan belajar, maka dalam pengembangan modul harus memperhatikan
karakteristik yang diperlukan antara lain: Pertama, Self Instruction
yang
11
peserta didik dalam setiap kegiatan belajar; 5) Kontekstual, yaitu materi yang
disajikan terkait dengan suasana yang terjadi pada lingkungan; 6) Menggunakan
bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) Terdapat rangkuman materi
pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan; 8) Terdapat instrumen penilaian,
yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian mandiri (self assessment);
9) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasaan materi; 10) Terdapat informasi tentang rujukan/
pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
Kedua, modul harus mempunyai karakteristik Self Contained yaitu modul
dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam
modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam
satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu
standar kompetensi atau kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai
oleh peserta didik. Ketiga adalah Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik
modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain. Apabila menggunakan modul, peserta
didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas
pada modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan
ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan
sebagai modul yang berdiri sendiri.
Karakteristik yang keempat adalah Adaptif, modul hendaknya memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika
modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
ini, serta fleksibel atau luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). Kelima
12
adalah modul harus bersahabat, modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly
atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan,
merupakan salah satu bentuk user friendly.
13
Modul pegangan guru adalah buku yang ditulis untuk pegangan guru
dengan tujuan guru dapat menyampaikan materi secara mudah agar peserta didik
dapat memahami dan memperdalam materi secara mandiri. Modul pada penelitian
ini berisi materi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan, penugasanpenugasan, diskusi, presentase, soal-soal latihan dan soal evaluasi.
Menurut Supriyadi (2000), terdapat dua jenis buku pegangan guru yaitu :
1) Buku pegangan guru yang menjadi pelengkap buku siswa, buku jenis ini
biasanya disusun dan diterbitkan bersama-sama dengan buku bagi siswa; 2) Buku
pegangan guru yang dapat dijadikan pedoman dalam mengajar, isinya mirip buku
sumber tetapi buku ini bukan untuk digunakan oleh siswa, melainkan
dipergunakan oleh guru.
2.1.6. Unsur-unsur Modul
Membuat sebuah modul yang baik, maka satu hal yang penting yang harus
kita lakukan adalah mengenali unsur-unsurnya. Modul paling tidak harus
berisikan tujuh unsur yakni judul, petunjuk belajar (petunjuk peserta didik atau
pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan,
petunjuk kerja atau lembar kerja (LK), dan evaluasi (Prastowo, 2011).
Menurut Vembriarto (1985) dalam Prastowo (2011), unsur-unsur modul
yang sedang dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh unsur sebagai berikut:
1. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik
Tujuan pengajaran ini dirumuskan dalam bentuk tingkah laku peserta
didik. Tiap-tiap rumusan tujuan melukiskan tingkah laku yang diharapkan dari
peserta didik setelah menyelesaikan tugas mereka dalam mempelajari suatu
modul. Rumusan tujuan pengajaran ini tercantum pada dua bagian, antara lain: 1)
Lembar kegiatan peserta didik, untuk memberitahukan kepada peserta didik
14
tingkah laku yang diharapkan dari mereka setelah mereka berhasil menyelesaikan
modul;
2)
Petunjuk
pendidik
(untuk
guru/dosen/instruktur),
untuk
15
Materi pada modul tidak saja disusun agar peserta didik senantiasa aktif
memecahkan masalah-masalah, melainkan juga dibuat agar peserta didik dapat
mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri. Oleh karena itu, pada tiap-tiap modul
disertakan kunci lembaran kerja. Kadang-kadang, kunci lembaran kerja ini telah
tersedia pada buku modul, dan terkadang kunci tersebut harus harus diminta
kepada pendidik. Dengan adanya kunci itu, peserta didik dapat memeriksa
ketepatan hasil pekerjaan mereka. Peserta didik dapat memeriksa kembali apabila
mereka membuat kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan mereka. Dengan adanya
kunci tersebut, terjadi konfirmasi dengan segera terhadap jawaban-jawaban
mereka yang benar dan koreksi dengan segera terhadap jawaban-jawaban mereka
yang keliru. Itulah yang dimaksud dengan reinforcement langsung atas responsrespons peserta didik.
6. Lembar evaluasi
Lembar evaluasi yang berisi tes dan rating scale, evaluasi pendidik
terhadap tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh peserta
didik, ditentukan oleh hasil tes akhir yang terdapat pada lembar evaluasi tersebut,
dan bukannya oleh jawaban-jawaban peserta didik yang terdapat pada lembar
kerja. Para peserta didik yang malas, yang hanya manyalin kunci jawaban ke
dalam lembaran kerjanya, akan segera sadar bahwa tanpa belajar, ia tidak akan
siap menghadapi tes akhir yang diberikan oleh pendidik.
7. Kunci lembaran evaluasi
Dalam hal ini, tes dan rating scale yang tercantum pada lembaran
evalausi disusun oleh penulis modul yang bersangkutan. Sedangkan item-item tes
tersebut disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul. Oleh
16
sebab itu, dari hasil jawaban peserta didik terhadap teks tersebut dapat diketahui
tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul yang bersangkutan.
2.1.7. Langkah-langkah Penyusunan Modul
Menurut Depdiknas (2008), dalam menyusun sebuah modul, ada empat
tahapan yang mesti kita lalui, antara lain:
1. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Analisis yang dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar. Suatu materi, analisis dilakukan dengan cara melihat inti
materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki
oleh peserta didik (critical learning outcomes).
2. Menentukan Judul Modul
Judul modul ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar atau
materi pokok yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan
sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar. Sedangkan
besarnya kompetensi dapat diseleksi, antara lain dengan cara apabila diuraikan ke
dalam materi pokok mendapatkan maksimal empat materi pokok, maka
kompetensi itu dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila
diuraikan menjadi lebih dari empat materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali
apakah perlu dipecah misalnya menjadi dua judul modul.
3. Pemberian Kode Modul
Untuk memudahkan kita dalam pengelolaan modul, maka sangat
diperlukan adanya kode modul. Pada umumnya, kode modul adalah angka-angka
yang diberi makna, misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) berarti
IPS, (3) berarti Bahasa. Kemudian
kelompok utama kajian atau aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang
17
mereka berhasil
18
yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per-kalimat dan dalam satu
paragraph 3-7 kalimat.
d) Urutan Pembelajaran
Urutan pembelajaran
modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi
tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk bagi siswa diarahkan kepada hal-hal
yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa
tidak perlu banyak bertanya, guru tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau
dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.
e) Struktur Bahan Ajar
Struktur modul dapat bervariasi, hal tersebut terutama tergantung pada
karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar
yang akan dilaksanakan. Secara umum modul harus memuat: Judul; Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru); Kompetensi yang akan dicapai; Informasi
pendukung; Latihan-latihan; Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja; Evaluasi
atau penilaian.
2.1.8. Teknik Pengembangan Modul
Menurut Sungkono (2009), mengembangkan modul berarti mengajarkan
suatu mata pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang
digunakan dalam mengembangkan modul sama dengan yang digunakan dalam
pembelajaran biasa. Perbedaan yang terdapat pada pengembangan modul adalah
bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa
buku teks yang bersifat sangat formal. Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam
menyusun modul antara lain:
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)
19
Penulis atau guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah
pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan
menulis, dan mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk
menulis modul sendiri, disamping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan
kemampuan menulis modul sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu
selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat
diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus.
2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)
Penulis atau guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan bukubuku teks dan informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali menjadi
modul yang memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau informasi yang
sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai dengan kompetensi,
silabus, dan RPP/SAP), kemudian disusun kembali dengan gaya bahasa yang
sesuai. Selain itu juga diberi tambahan keterampilan atau kompetensi yang akan
dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.
3. Penataan Informasi (Complication)
Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak
ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku teks,
jumlah, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Materi-materi tersebut dikumpulkan,
digandakan dan digunakan secara langsung. Materi-materi tersebut dipilih dan
disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak
digunakan.
Menurut Rowntree (1999) dalam Prastowo (2011), ada Sembilan aspek
yang harus diperhatikan pada saat mengembangkan modul. Kesembilan aspek
20
empat
tahapan
dalam
21
setelah mempelajari modul atau dengan kata lain, perilaku yang dapat diamati
sebagai hasil belajar. Condition merujuk pada situasi dimana tujuan diharapkan
akan dicapai, atau dalam penegertian persyaratan yang perlu dipenuhi agar
perilaku yang diharapkan dapat tercapai. Sedangkan degree adalah tingkat
kemampuan yang kita inginkan dikuasai oleh pembaca atau dimaknai sebagai
tingkat penampilan yang dapat diterima.
2. Memformulasikan Materinya
Menurut Andriani (2003) dalam Prastowo (2011), ada dua hal penting
yang harus kita perhatikan selama memformulasikan materi. Pertama, jangan
mengembangkan materi yang terlalu tinggi bagi target pembaca yang dituju,
karena modul yang dikemangkan justru akan sulit dimengerti. Kedua, berikan
perhatian yang sama ketika mengakomodasikan tingkat kemampuan pembaca
yang ditargetkan.
3. Menuliskan Materi
Ada empat tahapan yang harus diperhatikan dalam menuliskan materi,
antara lain:
a) Menentukan materi yang ditulis
Menurut Andriani (2003) dalam Prastowo (2011), untuk menulis modul
ada tiga pertanyaan yang harus dijawab guna menentukan keluasan dan
kedalaman materi yang ditulis, yaitu: 1) Apa yang harus diketahui peserta didik
setelah selesai membaca materi; 2) Apa yang sebaiknya diketahui peserta didik
setelah selesai membaca materi; 3) Apakah ada manfaat jika peserta didik selesai
membaca materi.
b) Menentukan Gaya Penulisan
Untuk kaidah gaya penulisan yang dianggap mampu membantu
menyampaikan pesan kepada peserta didik secara efektif, seperti diterangkan
Rowntree (1999) dalam Prastowo (2011), meliputi sebelas petunjuk sebgai
22
23
manusia
dan
perilakunya,
yang
mempengaruhi
kelangsungan
24
25
terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya; 4) Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran; 5) Memfasilitasi peserta didik melakukan
percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
2.3.2. Elaborasi
Pada tahap ini guru dapat melakukan beberapa aktivitas antara lain:
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna; 2) Memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, dan lain lain untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis; 3) Memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; 4)
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5)
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar; 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; 7)
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok; 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan; 9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan
yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
2.3.3. Konfirmasi
Pada tahap ini guru dapat melakukan beberapa aktivitas antara lain: 1)
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; 2) Memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber; 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
26
teori
27
28
Analisis guru
1. Sebagai bahan ajar alternatif dalam
pembelajaran geografi
2. Guru dapat mengembangkan dan menyusun
modul pegangan guru geografi
EEK Berfikir
Gambar berbasis
2.1 Kerangka
(Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi)