Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wiknjosastro (1999) menyatakan bahwa kematian ibu dapat digolongkan
pada kematian obstetrik langsung. Kematian obstetrik tidak langsung disebabkan
oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau
persalinan seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, malaria dan
anemia.
Royston (1994) juga mengemukakan bahwa salah satu penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum
kehamilan dan diperburuk oleh kehamilan ibu sendiri, penyakit tersebut antara
lain adalah anemia.
Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr% disebut
menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan
kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius
bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan
abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia utein, perdarahan post
partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun postpartum.
Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio
cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian

mudigah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi
kurang (Prawirohardjo, 2002).
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti:
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak.
Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/
ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Pada ihamil dapat mengakibatkan efek
buruk pada itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Studi di Kualalumpur
memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi yang tingkat kadar
hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa risiko kejadian
BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita hamil
dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum
24 minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah
satu faktor kehamilan dengan risiko tinggi.
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi
besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena
gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau perdarahan frekuensi anemia
dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20%
(Prawirohardjo, 2002).
Sedangkan menurut SKRT (1995) dalam profil kesehatan Kota Bogor
(2002) angka anemia ibu hamil yaitu 51,8% pada trimester I, 58,2% pada
trimester II, dan 49,4% pada trimester III. Adapun penyebab tidak langsung

kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51%
dan pada ibu nifas 45% serta karena Kurang Energi Protein (Depkes,2003).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain
di ASEAN yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT,1995). Menurut
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (1997) menunjukkan bahwa terdapat
penurunan AKI dari 390 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
Depkes 1998, angka kematian ibu sekitar 3-6 kali lebih besar dari negara-negara
lain di ASEAN dan 50 kali lebih besar dari angka di negara lebih maju.
Diharapkan pada tahun 2010, AKI menurun menjadi 225 per 100.000 kelahiran
hidup.
Sampai saat ini tingginya angka kematian di Indonesia masih merupakan
masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan
derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian
iadalah trias perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian
langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar
belakang (underlying factor), yang mana bersifat medik maupun non medik. Di
antara faktor non medik dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga,
pendidikan, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul Hubungan Beban Kerja Terhadap Kadar Haemoglobin
pada Ibu Paritas.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan identifikasi
masalahnya yaitu
1. Di zaman emansipasi wanita sekarang ini masih banyak wanita yang bekerja
tanpa memperdulikan kadar hamoglobin yang nantinya dapat mempengaruhi
kehamilannya.
2. Terdapat ibu paritas yang mempunyai kadar haemoglobin yang rendah.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat
diambil rumusan masalah yaitu bagaimana hubungan beban kerja terhadap kadar
haemoglobin pada ibu paritas

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban
kerja terhadap kadar haemoglobin pada ibu paritas.

E. Manfaat Penelitian
1.

Secara teoritis
Mengembangkan ilmu kebidanan pada umumnya, khususnya
hubungan beban kerja terhadap kadar haemoglobin pada ibu paritas.

2.

Secara praktis
Temuan penelitian ini akan disampaikan kepada.
a.

Ibu paritas, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi


sumber informasi dan menambah wawasan mengenai hubungan beban
kerja terhadap kadar haemoglobin pada ibu paritas.

b.

Bidan, yaitu dapat menjadi pertimbangan dan perhatian dan sebagai


acuan bagi bidan dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan ibu
khususnya hubungan beban kerja terhadap kadar haemoglobin pada ibu
paritas.

c.

Masyarakat, menambah wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan


kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi selama kehamilan
sehingga angka kejadian anemia pada kehamilan dapat diminimalkan.

d.

Mahasiswi

Kebidanan,

diharapkan

dapat

lebih

meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang ilmu


kebidanan

khususnya

hubungan

beban

kerja

terhadap

kadar

haemoglobin pada ibu paritas sehingga dapat diterapkan saat mengabdi


di masyarakat.

F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Kerangka Teori dan Hipotesis yang berisi Kerangka Teori,
Kerangka Berfikir, Kerangka Konsep Penelitian dan Hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian yang berisi Tempat dan Waktu Penelitian,
Metode Penelitian, Teknik Pengambilan Sampel, Instrumen Penelitian, Prosedur
Pengukuran dan Teknik Analisis Data.
Daftar Pustaka.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai