PENDAHULUAN
lebih jauh apa yang dimaksud dari batik Gajah Oling itu sendiri, juga dapat
menambah pengetahuan tentang jenis-jenis batik yang ada di Banyuwangi,
keterkaitan antara keduanya. Pembahasan ini sangat bermanfaat bagi pihak yang
ingin mendalami tentang batik Gajah Oling yangmenjadi ciri khas bagi
Banyuwangi. Sedangkan untuk pihak yang mungkin tidak berhubungan langsung
dengan kajian ini. Pembahasan ini dapat bermanfaat sebagai pengetahuan tentang
bagaimana pandangan masyarakat terhadap batik Gajah Oling Banyuwangi oleh
setiap orang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1.2.1 Bagaimanakah pengertian dari Batik?
1.2.2 Bagaimanakah sejarah perkembangan Batik di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana sejarah Batik Gajah Oling di Banyuwangi ?
1.2.4 Bagaimanakah perkembangan Batik Gajah Oling di Banyuwangi?
1.2.5 Bagaimnakah pandangan masyarakat terhadap batik Gajah Oling khas
Banyuwangi di era modern?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu pengertian batik;
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah perkembangan batik di Indonesia ;
1.3.3 Untuk mengetahui sejarah batik Gajah Oling di Banyuwangi;
1.3.4 Untuk menegetahui perkembangan batik Gajah Oling di Banyuwangi;
1.3.5 Untuk mengetahui padangan masyarakat bterhadap batik Gajah Oling khas
banyuwangi di era modern.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Batik
Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut
Hamzuri dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan
suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian
kain mori. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku
Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis
terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan
kataBatik akan tetapi seharusnyaBathik. Hal ini mengacu pada huruf Jawa
tha bukan ta dan pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah
kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya
batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran
motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara
pengambaran motif pada kain ialah melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan
cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.
2.2 Sejarah Batik
Ditinjau dari perkembangan, batik telah mulai dikenal sejak jaman
Majapahit dan masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya dibuat terbatas
oleh kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta pengikutnya.
Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar keraton dan
berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan sejarahnya, periode
perkembangannya batik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil dikuasai oleh
Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung
Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah yang mengembangkan batik.
Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung banyak
dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara
kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan
Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu,
ciri khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta,
yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.
Jaman Penyebaran Islam
Batoro Katong seorang Raden keturunan kerajaan Majapahit membawa
ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan Islam di Ponorogo
terdapat sebuah pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh Kyai
Hasan Basri. Kyai Hasan Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik yang kala
itu masih terbatas dalam lingkungan kraton akhirnya membawa batik keluar dari
kraton dan berkembang di Ponorogo. Pesantren Tegalsari mendidik anak didiknya
untuk menguasai bidang-bidang kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama
yang dapat dilihat sekarang adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan meluas
ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan,
Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
Batik Solo dan Yogyakarta
Batik di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I
pada masa raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan
pertama. Proses pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan
keluarga kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat
upacara resmi kerajaan, keluarga kraton memakai pakaian kombinasi batik dan
lurik. Melihat pakaian yang dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru
sehingga akhirnya batikan keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan
rakyat biasa.
Ketika masa penjajahan Belanda, dimana sering terjadi peperangan yang
menyebabkan keluarga kerajaan yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah
lain seperti Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulung Agung
dan sebagainya maka membuat batik semakin dikenal di kalangan luas.
Batik di Wilayah Lain
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja. Pada tahun
1830 setelah perang Diponegoro, batik dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran
Diponegoro yang sebagian besar menetap di daerah Banyumas. Batik Banyumas
dikenal dengan motif dan warna khusus dan dikenal dengan batik Banyumas.
Selain ke Banyumas, pengikut Pangeran Diponegoro juga ada yang menetap di
Pekalongan dan mengembangkan batik di daerah Buawaran, Pekajangan dan
Wonopringgo.
Selain di daerah Jawa Tengah, batik juga berkembang di Jawa Barat. Hal
ini terjadi karena masyarakat dari Jawa Tengah merantau ke kota seperti Ciamis
dan Tasikmalaya. Daerah pembatikan di Tasikmalaya adalah Wurug, Sukapura,
Mangunraja dan Manonjaya. Di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari
keraton dan mempunyai ciri khas tersendiri.
mendatangankan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang merupakan dukungan dari
penguasa Jepang.
2.4
lebih mencapai 22 (dua puluh dua) motif batik diantaranya : Gajah Oling,
Kangkung Setingkes, Alas Kobong, Paras Gempal, Kopi Pecah, Gedekan, Ukel,
Moto Pitik, Sembruk Cacing, Blarak Semplah, Gringsing, Sekar Jagad,
Semanggian, Garuda, Cendrawasih, Latar Putih, Sisik Papak, Maspun, Galaran,
Dilem Semplah, Joloan dan Kawung (motif batik khas Banyuwangi terlampir),
namun dalam perkembangannya saat ini masih banyak ditemukan motif batik
khas Banyuwangi yang belum direferensikan masuk dalam koleksi museum
budaya Banyuwangi. Sehingga kelak bisa bertambah pula koleksi referensi motif
batik museum budaya di Banyuwangi.
Motif batik Gajah Oling memilki nilai makna atau filosofi yang secara
garis besar ialah melambangkan sebuah bentuk kekuatan yang tumbuh dalam jati
diri masyarakat Banyuwangi. Dan pemaknaan motif Gajah Oling sendiri berkaitan
dengan karakter masyarakat Banyuwangi yang religius, penyebutan Gajah Eling
yang mempunyai arti hewan yang bertubuh besar (gajah) dalam hal ini diartikan
maha besar, sedangkan uling dapat diartikan ingat. Dimana dapat artikan kita
selalu diingatkan untuk tetap ingat akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, dengan
harapan apabila masyarakat telah menggunakan/ memakai batik gajah oling secara
tidak langsung diajak agar kita selalu ingat kepada kemahabesaran Sang Pencipta
sebagai dasar menjalankan sendi roda kehidupan.\
Di era modern ini, perkembangan dari batik Gajah Oling maupun batik
motif lain yang berasal dari Banyuwangi mengalami perkembangan yang pesat.
Dimana hal ini berbeda dengan dulu yang masih belum berkembang pesat. hal ini
ditandai dengan adanya sentra-sentar bati diberbagai kecamatan yang berada di
Banyuwangi. Serta karena batik sudah mendpatkan pengakuan dari UNESCO
sejak tanggal 2 Oktober 2009 dan menjadikanya warisan dunia hal pada tanggal
ini pula lah yang dijadikanya oleh pemeritah sebagai hari batik nasional. Dilihat
juga dari perkembangan batik di Banyuwangi sampai saat ini banyak tumbuh
berkembang pengrajin batik menyebar hampir di seluruh wilayah Kecamatan, hal
tersebut dikarenakan adanya dukungan positif dari semua pihak terhadap
keberadaan batik Banyuwangi diantaranya Kebijakan Pemerintah Daerah dalam
upaya pengembangan batik di Banyuwangi serta pemanfaatan/pemakaian Batik
khas daerah untuk seragam Dinas maupun Sekolah pada hari dan event-event
tertentu. Adapun jumlah pengrajin batik di Banyuwangi saat ini sebanyak 22 (dua
puluh dua) unit usaha sebagaimana data industri batik Banyuwangi terlampir,
dimana dari sekian jumlah tersebut 12 (dua belas) unit usaha berkembang ke motif
proses painting (sarung pantai) yang pangsa pasarnya cukup besar di Bali.
Mengingat begitu besarnya minat kan batik saat ini, dari pihak saat ini
Pemerintah Daearah Kabupaten Banyuwangi berupaya untuk terus meningkatkan
pengembangan batik khas Banyuwangi melalui upaya pembinaan, diantaranya
melalui pelatihan/bimbingan teknik peningkatan kualitas dan kuantitas produk,
penerapan zat alam serta untuk menambah khasanah motif batik khas melalui
pelaksanaan lomba desain batik khas Banyuwangi. Hal ini bertujuan agar
masyarkat menghargai, meletarikan dan mengetahui adanya batik Gajah Oling
yang menjadikan ciri khas batik tbagi Banyuwangi itu sendiri. Sehingga mereka
mengenal batik Gajah Oling berasal dari Banyuwangi, bukan hanya mengenal
bati-batik seperti bersal dari Yogyakarta, Pekalongan, Solo dsb.
Dan hal ini bertujuan untuk menarik pangsa pasar terhadap Batik ittu
sendiri. Dimana hal ini agar dapat memberdayakan masyarkat menjadi terampil
melalui pembinaan pembuatan kerjinan batik. Serta sebagai pengembangan
industri kerajinan batik di Banyuwangi menjadi maju lebih dari sebelumnya.
memilik motif dan corak yang berbeda-beda sehingga hal itulah yang menjadikan
batik sebagai ciri khas tersediri dari daerah asalnya. Contoh halnya batik Gajah
Oling berasl dari Banyuwangi yang memilik corak atau motif gambar tanda tanya
yang ditambahkan berbagai hisan untuk mendapinginya.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa perkembangan batik di Indonesia
sekarang sangat pesat. Seteleh batik diresmikan oleh UNESCO pada tahun 2009
yang lalu, batik seolah menjadi fenomena tersendiri di Indonesia bahkan di dunia.
Sehingga batik semakin berkembang dari dulu yang kebanyakan masyarakat
menganggap batik itu kuno menjadi modern. Yang akhirnya masyarakat Indonesia
berbondong-bondong untuk mengenakan batik sebagai dresscode baik itu dari
acara resmi, seragam kantor, dan masih banyak lagi. Bahkan model dari baju-baju
yang diminati sudah beragam dan indah.
Di era modern ini masyarakat khusunya daerah Banyuwangi mengenal
baik terhadap batik Gajah Oling itu sendiri. Dimana hal ini ditandai dengan
dibelakukanya pemakaian baju batik oleh pagawai-pagawai dinas yang ada di
Banyuwangi. Namun selain pegawai dinas pula banyak yang sudah mengenakan
batik Gajah Oling itu sendiiri.seperti halnya di sekolah-sekolah para pendidik
sudah menggunakan seragam batik Gajah Oling. Para peserta didik pun demikian
seragam sekolah mereka juga sudah menyeragamkan untuk menggunakan batik
meskipun ada yang tidak menggunakan batik Gajah Oling. Untuk pelajaran
kesenian pun baik dewasa ini maupun melalui dini mereka sudah di ajarkan
mengenai apa itu batik, bagaimana pembuatanya, dan bagaimana makna dari batik
itu sendiri.
Sehingga padangannya terhadap positif mengenai bati Gajah Oling. Hal ini
ditandai pula dengan pihak pemerintah kabupaten Banyuwangi dalam
mengenalkan batik-batik seperti batik Gajah Oling melalui event-evebt yang
bertajuk mengenai batik. Dilansir dari situs CNN Indonesia batik gajah Oling
memiliki sisi positif dalam memajukan budaya dan kerajinan dari Banyuwangi itu
sendiri. Dimana ha ini juga untuk memajukan UMKN bagi Banyuwangi, kata
Anzwar Anas, Bupati Banyuwangi.
Hal ini juga di tandai dengan ikut sertanya batik Gajah Oling dalam eventevent seperti Indonesia Fashion Week dalam bidang fashion menggunakan batik
11
Gajah
Oling
serta
ikut
sertanya
dalam
pameran-pameran
lain
guna
12
BAB 4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Kesimpulan dari pembahasan ini Pengertian batik secara umum : Kata
Batik: berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Batik
adalah seni melukis dilakukan diatas kain dengan menggunakan lilin atau malam
sebagai pelindung untuk mendapatkan ragam hias diatas kain tersebut.
Sejarah batik Banyuwangi berawal ketika terjadi usaha penaklukan
Blambangan oleh Mataram yang pada saat itu dalam masa pemerintahan Sultan
Agung. Pada tahun 1633 Sultan Agung melakukan usaha penyerangan ke wilayah
timur, yaitu wilayah Blambangan, Panarukan, dan Blitar. Pada upaya
penaklukannya yang kedua tahun 16361639, ujung Timur, Blambangan berhasil
ditaklukan. Sejarah tentang penaklukan Blambangan oleh Mataram ini menjadi
hipotesa sejarah kemunculan batik khas Banyuwangi.
13
Dimana memiliki corak yakni hufuh tanda tanya yang memiliki nilai
filosofis berkaitan dengan karakter masyarakat Banyuwangi yang religius,
penyebutan Gajah Eling yang mempunyai arti hewan yang bertubuh besar (gajah)
dalam hal ini diartikan maha besar, sedangkan uling dapat diartikan ingat. Yang
artinya mengigatkan kita agar ingat selalu kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pandangan masyarakat terhadap bati Gajah Oling di era modern ini sangat
baik,
dimana
sudah
dikenalkanya
melalui
event-event
yang
telah
di
14
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya: Panduan
Berkomunikasi
dengan
Orang-Orang
Berbeda
Budaya. 2006.
Bandung:Remaja Rosdakarya.
Batik Banyuwangi, Azhar Prasetyo, Dewan Kesenian Blambangan. 2007. Hal 5455
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14105-3405100128-Chapter1.pdf
(jurnal)
https://darpowibowo.files.wordpress.com/2013/04/materi-batik-jadi.pdf
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150508134213-277-52066/gajaholing-makna-mendalam-batik-khas-banyuwangi/
http://batikbanyuwangi.net/perkembangan-batik-banyuwangi/
http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?
option=com_content&view=article&id=205&Itemid=232
http://coretaanintan.blogspot.co.id/2015/09/makalah-batik.html
15