Bab 2 Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori
LANDASAN TEORI
2.1. Modul
Menurut Depdiknas (2008:4), modul merupakan salah satu bentuk bahan
ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik
menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan
pembelajaran, materi atau substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi
sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar
sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Menurut Majid (2011:176), modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan
tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen
dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumya. Sebuah modul akan bermakna
kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakanya. Pembelajaran dengan
modul memungkinkan seseorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi
dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar
dibandingkan dengan peserta didik lainya. Modul harus menggambarkan
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
Menurut Prastowo (2011:106), modul pembelajaran merupakan suatu
paket bahan pembelajaran (learning materials) yang memuat deskripsi tentang
10
yang
11
lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: 1) memuat
tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar; 2) memuat materi pembelajaran yang
dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil atau spesifik, sehingga memudahkan
dipelajari secara tuntas; 3) tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung
kejelasan pemaparan yang mendukung materi pembelajaran; 4) terdapat soal-soal
latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan
peserta didik dalam setiap kegiatan belajar; 5) kontekstual, yaitu materi yang
disajikan terkait dengan suasana yang terjadi pada lingkungan; 6) menggunakan
bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) terdapat rangkuman materi
pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan; 8) terdapat instrumen penilaian, yang
memungkinkan peserta didik melakukan penilaian mandiri (self assessment); 9)
terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasaan materi; 10) terdapat informasi tentang rujukan/
pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
Kedua, modul harus mempunyai karakteristik Self Contained yaitu modul
dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan
termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena
materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi atau kompetensi
dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar
kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Ketiga
12
adalah Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar atau media lain, tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar atau media lain. Apabila menggunakan modul, peserta didik
tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas
pada modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada
bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak
dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
Karakteristik yang keempat adalah Adaptif, modul hendaknya memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan
adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini, serta fleksibel atau luwes digunakan di berbagai perangkat
keras (hardware). Kelima adalah modul harus bersahabat, modul hendaknya juga
memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap
instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat
dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan
mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah
satu bentuk user friendly.
2.1.3. Tujuan Pembuatan Modul
Adapun tujuan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan atau pembuatan
modul adalah: 1) agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan pembimbing pendidik; 2) agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan
otoriter dalam kegiatan pembelajaran; 3) melatih kejujuran peserta didik dalam
13
14
sumber tetapi buku ini bukan untuk digunakan oleh siswa, melainkan
dipergunakan oleh guru.
2.1.6. Unsur-unsur Modul
Membuat sebuah modul yang baik, maka satu hal yang penting yang harus
kita lakukan adalah mengenali unsur-unsurnya. Modul paling tidak harus
berisikan tujuh unsur yakni judul, petunjuk belajar (petunjuk peserta didik atau
pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan,
petunjuk kerja atau lembar kerja (LK), dan evaluasi (Prastowo, 2011:112).
Menurut Vembriarto (1985) dalam Prastowo (2011:103), unsur-unsur
modul yang sedang dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh unsur sebagai
berikut:
1. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik
Tujuan pengajaran ini dirumuskan dalam bentuk tingkah laku peserta
didik. Tiap-tiap rumusan tujuan melukiskan tingkah laku yang diharapkan dari
peserta didik setelah menyelesaikan tugas mereka dalam mempelajari suatu
modul. Rumusan tujuan pengajaran ini tercantum pada dua bagian, antara lain: 1)
lembar kegiatan peserta didik, untuk memberitahukan kepada peserta didik
tingkah laku yang diharapkan dari mereka setelah mereka berhasil menyelesaikan
modul;
2)
petunjuk
pendidik
(untuk
guru/dosen/instruktur),
untuk
15
16
17
evalausi disusun oleh penulis modul yang bersangkutan. Sedangkan item-item tes
tersebut disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul. Oleh
sebab itu, dari hasil jawaban peserta didik terhadap teks tersebut dapat diketahui
tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul yang bersangkutan.
2.1.7. Langkah-langkah Penyusunan Modul
Menurut Depdiknas (2008:20), dalam
empat tahapan yang harus kita laksanakan, yaitu: Pertama, penulis harus
melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, yaitu menentukan
materi-materi yang akan dikembangkan dalam modul. Pemilihan materi dengan
cara menganalisis materi yang perlu dikembangkan dengan modul, dan melihat
kondisi peserta didik yang mau menerima materi. Kedua, penulis menentukan
judul modul yaitu dengan melihat atas dasar kompetensi atau materi pokok yang
terdapat pada kurikulum yang akan dikembangkan. Satu kompetensi dapat
dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi ini tidak terlalu besar.
Sedangkan besarnya kompetensi dapat diseleksi, antara lain dengan cara melihat
cakupan materi pokok yang akan dikembangkan. Apabila terdapat empat materi
pokok, maka dapat dijadikan satu julul modul. Namun apabila uraian materi lebih
dari empat materi pokok, maka dapat dijadikan lebih dari satu judul.
Ketiga, penulis harus memberikan kode modul dengan tujuan untuk
memudahkan kita dalam pengelolaan modul, maka sangat diperlukan adanya kode
modul. Pada umumnya, kode modul adalah angka-angka yang diberi makna,
18
misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) berarti IPS, (3) berarti
Bahasa. Kemudian
kajian atau aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya
jurusan IPS, nomor 1 digit kedua berarti Geografi, 2 Sejarah, 3 Kewarganegaraan,
4 Sosiologi dan seterusnya.
Keempat adalah penulisan modul, ada lima hal penting yang menjadi
acuan dalam penulisan modul, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut: 1)
perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai, rumusan kompetensi dasar
pada modul adalah spesifikasi kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh peserta
didik setelah mereka berhasil menyelesaikan modul tersebut; 2) penentuan alat
evaluasi atau penilaian adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah
pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi dasar dalam bentuk tingkah
laku. Karena pendekatan yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem
evaluasinya berdasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasinya
didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah
dengan pendekatan Penilain Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced
Assesment; 3) penyusunan materi isi modul sangat bergantung pada kompetensi
dasar yang akan dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan
referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku,
internet, majalah, jurnal hasil penelitian. Materi modul tidak harus ditulis
seluruhnya, dalam modul itu ditujukan referensi yang digunakan agar siswa
membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas dan
19
tidak membingungkan guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang halhal yang semestinya dapat dikerjakan; 4) urutan pembelajaran, sebagai petunjuk
menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan
materi tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk bagi siswa diarahkan kepada
hal-hal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa,
sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya, guru tidak perlu terlalu banyak
menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator; 5) struktur
bahan ajar, struktur modul dapat bervariasi, hal tersebut terutama tergantung pada
karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar
yang akan dilaksanakan. Secara umum modul harus memuat: Judul; Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru); Kompetensi yang akan dicapai; Informasi
pendukung; Latihan-latihan; Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja; Evaluasi
atau penilaian.
2.1.8. Teknik Pengembangan Modul
Menurut
Sungkono
(2009:54),
mengembangkan
modul
berarti
mengajarkan suatu mata pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip
yang digunakan dalam mengembangkan modul sama dengan yang digunakan
dalam pembelajaran biasa. Perbedaan yang terdapat pada pengembangan modul
adalah bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan
bahasa buku teks yang bersifat sangat formal. Ada tiga teknik yang dapat dipilih
dalam menyusun modul antara lain:
20
21
disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak
digunakan.
Menurut Rowntree (1999) dalam Prastowo (2011:132), ada Sembilan
aspek yang harus diperhatikan pada saat mengembangkan modul. Kesembilan
aspek tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, membantu pembaca untuk
menemukan cara mempelajari modul. Kedua, menjelaskan hal-hal yang perlu
pembaca persiapkan sebelum mempelajari modul. Ketiga, menjelaskan hal-hal
yang diharapkan dari pembaca setelah mereka selesai mempelajari modul.
Keempat, memberi pengantar tentang cara pembaca menghadapi atau mempelajari
modul. Kelima, menyajikan materi sejelas mungkin, sehingga pembaca dapat
mengaitkan materi yang dipelajari dari modul dengan materi yang sudah diketahui
sebelumnya Keenam, memberi dukungan kepada pembaca agar berani mencoba
segala langkah yang dibutuhkan untuk memahami materi modul. Ketujuh,
melibatkan pembaca dalam latihan serta kegiatan yang akan membuat mereka
berinteraksi dengan materi yang sedang dipelajari. Kedelapan, memberikan
umpan balik (feedback) pada latihan dan kegiatan yang dilakukan pembaca.
Kesembilan, membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang
sudah mereka pelajari dari modul.
Selain
itu,
Rowntree
mengungkapkan
empat
tahapan
dalam
22
23
24
selama satu jam, dianjurkan untuk menulis sebanyak (50 kata x 60 menit) samapai
(100 kata x 60 menit) atau 3.000 sampai 6.000 kata. Ini tentunya bukan perkiraan
pasti dan baku, tetapi hanya perkiraan kasar.
d) Menentukan Format dan Tata Letak
Variasi format dapat memanfaatkan tampilan fisik, misalnya dengan
memberikan ilustrasi serta menggunakan jenis dan ukuran font yang berbeda.
e) Penentuan Tampilan Modul
Untuk membuat tampilan modul inovatif, ada empat alternatif tampilan
yang menjadi pedoman, sebagai mana disarankan oleh Rowntree (1999) dalam
Prastowo (2011:140), antara lain: 1) Menggunakan list, yakni dengan memakai
list yang berupa nomor; 2) Menggunakan box, yakni dengan memasukan materi
penting ke dalam kotak sebagai penekanan; 3) Menebalkan kata-kata yang
penting; 4) Menggunakan tulisan yang dicetak miring atau ditulis terbalik, atau
menggunakan huruf dengan jenis dan ukuran yang berbeda; 5) Penentuan format
modul Pertama, frekuensi dan konsistensi harus benar-benar diperhatikan. Kedua,
kemudahan kepada pembaca, hendaknya disusun dalam format yang mudah
dipelajari dan sistematis, sehingga memudahkan peserta didik mempelajarinya.
25
termasuk
manusia
dan
perilakunya,
yang
mempengaruhi
kelangsungan
26
kerusakan lingkungan. Bentuk atau cara pelestarian lainnya, seperti cagar alam,
cagar budaya, ataupun cagar biosfer.
2.2.6. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu
proses pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia sebesar-besarnya, dengan menyerasikan potensi sumber daya alam
dengan manusia sebagai subjek dan objek dalam pembangunan.
27
9)
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
28
2.3.3. Konfirmasi
Pada tahap ini guru dapat melakukan beberapa aktivitas antara lain: 1)
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; 2) memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber; 3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan; 4) memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: a)
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar; b) membantu menyelesaikan masalah; c) memberi acuan agar peserta didik
dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; d) memberi informasi untuk
bereksplorasi lebih jauh; e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif.
teori
29
30
Tidak layak
Layak
Revisi modul
Diterima