Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembelajaran merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan pemahaman,
kreativitas, keaktifan, daya pikir, potensi, dan minat siswa. Kegiatan pembelajaran
diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik
secara fisik, sosial maupun psikis. Proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Untuk
memahami konsep, komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan
dalam proses belajar mengajar demi terciptanya tujuan pembelajaran yang
optimal. Kondisi demikian, dapat tercapai bila fasilitator (guru) mempunyai
kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif
sekaligus membangun motivasi siswa (Rifai, 2009:193).
Peran guru dalam meningkatkan kompetensi sebagai fasilitator yang
merupakan pembimbing proses, narasumber, orang yang menunjukkan dan
mengenalkan kepada peserta didik tentang suatu materi dalam kegiatan belajar
mengajar. Pemahaman materi pelajaran akan menjadi lebih mudah apabila guru
menggunakan sumber belajar yang baik dan tepat. Permasalahan siswa sekarang
pada umumnya adalah tingkat kemandirian dan tingkat keaktifan yang sangat
rendah dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terjadi pada siswa SMA di Kota
Tegal masih menganggap guru sebagai sumber utama dalam kegiatan
pembelajaran. Proses pembelajaran seperti ini sudah seharusnya dirubah, karena

kurikulum yang digunakan

saat

ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Kurikulum ini menuntut sekolah untuk mengembangkan proses


pembelajaran yang mandiri dan siswa dituntut aktif

dalam kegiatan

pembelajaran. Mengembangkan kurikulum terkait sesuai dengan kondisi SMA di


Kota Tegal merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru
sebagaimana guru dituntut untuk menyelenggarakan kegiatan pengembangan
yang mendidik sesuai dengan kompetensi pedagogis yang dimiliki oleh guru, dan
mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif dan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan kompetensi
profesional. Guru dituntut untuk meningkatkan profesionalitasnya dengan mampu
menyusun bahan ajar secara mandiri yang inovatif sesuai dengan kurikulum,
perkembangan kebutuhan peserta didik, maupun perkembangan teknologi
informasi untuk keberhasilan dalam pendidikan.
Salah satu cara yang ditempuh oleh guru dalam mengaktifkan belajar
siswa dan menumbuhkan kemandirian siswa adalah menggunakan modul yang
dibuat sendiri oleh guru sebagai pegangan guru dalam memberikan pengayaan
materi pelajaran. Modul digunakan sebagai acuan untuk membantu siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Modul merupakan suatu media atau alat pembelajaran
karena dipergunakan guru sebagai media dalam melaksanakan kegiatan
pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Modul yang berisi materi
pengayaan dan dilengkapi dengan soal-soal yang bersifat untuk membangun siswa
lebih aktif dan mandiri dalam belajar dan mengatasi permasalahan siswa dalam
pembelajaran.

Permasalahan yang ada di lapangan dalam pembelajaran geografi adalah


pada proses pembelajaranya, sering diartikan secara sempit, baik dalam persfektif
guru maupun siswa sebagai objek pembelajaran. Selain itu, berkenaan dengan
proses dan hasil belajar siswa, cenderung pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu
bersifat pengetahuan, kurang melatih keterampilan kognitif tingkat tinggi, maupun
aspek afektif dan psikomotor sebagai hasil belajar yang diharapkan. Pembelajaran
geografi merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di
sekolah dan disesuaikan dengan lingkungan pendidikan masing-masing tingkat
perkembangannya.

Pembelajaran

geografi

mencakup

aspek

keruangan,

kelingkungan, dan kewilayahan. Pengajaran geografi merupakan pengajaran


tentang hakekat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan
perkembangan mental siswa. Kenyataan yang terjadi di lapangan masih banyak
pembelajaran geografi yang sifatnya teoritis, tidak mengacu pada aspek
lingkungan, padahal dalam pembelajaran geografi unsur-unsur yang berkaitan
dengan permasalahan lingkungan sangat penting untuk dipelajari.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan bahwa di Kota Tegal
terdapat masalah degradasi lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan hidup
yang sangat kompleks. Hal ini terjadi karena wilayah Kota Tegal merupakan
wilayah hilir sehingga berpotensi menjadi tempat pembuangan akhir berbagai
limbah cair dari kegiatan industri yang ada di daerah hulu. Perkembangan bidang
industri dan perdagangan di Kota Tegal sangat berpotensi menghasilkan limbah
padat, cair maupun gas yang berakibat pada pencemaran lingkungan. Selaini itu,
Kota Tegal sebagai wilayah perkotaan dengan penduduk relatif padat berpotensi

pula menghasilkan limbah industri rumah tangga yang sangat banyak.


Permasalahan ini dapat diatasi dengan adanya peran serta bidang pendidikan
dengan menanamkan pentingya memanfaatkan lingkungan dan melestarikan
lingkungan hidup kepada siswa melalui pembelajaran.
Menurut Puspandari (2008:29) dalam penelitian yang berjudul Upaya
Meningkatkan Kesadaran Pelestarian Lingkungan Hidup Melalui Pembelajaran
PKLH Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning), menyatakan bahwa
siswa mulai menyadari pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Maka dari itu,
suatu upaya ikut serta guru geografi dalam mengatasi permasalahan lingkungan
hidup dan pembelajaran geografi dalam

menerapkan pendidikan lingkungan

hidup pada siswa serta mengaktifkan belajar siswa adalah dengan menggunakan
modul pada pembelajaran lingkungan hidup yang disesuaikan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Modul pembelajaran ini digunakan sebagai acuan
untuk memandu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Modul dapat dianggap
sebagai suatu media atau alat pembelajaran, karena dipergunakan guru sebagai
media dalam melaksanakan kegiatan pengajaran untuk mencapai

tujuan

pembelajaran.
Selama ini guru-guru SMA Negeri di Kota Tegal dalam kegiatan belajar
mengajar menggunakan buku yang sudah ada yang diterbitkan oleh penerbitpenerbit. Berkembangnya bidang pendidikan di Indonesia pada saat ini, guru
dituntut profesionalitasnya untuk mengembangkan bahan ajar mandiri untuk
kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu bahan ajar yang
dikembangkan sebagai pegangan guru adalah modul pembelajaran. Modul yang

sebaiknya digunakan untuk pegangan guru dalam pembelajaran adalah modul


yang berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK), karena mengacu pada
standar proses pendidikan. Modul tersebut memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggali berbagai informasi, pemecahan masalah, dan kreatifitas siswa.
Selain menjadikan interaksi antara siswa dengan guru sehingga memungkinkan
siswa untuk mengeksplorasi diri melalui berbagai kegiatan dan guru memberikan
umpan balik terhadap yang dihasilkan siswa melalui pengalaman belajar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian
dengan judul Pengembangan Modul Pegangan Guru Geografi pada Pembelajaran
Lingkungan Hidup Berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) untuk
Kelas XI IPS SMA Negeri di Kota Tegal. Pengembangan modul ini diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap materi IPS pada umumnya dan
pelajaran geografi pada khususnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalahnya adalah Bagaimana Pengembangan Modul Pegangan Guru Geografi
SMA di Kota Tegal yang sesuai dengan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
(EEK)?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang muncul, maka tujuan penelitian ini
adalah:

1. Untuk mengidentifikasi cara pengembangan modul pegangan guru geografi


berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK).
2. Guru dapat mengembangkan dan menyusun modul pegangan guru geografi
berbasis EEK.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan ilmu pendidikan
khususnya mengenai penggunaan modul berbasis EEK sebagai bahan ajar untuk
pegangan guru geografi SMA di Kota Tegal.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, dimana siswa
dapat menyerap materi pelajaran geografi karena berisi masalah di
lapangan yang harus dipecahkan.
b. Manfaat Bagi Guru
1) Memberikan masukan kepada guru bahwa pembelajaran dengan
penggunaan Modul pegangan guru berbasis EEK dapat dipakai dalam
proses pembelajaran geografi.
2) Memberikan motivasi bagi guru untuk meningkatkan profesionalitasnya
melalui kreativitas dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
Modul pegangan guru berbasis EEK.

c. Sekolah
Memberikan masukan kepada sekolah tentang manfaat pengembangan
Modul dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
geografi.

1.5. Penegasan Istilah


Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul, maka
perlu dijelaskan istilah dalam judul yang dianggap penting.
1.5.1. Modul dan Modul Pegangan Guru
Menurut Depdiknas (2008:4), modul merupakan salah satu bentuk bahan
ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik
menguasai tujuan belajar yang spesifik. Menurut Permendiknas Nomor 2 Tahun
2008 tentang Buku disebutkan bahwa Buku panduan pendidik adalah buku yang
memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk
digunakan oleh para pendidik.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Modul
pegangan guru dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis untuk pegangan guru
dengan tujuan guru dapat mengajarkan materi secara mudah agar peserta didik
dapat memahami dan memperdalam materi. Modul pada penelitian ini berisi
materi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan, penugasanpenugasan, diskusi, presentase, soal-soal latihan dan soal evaluasi.

1.5.2. Identifikasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:538), identifikasi adalah
perbuatan menetapkan identitas seseoarang atau benda. Pada penelitian ini peneliti
mengidentifikasi tentang pemahaman guru dalam membuat modul berbasis EEK.
Selain itu peneliti mengidentifikasi materi yang disesuaikan dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada pelajaran geografi kelas XI IPS sebagai
berikut.
1. Standar Kompetensi
Menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.
2. Kompetensi Dasar
a. Mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
b. Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
1.5.3. Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK)
Kegiatan eksplorasi, guru melibatkan siswa mencari dan menghimpun
informasi yang luas tentang materi yang akan dipelajari untuk memperkaya
pengalaman. Kegiatan elaborasi, guru membiasakan siswa untuk membaca dan
menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna memfasilitasi
siswa untuk memperdalam materi dalam pembelajaran. Sedangkan dalam
kegiatan konfirmasi guru memberi umpan balik positif, pembenaran, penegasan,
dan penguatan terhadap yang siswa hasilkan melalui pengalaman belajar
(Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses).

Anda mungkin juga menyukai