Anda di halaman 1dari 33

REFERAT KEPANITERAAN BAGIAN THT

RSPAU

OTITIS EKSTERNA

DISUSUN OLEH
JOSEPH HALIM 112014195

PEMBIMBING
Dr. Asnominanda, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA
PERIODE 11 APRIL 14 MEI 2016
RUMAH SAKIT ESNAWAN ANTARIKSA ANGKATAN UDARA
JAKARTA TIMUR
1

BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna (OE) adalah suatu peradangan pada liang telinga luar, baik
akut maupun kronis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi sekunder oleh
bakteri dan atau jamur yang menyertai maserasi kulit dan jaringan subkutan, yang
dapat terlokalisir ataupun difus. Otitis eksterna dapat dibagi menjadi otitis
eksterna superfisialis dan otitis eksterna profunda atau otitis eksterna akut (OEA).
Otitis eksterna profunda merupakan infeksi pada kanalis akustikus eksternus yang
sering ditemukan pada instalasi rawat jalan. Insidensnya di Belanda ditemukan
12-14 / 1000 penduduk pertahun. Pada satu penelitian di Inggris, dilaporkan
prevalensinya lebih dari 1% dalam setahun.1,2
Selama periode musim panas terjadi peningkatan jumlah penderita otitis
eksterna profunda dan insidensnya tinggi pada lingkungan yang lembab. Faktor
faktor yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna antara lain kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma lokal, dan alergi. Faktor faktor tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari
epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, inflamasi, dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen
pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%), Streptococcus (22%),
Staphylococcus aureus (15%), dan Bakterioides (11%). Umumnya penderita
datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak segera diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret
yang berbau akan menetap.1,3
Otitis eksterna profunda atau akut dapat berlanjut menjadi otitis eksterna
kronik, dapat menyebar ke pinna, periaurikuler, ke tulang temporal, atau
penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, dan yang paling berbahaya adalah otitis
eksterna nekrotik. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel
liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis
eksterna difus merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum
disebabkan oleh pseudomonas, staphylococcus, dan proteus atau jamur.3

Penyakit ini sering dijumpai pada daerah daerah yang panas dan lembab
dan jarang pada iklim iklim sejuk dan kering. Dari beberapa penelitian,
disebutkan bahwa terjadinya otitis eksterna banyak pada perenang dan juga rentan
terjadi kekambuhan. Disebutkan pula bahwa faktor yang penting sebagai
penyebab terjadinya otitis eksterna adalah keadaan panas, lembab, dan trauma
terhadap sel epitel liang telinga bagian luar. Penelitian lainnya mengatakan bahwa
pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadinya
otitis eksterna baik akut maupun kronis.1,2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan pada otitis eksterna ini bersifat
komprehensif dengan pembersihan, terapi farmakologi, dan edukasi.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.5

Gambar 1. Bagian telinga6


Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah
meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada
telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls
ke otak untuk diolah.5

a. Telinga luar

Gambar 2. Telinga luar (Daun Telinga)7


Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar
(meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian
telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau
gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani.5
Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane
tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit
dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan
elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh
kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat
yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar
apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang mennnghasilkan zat lemak setengah
padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga).
Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.5

Gambar 3. Struktur telinga luar8


Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane
tympani. Dia diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan
dalamnya diliputi oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi
terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen dan elastin
serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani tidak
mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.5,8
b. Telinga tengah
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang
temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang
martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling
berhubungan melalui persendian . Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam
membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus.
Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan
membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra
ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat
6

tingkap bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut
membran tympani sekunder.6
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada
lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan.
Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes
yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh
epitel selapis gepeng.6
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran
eustachius(tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan
antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut
menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras,
membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran
tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan
masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan
yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.5,6
c. Telinga dalam (labirin)
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian
rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran
membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan
endolimfe,sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin
membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa).6
Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini
merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri
limfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada
periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung
pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel
gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat. Labirin terdiri atas tiga saluran
yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis
semisirkularis (saluran setengah lingkaran). 5,6

Gambar 4. Telinga Dalam7


Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea
dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah
melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari
dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat
dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan
statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi).6
Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang
didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran
yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut
otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan
akan menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf
vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan
meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.5,6
Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas
belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut
menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula berhubungan dengan

utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika, sehingga organ indra


keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan
respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista
akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang,
tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh
gerakanendolimfe. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh,
endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima
ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya,
otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi
yang baru.5-8
Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula.
Berbentuk seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2
lilitan, mengelilingi bentukan kerucut yang disebut mediolus. Penampang
melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea terdiri dari tiga saluran yang
berisi cairan.6
Tiga saluran tersebut adalah:6
Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung
perilimfe, berakhir pada tingkap jorong.
Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung
perilimfe berakhir pada tingkap bulat.
Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan
skala tympani, mengandung endolimfe.
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis
(membran reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran
basilaris.6

Gambar 5. Struktur Tekinga Dalam6


Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti.
Sel reseptor bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel
penunjang. Akson-akson dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang
kokhlear dari saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan
impuls saraf ke pusat pendengaran/ keseimbangan di otak.5-8
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai
berikut: Getaran suara memasuki liang telinga menekan membran tympani
melintas melalui tulang-tulang pendengaran menekan tingkap jorong

10

Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe menekan membran vestibularis


dan skala basilaris merangsang sel-sel rambut pada organ corti. Di sinilah mulai
terjadi pembentukan impuls saraf.6
Fisiologi Mendengar
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan
gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela
oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang
ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan
membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah.6
Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran
timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela
bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls).
Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada
organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.6
2.2. Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai
pada daerah daerah yang panas dan lembab, dan jarang pada iklim iklim sejuk
dan kering.5

11

Gambar 6. Otitis Eksterna9


Otitis Eksterna Difus yang juga biasa dikenal dengan sebutan Swimmers
Ear mencakup peradangan difus yang terjadi di dalam kanalis auditorius
eksternus yang dapat meluas ke arah distal ke pinna dan proksimal ke membran
timpani. Pada keadaan yang sangat jarang, infeksi dapat menginvasi jaringan
lunak dan tulang yang disebut sebagai otitis eksterna maligna (necrotizing),
merupakan suatu kegawatdaruratan yang terjadi terutama pada pasien lanjut usia
dengan diabetes melitus.9
Otitis eksterna yang berlangsung selama 3 bulan atau lebih dikenal sebagai
otitis eksterna kronik yang dapat terjadi akibat alergi, kondisi dermatologi kronis
atau otitis eksterna akut yang tidak diterapi secara adekuat.9
2.3. Klasifikasi
Otitis eksterna diklasifikasikan sebagai berikut:5,8
1. Otitis eksterna akut, yang terdiri dari otitis eksterna sirkumskripta dan
otitis eksterna difus.
2. Otomikosis, yang merupakan infeksi jamur di liang telinga,
dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang
tersering adalah jamur Pityrosporum, Aspergillus. Kadang ditemukan
juga Candida albicans atau jamur lain.
3. Herpes Zoster Otikus, yang disebabkan oleh infeksi virus varicella
zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial.
4. Infeksi kronis liang telinga
12

5. Keratosis obliterans, dan kolesteatoma eksternal


6. Otitis eksterna maligna
2.4. Faktor Resiko
Beberapa faktor menjadi predisposisi berkembangnya otitis eksterna akut
seperti terlihat pada tabel 1.10-16 Satu dari faktor predisposisi tersering adalah
berenang. Faktor lain diantaranya eksim, seboroik, trauma akibat pembersihan
telinga, penggunaan alat bantu dengar. Berbagai faktor tersebut menyebabkan
hilangnya serumen sebagai barier perlindungan, kerusakan epitel (termasuk
maserasi akibat retensi air), inokulasi bakteri dan peningkatan pH di dalam kanalis
auditoris.10-12
Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga,
yang biasanya normal atau asam, bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Hal lainnya ialah membersihkan telinga secara berlebihan, seperti dengan
cotton bud ataupun benda lainnya yang menyebabkan trauma ringan atau ketika
berenang, yang menyebabkan perubahan kulit karena kena air, kebiasaan
memasukkan air ke dalam telinga, dan juga penyakit sistemik diabetes.5,8
Pada orang tua dengan diabetes melitus, pH serumennya lebih tinggi
dibandingkan dengan pH serumen non diabetes, yang menyebabkan penderita
diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor
immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna.5
Tabel 1. Faktor predisposisi Otitis Eksterna Akut
Abnormalitas anatomi
Dermatologi
Stenosis kanalis

Eksim

Eksostosis

Psoriasis

Hairy eye canals

Seboroik
Inflamasi lain

Obstruksi Kanal
Obstuksi serumen

Air di dalam kanal

Benda asing

Kelembapan
13

Kista sebasea

Berkeringat
Berenang atau pajanan air

Intergritas serumen/epitel

dalam waktu lama

Pembersihan serumen
Earplugs

Lain-lain

ABD

Cairan purulen dari otitis media

Instrumen/garukan

Sabun
Stres
Golongan darah A

2.5. Etiologi
Otitis eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Sedangkan pada otitis eksterna
difus biasanya disebabkan oleh kuman golongan Pseudomonas. Kuman lainnya
seperti Staphylococcus albus, Escherichia colli, dan sebagainya juga dapat
menjadi penyebab otitis eksterna difus. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis.5
Otomikosis paling sering disebabkan oleh Pityrosporum,Aspergillus,
kadang kadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain.Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis. Pada herpes zoster otikus penyebabnya
adalah virus varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf
kranial, dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks
servikalis bagian atas, yang disebut juga sindroma Ramsay Hunt.5
Infeksi bakteri maupun infeksi jamur yang tidak diobati dengan baik,
iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media,trauma berulang, adanya benda
asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing aid) dapat
menyebabkan radang kronis.5
Keratosis obturans disebabkan oleh proses radang yang kronis serta sudah
terjadi gangguan migrasi epitel. Dulu keratosis obturans dan kolesteatoma
eksterna dianggap sebagai penyakit yang sama proses terjadinya, oleh karena itu
sering tertukar penyebutannya. Keratosis obturans bilateral sering ditemukan pada
usia muda, sering dikaitkan dengan sinusitis dan bronkiektasis. Sedangkan
14

kolesteatoma eksterna ditemukan hanya pada satu sisi telinga dan lebih sering
pada usia tua.5
Tabel 2. Perbedaan keratosis obturans dan kolesteatoma eksterna
Keratosis obturans

Kolesteatoma eksterna

Dewasa muda

Tua

Sinusitis, bronkiektasis

Tidak ada

Akut/ berat

Kronis/ tumpul

Konduktif/ sedang

Tidak ada/ ringan

Sisi telinga

Bilateral

Unilateral

Erosi tulang

Sirkumferensial

Terlokalisir

Kulit telinga

Utuh

Ulserasi

Tidak ada

Bisa ada

Jarang

Sering

Umur
Penyakit terkait
Nyeri
Gangguan pendengaran

Osteonekrosis
Otorea

Pada otitis eksterna maligna, kelainan patologik yang penting berupa


osteomielitis progresif disebabkan oleh infeksi kuman Pseudomonas aeroginosa.
Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus yang berat, kadar gula darah
yang tinggi yang diakibatkan infeksi yang sedang aktif, menimbulkan kesulita
pengobatan yang adekuat. Otitis eksterna maligna merupakan tipe khusus dari
infeksi akut yang difus di liang telinga.5
2.6. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel selkulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa
mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang
mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.1
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunanair yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit
yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur sehingga lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri atau jamur.Masalahini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
15

berupa lekukan pada liang telinga.1,3


Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri.3
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan/ nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran.Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.1,3
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:1
1. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan

jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang
hebat.
2. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan

kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
2.7. Gejala dan Tanda
Pada otitis eksterna sirkumskripta, gejala yang timbul ialah rasa nyeri yang
hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Rasa nyeri timbul pada penekanan di
perikondrium, dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula). Selain ini terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga.5
Pada otitis eksterna difus, gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang
telinga sangat sempit, kadanga kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri
tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir/ musin
seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.5
16

Pada otomikosis, gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di
liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pada herpes zoster otikus akan
tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang telinga,
otalgia, dan terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada keadaan yang berat
ditemukan gangguan berupa tuli sensorineural.5
Pada keratosis obturans ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga
yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak
bermigrasi ke arah telinga luar. Terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat,
liang telinga yang lebih lebar, membran timpani yang utuh tapi lebih tebal dan
jarang ditemukan adanya sekresi telinga. Erosi tulang liang telinga ditemukan
pada keratosis obturans dan pada kolesteatoma eksterna. Hanya saja pada
keratosis obturans, erosi tulang yang terjadi menyeluruh sehingga tampak liang
telinga menjadi lebih luas. Sementara pada kolesteatoma eksterna erosi tulang
terjadi hanya di daerah posteroinferior. Pada kolesteatoma eksterna juga
ditemukan otore dan nyeri tumpul menahun, pendengaran dan membran timpani
biasanya normal.5
Pada otitis eksterna maligna, peradangan meluas secara progresif ke
lapisan subkutis, tulang rawan, dan tulang sekitarnya, sehingga timbul kondroitis,
osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Gejalanya adalah
rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang
banyak, serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan
semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau
paralisis fasial.5
2.8. Diagnosis
Otitis eksterna akut didiagnosis secara klinis berdasarkan tanda-tanda dan
gejala radang liang telinga (Tabel 3; Gambar 7 dan 8). Gambaran bervariasi mulai
dari rasa nyeri yang ringan, gatal-gatal, dan edema minimal sampai rasa nyeri
yang hebat, obstruksi lengkap liang telinga, serta deformitaspinna dan kulit liang
telinga. Nyeri merupakan gejala utama yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit.13 Demam mungkin ada, tetapi jika suhu melebihi 101F

17

(38,3C) menunjukkan adanya perluasan radang hingga ke luar liang telinga.


Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. Namun pada pasien dengan otomikosis
biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa penuh pada liang
telinga. Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Rasa penuh pada telinga merupakan
keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difus dan sering
mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Kurang
pendengaran mungkin terjadi pada otitis eksterna disebabkan edema kulit liang
telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis
eksterna yang lama sehingga sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif.7
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik
daun telinga, kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri. Pada
pemeriksaan liang telinga dapat terlihat furunkel atau bisul serta liang telinga
sempit pada otitis eksterna sirkumskripta, sedangkan pada otitis eksterna difus
liang telinga sempit, kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema yang
batasnya tidak jelas serta sekret yang sedikit. Pada otomikosis dapat terlihat jamur
seperti serabut kapas dengan warna yang bervariasi (putih kekuningan). Pada
herpes zoster otikus akan tampak lesi kulit vesikuler di sekitar liang telinga. Pada
pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif.8

18

Tabel 3. Diagnosis Otitis Eksterna


Gejala muncul 48 jam dalam 3 minggu terakhir
dan
Gejala peradangan liang telinga:
nyeri telinga, gatal, rasa penuh
dengan atau tanpa hilangnya pendengaran atau nyeri rahang
dan
Tanda peradangan liang telinga: nyeri tekan tragus/pinna atau edema/hiperemis
liang telinga
dengan atau tanpa otorea, membran timpani hiperemis, selulitis pada pinna,
atau limfadenitis lokal
Sumber: Rosenfield RM, Brown L, Cannon CR, et al; American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation. Clinical practice guideline: acute
otitis externa. Otolaryngol Head Neck Surg. 2006;134(4 suppl):S5.

Gambar 7. Gambaran otitis eksterna pada pemeriksaan otoskop


diikuti dengan pengangkatan debris.
Catatan: liang telinga tampak hiperemis dan edema.

19

Gambar 8. Gambaran otitis eksterna akut pada pemeriksaan otoskop.


Catatan: liang telinga tampak edema.
Otitis eksterna akut harus dibedakan dari penyakit radang saluran telinga
lainnya (Tabel 4).11 Anamnesis termasuk riwayat penyakit dan gejala yang
berhubungan, riwayat paparan air, trauma lokal atau pengangkatan serumen,
riwayat peradangan kulit, diabetes, operasi telinga, dan radioterapi. Pemeriksaan
fisik harus mencakup pemeriksaan daun telinga dan sekitarnya, kelenjar getah
bening, pemeriksaan kulit sekitarnya, otoskop, dan verifikasi bahwa membran
timpani masih utuh. Nyeri tekan pinna atau tragus merupakan tanda yang khas.
Tabel 4. Keadaan yang Menyerupai Otitis Eksterna Akut
Keadaan

Karakteristik
Pembeda
Efusi telinga tengah,

Otitis media akut

Memerlukan

tidak terdapat nyeri tragus

pneumatic otoscopy atau

atau pinna

timpanometri, obati dengan

Otitis eksterna
kronis

Keterangan

Gejala utama gatal,

antibiotik sistemik
Obati penyakit dasar

hiperemis liang telinga,


Otitis Media

Supurativa Kronis
Dermatitis kontak

terjadi lebih dari 3 bulan


Otorea kronis,

Perhatikan gejala

membran timpani tidak

otitis eksterna, lalu obati

intak

otitis media
Hindari pemakaian

Reaksi alergi dari

20

Eksim

Furunkolosis

kulit yang terpapar bahan-

anting, alat bantu dengar

bahan tertentu (contohnya

atau alat sumbat telinga,

besi, sabun, plastik); gejala

hindari paparan jika

utama gatal
Gejala utama gatal,;

memungkinkan
Pengobatan

sering kronis; riwayat

menggunaan kortikosteroid

alergi, terdapat pula pada

topikal

tubuh selain telinga


Infeksi fokal,

Pengobatan

kadang terdapat pustul atau

menggunakan pemanasan,

nodul, tersering di distal

insisi, dan drainase, atau

liang telinga

antibiotik sistemik; dapat


berkembang menjadi otitis

Demam tinggi,

eksterna difusa
Merupakan kasus

jaringan granulasi atau

emergensi dengan angka

jaringan nekrotik pada liang

kesakitan dan mungkin

telinga, dapat terjadi

kematian yang tinggi; perlu

gangguan nervus kranialis;

konsultasi ke

pasien dengan diabetes

otolaryngologist, perawatan

melitus atau

di Rumah Sakit, antibiotik

immunocompromized,

intravena, debridemen

Otitis Eksterna
Maligna

peningkatan jumlah
sedimen eritrosit,
ditemukan melalui
Miringitis

pemeriksaan CT
Inflamasi membran

Biasanya merupakan

timpani, mungkin terdapat

tahap lanjut dari otitis

vesikel; nyeri hebat, tidak

media akut atau infeksi

ada edema pada liang

virus

telinga
Otomikosis

Gejala utama gatal,

Dapat muncul

rasa penuh di liang telinga,

bersama infeksi bakteri;

edema minimal; terlihat

terapi menggunakan asam


21

jamur pada otoskop

asetat, setengah asam

(Gambar 3 dan 4)

asetat/setengah alkohol,
atau antijamur topikal;
pembersihan liang telingan

Ramsay Hunt
syndrome

Ulkus herpetikus

secara cermat
Pengobatan meliputi

pada liang telinga, wajah

antivirus, kortikosteroid

terasa tebal atau lumpuh,

sistemik

nyeri hebat, kehilangan rasa


Nyeri alih

pengecap
Pemeriksaan telinga
normal

Seborea

yang lain terkait nyeri alih


Gatal pada kulit

berambut
Sensitization to otics

Perhatikan penyebab

Gatal yang hebat,

tersebut
Pengobatan meliputi
pemberian moisturizer di
sekitar luar liang telinga
Hipersensitivitas

bintik-bintik makulopapular

tipe 4 akibat reaksi terhadap

atau kemerahan pada liang

neomisin atau larutan obat

telinga; luka pada pinna,

mata lainnya; hentikan

vesikel mungkin ada

pemakaian, obati dengan


kortikosteroid topikal

Karena otitis eksterna dapat mengakibatkan membran timpani menjadi


hiperemis, maka pemeriksaan menggunakan Pneumatic Otoscopy atau
timpanometri dapat digunakan untuk membedakannya dengan otitis media.
Otomikosis biasanya memiliki gejala seperti rasa gatal dan rasa penuh di liang
telinga, serta tidak membaik dengan pengobatan antibiotik topikal. Terkadang
otomikosis dapat ditemukan pada pemeriksaan dengan otoskop (Gambar 9 dan
10), walaupun jamur saprofit non patogenik juga dapat ditemukan.

22

Gambar 9. Otomikosis yang disebabkan oleh Candida.


Catatan: karakteristik jamur berwarna putih pada debris.

Gambar 10. Otomikosis yang disebabkan oleh Aspergillus.


Catatan: karakterisik jamur berwarna abu-abu kehitaman pada debris.
Otitis eksterna maligna dapat dicurigai pada orang tua dengan penyakit
diabetes melitus atau pasien dengan immunocompromise yang memiliki gejala
otorea dengan sekret yang purulen serta otalgia hebat yang semakin memburuk
saat malam hari. Temuan klinis yang dapat ditemukan yaitu berupa jaringan
granulasi di luar liang telinga, khususnya di bone-cartilage junction. Perluasan
infeksi di luar liang telinga dapat menyebabkan limfadenopati, trismus,
kelumpuhan saraf fasialis dan saraf kranial lainnya.Pada otitis eksterna kronis,
gejala dan tanda yang tercantum dalam Tabel 311 terjadi selama lebih dari tiga
bulan. Gejala klasik berupa gatal, rasa yang tidak nyaman, juga terdapat

23

likenifikasi pada pemeriksaan dengan otoskop.


2.9. Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya antara lainsebagai berikut:8
1.
2.
3.
4.

Otitis eksterna nekrotik


Perikondritis berulang
Kondritis
Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika

2.10. Pencegahan
Penggunaan earplug ketika berenang, penggunaan hair dryers dan head
titling untuk mengeluarkan air dari kanalis auditoris, hindari self-cleaning atau
peregangan kanalis auditoris. Asam asetat 2% 2 tetes per hari atau 2-5 tetes
setelah terpapar air. Tetapi belum ada pemeriksaan percobaan yang membuktikan
efektivitas berbagai pencegahan diatas.12
2.11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila infeksi terjadi kronik pada liang telinga
dengan pengobatan yang tidak adekuat adalah dapat terjadi stenosis atau
penyempitan liang telinga karena terbentuk jaringan parut.17
2.12. Penatalaksanaan Komprehensif
Penatalaksanaan komprehensif dilakukan dengan cara sebagai berikut:8
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati
hati.
2. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak
mengorek telinga.
3. Farmakologi:5
a. Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan
salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan

24

kulit yang meradang. Pilihan antibiotika yang dipakai adalah


campuran polimiksin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi
topikal.
Pada otomikosis dilakukan pembersihkan liang telinga dari
plak jamur dilanjutkan dengan mencuci liang telinga dengan
larutan asam asetat 2 5% dalam alkohol 70% setiap hari
selama 2 minggu. Irigasi ringan ini harus diikuti dengan
pengeringan. Tetes telinga siap beli dapat digunakan seperti
asetat-nonakueous 2% dan m-kresilasetat.
b. Oral sistemik
Antibiotik sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi
yang cukup berat. Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat
diberikan. Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan
tatalaksana herpes zoster.
c. Bila otitis eksterna sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanahnya.
Pada infeksi kronis liang telinga, diperlukan operasi rekontruksi liang
telinga.Pada keratosis obliterans biasanya dapat dikontrol dengan melakukan
pembersihan debris akibat radang liang telinga secara berkala setelah gumpalan
keratin dikeluarkan. Sedangkan pada kolesteatoma eksterna perlu dilakukan
operasi agar kolesteatoma dan tulang yang nekrotik bisa diangkat sempurna.
Tujuan operasi mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang. Indikasi
operasi adalah bila destruksi tulang sudah meluas ke telinga tengah, erosi tulang
pendengaran, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin atau otore yang
berkepanjangan. Pada operasi, liang telinga bagian luar diperluas agar mudah
dibersihkan. Bila kolesteatoma masih kecil dan terbatas dapat dilakukan tindakan
konservatif. Kolesteatoma dan jaringan nekrotik diangkat sampai bersih, diikuti
pemberian antibiotik topikal secara berkala. Pemberian obat tetes telinga dari
campuran alkohol atau gliserin dalam H2O2 3%, tiga kali seminggu seringkali
dapat menolong.5
Pada otitis eksterna maligna pengobatan harus cepat diberikan. Sesuai
dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman penyebab tersering
Pseudomonas aerugenosa, diberikan antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan
Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi,
25

diberikan golongan fluoroquinolon (ciprofloxacin) dosis tinggi per oral. Pada


keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan
antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 8 minggu.
Antibiotika yang sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcillin clavulanat,
piperacillin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine,
cefepime (maxipime), tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin
(kombinasi dengan golongan penicilin). Disamping obat obatan, seringkali
diperlukan juga tindakan membersihkan luka (debrideman) secara radikal.
Tindakan debrideman yang kurang bersih akan dapat menyebabkan makin
cepatnya penjalaran penyakit.5
Pada kasus post herpetis zooster otikus, perlu dilakukan evaluasi
pendengaran sebagai pemeriksaan penunjang lanjutan. Dalam rencana tindak
lanjut, tiga hari pasca pengobatan untuk melihat hasil pengobatan. Khusus untuk
otomikosis, tindak lanjut berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu.7,8,9
Otitis Eksterna Akut
a. Membersihkan saluran telinga
Otitis eksterna akut dapat dikaitkan dengan kelebihan kotoran dalam
saluran telinga. Pedoman konsensus yang diterbitkan oleh American
Academy of Otolaryngology merekomendasikan benda asing dalam
kanaldapat dibersihkan dan untuk mencapai hasil optimal dibantu dengan
antibiotic topikal Namun setelah diteliti, tidak ada uji coba terkontrol secara
acak yang dapat membuktikan efektifitasnya pada kebersihan telinga, ini
tidak biasanya dilakukan pada kebanyakan pengaturan perawatan primer.
Pengobatan topical mengandalkan kontak langsung dengan dengan kulit
yang terinfeksi pada saluran telinga maka menjaga kebersihan telinga
sangatlah penting apalagi ketika volume atau ketebalan kotoran di liang
telinga sangat banyak. Pedoman merekomendasikan menjaga kebersihan
telinga dengan bilas sedot (lavage suction ) atau dengan cara membersihkan
dengan cara mengeringkan dibawah otoskop atau visualisasi mikroskopis
untuk menghilangkan materi yang menghalangi dan untuk memverifikasi
keutuhan membran timpani . bilas telinga sebauknyadigunakan hanya jika
membran timpani diketahui utuh, dan tidak boleh dilakukan pada pasien

26

dengan diabetes karena memiliki resiko yang berpotensi menyebabkan


otitis ganas externa.10 Obat nyeri mungkin diperlukan selama prosedur ini
dijalankan.
b. Obat topikal
Antibiotika topikal dengan atau tanpa kortikosteroid merupakan
pengobatan andalan untuk otitis eksterna akut tanpa komplikasi. Antibiotika
topikal sangat efektif apabila dikombinasikan dengan plasebo, hal ini
ditunjukkan dari peningkatan tingkat angka kesembuhan klinis sekitar 46%
10,14-16

Antibiotika topikal terdapat dalam berbagai sediaan dan kombinasi;

tinjauan sistematis terkini termasuk 26 intervensi topikal yang


berbeda.15Pada beberapa studi, sediaan untuk mata juga digunakan dalam
pengobatan otitis eksterna.14,15 Sediaan untuk mata lebih bisa ditolerasi
daripada sediaan untuk telinga, mungkin karena perbedaan kadar pH di
antara dua sediaan tersebut, juga dapat membantu memfasilitasi pemenuhan
rekomendasi pengobatan. Antibiotika yang umum dipelajari meliputi
golongan aminoglikosida, Polymyxin B, kuinolon dan asam asetat. Tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa sediaan satu lebih efektif daripada yang
lainnya.10,14-16 Terdapat bukti yang mengatakan bahwa dengan menggunakan
asam asetat tunggal diperlukan waktu tambahan selama dua hari untuk
mengurangi gejala dan digabung dengan golongan yang lainnya, namun
pengobatan menjadi tidak efektif jika digunakan dalam waktu lebih dari
tujuh hari.15 Pedoman yang digunakan saat ini memaparkan tentang risiko
efek samping, tingkat kepatuhan, biaya, pilihan pasien, dan pengalaman ahli
medis.Beberapa komponen yang ditemukan pada preparat mata dapat
mengakibatkan dermatitis.Hipersensitifitas terhadap aminoglikosida,
neomisin, dapat terjadi dalam 15% populasi dan sudah teridentifikasi
sebanyak 30% pada pasien yang mengalami otitis eksterna kronis atau otitis
eksterna eksematous.18 Kepatuhan terhadap pemakaian pengobatan topikal
meningkat sesuai dengan mudahnya penyebaran atau adminitrasi obat,
seperti pengurangan dosis.19 Penambahan terapi topikal kortikosteroid lebih
cepat dalam menangani gejala seperti nyeri, edema liang telinga dan
hiperemis.11,14-16 (Tabel 410,14-16).

27

c. Antibiotik oral
Antibiotik sistemik meningkatkan risiko efek samping, generasi
organisme yang resisten, dan kekambuhan. Antibiotik juga dapat
meningkatkan waktu penyembuhan secara klinis dan hasilnya tidak
mempengaruhi hasil dibandingkan dengan pemberian obat topical tanpa
antibiotic pada otitis eksterna tanpa komplikasi.16 Antibitotik sitemik
sebaiknya digunakan hanya ketika infeksi telah menyebar di luar saluran
telinga atau ketika ada diabetes yang tidak terkontrol, gangguan imun,
riwayat radioterapi lokal, atau ketidakmampuan untuk berespon terhadap
antibiotik topical.10,14,16

Persiapan pengobatan antibiotik topikal tanpa kultur adalah pendekatan


pengobatan yang cukup beralasan untuk pasien yang memiliki gejala ringan dari

28

otitis eksterna. Jika membran timpani masih utuh dan tidak ada kekhawatiran dari
hipersensitivitas terhadap aminoglikosida, sebuah neomycin / polimiksin B /
hidrokortison persiapan antibiotic akan menjadi terapi lini pertama karena
efektivitasnya dan biaya rendah. Ofloxacin dan ciprofloxacin / deksametason
(Ciprodex) telah disetujui untuk digunakan pada telinga tengah dan sebaiknya
digunakan bila membran timpani tidak utuh atau statusnya tidak dapat
ditentukansecara visual.11Ini juga dapat berguna jika pasien hipersensitif terhadap
neomisin, atau jika pasien tidak patuh terhadap pengobatan karena frekuensi dosis
adalah sebuah permasalahan. Ketika gejala mulai muncul penggunaan pengobatan
yang mengandung kortikosteroid dianjurkan untuk mempercepat penyembuhan.
Pasien harus diajarkan dengan benar menjalankan pengobatan dengan antibiotik.
Pasien sebaiknya berbaring dan dibantu oleh seseorang dengan sisi yang akan
diobati menghadap ke atas, dengan seiring berjalannya persiapan sisi saluran
telinga terasa penuh dan pinna bergerak lembut untuk menghilangkan kantong
udara. Pasien harus tetap dalam posisi ini selama tiga sampai lima menit, setelah
sal uran tidak terasa tersumbat, lagi melainkan sebelah kiri dibiarkan terbuka
untuk pengeringan. Akan lebih baik apabila pasien dibantu oleh seseorang yang
membantu memberikan tetes telinga karena 40 persen dari pasien yang
meneteskan tanpa dibantu hasilnya kurang akurat.14 Pasien harus diinstruksikan
untuk meminimlaisir trauma pada telinga dan menghindari paparan air, termasuk
menghindari diri dari olahraga air selama seminggu atau, minimal, menghindari
aktifitas menyelam.Ketika ada edema pada kanal, sebuah sumbu selulosa
dikompresi atau kita dapat menempatkan pita kasa di kanal untuk memfasilitasi
antimikroba atau tatalaksana penggunaan antibiotik. diperbolehkan tetes antibiotik
pada sumbu untuk mencapai bagian-bagian dari saluran pendengaran eksternal
yang tidak dapat diakses karena pembengkakan saluran. Sebagai sebuah respon
saluranuntuk pengobatan dan pastinya kembali ke liang telinga, sumbu sering
jatuh keluar.
d. Analgesia
Nyeri adalah gejala umum dari otitis eksterna akut, dan dapat
dilemahkan.12 Analgesik oral adalah pengobatan pilihan utama. Lini pertama

29

steroid melingkupi obat non steroid anti inflamasi (NSAID). Ketika pengobatan
dalam dosis biasadigunakan dalam mengurangi nyeri, pengobatan sebaiknya
diberikan sesuai dengan jadwal daripadi berdasarkan kebutuhan. Kombinasi pill
opioid mungkin digunakan apabila gejala berat mulai timbul. Persiapan otic
benzocaine mungkin dapat menurunkan keefektifan dari otic antibiotic tetes oleh
karena pembatasan kontak antara tetesan dan salura telinga. Kekurangan pada
yang di publikasi didukung oleh kefektifan persiapan topical benzocaine untuk
otitis eksterna sebagai pembatasan peran pengobatan tersebut.
Otitis eksterna kronis
Pengobatan otitis eksterna kronis tergantung pada penyebab pokok
penyakit ini. Karena sebagian besar kasus disebabkan oleh alergi atau kondisi
dermatologi inflamasi, pengobatannya meliputi penghapusan yang menggunakan
alat dan penggunaan kortikosteroid topikal atau sistemik. Otorrhea kronis atau
intermiten lebih dari beberapa minggu hingga bulan, terutama dengan membran
timpani yang terbuka, menunjukkan adanya otitis media supuratif kronis. Upaya
pengobatan awal adalah sama dengan yang untuk otitis media akut. Dengan
kontrol dari gejala otitis eksterna, perhatian bisa beralih ke pihak manajemen
pengobatan otitis media supuratif kronis.
2.13.

Tindak lanjut dan Rujukan


Kebanyakan pasien akan mengalami peningkatan yang cukup besar dalam

gejala setelah satu hari pengobatan. Jika tidak ada perbaikan dalam waktu 48
sampai 72 jam, dokter harus mengevaluasi kembali kepatuhan pengobatan,atau
adakah kesalahan diagnosis dan dilakukan kepekaan terhadap tetes telinga,
atauapakah adan gandgguan pada akuran telinga atau yang lainnya . Dokter harus
mempertimbangkan bahan kultur dari kanal untuk mengidentifikasi patogen jamur
dan pathogen antibiotic yang resistan dapat dilakukan jika pasien tidak membaik
setelah dilakukan upaya pengobatan awal atau memiliki satu atau lebih faktor
risiko predisposisi, atau jika ada kecurigaan bahwa infeksi telah melampaui
saluran pendengaran eksternal. Ada kurangnya data mengenaisepanjang
pengobatan ; sebagai aturan umum, otics antimikroba harus diberikan selama

30

tujuh sampai 10 hari, meskipun dalam beberapa kasus resolusi lengkap gejala bisa
memakan waktu hingga empat minggu.11,15Konsultasi dengan subspecialist
penyakit otolaryngologist atau infeksi dapat dibenarkan jika otitis externa
dicurigai ganas atau dalam kasus-kasus penyakit yang berat, kurangnya perbaikan
atau memburuknya gejala meskipun dalampengobatan, dan bilas telinga gagal;
atau jika dokter perawatan primer memastikan pengaruh kebersihan telinga atau
penyisipan sumbu telinga sebagai jaminan , tapi tidak familiar atau tidak serius
dalam menjalankan prosedur.
2.14. Konseling dan Edukasi
Pasien dan keluarga perlu diberitahu tentang:8,9
1. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau lainnya.
2. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang.
3. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar
dalam kondisi kering dan tidak lembab.
2.15.

Prognosis
Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit, ada/ tidaknya komplikasi,

penyakit yang mendasarinya, serta pengobatan lanjutannya.8,9

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Adam GL., Boies LR. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit
THT.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997; (6):73-87.
2. Amri E., Kadir A., Djufri NI. Perbandingan Efektifitas Klinis Ofloksasin
Topikal Dengan Ofloksasin Kombinasi Steroid Topikal Pada Otitis Eksterna
Profunda Di Makassar. Makasar: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2013.
3. Cody DT. Otalgia (Nyeri Telinga). Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997; Hal 104-118.
4. Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention.Am
Fam Physician, Mar 2001; 63(5):927 37.
5. Soepardi EA., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti RD. Otitis Eksterna. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011; (6):60 63.
6. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
7. Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC,
2014.
8. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Telinga dan Hidung. Buku Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta:
Ikatan Dokter Indonesia, 2013;205 8.
9. Otitis eksterna. Didownload dari http://m.rsud-waluyojati.com pada tanggal
12 September 2014 pukul 17.21 WIB.
10. Ninkovic G, Dullo V, Saunders NC. Microbiology of otitis externa in the
secondary care in United Kingdom and antimicrobial sensitivity. Auris Nasus
Larynx. 2008;35(4):480-484.
11. Roland PS, Stroman DW. Microbiology of acute otitis externa. Laryngoscope.
2002;112(7 pt 1):1166-1177.
12. Martin TJ, Kerschner JE, Flanary VA. Fungal causes of otitis externa and
tympanostomy tube otorrhea. Int J Pediatr Otorhinolaryngol.
2005;69(11):1503-1508.
13. Pontes ZB, Silva AD, Lima Ede O, et al. Otomycosis: a retrospective study.
Braz J Otorhinolaryngol. 2009; 75(3):367-370.
14. Ahmad N, Etheridge C, Farrington M, Baguley DM. Prospective study of the
microbiological flora of hearing aid moulds and the efficacy of current
cleaning techniques. J Laryngol Otol. 20 07;121(2):110 -113.
15. Russell JD, Donnelly M, McShane DP, Alun-Jones T, Walsh M. What causes
32

acute otitis externa? J Laryngol Otol. 1993;107(10):898-901.


16. Kim JK, Cho JH. Change of external auditory canal pH in acute otitis externa.
Ann Otol Rhinol Laryngol. 2009;118(11):769-772.
17. Van Asperen IA, de Rover CM, Schijven JF, et al. Risk of otitis externa after
swimming in recreational fresh water lakes containing Pseudomonas
aeruginosa. BMJ. 1995;311(7017):1407-1410.
18. Halpern MT, Palmer CS, Seidlin M. Treatment patterns for otitis externa. J
Am Board Fam Pract. 1999;12(1):1-7.
19. Rosenfeld RM, Singer M, Wasserman JM, Stinnett SS. Systematic review of
topical antimicrobial therapy for acute otitis externa. Otolaryngol Head Neck
Surg. 2006;134(4 suppl):S24-S48.
20. Kaushik V, Malik T, Saeed SR. Interventions for acute otitis externa.
Cochrane Database Syst Rev. 2010; (1):CD004740.

33

Anda mungkin juga menyukai