Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1.

Modul
Menurut Majid (2011), modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan

tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen
dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumya. Sebuah modul akan bermakna
kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakanya. Pembelajaran dengan
modul memungkinkan seseorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi
dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar
dibandingkan dengan peserta didik lainya. Modul harus menggambarkan
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
Menurut Prastowo (2011), modul pembelajaran merupakan suatu paket
bahan pembelajaran (learning materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan
pembelajaran, lembaran petunjuk pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara
mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi peserta, lembaran kunci jawaban pada
lembar kertas kerja peserta,dan alat-alat evaluasi pembelajaran.
Menurut Depdiknas (2008), modul merupakan salah satu bentuk bahan
ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik
menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan
pembelajaran, materi atau substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi
sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar
sesuai dengan kecepatan masing-masing.
2.1.1. Fungsi Modul

10

Munurut Prastowo (2011), sebagai salah satu bahan ajar, modul memiliki
fungsi antara lain: 1) Bahan ajar mandiri, maksudnya penggunaan modul dalam
proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik; 2) Pengganti fungsi
pendidik, maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan
materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai
tingkat pengetahuan dan usia mereka; 3) Sebagai alat evaluasi, dengan modul
peserta didik dituntut untuk mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaanya
terhadap materi yang telah dipelajari; 4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik,
karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta
didik, maka modul juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
2.1.2. Karakteristik Modul
Menurut Depdiknas (2008), untuk menghasilkan modul yang mampu
meningkatkan belajar, maka dalam pengembangan modul harus memperhatikan
karakteristik yang diperlukan antara lain: Pertama, Self Instruction

yang

merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut


memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak
lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: 1) Memuat
tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar; 2) Memuat materi pembelajaran yang
dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil atau spesifik, sehingga memudahkan
dipelajari secara tuntas; 3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung
kejelasan pemaparan yang mendukung materi pembelajaran; 4) Terdapat soal-soal
latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan

11

peserta didik dalam setiap kegiatan belajar; 5) Kontekstual, yaitu materi yang
disajikan terkait dengan suasana yang terjadi pada lingkungan; 6) Menggunakan
bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) Terdapat rangkuman materi
pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan; 8) Terdapat instrumen penilaian,
yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian mandiri (self assessment);
9) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasaan materi; 10) Terdapat informasi tentang rujukan/
pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
Kedua, modul harus mempunyai karakteristik Self Contained yaitu modul
dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam
modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam
satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu
standar kompetensi atau kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai
oleh peserta didik. Ketiga adalah Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik
modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain. Apabila menggunakan modul, peserta
didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas
pada modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan
ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan
sebagai modul yang berdiri sendiri.
Karakteristik yang keempat adalah Adaptif, modul hendaknya memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika
modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
ini, serta fleksibel atau luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). Kelima

12

adalah modul harus bersahabat, modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly
atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan,
merupakan salah satu bentuk user friendly.

2.1.3. Tujuan Pembuatan Modul


Adapun tujuan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan atau pembuatan
modul adalah: 1) Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan pembimbing pendidik; 2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan
otoriter dalam kegiatan pembelajaran; 3) Melatih kejujuran peserta didik dalam
pembelajaran; 4) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta
didik, bagi peserta didik yang mempunyai kecepatan tinggi maka mereka dapat
belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat; 5) Agar peserta
didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.
2.1.4. Kegunaan Modul bagi Kegiatan Pembelajaran
Menurut Andriani (2003) dalam Prastowo (2011), kegunaan modul dalam
proses pembelajaran antara lain sebagai penyedia informasi dasar, karena dalam
modul disajikan berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih
lanjut; sebagai bahan insrtuksi atau petunjuk bagi peserta didik; serta sebagai
bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Disamping itu,
kegunaan lainnya adalah menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik
serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian
sendiri (self assessment).
2.1.5. Modul Pegangan Guru

13

Modul pegangan guru adalah buku yang ditulis untuk pegangan guru
dengan tujuan guru dapat menyampaikan materi secara mudah agar peserta didik
dapat memahami dan memperdalam materi secara mandiri. Modul pada penelitian
ini berisi materi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan, penugasanpenugasan, diskusi, presentase, soal-soal latihan dan soal evaluasi.
Menurut Supriyadi (2000), terdapat dua jenis buku pegangan guru yaitu :
1) Buku pegangan guru yang menjadi pelengkap buku siswa, buku jenis ini
biasanya disusun dan diterbitkan bersama-sama dengan buku bagi siswa; 2) Buku
pegangan guru yang dapat dijadikan pedoman dalam mengajar, isinya mirip buku
sumber tetapi buku ini bukan untuk digunakan oleh siswa, melainkan
dipergunakan oleh guru.
2.1.6. Unsur-unsur Modul
Membuat sebuah modul yang baik, maka satu hal yang penting yang harus
kita lakukan adalah mengenali unsur-unsurnya. Modul paling tidak harus
berisikan tujuh unsur yakni judul, petunjuk belajar (petunjuk peserta didik atau
pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan,
petunjuk kerja atau lembar kerja (LK), dan evaluasi (Prastowo, 2011).
Menurut Vembriarto (1985) dalam Prastowo (2011), unsur-unsur modul
yang sedang dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh unsur sebagai berikut:
1. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik
Tujuan pengajaran ini dirumuskan dalam bentuk tingkah laku peserta
didik. Tiap-tiap rumusan tujuan melukiskan tingkah laku yang diharapkan dari
peserta didik setelah menyelesaikan tugas mereka dalam mempelajari suatu
modul. Rumusan tujuan pengajaran ini tercantum pada dua bagian, antara lain: 1)
Lembar kegiatan peserta didik, untuk memberitahukan kepada peserta didik

14

tingkah laku yang diharapkan dari mereka setelah mereka berhasil menyelesaikan
modul;

2)

Petunjuk

pendidik

(untuk

guru/dosen/instruktur),

untuk

memberitahukan kepada pendidik tentang tingkah laku atau pengetahuan peserta


didik yang seharusnya telah mereka miliki setelah mereka menyelesaikan modul
yang bersangkutan.
2. Petunjuk untuk pendidik
Petunjuk untuk pendidik ini berisi keterangan tentang bagaimana
pengajaran itu dapat diselanggarakan secara efisien. Bagian ini juga berisi
penejelasan tentang macam-macam kegiatan yang mesti dilakukan oleh kelas,
waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul yang bersangkukan, alat-alat
pelajaran, dan sumber yang harus dipergunakan prosedur evaluasi, serta jenis alat
evaluasi yang dipergunakan.
3. Lembar kegiatan peserta didik
Lembar ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Materi dalam lembar kegiatan peserta didik tersebut disusun secara khusus
sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebut, tujuan-tujuan
yang telah dirumuskan dalam modul dapat tercapai. Kegiatan ini dicantumkan
pula kegiatan-kegiatan (pengamatan, percobaan, dan sebagainya) yang harus
dilakukan oleh peserta didik. Isinya terdapat pula dicantumkan buku-buku yang
harus dipelajari peserta didik sebagai pelengkap materi yang terdapat di dalam
modul.
4. Lembar kerja bagi siswa
Materi pelajaran dalam lembar kerja kegiatan disusun sedemikian rupa,
sehingga peserta didik dapat secara aktif mengikuti proses belajar. Lembaran
kegiatan tersebut, kita dapat mencantumkan pertanyaan-pertanyaan dan masalahmasalah yang harus dijawab serta dipecahkan oleh peserta didik.
5. Kunci lembaran kerja

15

Materi pada modul tidak saja disusun agar peserta didik senantiasa aktif
memecahkan masalah-masalah, melainkan juga dibuat agar peserta didik dapat
mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri. Oleh karena itu, pada tiap-tiap modul
disertakan kunci lembaran kerja. Kadang-kadang, kunci lembaran kerja ini telah
tersedia pada buku modul, dan terkadang kunci tersebut harus harus diminta
kepada pendidik. Dengan adanya kunci itu, peserta didik dapat memeriksa
ketepatan hasil pekerjaan mereka. Peserta didik dapat memeriksa kembali apabila
mereka membuat kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan mereka. Dengan adanya
kunci tersebut, terjadi konfirmasi dengan segera terhadap jawaban-jawaban
mereka yang benar dan koreksi dengan segera terhadap jawaban-jawaban mereka
yang keliru. Itulah yang dimaksud dengan reinforcement langsung atas responsrespons peserta didik.
6. Lembar evaluasi
Lembar evaluasi yang berisi tes dan rating scale, evaluasi pendidik
terhadap tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh peserta
didik, ditentukan oleh hasil tes akhir yang terdapat pada lembar evaluasi tersebut,
dan bukannya oleh jawaban-jawaban peserta didik yang terdapat pada lembar
kerja. Para peserta didik yang malas, yang hanya manyalin kunci jawaban ke
dalam lembaran kerjanya, akan segera sadar bahwa tanpa belajar, ia tidak akan
siap menghadapi tes akhir yang diberikan oleh pendidik.
7. Kunci lembaran evaluasi
Dalam hal ini, tes dan rating scale yang tercantum pada lembaran
evalausi disusun oleh penulis modul yang bersangkutan. Sedangkan item-item tes
tersebut disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul. Oleh

16

sebab itu, dari hasil jawaban peserta didik terhadap teks tersebut dapat diketahui
tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul yang bersangkutan.
2.1.7. Langkah-langkah Penyusunan Modul
Menurut Depdiknas (2008), dalam menyusun sebuah modul, ada empat
tahapan yang mesti kita lalui, antara lain:
1. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Analisis yang dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar. Suatu materi, analisis dilakukan dengan cara melihat inti
materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki
oleh peserta didik (critical learning outcomes).
2. Menentukan Judul Modul
Judul modul ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar atau
materi pokok yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan
sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar. Sedangkan
besarnya kompetensi dapat diseleksi, antara lain dengan cara apabila diuraikan ke
dalam materi pokok mendapatkan maksimal empat materi pokok, maka
kompetensi itu dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila
diuraikan menjadi lebih dari empat materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali
apakah perlu dipecah misalnya menjadi dua judul modul.
3. Pemberian Kode Modul
Untuk memudahkan kita dalam pengelolaan modul, maka sangat
diperlukan adanya kode modul. Pada umumnya, kode modul adalah angka-angka
yang diberi makna, misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) berarti
IPS, (3) berarti Bahasa. Kemudian

digit kedua merupakan klasifikasi atau

kelompok utama kajian atau aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang

17

bersangkutan. Misalnya jurusan IPS, nomor 1 digit kedua berarti Geografi, 2


Sejarah, 3 Kewarganegaraan, 4 Sosiologi dan seterusnya.
4. Penulisan Modul
Ada lima hal penting yang menjadi acuan dalam penulisan modul,
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
a) Perumusan Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai
Rumusan kompetensi dasar pada modul adalah spesifikasi kualitas yang
seharusnya telah dimiliki oleh peserta didik setelah

mereka berhasil

menyelesaikan modul tersebut.


b) Penentuan Alat Evaluasi atau Penilaian
Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan atau
tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
menguasai suatu kompetensi

dasar dalam bentuk tingkah laku. Karena

pendekatan yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya


berdasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasinya didasarkan pada
penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah dengan pendekatan
Penilain Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
c) Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan
dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan referensi mutakhir
yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah,
jurnal hasil penelitian. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya, dalam modul
itu ditujukan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang
materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas dan tidak membingungkan guna
mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang semestinya dapat
dikerjakan.
Kalimat yang disajikan tidak boleh terlalu panjang. Intinya sederhana,
singkat, jelas, dan efektif. Bagi siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat

18

yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per-kalimat dan dalam satu
paragraph 3-7 kalimat.
d) Urutan Pembelajaran
Urutan pembelajaran

dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan

modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi
tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk bagi siswa diarahkan kepada hal-hal
yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa
tidak perlu banyak bertanya, guru tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau
dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.
e) Struktur Bahan Ajar
Struktur modul dapat bervariasi, hal tersebut terutama tergantung pada
karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar
yang akan dilaksanakan. Secara umum modul harus memuat: Judul; Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru); Kompetensi yang akan dicapai; Informasi
pendukung; Latihan-latihan; Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja; Evaluasi
atau penilaian.
2.1.8. Teknik Pengembangan Modul
Menurut Sungkono (2009), mengembangkan modul berarti mengajarkan
suatu mata pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang
digunakan dalam mengembangkan modul sama dengan yang digunakan dalam
pembelajaran biasa. Perbedaan yang terdapat pada pengembangan modul adalah
bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa
buku teks yang bersifat sangat formal. Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam
menyusun modul antara lain:
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)

19

Penulis atau guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah
pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan
menulis, dan mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk
menulis modul sendiri, disamping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan
kemampuan menulis modul sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu
selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat
diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus.
2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)
Penulis atau guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan bukubuku teks dan informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali menjadi
modul yang memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau informasi yang
sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai dengan kompetensi,
silabus, dan RPP/SAP), kemudian disusun kembali dengan gaya bahasa yang
sesuai. Selain itu juga diberi tambahan keterampilan atau kompetensi yang akan
dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.
3. Penataan Informasi (Complication)
Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak
ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku teks,
jumlah, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Materi-materi tersebut dikumpulkan,
digandakan dan digunakan secara langsung. Materi-materi tersebut dipilih dan
disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak
digunakan.
Menurut Rowntree (1999) dalam Prastowo (2011), ada Sembilan aspek
yang harus diperhatikan pada saat mengembangkan modul. Kesembilan aspek

20

tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, membantu pembaca untuk menemukan


cara mempelajari modul. Kedua, menjelaskan hal-hal yang perlu pembaca
persiapkan sebelum mempelajari modul. Ketiga, menjelaskan hal-hal yang
diharapkan dari pembaca setelah mereka selesai mempelajari modul. Keempat,
memberi pengantar tentang cara pembaca menghadapi atau mempelajari modul.
Kelima, menyajikan materi sejelas mungkin, sehingga pembaca dapat mengaitkan
materi yang dipelajari dari modul dengan materi yang sudah diketahui
sebelumnya Keenam, memberi dukungan kepada pembaca agar berani mencoba
segala langkah yang dibutuhkan untuk memahami materi modul. Ketujuh,
melibatkan pembaca dalam latihan serta kegiatan yang akan membuat mereka
berinteraksi dengan materi yang sedang dipelajari. Kedelapan, memberikan
umpan balik (feedback) pada latihan dan kegiatan yang dilakukan pembaca.
Kesembilan, membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang
sudah mereka pelajari dari modul.
Selain itu, Rowntree mengungkapkan

empat

tahapan

dalam

pengembangan modul yaitu:


1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran
Sebagai langkah pendahuluan dalam tahapan pengembangan materi
belajar, termasuk pengembangan modul adalah melakukan identifkasi terhadap
tujuan pembelajaran. Usaha untuk mencermati secara mendalam tentang tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai dalam modul yang akan dikembangkan
sangatlah dibutuhkan. Maka dari itu, tuliskan tujuan pembelajaran dalam kalimat
yang mengandung (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree).
Audience menunjuk pada siapa yang menjadi target, sasaran, atau peserta
didik. Behaviuor menjelaskan tentang kompetensi yang diharapkan akan dikuasai

21

setelah mempelajari modul atau dengan kata lain, perilaku yang dapat diamati
sebagai hasil belajar. Condition merujuk pada situasi dimana tujuan diharapkan
akan dicapai, atau dalam penegertian persyaratan yang perlu dipenuhi agar
perilaku yang diharapkan dapat tercapai. Sedangkan degree adalah tingkat
kemampuan yang kita inginkan dikuasai oleh pembaca atau dimaknai sebagai
tingkat penampilan yang dapat diterima.
2. Memformulasikan Materinya
Menurut Andriani (2003) dalam Prastowo (2011), ada dua hal penting
yang harus kita perhatikan selama memformulasikan materi. Pertama, jangan
mengembangkan materi yang terlalu tinggi bagi target pembaca yang dituju,
karena modul yang dikemangkan justru akan sulit dimengerti. Kedua, berikan
perhatian yang sama ketika mengakomodasikan tingkat kemampuan pembaca
yang ditargetkan.
3. Menuliskan Materi
Ada empat tahapan yang harus diperhatikan dalam menuliskan materi,
antara lain:
a) Menentukan materi yang ditulis
Menurut Andriani (2003) dalam Prastowo (2011), untuk menulis modul
ada tiga pertanyaan yang harus dijawab guna menentukan keluasan dan
kedalaman materi yang ditulis, yaitu: 1) Apa yang harus diketahui peserta didik
setelah selesai membaca materi; 2) Apa yang sebaiknya diketahui peserta didik
setelah selesai membaca materi; 3) Apakah ada manfaat jika peserta didik selesai
membaca materi.
b) Menentukan Gaya Penulisan
Untuk kaidah gaya penulisan yang dianggap mampu membantu
menyampaikan pesan kepada peserta didik secara efektif, seperti diterangkan
Rowntree (1999) dalam Prastowo (2011), meliputi sebelas petunjuk sebgai

22

berikut: Tuliskan kata-kata seolah-olah kita berbicara dengan pembaca; Gunakan


kata ganti orang pertama, contohnya Anda, Saudara, Penulis, dan sebagainya;
Bicaralah langsung dengan peserta didik (pembaca); Tuliskan mengenai orang,
benda, dan fakta; Gunakan kalimat aktif dan subjek personal; Gunakan kata kerja;
Gunakan kalimat yang singkat; Gunakan paragraf yang singkat; Gunakan kalimat
retorika; Lakukan dramatisasi, jika diperlukan; Gunakan ilustrasi, contoh, atau
kasus.
c) Menentukan Banyaknya Kata yang Digunakan
Banyaknya kata yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu materi
tidak ada patokan yang baku. Sebagai pegangan dapat kita gunakan ukuran ratarata waktu yang digunakan untuk membaca dan memahami bacaan adalah 50-100
kata permenit. Jika kita hendak mengembangkan materi modul untuk bahan
selama satu jam, dianjurkan untuk menulis sebanyak (50 kata x 60 menit) samapai
(100 kata x 60 menit) atau 3.000 sampai 6.000 kata. Ini tentunya bukan perkiraan
pasti dan baku, tetapi hanya perkiraan kasar.
d) Menentukan Format dan Tata Letak
Variasi format dapat memanfaatkan tampilan fisik, misalnya dengan
memberikan ilustrasi serta menggunakan jenis dan ukuran font yang berbeda.
e) Penentuan Tampilan Modul
Untuk membuat tampilan modul inovatif, ada empat alternatif tampilan
yang menjadi pedoman, sebagai mana disarankan oleh Rowntree (1999) dalam
Prastowo (2011), antara lain: 1) Menggunakan list, yakni dengan memakai list
yang berupa nomor; 2) Menggunakan box, yakni dengan memasukan materi
penting ke dalam kotak sebagai penekanan; 3) Menebalkan kata-kata yang
penting; 4) Menggunakan tulisan yang dicetak miring atau ditulis terbalik, atau
menggunakan huruf dengan jenis dan ukuran yang berbeda; 5) Penentuan format

23

modul Pertama, frekuensi dan konsistensi harus benar-benar diperhatikan. Kedua,


kemudahan kepada pembaca, hendaknya disusun dalam format yang mudah
dipelajari dan sistematis, sehingga memudahkan peserta didik mempelajarinya.

2.2. Tinjauan Materi Lingkungan Hidup


2.2.1. Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk

manusia

dan

perilakunya,

yang

mempengaruhi

kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.


2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Hidup
1. Faktor Geografi antara lain iklim, perubahan cuaca, kesuburun tanah, erosi.
2. Faktor Sosial Budaya antara lain tingkat ilmu yang dimiliki masyarakat,
tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat teknologi yang dimiliki masyarakat,
perilaku masyarakat.
2.2.3. Kualitas Lingkungan Hidup
Kualitas lingkungan hidup dicirikan antara lain dari suasana yang
membuat orang merasa betah atau kerasan tinggal di tempatnya sendiri. Berbagai
keperluan hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar atau primer, meliputi makan,
minum, perumahan, sampai kebutuhan rohani atau spiritual meliputi pendidikan,
rasa aman, dan sarana ibadah.
2.2.4. Permasalahan Lingkungan Hidup
Menurut tim ilmiah dari MIT (Massachusetts Institute of Technology), ada
lima masalah besar yang dihadapi oleh dunia saat ini, yaitu pertambahan
penduduk yang sangat cepat, masalah pangan, industrialisasi, pencemaran, dan
keterbatasan akan sumber daya alam.
2.2.5. Usaha-usaha Pelestarian Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan memiliki ruang lingkup yang luas dengan cara
yang beraneka ragam. Pengelolaan lingkungan dapat dikelompokkan menjadi

24

pengelolaan lingkungan secara rutin, perencanaan pengelolaan lingkungan secara


dini, perencanaan perkiraan dampak lingkungan, dan perencanaan perbaikan
kerusakan lingkungan. Bentuk atau cara pelestarian lainnya, seperti cagar alam,
cagar budaya, ataupun cagar biosfer.
2.2.6. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu
proses pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia sebesar-besarnya, dengan menyerasikan potensi sumber daya alam
dengan manusia sebagai subjek dan objek dalam pembangunan.
2.3. Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK)
Menurut Peraturan menteri pendidikan nasional RI Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi.
2.3.1. Eksplorasi
Pada tahap ini guru dapat melakukan beberapa aktivitas antara lain: 1)
Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik
atau tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam jadi guru
dan belajar dari aneka sumber; 2) Menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; 3) Memfasilitasi

25

terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya; 4) Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran; 5) Memfasilitasi peserta didik melakukan
percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
2.3.2. Elaborasi
Pada tahap ini guru dapat melakukan beberapa aktivitas antara lain:
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna; 2) Memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, dan lain lain untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis; 3) Memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; 4)
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5)
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar; 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; 7)
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok; 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan; 9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan
yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
2.3.3. Konfirmasi
Pada tahap ini guru dapat melakukan beberapa aktivitas antara lain: 1)
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; 2) Memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber; 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

26

pengalaman belajar yang telah dilakukan; 4) Memfasilitasi peserta didik untuk


memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: a)
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar; b) membantu menyelesaikan masalah; c) memberi acuan agar peserta didik
dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; d) memberi informasi untuk
bereksplorasi lebih jauh; e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif.
2.4. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah model konseptual tentang bagaimana

teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah


yang penting (Sugiyono, 2010). Berikut ini adalah kerangka berfikir yang
dikembangkan dalam penelitian ini.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan pemahaman,
kreativitas, keaktifan, daya pikir, potensi, dan minat siswa. Kegiatan pembelajaran
diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik
secara fisik, sosial maupun psikis. Proses pembelajaran merupakan suatu proses
komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem yang terstruktur. Oleh karena itu,
media pembelajaran sangat penting sebagai salah satu komponen dalam sistem
kegiatan belajar mengajar. Modul merupakan salah satu

bahan ajar yang

berbentuk cetak untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar


mengajar, sehingga meningkatkan siswa untuk belajar mandiri dan meningkatkan
interaksi siswa dengan guru. Pengembangan modul pegangan guru geografi pada
pembelajaran lingkungan hidup berbasis EEK diharapkan dapat membantu guru

27

untuk mempermudah dalam menyampaikan materi kepada siswa sehingga dapat


meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadi bahan ajar alternatif dalam
menyampaikan materi kepada siswa.
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan adalah guru melibatkan siswa mencari
informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang dipelajari
untuk memperkaya pengalaman. Pada kegiatan elaborasi, guru memfasilitasi
siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis,
secara individual maupun kelompok, mendiskusikan dan membangun kesepakatan
melalui kegiatan kooperatif dan kolaborasi. Sedangkan dalam kegiatan
konfirmasi, guru memberikan umpan balik positif dan penguatan, penegasan, dan
pembenaran dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan siswa. Guru membantu menyelesaikan masalah dan menerapkan
ilmu dalam aktivitas yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan
pembelajaran menggunakan pengembangan modul pegangan guru geografi pada
pembelajaran

Lingkungan Hidup berbasis EEK diharapkan siswa lebih

termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga materi lingkungan


hidup dapat diterima dengan mudah dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut:
Permasalahan guru
Belum adanya buku khusus pegangan guru berbasis EEK
yang ditulis oleh guru sendiri
Pengembangan modul pegangan guru
pada pembelajaran lingkungan hidup
berbasis EEK
Produk diuji oleh:
1. Tim Ahli (Dosen)
2. Guru

Kelayakan modul pegangan guru


geografi berbasis eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi (EEK)

Tidak adanya pengembangan modul


pegangan guru geografi pada
pembelajaran lingkungan hidup
berbasis EEK
Analisis guru
1. Guru tidak mengembangkan
profesionalitasnya
2. Guru menggunakan bahan ajar
yang tersedia saja

28

Analisis guru
1. Sebagai bahan ajar alternatif dalam
pembelajaran geografi
2. Guru dapat mengembangkan dan menyusun
modul pegangan guru geografi
EEK Berfikir
Gambar berbasis
2.1 Kerangka
(Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi)

Anda mungkin juga menyukai