Anda di halaman 1dari 17

Proyek Mini

Desain & Tata Ruang Pertanian

ANALISA KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN PEDESAAN KHUSUSNYA


PADA AREAL PESISIR
KECAMATAN PITUMPANUA, KABUPATEN WAJO
SULAWESI SELATAN

Disusun Oleh:
Nama
Nim
Kelas
Semester

: AK B AR
: G 111 11 904
:C
:4

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ANALISA KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN PEDESAAN KHUSUSNYA


PADA AREAL PESISIR
KECAMATAN PITUMPANUA, KABUPATEN WAJO
SULAWESI SELATAN
AK BAR
G111 11 904
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar 90245
Abstrak
Tujuan dari penulisan peper ini adalah untuk mendesain salah satu area yang
ada di sulawesi selatan ini banyaknya areal lahan yang berpotensi namun pasif untuk
di gunakan di berbagai hal salah satu di antaranya di bidang pertanian, maka adanya
ketersediaan lahan inilah yang berpotensi namun pasif. Oleh kerena itu, peningkatan
hasil pertanian dengan penataan dan perencaanaan perlu dilakukan. Pertanian yang
dilakukan mulai dari daerah pesisir sampai pada pegunungan selama ini masih kurang
tertata. Analisa kesesuaian lahan pertanian utamanya pertanian pesisir perlu
dilakukan agar hasil pertanian lebih meningkat dan pendapatan masyarakat petani
semakin tinggi. Desain dan tata ruang pertanian dapat dilakukan berupa mengatur dan
merencanakan infrastruktur seperti jalan dan irigasi, pola pertanaman, dan budaya
masyarakat setempat. analisa kesesuaian lahan pertanian khsus pada daerah pesisir
Pitumpanua merancang dan menerapkan beberapa program seperti penanaman
mangrove, pengaturan infrastruktur, pengaturan pola tanam, pembuatan agrowisata
dan agrobelajar, dan penerapan usaha tani terpadu PATI. Pada pengaturan pola
tanam dilakukan dengan budidaya terpadu atau polikultur. Pada lahan persawahan
dan perkebunan dilakukan tumpangsari beberapa tanaman dan pada tambak dilakukan
budidaya terpadu ikan, udang dan rumput laut. Semua hasil dari pada perencanaan
ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan keindahan juga pendapatan
daerah khususnya di daerah pitumpanua ini.
I. PENDAHULUAN
Sulawesi selatan merupakan provinsi yang sebagian besar penduduknya hidup
dari pertanian. Makanan pokok dari penduduk sulawesi selatan kabupaten wajo adalah
beras, sagu atau ubi hasil produksi pertanian. Selain indonesia merupakan negara
kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang memiliki panjang garis
pantai yang besar. Daratan Indonesia yang beragam dari struktur dan bentuk digunakan
sebagai lahan pertanian, mulai dari wilayah pesisir sampai pada pegunungan.
Pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir, lautan dan
sumberdaya yang terkandung di dalamnya, sejak tahun 1970-an berada dalam kondisi
yang memprihatinkan. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya kawasan pesisir yang
terpadu dan berkelanjutan mengacu pada prinsip prinsip dan sistim pengelolaan

ekosistem, kedaulatan rakyat dan nilai nilai kearifan lokal (budaya dan kultur) harus
menjadi tanggung jawab bersama.
Terlebih jika persoalan pengeksploitasian dan pengrusakan terus dibiarkan tanpa
ada upaya pemulihan dan rehabilitasi, cepat atau lambat komunitas masyarakat yang
berada di wilayah pesisir pantai akan kehilangan tempat bermukim, punahnya sumber
penghasilan seperti tambak dan pertanian, dan masih banyak lagi konsekuensi yang
harus ditanggung oleh masyarakat.
Kawasan pesisir merupakan kawasan peralihan antara darat dan laut. Sehingga
berbagai ekosistem berada dikawasan pesisir. Kawasan pesisir banyak digunakan
sebagai wilayah untuk membuat tambak dan pada sebagian daerah banyak juga
memanfaatkan wilayah pesisir untuk lahan pertanian seperti padi. Salah satunya adalah
wilayah pesisir kecamatan Pitumpanua kabupaten Wajo. Di wilayah ini digunakan
untuk tambak dan pertanian, namun karena adanya eksploitasi yang besar besaran
maka beberapa tahun terakhir ini terjadi kerusakan dan produksi pertanian menurun.
Rehabilitasi pertanian pesisir Kecamatan Pitumpanua merupakan suatu
rancangan untuk perbaikan pertanian di pesisir Pitumpanua agar pertanian di
Pitumpanua berjalan berkelanjutan. Beberapa bentuk perencanaan sebagai program
yang akan diterapkan di daerah ini adalah penanaman bakau, penataan ruang pertanian,
pengaturan pola pertanaman, pembuatan agrowisata dan agrobealajar, dan penerapan
sistem usaha tani terpadu PATI ( Padi, Azolla, Tiktok dan ikan ) yang diharapkan akan
lebih meningkatkan pendapatan para petani dikecamatan Pitumpanua ini..

II. POTRET PESISIR PITUMPANUA


Analisis kesesuaian lahan sebagai salah satu tanaman perkebunan di Siwa kabupaten Wajo
dipaparkan sebagai berikut:
Karakteristi
k Lahan

Nilai Data
Parameter
pada SPT 5

Persyaratan Kelas Kesesuaian


Lahan
S1
25-28

Temperatur
23,3-26,15
o
( C) (tc)
Curah Hujan 2500-4000 1500Tahunan (mm)
2500
(wa)

S2
20-25
28-32
-

S3
32-35
12501500
30004000

25003000
Tekstur Tanah Halus,
Halus(st)
Agak Halus Agak
Halus,

N
< 20
> 35
< 1250

Kelas
Kesesuaian
Lahan
S1 S2
S1 S2

> 4000
Agak
KasarSangat

Kasar

S1

Sedang

Halus

Kedalaman
30-60
> 100
75-100 50-75
Tanah
(cm)
(sd)
Kemiringan
avg.40
<8
avg.16 16-30
Lereng
(%)
(eh)
Kelas Kesesuaian Lahan di Siwa kab. Wajo.

< 50

S1 S2

> 30

S1 S2

S1-sd, S2

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan tanaman kakao kabupaten Wajo di atas, lingkup
batasan tingkat kesesuaian lahan berada pada S1 sampai dengan S2 (kemiringan dan curah
hujan), artinya daerah ini direkomendasikan sebagai daerah yang cocok untuk
pengembangan tanaman.
Jumlah Rumah Tangga Tahun 2000
Pr
o.
Ka
.
Ke.

SULAWESI SELATAN

WAJO

PITUMPANUA

Desa

Rumah Tangga

SIMPELLU

140

LOMPOLOANG

486

LAUWA

415

ALESILURUNGE

362

KEL. BENTENG

427

KEL. TOBARAKKA

536

ABBANDERANGNGE

545

TANGKORO

516

TANRONGI

506

KEL. BULETE

1,140

KEL. SIWA

1,057

BATU

418

TELLESANG

667

MARANNU

661

Jumlah

7,876

Sumber : BPS, Podes 2000

Peta: Kec.
Pitumpanua

Mengenai gambaran dari Kec Pitumpanua dimana kecamatan ini berbatasan langsung
dengan kabupaten Luwu. yang berada di ujung timur kabupaten Wajo, Secara geografis
struktur wilayah kecamatan Pitumpanua terdiri dari perbukitan daratan dan lautan yang
terbagi kedalam 14 wilayah kelurahan/desa dengan luas wilayah keseluruhan 207,49
Km2 dan jumlah penduduk sebanyak 7.822 KK ( 38.656 Jiwa ) terbagi kedalam laki
laki 18.871 jiwa dan perempuan 19.785 jiwa.Kepadatan penduduknya mencapai 3.398/
Km2 .
Kecamatan Pitumpanua memiliki wilayah pesisir dengan panjang garis pantai 47,5 Km
yang tersebar dilima kelurahan/desa yaitu Benteng, Bulete,
Peta; Kabupaten
Wajo
Tobarakka, Siwa dan Tellessang 1. Dari aspek sosial ekonomi,
umumnya masyarakat Pitumpanua bermata pencaharian sebagai petani tambak, nelayan,
petani sawah, peladang, pedagang, pegawai dan guru (Menjang, 2004).
Dari Badan Pusat Statistik didapatkan data tentang tata guna lahan di empat
kelurahan di Pesisir Pitumpanua.
Tabel. 1 Tata Guna lahan di empat Kelurahan
N Kelurahan
Sawah (Ha) Tambak(Ha) Perkebunan (Ha) Pemukiman(Ha)
o
1
Benteng
1.278
523
328
143,4
2
Bulete
969,74
390
591,25
147,97
3
Siwa
37
358
302,66
74,25
4
Tobarakka
408
272
125
55,25
2.1 Kelurahan Benteng
Luas wilayah kelurahan Benteng yaitu 24,03Km2 terdiri dari daratan, bukit
dengan ketinggian 5 meter Dpl. Curah hujan rata rata 2.017,7 mm/tahun, suhu 37 0C.
Panjang garis pantai 4,5 Km yang terbentang mulai dari sungai Sappewalie, Dopi
dopi, Tokke-Tokke sampai pada saluran pembuangan yang merupakan batas antara
Kelurahan Benteng dengan kelurahan Tobarakka. Tofografi kelurahan Benteng terdiri
dari daratan, bukit, kemudian persawahan, tambak dan laut. Secara geografi kelurahan
benteng dilalui 3 buah sungai dan satu saluran pembuangan.
Jumlah penduduk yang ada dikelurahan Benteng sebanyak 3.015 jiwa, sekitar
1.278 petani, 34 nelayan, selebihnya adalah usaha dagang dan pegawai negeri.
Permasalahan yang ada di kelurahan Benteng khususnya masyarakat pesisir adalah
tingkat abrasi pantai cukup tinggi mencapai 15-30 m/tahun yang mengakibatkan
hilangnya sebagian tambak masyarakat, sebagai akibat tidak adanya hutan mangrove
sebagai penahan abrasi (Menjang, 2004).
2.2 Kelurahan Bulete
Kelurahan Bulete terdiri dari 3 lingkungan yaitu lingkungan bulete, lingkungan
tellang, dan lingkungan bolabakka. Kelurahan bulette diapit oleh dua kelurahan, sebelah

utara kelurahan siwa(Sungai Siwa), sebelah selatan kelurahan Tobarakka (pesisir


lingkungan Tolabakka dan Leworeng) dan sebelah barat Desa Tanrongi.
Dari data BPS dapat diketahui kondisi umum kelurahan ini:
Tabel 2 : Kondisi Umum Kelurahan Bulete
N Luas
Jumlah Jumlah Sawah Tambak Perkebuna Pemukima
o
Wilayah
KK
Jiwa
(ha)
(ha)
n (ha)
n (ha)
2
(km )
1. 18,79
1249
5.936
969,74 390
591,25
147,97
Tabel 3: Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Bulete
N Profesi
Jumlah
Keterangan
o
1
Petani/buruh
585
Sebagian petani juga menjadi buruh bangunan
2
Nelayan
167
Dekat dengan pesisir pantai
3
PNS/polri
135
Beberapa perkantoran seperti sekolah
4
Usaha dagang
15
Jualan sumbako dan tambang Gol C
Permasalahan yang ada dikelurahan Bulete ini khususnya dimasyarakat pesisir
adalah banjir tahunan yang menghanyutkan ikan bandeng, dan udang yang ada didalam
tambak, membanjiri sawah pada saat akan panen padi, kebun dan pemukiman, adanya
abrasi pantai akibat dari menipisnya hutan mangrove, pemasaran hasil tambak dan hasil
produksi pertanian lainnya serta rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
(Menjang,2004).
2.3 Kelurahan Siwa
Kelurahan Siwa mempunyai luas wilayah 8,05 Km 2 yang terdiri dari 3
lingkungan dan salah satunya merupakan wilayah pesisir pantai yaitu lingkungan
Tocaming. Kondisi dan potensi kelurahan siwa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
N Luas
Jumlah Jumlah Sawah Tambak Perkebuna Pemukima
o
Wilayah
KK
Jiwa
(ha)
(ha)
n (ha)
n (ha)
2
(km )
1. 8,05
1060
6.309
37
358
302,66
74,25
Kelurahan Siwa merupakan pusat kecamatan, maka Kelurahan Siwa sekaligus
menjadi pusat perekonomian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana umum,
seperti terminal, pasar, pelabuhan, perkantoran, dan fasilitas lainnya.
2.4 Kelurahan Tobarakka
Kelurahan Tobarakka memiliki dua lingkungan pesisir yakni lingkungan
Leworeng dan lingkungan Ading.
Tabel 5: Potensi Kelurahan Tobarakka
N Luas
Jumlah Jumlah Sawah Tambak Perkebuna Pemukima
o
Wilayah
KK
Jiwa
(ha)
(ha)
n (ha)
n (ha)
2
(km )
1. 16,02
547
2.384
408
272
125
5
Tabel 6: Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Tobarakka
No Profesi
Jumlah
Keterangan
1
Petani
509

2
3
4

Nelayan
87
Dekat dengan pesisir pantai
PNS/polri
13
Guru SD, MAN Tobarakka
Usaha dagang
12
Jualan sumbako dan tambang Gol C
Permasalahan lingkungan yang terdapat di daerah ini adalah abrasi, Akibat dari
abrasi yang begitu besar ini menyebabkan juga rusaknya tambak dan pertanian. Hutan
bakau di daerah ini sudah sangat rusak dan bahkan hutan bakau didaerah ini sudah
hampir punah. Pola pertanian didaerah ini juga belum termenajemen dengan baik.
Karena petani kurang mendapatkan penyuluhan.
III. PROGRAM DAN PERENCANAAN
Permasalahan utama pertanian di wilayah pesisir kecamatan Pitumpanua adalah
seringnya terjadi abrasi yang cukup besar yang menyebabkan wilayah tambak dan
persawahan menjadi rusak. Hal ini terjadi karena adanya penebangan bakau yang terjadi
secara besar besaran sehingga derasnya ombak tidak tertahan lagi. Masalah lain dari
pertanian yang terdapat di pesisir Pitumpanua adalah pengaturan pola tanam dan
penataan ruang yang belum teratur.
Secara umum telah dilakukan klasifikasi kemampuan lahan pada setiap
kelurahan dipesisir Pitumpanua ini. Sehingga, pada peta dapat dilihat lokasi untuk
persawahan, tambak, perkebunan dan penanaman bakau. Akan tetapi hasil klasifikasi
kemampuan lahan tersebut belum dikelola dengan baik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penerapan program yang dapat memajukan pertanian di daerah ini dan
melakukan penataan ruang pertanian dan pengaturan pola tanam.
Penanaman mangrove
Khusus pada penanaman mangrove biasanya di lakukan di sekitar lokasi tambak
dan pesisir. Di dalam penanaman adahal yang perlu di perhatikan terutama musim dan
jenis tanahnya. Agar dapat disesuaikan dengan jenis mangrove yang harus ditanam.
Penanaman mangrove ini bertujuan memecah gelombang laut sehingga secara tidak
langsung abrasi dapat lebih berkuarang.
Penataan ruang pertanian
Penataan ruang pertanian kali ini terlebih dahulu dilakukan dengan pegadaan
sarana dan prasarana. misalnyai pada daerah yang rawan banjir dan belum terdapat
saluran irigasi dapat dibuat saluran irigasi. agar mempermudah akses para petani untuk
dapat mengembangkan daerah juga melakukan kegiatan kesehariannya perlu di
tmbahkan akses jalan yang memadai termasuk infrastruktur jalan..
Pengaturan pola tanam/budidaya
untuk lahan pertanian/ persawahan dibudidayakan komoditi yang lebih dari satu
dengan sistim tumpangsari. mengenai Pola tanaman setiap tahunnya juga harus
bervariasi seperti Padi-Padi-Palawija, atau Padi-Palawija-Padi. agar siklus hara dalam
tanah lebih baik dan siklus hama penyakit dapat terputus.
Untuk kawasan tambak pola tanam terpadu sangat cocok karena dengan pola ini
dimana budidaya rumput laut, ikan dan udang dalam satu areal tambak. Agar dapat

lebih memanfaatkan ruang dan hasil tambak semakin lebih banyak dan bervariasi
dengan demikian dapat lebih efsien.
Pengadaan sarana rekreasi keluarga dengan tema agrowisata dan
agropembelajaran berbasis pertanian.
pengadaan sarana rekreasi dengan tema agrowisata berupa pembuatan atau
penyediaan rumah teduh di pingir tambak sekaligus sebagai tempat wisata namun tetap
tidak terlepas dari wisata yang berbasis tanaman, buah dan sayaur yang banyak di
minati masyarakat.selain itu dapat di tanami pepohonan mangrove dan tanaman seperti
syuran dan buah-buahan untuk lebih menarik dilihat,dan tempat memancing dengan
terdapat tempat duduk yang terbuat daru rotan. Menyempurnakan perencanan ini akses
jalan yang mudah sangat perlu untuk di buat. Agar pendapatan para petambak semakin
bertambah.
Agropembelajaran berbasis pertanian dibuat dengan mendirikan rumah
panggung yang khas dengan daeah wajo tepat di pinggir tambak. Yang nantinya Tempat
ini dapat berfungsi untuk perkumpulan para gabungan kelompok tani dari setiap dusun,
tepat di sebelah rumah khas daerah wajo yang di bangun di pinggir tambak dibuat
tempat pembibitan mangrove hingga sampai proses penanaman. Selain dimanfaatkan
para petani tempat ini juga dapat dimanfaatkan para pelajar untuk studi lapangan juga
penelitian. juga wisatawan asing dan lokal .
Penerapan Sistem usaha tani terpadu PATI (Padi, Azolla, Tiktok, dan Ikan)
Berbagai sistem terutam sistem usaha tani terpadu PATI yang dapat di artikan
usaha tani yang mengkombinasikan berbagai komoditas pertanian dengan peternakan
dan perikanan. Usaha ini dapat dikatakan memiliki berbagai potensi dari segi ekonomi
dimana Usaha tani ini akan mendatangkan pendapatan sampingan yang berpijak pada
hubungan saling menguntungkan antara satu komoditas dan komoditas lainnya
(Simanjuntak, 2005).
Keunggulan jika menerapkan usaha tani PATI ini adalah dapat menekan
efisisensi biaya produksi xcper satuan luas dan waktu. Selain itu, juga menjadi
suplementary enterprises, yakni cabang pertanian yang tidak bersaing dengan cabang
usaha lainnya. Tenaga kerja dapat dikurangi untuk menyiangi sawah karena sudah
diberikan kepada tiktok. Selain itu, terjadi juga complemenntry enterprises, yakni
kenaikan satu cabang usaha akan menyebabkan kenaikan produksi cabang usaha
lainnya. Dalam hal ini pemeliharaan ikan dan tiktok menyebabkan tanaman padi
memperoleh pupuk gratis dan terhindar dari hama (Simanjuntak. 2005).
3.1 Kelurahan Benteng
Di kelurahan ini abrasi merupakan masalah utama yang menyebabkan
kerusakan pada tambak dan lahan pertanian. Olehnya itu penanaman mangrove
merupakan program yang pertama harus dilaksanakan. Daerah pertanian di kelurahan
ini sudah sudah terdapat saluran irigasi, oleh karena itu penerapan system usaha tani
terpadu dapat dilakukan. Pada daerah tambak diterapkan pula budidaya terpadu yaitu
rumput laut, ikan dan udang. Pada lahan perkebunan dilakukan penanaman polikultur

yang disesuaikan dengan musim dan budaya masyarakat setempat. Seperti cengkeh dan
kakao.
3.2 Kelurahan Bulete
Di kelurahan bulete ini berbagai kegiatan seperti perubahan areal kawasan hutan
yang fungsinya sebagai tempat resapan air di ubah menjadi lahan pertanian, yang
akhirnya berpotensi menjadi daerah yang sangat rawan banjir seperti sekarang ini, yang
termasuk areal yang sangat sering banjir, sehingga untuk menggendalikan permasalahn
tersebut perlu di buat saluran irigasi. saluran irigasi. Penanaman bakau juga perlu
dilakukan agar abrasi dari pantai dapat terkurangi. Setelah ada saluran irigasi usaha tani
terpadu PATI dapat pula diterapkan. Tanaman yang dibudidayakan pada persawahan
sebaiknya padi-padi-palawija, sehingga siklus hara dalam tanah lebih baik dan siklus
hama penyakit dapat terputus. Jika melihat lahan persawan yang luas dan lebih banyak
dilakukan mono kultur untuk tanaman padi maka dapat dilakukan pemanfaatan untuk
tumpangsari tanaman buah naga yang merupakan salah satu hasil pertanian yang
memiliki harga jual tinggi. Tanaman ini ditanam dipot dan diletakkan pada pematang
persawahan. Pada daerah tambak perlu tambahan komoditi dan perbaikan saluran
irigasi. Komoditi tambak yang bagus dibudidayakan adalah udang, ikan dan rumput
laut.
3.3 Kelurahan Siwa
kelurahan siwa, merupakan wilayah yang sangat luas. Sehingga, dominan
masyarakat bergerak pada bidang ini. Pada daerah tambak diterapkan budidaya terpadu
ikan, udang dan rumput laut. Dan pada lahan perkebunan diterapkan pola tanam
polikultur dengan tetap memilih tanaman yang sesuai dengan tanaman utama yang
dikembangkan didaerah ini yaitu cengkeg dan kakao. Kelurahan siwa secara social
Tingkat pendapatan masyarakat dikelurahan ini terbilang tinggi setelah mengalami
perbandingan oleh karena itu khusus pada lahan tambak yang dihijaukan dibuat suatu
lokasi sarana rekreasi keluarga agrowisata berupa tempat wisata yang khas dengan
tanaman juga hasil keindahan pertanian lainnya tidak hanya itu sangat cocok dibuat
agropembelajaran untuk tempat kelompok tani dan pembibitan mangrove serta tempat
penelitian Selain dimanfaatkan para petani tempat ini juga dapat dimanfaatkan para
pelajar untuk studi lapangan juga penelitian. juga wisatawan asing dan lokal .
3.4 Kelurahan Tobarakka
Untuk Kelurahan Tobarakka ini, memiliki lahan pertanian yang cukup luas,
lahan pertaniannya pula terdapat sarana jalan tani dan irigasi sehingga dengan demikian
system usaha tani terpadu PATI dapat diterapkan dengan lancar di kelurahn ini. Selain
usaha tani PATI dapat pula dilakukan tumpangsari padi dengan buah naga dengan
menanam buah naga pada pot dan diletakkan pada pematang sawah.dengan melihat
keadaan luas areal dan sarana yang ada seperti jalan sebagai sarana pendukung
transportasi dalam melakukan kegiatan usaha tani, sehingga tumpang sari padi dengan
buah naga sangat berpotensi untuk di lakukan. sedangkan untuk lahan perkebunan
dilakukan penanaman polikultur dengan tetap membudidayakan komoditas utama
didaerah ini yaitu cengkeh dan kakao. sedangkan lahan tambak diterapkan budidaya

terpadu khususnya ikan, udang dan rumput laut yang kesemuanya sangat berpotensi
untuk menunjang egal tujuan dari pada perencanan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2004. Kecamatan Pitumpanua Dalam Angka 2004. Badan Pusat
Statistika.Makassar
Menjang, R. dkk. 2004. Merombak Wajah Pesisir Pitumpanua, YTMI Sulawesi Selatan.
Makassar.
Simanjuntak, L. 2005. Usaha Tani Terpadu PATI (padi, Azolla, Tiktok, & Ikan),
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai