RSPAU
OTITIS EKSTERNA
DISUSUN OLEH
JOSEPH HALIM 112014195
PEMBIMBING
Dr. Asnominanda, Sp.THT-KL
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna (OE) adalah suatu peradangan pada liang telinga luar, baik
akut maupun kronis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi sekunder oleh
bakteri dan atau jamur yang menyertai maserasi kulit dan jaringan subkutan, yang
dapat terlokalisir ataupun difus. Otitis eksterna dapat dibagi menjadi otitis
eksterna superfisialis dan otitis eksterna profunda atau otitis eksterna akut (OEA).
Otitis eksterna profunda merupakan infeksi pada kanalis akustikus eksternus yang
sering ditemukan pada instalasi rawat jalan. Insidensnya di Belanda ditemukan
12-14 / 1000 penduduk pertahun. Pada satu penelitian di Inggris, dilaporkan
prevalensinya lebih dari 1% dalam setahun.1,2
Selama periode musim panas terjadi peningkatan jumlah penderita otitis
eksterna profunda dan insidensnya tinggi pada lingkungan yang lembab. Faktor
faktor yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna antara lain kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma lokal, dan alergi. Faktor faktor tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari
epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, inflamasi, dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen
pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%), Streptococcus (22%),
Staphylococcus aureus (15%), dan Bakterioides (11%). Umumnya penderita
datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak segera diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret
yang berbau akan menetap.1,3
Otitis eksterna profunda atau akut dapat berlanjut menjadi otitis eksterna
kronik, dapat menyebar ke pinna, periaurikuler, ke tulang temporal, atau
penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, dan yang paling berbahaya adalah otitis
eksterna nekrotik. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel
liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis
eksterna difus merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum
disebabkan oleh pseudomonas, staphylococcus, dan proteus atau jamur.3
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah daerah yang panas dan lembab
dan jarang pada iklim iklim sejuk dan kering. Dari beberapa penelitian,
disebutkan bahwa terjadinya otitis eksterna banyak pada perenang dan juga rentan
terjadi kekambuhan. Disebutkan pula bahwa faktor yang penting sebagai
penyebab terjadinya otitis eksterna adalah keadaan panas, lembab, dan trauma
terhadap sel epitel liang telinga bagian luar. Penelitian lainnya mengatakan bahwa
pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadinya
otitis eksterna baik akut maupun kronis.1,2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan pada otitis eksterna ini bersifat
komprehensif dengan pembersihan, terapi farmakologi, dan edukasi.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.5
a. Telinga luar
tingkap bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut
membran tympani sekunder.6
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada
lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan.
Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes
yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh
epitel selapis gepeng.6
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran
eustachius(tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan
antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut
menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras,
membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran
tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan
masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan
yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.5,6
c. Telinga dalam (labirin)
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian
rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran
membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan
endolimfe,sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin
membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa).6
Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini
merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri
limfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada
periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung
pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel
gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat. Labirin terdiri atas tiga saluran
yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis
semisirkularis (saluran setengah lingkaran). 5,6
10
11
Eksim
Eksostosis
Psoriasis
Seboroik
Inflamasi lain
Obstruksi Kanal
Obstuksi serumen
Benda asing
Kelembapan
13
Kista sebasea
Berkeringat
Berenang atau pajanan air
Intergritas serumen/epitel
Pembersihan serumen
Earplugs
Lain-lain
ABD
Instrumen/garukan
Sabun
Stres
Golongan darah A
2.5. Etiologi
Otitis eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Sedangkan pada otitis eksterna
difus biasanya disebabkan oleh kuman golongan Pseudomonas. Kuman lainnya
seperti Staphylococcus albus, Escherichia colli, dan sebagainya juga dapat
menjadi penyebab otitis eksterna difus. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis.5
Otomikosis paling sering disebabkan oleh Pityrosporum,Aspergillus,
kadang kadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain.Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis. Pada herpes zoster otikus penyebabnya
adalah virus varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf
kranial, dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks
servikalis bagian atas, yang disebut juga sindroma Ramsay Hunt.5
Infeksi bakteri maupun infeksi jamur yang tidak diobati dengan baik,
iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media,trauma berulang, adanya benda
asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing aid) dapat
menyebabkan radang kronis.5
Keratosis obturans disebabkan oleh proses radang yang kronis serta sudah
terjadi gangguan migrasi epitel. Dulu keratosis obturans dan kolesteatoma
eksterna dianggap sebagai penyakit yang sama proses terjadinya, oleh karena itu
sering tertukar penyebutannya. Keratosis obturans bilateral sering ditemukan pada
usia muda, sering dikaitkan dengan sinusitis dan bronkiektasis. Sedangkan
14
kolesteatoma eksterna ditemukan hanya pada satu sisi telinga dan lebih sering
pada usia tua.5
Tabel 2. Perbedaan keratosis obturans dan kolesteatoma eksterna
Keratosis obturans
Kolesteatoma eksterna
Dewasa muda
Tua
Sinusitis, bronkiektasis
Tidak ada
Akut/ berat
Kronis/ tumpul
Konduktif/ sedang
Sisi telinga
Bilateral
Unilateral
Erosi tulang
Sirkumferensial
Terlokalisir
Kulit telinga
Utuh
Ulserasi
Tidak ada
Bisa ada
Jarang
Sering
Umur
Penyakit terkait
Nyeri
Gangguan pendengaran
Osteonekrosis
Otorea
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang
hebat.
2. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
2.7. Gejala dan Tanda
Pada otitis eksterna sirkumskripta, gejala yang timbul ialah rasa nyeri yang
hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Rasa nyeri timbul pada penekanan di
perikondrium, dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula). Selain ini terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga.5
Pada otitis eksterna difus, gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang
telinga sangat sempit, kadanga kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri
tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir/ musin
seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.5
16
Pada otomikosis, gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di
liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pada herpes zoster otikus akan
tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang telinga,
otalgia, dan terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada keadaan yang berat
ditemukan gangguan berupa tuli sensorineural.5
Pada keratosis obturans ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga
yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak
bermigrasi ke arah telinga luar. Terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat,
liang telinga yang lebih lebar, membran timpani yang utuh tapi lebih tebal dan
jarang ditemukan adanya sekresi telinga. Erosi tulang liang telinga ditemukan
pada keratosis obturans dan pada kolesteatoma eksterna. Hanya saja pada
keratosis obturans, erosi tulang yang terjadi menyeluruh sehingga tampak liang
telinga menjadi lebih luas. Sementara pada kolesteatoma eksterna erosi tulang
terjadi hanya di daerah posteroinferior. Pada kolesteatoma eksterna juga
ditemukan otore dan nyeri tumpul menahun, pendengaran dan membran timpani
biasanya normal.5
Pada otitis eksterna maligna, peradangan meluas secara progresif ke
lapisan subkutis, tulang rawan, dan tulang sekitarnya, sehingga timbul kondroitis,
osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Gejalanya adalah
rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang
banyak, serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan
semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau
paralisis fasial.5
2.8. Diagnosis
Otitis eksterna akut didiagnosis secara klinis berdasarkan tanda-tanda dan
gejala radang liang telinga (Tabel 3; Gambar 7 dan 8). Gambaran bervariasi mulai
dari rasa nyeri yang ringan, gatal-gatal, dan edema minimal sampai rasa nyeri
yang hebat, obstruksi lengkap liang telinga, serta deformitaspinna dan kulit liang
telinga. Nyeri merupakan gejala utama yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit.13 Demam mungkin ada, tetapi jika suhu melebihi 101F
17
18
19
Karakteristik
Pembeda
Efusi telinga tengah,
Memerlukan
atau pinna
Otitis eksterna
kronis
Keterangan
antibiotik sistemik
Obati penyakit dasar
Supurativa Kronis
Dermatitis kontak
Perhatikan gejala
intak
otitis media
Hindari pemakaian
20
Eksim
Furunkolosis
utama gatal
Gejala utama gatal,;
memungkinkan
Pengobatan
menggunaan kortikosteroid
topikal
Pengobatan
menggunakan pemanasan,
liang telinga
Demam tinggi,
eksterna difusa
Merupakan kasus
konsultasi ke
otolaryngologist, perawatan
melitus atau
immunocompromized,
intravena, debridemen
Otitis Eksterna
Maligna
peningkatan jumlah
sedimen eritrosit,
ditemukan melalui
Miringitis
pemeriksaan CT
Inflamasi membran
Biasanya merupakan
virus
telinga
Otomikosis
Dapat muncul
(Gambar 3 dan 4)
asetat/setengah alkohol,
atau antijamur topikal;
pembersihan liang telingan
Ramsay Hunt
syndrome
Ulkus herpetikus
secara cermat
Pengobatan meliputi
antivirus, kortikosteroid
sistemik
pengecap
Pemeriksaan telinga
normal
Seborea
berambut
Sensitization to otics
Perhatikan penyebab
tersebut
Pengobatan meliputi
pemberian moisturizer di
sekitar luar liang telinga
Hipersensitivitas
bintik-bintik makulopapular
22
23
2.10. Pencegahan
Penggunaan earplug ketika berenang, penggunaan hair dryers dan head
titling untuk mengeluarkan air dari kanalis auditoris, hindari self-cleaning atau
peregangan kanalis auditoris. Asam asetat 2% 2 tetes per hari atau 2-5 tetes
setelah terpapar air. Tetapi belum ada pemeriksaan percobaan yang membuktikan
efektivitas berbagai pencegahan diatas.12
2.11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila infeksi terjadi kronik pada liang telinga
dengan pengobatan yang tidak adekuat adalah dapat terjadi stenosis atau
penyempitan liang telinga karena terbentuk jaringan parut.17
2.12. Penatalaksanaan Komprehensif
Penatalaksanaan komprehensif dilakukan dengan cara sebagai berikut:8
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati
hati.
2. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak
mengorek telinga.
3. Farmakologi:5
a. Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan
salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan
24
26
27
c. Antibiotik oral
Antibiotik sistemik meningkatkan risiko efek samping, generasi
organisme yang resisten, dan kekambuhan. Antibiotik juga dapat
meningkatkan waktu penyembuhan secara klinis dan hasilnya tidak
mempengaruhi hasil dibandingkan dengan pemberian obat topical tanpa
antibiotic pada otitis eksterna tanpa komplikasi.16 Antibitotik sitemik
sebaiknya digunakan hanya ketika infeksi telah menyebar di luar saluran
telinga atau ketika ada diabetes yang tidak terkontrol, gangguan imun,
riwayat radioterapi lokal, atau ketidakmampuan untuk berespon terhadap
antibiotik topical.10,14,16
28
otitis eksterna. Jika membran timpani masih utuh dan tidak ada kekhawatiran dari
hipersensitivitas terhadap aminoglikosida, sebuah neomycin / polimiksin B /
hidrokortison persiapan antibiotic akan menjadi terapi lini pertama karena
efektivitasnya dan biaya rendah. Ofloxacin dan ciprofloxacin / deksametason
(Ciprodex) telah disetujui untuk digunakan pada telinga tengah dan sebaiknya
digunakan bila membran timpani tidak utuh atau statusnya tidak dapat
ditentukansecara visual.11Ini juga dapat berguna jika pasien hipersensitif terhadap
neomisin, atau jika pasien tidak patuh terhadap pengobatan karena frekuensi dosis
adalah sebuah permasalahan. Ketika gejala mulai muncul penggunaan pengobatan
yang mengandung kortikosteroid dianjurkan untuk mempercepat penyembuhan.
Pasien harus diajarkan dengan benar menjalankan pengobatan dengan antibiotik.
Pasien sebaiknya berbaring dan dibantu oleh seseorang dengan sisi yang akan
diobati menghadap ke atas, dengan seiring berjalannya persiapan sisi saluran
telinga terasa penuh dan pinna bergerak lembut untuk menghilangkan kantong
udara. Pasien harus tetap dalam posisi ini selama tiga sampai lima menit, setelah
sal uran tidak terasa tersumbat, lagi melainkan sebelah kiri dibiarkan terbuka
untuk pengeringan. Akan lebih baik apabila pasien dibantu oleh seseorang yang
membantu memberikan tetes telinga karena 40 persen dari pasien yang
meneteskan tanpa dibantu hasilnya kurang akurat.14 Pasien harus diinstruksikan
untuk meminimlaisir trauma pada telinga dan menghindari paparan air, termasuk
menghindari diri dari olahraga air selama seminggu atau, minimal, menghindari
aktifitas menyelam.Ketika ada edema pada kanal, sebuah sumbu selulosa
dikompresi atau kita dapat menempatkan pita kasa di kanal untuk memfasilitasi
antimikroba atau tatalaksana penggunaan antibiotik. diperbolehkan tetes antibiotik
pada sumbu untuk mencapai bagian-bagian dari saluran pendengaran eksternal
yang tidak dapat diakses karena pembengkakan saluran. Sebagai sebuah respon
saluranuntuk pengobatan dan pastinya kembali ke liang telinga, sumbu sering
jatuh keluar.
d. Analgesia
Nyeri adalah gejala umum dari otitis eksterna akut, dan dapat
dilemahkan.12 Analgesik oral adalah pengobatan pilihan utama. Lini pertama
29
steroid melingkupi obat non steroid anti inflamasi (NSAID). Ketika pengobatan
dalam dosis biasadigunakan dalam mengurangi nyeri, pengobatan sebaiknya
diberikan sesuai dengan jadwal daripadi berdasarkan kebutuhan. Kombinasi pill
opioid mungkin digunakan apabila gejala berat mulai timbul. Persiapan otic
benzocaine mungkin dapat menurunkan keefektifan dari otic antibiotic tetes oleh
karena pembatasan kontak antara tetesan dan salura telinga. Kekurangan pada
yang di publikasi didukung oleh kefektifan persiapan topical benzocaine untuk
otitis eksterna sebagai pembatasan peran pengobatan tersebut.
Otitis eksterna kronis
Pengobatan otitis eksterna kronis tergantung pada penyebab pokok
penyakit ini. Karena sebagian besar kasus disebabkan oleh alergi atau kondisi
dermatologi inflamasi, pengobatannya meliputi penghapusan yang menggunakan
alat dan penggunaan kortikosteroid topikal atau sistemik. Otorrhea kronis atau
intermiten lebih dari beberapa minggu hingga bulan, terutama dengan membran
timpani yang terbuka, menunjukkan adanya otitis media supuratif kronis. Upaya
pengobatan awal adalah sama dengan yang untuk otitis media akut. Dengan
kontrol dari gejala otitis eksterna, perhatian bisa beralih ke pihak manajemen
pengobatan otitis media supuratif kronis.
2.13.
gejala setelah satu hari pengobatan. Jika tidak ada perbaikan dalam waktu 48
sampai 72 jam, dokter harus mengevaluasi kembali kepatuhan pengobatan,atau
adakah kesalahan diagnosis dan dilakukan kepekaan terhadap tetes telinga,
atauapakah adan gandgguan pada akuran telinga atau yang lainnya . Dokter harus
mempertimbangkan bahan kultur dari kanal untuk mengidentifikasi patogen jamur
dan pathogen antibiotic yang resistan dapat dilakukan jika pasien tidak membaik
setelah dilakukan upaya pengobatan awal atau memiliki satu atau lebih faktor
risiko predisposisi, atau jika ada kecurigaan bahwa infeksi telah melampaui
saluran pendengaran eksternal. Ada kurangnya data mengenaisepanjang
pengobatan ; sebagai aturan umum, otics antimikroba harus diberikan selama
30
tujuh sampai 10 hari, meskipun dalam beberapa kasus resolusi lengkap gejala bisa
memakan waktu hingga empat minggu.11,15Konsultasi dengan subspecialist
penyakit otolaryngologist atau infeksi dapat dibenarkan jika otitis externa
dicurigai ganas atau dalam kasus-kasus penyakit yang berat, kurangnya perbaikan
atau memburuknya gejala meskipun dalampengobatan, dan bilas telinga gagal;
atau jika dokter perawatan primer memastikan pengaruh kebersihan telinga atau
penyisipan sumbu telinga sebagai jaminan , tapi tidak familiar atau tidak serius
dalam menjalankan prosedur.
2.14. Konseling dan Edukasi
Pasien dan keluarga perlu diberitahu tentang:8,9
1. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau lainnya.
2. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang.
3. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar
dalam kondisi kering dan tidak lembab.
2.15.
Prognosis
Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit, ada/ tidaknya komplikasi,
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam GL., Boies LR. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit
THT.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997; (6):73-87.
2. Amri E., Kadir A., Djufri NI. Perbandingan Efektifitas Klinis Ofloksasin
Topikal Dengan Ofloksasin Kombinasi Steroid Topikal Pada Otitis Eksterna
Profunda Di Makassar. Makasar: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2013.
3. Cody DT. Otalgia (Nyeri Telinga). Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997; Hal 104-118.
4. Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention.Am
Fam Physician, Mar 2001; 63(5):927 37.
5. Soepardi EA., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti RD. Otitis Eksterna. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011; (6):60 63.
6. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
7. Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC,
2014.
8. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Telinga dan Hidung. Buku Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta:
Ikatan Dokter Indonesia, 2013;205 8.
9. Otitis eksterna. Didownload dari http://m.rsud-waluyojati.com pada tanggal
12 September 2014 pukul 17.21 WIB.
10. Ninkovic G, Dullo V, Saunders NC. Microbiology of otitis externa in the
secondary care in United Kingdom and antimicrobial sensitivity. Auris Nasus
Larynx. 2008;35(4):480-484.
11. Roland PS, Stroman DW. Microbiology of acute otitis externa. Laryngoscope.
2002;112(7 pt 1):1166-1177.
12. Martin TJ, Kerschner JE, Flanary VA. Fungal causes of otitis externa and
tympanostomy tube otorrhea. Int J Pediatr Otorhinolaryngol.
2005;69(11):1503-1508.
13. Pontes ZB, Silva AD, Lima Ede O, et al. Otomycosis: a retrospective study.
Braz J Otorhinolaryngol. 2009; 75(3):367-370.
14. Ahmad N, Etheridge C, Farrington M, Baguley DM. Prospective study of the
microbiological flora of hearing aid moulds and the efficacy of current
cleaning techniques. J Laryngol Otol. 20 07;121(2):110 -113.
15. Russell JD, Donnelly M, McShane DP, Alun-Jones T, Walsh M. What causes
32
33