Anda di halaman 1dari 31

Wind Energy (Energi Bayu)

Angin merupakan udara yang bergerak. Terjadinya dikarenakan


pemanasan permukaan bumi oleh matahari yang tidak merata.
Permukaan bumi berbentuk perairan serta daratan yang mengabsorbsi
radiasi matahari dengan tidak merata. Ketika siang hari udara di atas
permukaan daratan menjadi panas lebih dulu dari pada udara di atas
permukaan air laut, dengan demikian udara di atas daratan akan
mengexpansi dan naik ke atas (konveksi, sebab densitas berbeda). Udara
di atas permukaan air yang lebih dingin mengalir ke daratan untuk
menempati kekosongan, yang disebut local wind atau Brise dalam
bahasa Jerman. Pada malam hari angin berbalik arah, sebab udara di atas
daratan mengalami pendinginan lebih cepat.

Selain itu angin timbul oleh karena perputaran bumi. Udara pada
katulistiwa dipanaskan lebih banyak dari pada udara pada kedua kutub.
Sekitar 2% dari energi matahari yang diterima oleh atmosfer bumi
1

mengkonversi energi pergerakan udara. Daya tsb dapat dihitung secara


teoretis sebesar 4106 GW.
Sampai akhir 2007 PLTB di dunia telah terpasang 91,4 GW (sebesar 57,1
GW di Eropa dan 22,2 GW di Jerman).
Gerakan udara atau angin dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
elektrik dengan cara melambatkan gerakannya. Angin bergerak melalui
baling2 yang dibentuk menjadi kerjang udara (airfoil, lihat gambar) yang
akan mengangkat (mendorongnya) seperti sayap pada pesawat, sehingga
baling2 berputar.
Kecepatan di bagian atas airfoil lebih tinggi dari pada kecepatan di
bawahnya sehingga tekanan statik di bawah lebih tinggi yang
menyebabkan lift.

p = pdyn + pstat;

pstat: tekanan statik;

pdyn: tekanan dinamis

jika pdyn menurun maka pstat meningkat (lift) dan sebaliknya.


2

Tidak semua lokasi dapat memanfaatkan tenaga bayu, maka dengan


penilaian sumber daya (resource assessment) dapat diestimasi banyaknya
energi angin yan dapat diproduksi. Untuk itu digunakan index Wind
Power Density (WPD), yaitu perhitungan dari daya rata2 tahunan per m2
area penyapuan sudu (swept area) dari turbin [kW/m2] dan ditabulasi
berdasarkan ketinggian dari dasar. Kalkulasi dari densitas daya termasuk
efek dari kecepatan angin dan densitas udara, contoh: Kelas 1: 200 W/m2
pada ketinggian < 50 m, kelas 2: 800 2000 W/m2. Ladang angin (wind
farm) biasanya terletak di atas kelas 3 atau area lebih luas.
Tabel berikut adalah sebuah contoh:
10 m (33 ft)
Class

30 m (98 ft)

50 m (164 ft)

Wind power Speed m/s Wind power Speed m/s Wind power Speed m/s
density (W/m2)
(mph)
density (W/m2)
(mph)
density (W/m2)
(mph)

0 - 100

0 - 4.4
(0 - 9.8)

0 - 5.1
(0 - 11.4)

0 - 200

0 - 5.6
(0 - 12.5)

100 - 150

4.4 - 5.1
160 - 240
(9.8 - 11.5)

5.1 - 5.9
(11.4 13.2)

200 - 300

5.6 - 6.4
(12.5 - 14.3)

150 - 200

5.1 - 5.6
(11.5 12.5)

240 - 320

5.9 - 6.5
(13.2 14.6)

300 - 400

6.4 - 7.0
(14.3 - 15.7)

200 - 250

5.6 - 6.0
(12.5 13.4)

320 - 400

6.5 - 7.0
(14.6 15.7)

400 - 500

7.0 - 7.5
(15.7 - 16.8)

250 - 300

6.0 - 6.4
(13.4 14.3)

400 - 480

7.0 - 7.4
(15.7 16.6)

500 - 600

7.5 - 8.0
(16.8 - 17.9)

300 - 400

6.4 - 7.0
(14.3 15.7)

480 - 640

7.4 - 8.2
(16.6 18.3)

600 - 800

8.0 - 8.8
(17.9 - 19.7)

400 - 1000

7.0 - 9.4
(15.7 21.1)

640 - 1600

8.2 - 11.0
(18.3 24.7)

800 - 2000

8.8 - 11.9
(19.7 - 26.6)

0 - 160

Turbin bayu telah dipasang pada offshore oil and gas platforms untuk
menghasilkan elektrik yang diperlukan untuk menjalankan peralatannya.
Dengan kecepatan angin secara konsisten di antara 16 23 km/h (10
14 mil/h) maka pengoperasian kincir angin bisa ekonomis. Di offshore
area kondisi angin ideal, maka Denmark dan Inggris telah mengoperasikan wind parks (ladang angin) yang besar seperti pada gambar berikut.

Perbedaan pemanfaatan energi bayu:


a) windmill: energi bayu energi mekanik, umpama pompa air
b) wind generator (wind turbine): energi bayu elektrik, untuk
menghasilkan listrik

Turbin bayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Klasifikasi:
1) tergantung dari posisi/keadaan sumbu poros: vertikal atau horisontal
2) banyaknya sudu (baling2): 1, 2, 3 atau lebih
3) modus kecepatan: modus lambat atau cepat
4) kecepatan putaran rotor: konstan atau variabel
5) kemungkinan kontrol daya: kontrol automatik stall atau pitch(*
6) kontrol, automatik pada saat badai: memutar dari arah angina atau
5

dengan memutar sudu


7) macam generator: generator synkron, asynkron atau DC generator
8) penyambungan ke jaringan listrik: langsung atau dengan bantuan
siklus perantara arus searah (DC)
Keterangan: (*
Stall control:
Penyobekan aliran (Strmungsabri) apabila sudut serang (angle of
attack) terhadap sudu melampaui sudut tertentu. Dengan sudut semakin
besar maka aliran akan sobek (terjadinya turbulensi) yang berarti tekanan
statiknya mengecil.
Pada saat badai sudu berputar dengan sendirinya sampai sisi ratanya
menghadap serangan angin, dengan demikian meskipun beban bengkok
sangat besar tapi sudu tidak bisa putar (stop).

Pitch control:

Sudut pitch (jarak) referensi dibandingkan dengan sudut aktual lalu


penyimpangan dikoreksi oleh actuator. Berikut adalah gambar baling2
pesawat dengan pitch control dan motor elektriknya untuk merubah
sudut.

Pada dasarnya pembagian macam turbin angin hanya: vertikal dan


horisontal
a)

Rotor vertikal:

Alat ukur kecepatan angin yang disebut Anemometer juga memakai


prinsip rotor Savonius seperti terlihat pada gambar berikut:
1) Rotor-Savonius:

2) Rotor-Darrieus:

3) Rotor-H-Darrieus:

Sudu konkav seperti pada gambar di atas drag coefficient-nya hanya


berkisar 1,3 dan power coefficient maximal cp = 0,2.
Disebabkan putaran yang rendah maka turbin dengan rotor vertikal
jarang dipakai untuk menghasilkan listrik, namun terdapat juga beberapa
contoh lain seperti dapat dilihat pada gambar2 berikut:

10

Turbin angin sumbu vertikal (VAWT)


Keunggulan turbin macam ini adalah, turbin tidak tergantung dari arah
angin, jadi pada daerah yang anginnya sering berubah arah, baik untuk
digunakan. Pada turbin ini sebuah poros tegak lurus dari bawah ke atas,
yang diputar oleh sudu, dan melalui sebuah gearbox memutar generator
yang diletakkan di bawah. Dengan design ini menara tidak dikenakan
beban generator/gearbox, lebih mudah untuk perawatan. Kelemahannya
adalah pada design tertentu diproduksinya torsi berdenyut. Dikarenakan
tidak ratanya permukaan tanah (rumah dll) menyebabkan aliran angin
menjadi turbulen sehingga pulsasi terjadi dan menyebabkan vibrasi,
kebisingan, termasuk lebih cepatnya aus dari bearing, sehingga ongkos
perawatan meningkat. Aliran udara akan dialihkan arahnya oleh turbin
yang menyebabkan kecepatannya bertambah. Apabila turbin diletakkan
11

di atas atap, terutama jika tinggi menara turbin 50% dari tinggi rumah,
maka efisiensinya mencapai optimum dan turbulensi minimum.

Turbin Darrieus memikili efisiensi tinggi tapi menghasilkan torsi raik


(torque ripple) dan stres siklik (cyclical stress) pada menara yang dapat
menurunkan keandalannya. Biasanya turbin tsb tidak dapat start dengan
sendiri, diperlukan motor start atau dengan tambahan rotor Savonius,
sebab torsi awalnya sangat kecil.

12

Untuk mengurangi torsi raik digunakan 3 atau lebih sudu yang juga dapat
meningkatkan kepadatan rotor yang didefinisikan sebagai berikut: area
sudu dibagi dengan area rotor.
Turbin Savonius adalah type tarik (drag type) dengan 2 atau lebih sendok
helix (helical scoops) yang panjang untuk memberikan torsi yang merata.
13

Keunggulan:
1) tidak diperlukan menara yang tinggi dengan bearing diletakkan di
bawah
2) design tanpa mekanisme olengan (yaw mechanism) dimungkinkan
dengan fixed pitch rotor design (desain rotor jarak tetap)
3) generator dan gearbox dapat dipasang di bawah, maka lebih mudah
untuk perawatan
4) VAWT memerlukan start-up angin lebih kecil (sekitar 10 km/h)
dibandingkan dengan HAWT
5) di daerah yang tak ada bangunan tinggi dapat digunakan VAWT
6) VAWT yang dipasang di dekat daerah perbukitan mendapat
keunggulan sebab angin mengalami percepatan
7) kebisingan lebih rendah

Kelemahan:
1) VAWT yang menggunakan tali untuk penetapan pada satu tempat
menyebabkan tidak hanya keseluruhan beratnya dibebankan pada
bearing, melainkan juga gaya tarik dari tali yang arahnya ke bawah
pada waktu terjadi embusan angin (lihta gambar sebelumnya). Untuk
14

itu diperlukan superstructure untuk menahan top bearing pada


tempatnya untuk mengeliminasi tekanan ke bawah dari embusan
angin
2) oleh karena beban angin berubah tanda 2 x setiap putaran yang
menyebabkan stres pada setiap sudu sehingga kegagalan akibat
fatique dapat terjadi
3) VAWT memproduksi lebih sedikit daya dari pada HAWT untuk
ketinggian yang sama.

Gambar berikut adalah power coefficient cp (Leistungsbeiwert) vs. tipspeed ratio (Schnellaufzahl). Dari grafik terlihat bahwa turbin type
Savonius memiliki cp yang kecil pada yang kecil, sedangkan type
turbin dengan sudu kembar memiliki cp yang agak besar dengan sekitar
10. Yang paling umum dipakai adalah type turbin horizontal dengan tiga
sudu, dimana ia memiliki cp paling tinggi pada sekitar 6.
Turbin horizontal sudu tunggal atau dua membuat kebisingan yang tinggi
pada putaran tinggi, sehingga tidak sering dipilih.

15

Turbin angin sumbu horizontal (HAWT)


Sumbu utama rotor serta generator berada di atas menara angin dan harus
berlawan arah dengan arah angin.
Pada turbin kecil dipakai baling2 sederhana, sedangkan untuk yang besar
digunakan sebuah sensor angin yang dihubungkan dengan sebuah servomotor. Kebanyakan memiliki gearbox yang diputar oleh baling2 lambat
dan memindahkannya ke yang lebih cepat untuk menjalankan generator.

Posisi turbin horisontal:

16

a) Up-wind rotor: letak sudu di depan menara dan dihadapkan ke arah


angin, maka turbulensi di belakang menara tidak mempengaruhinya.
Baling2 dibuat kaku dengan jarak tertentu dari menara, bahkan kadang2
dibuat sedikit miring ke depan (ke arah angin) supaya pada saat angin
kencang tidak sampai ditekan ke menara.
b) Down-wind rotor: sudu dipasang di belakang menara (misalnya
Growian) meskipun di belakang menara terjadi turbulensi yang
menyebabkan kebisingan (disebabkan putaran sudu secara periodik
melalui aliran turbulen) dan timbulnya gelombang beban (sebab aliran
angin turbulen tsb bisa ambruk sewaktu-waktu).
Turbin ukuran kecil memiliki keuntungan yang dapat melacak arah
angin dengan sendirinya. Pada turbin besar seperti Growian digunakan
pelacakan aktif dan tumpuan rotor yang flexibel sehingga sudu tidak
membentur menara.

Komponen Rotor-Horisontal:
17

Typical wind turbine components :


18

1-Foundation,

2-Connection to the electric grid, komponen lainnya, termasuk


controls,
electrical cables, ground support equipment and interconnection
equipment.
3-Tower, komponen struktur penunjang yang sekitar 15% dari harga
total, termasuk tower dan rotor yaw mechanism (mekanisme
penyimpangan motor)
19

4-Access ladder,
5-Wind orientation control (Yaw (penyimpangan) control),
6-Nacelle (rumah mesin atau casing),
7-Generator, sekitar 34% dari harga total, termasuk control
electronics, gearbox yang merubah putaran rendah ke putaran tinggi
yang sesuai keperluan jaringan listrik.
Generator yang biasa digunakan (sekitar 90%) adalah generator
asynchron, namun pada pembangkit konvensionel digunakan
generator sychron.
8-Anemometer,
9-Electric or Mechanical Brake,

20

Sebuah drum brake digunakan putaran rotor pada 1 2 rpm, karena


pengereman dari full speed dapat menimbulkan percikan api, maka pada
awalnya rotor diperlambat dengan bantuan magnetic brake. Drum brake
yang dioperasikan secara hydraulik juga dipakai untuk menahan rotor
pada saat angin kencang.
10-Gearbox,

11-Rotor blade, komponen rotor termasuk baling2, harganya sekitar


20%
dari harga total. Bahan dipakai carbon-fibre girder (tulang) untuk
mengurangi berat.

21

Gambar berikut memperlihatkan produksi sebuah sudu dari Siemens.


Keistimewaannya adalah tanpa sambungan dengan dimensi yang luar
biasa besarnya.

22

Gambar berikut memperlihatkan pemasangan sudu pada


puncak menara.

23

12-Blade pitch control (kontrol jarak sudu),


13-Rotor hub (naf rotor). Naf (Nabe) dimana sudu disambung.

Pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi mempunyai kelemahan


dan keuntungan:
1) angin adalah pergerakan udara yang tidak tetap (intermittent)
2) energi kinetik angin tak dapat disimpan, namun elektrik yang
dihasilkan dapat disimpan dalam bateri atau bentuk lainnya
3) terkadang lokasi yang baik untuk system pembangkit angin letaknya
jauh atau terpencil
4) transportasi, penyimpanan dan pembuangannya menjadi masalah
5) investasi awal yang tinggi, meskipun life cycle cost-nya lebih rendah
24

dari pada pembangkit fosil lainnya, sebab tidak diperlukannya


pembelian bahan bakar dan pengeluaran untuk pengoperasiannya
rendah.

Masalah transportasi, penyimpanan dan lingkungan:


Oleh karena sudu sangat panjang menyebabkan masalah pada transpotasi,
penyimpanan dan juga pada pemusnahannya, apabila sudu sudah harus
diganti. Gambar berikut adalah sebuah contoh pada pengangkutannya
serta penyimpanannya (perlu tanah yang luas):

di atas kapal pengangkut

25

26

Selain itu sudah terdapat banyak sudu2 yang rusak yang harus diganti,
seperti dapat dilihat pada gambar2 berikut:

Gambar di atas adalah sebuah sudu yang terkena petir. Tidak lama lagi
bukan hanya sudu rusak, melainkan keseluruhan turbin angin yang massa
kerjanya sudah mendekati pension, maka harus dicarikan cara
pembuangannya atau recycling.

Keterangan untuk gambar di atas: Pada tahun 2020 akan terjadi


gelombang rotor usang. Grafik menunjukkan pula banyaknya sudu yang
27

harus dibuang dengan massanya adalah dalam Mg/a (mega Gram per
tahun = 1000 t/a).

Rotor pertama yang usang diprediksikan akan terjadi pada tahun 2020.
Gambar di atas memprediksi bahwa pada tahun empat puluhan akan
terdapat sekitar 40000 turbin yang harus dibuang.

Hukum Betz merupakan hukum dasar dalam perhitungan turbin angin.


Energi kinetik udara bergerak: Ekin = mv2
Massa udara yang berpindah melalui sebuah area A:

= V&

28

Panah menunjuk ke bawah adalah penampang A


Pw = E&kin = v2 dengan

= = Av

Pw = Avv2 = Av3
Pw 2 3 5 3
Untuk kecepatan angin v1 = 5 m/s jika v3 = 25 m/s Pw = 3 = 27
1
5

Apabila v3 = 25 m/s Pw3 = 125Pw1


Angin dengan kecepatan v1 memasuki bidang rotor A dengan daya Pw1
dan keluar dengan v2, dimana sisa dayanya Pw2, maka daya net yang
didapat adalah:
P = PN = Pw1 Pw2 = (A1v13 A2v23)
maka jika v2 0 PN menjadi max.
Gaya angin kepada sudu: Fw =
Pw = Fwv =

(v1 v2) persamaan impuls

(v1 v2)v dengan

v: kecepatan angin yang mengalir melalui bidang sudu (Rotorebene)


(v1 v2)v = (v12 v22)
29

(v1 v2)v= (v1 v2)(v1 + v2) v = (v1 + v2)


Daya efektif PN = A(v1 + v2)(v12 - v22)
Power coefficient cp = PN/Pw =

v1 v 2 v12

cp = (1 + x)(1 x2) dengan x =

v 2

2 v1

= (1 +

v2
v1

)(1 -

v2
2
v1

v2
v1

untuk x = 1 v2 = v1 cp = 0
untuk x = 0,1 A2:A1 = v1:v2 = 0,55:0,1 = 5,5 A2 = 5,5A1 (tidak
menguntungkan)
untuk x = 1/3 A1:A2 = v2:v1 = 2/3 cp(1/3) =

2 8
=
3 9

16
=
27

0,593

cpmax = cpBetz = 16/27 = 0,593 Pmax = Av13cpBetz


Efisiensi = PN/Pmax =

1
2
2
A v1 + v 2 v1 v2
4
1
3
A v1 cpBetz
2

cp

= cp
Betz

Untuk turbin dengan sumbu vertikal (Sarvonius):

30

P = FwvRot dengan vRel = vw vRot (kecepatan yang secara efektif


menerjang bidang hambatan) Fw = cwA(vw vRot)2 dimana
vw: kecepatan angin depan sudu
cw: koef. hambatan (drag coefficient)
Sebagai contoh telah dibuat sebuah wind mill Persia untuk museum
Jerman:

1/2 cw
A v w v Rot v Rot

cp = P/Pw =
cpmax =

4
cw
27

1/2 A v w

v Rot

dengan = v =
w

1
3

maximal

dengan cwmax = 1,3

power coef. max. dari turbin sumbu vertikal cpmax = 4/271,3 0,2

31

Anda mungkin juga menyukai