Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan iman, ilmu dan amal merupakan persoalan inti dalam
islam. Bagi kaum muslimin, iman adalah panduan hidup untuk terus
berhubungan dengan Allah SWT. Sebagai agama yang benar, islam
memberikan panduan tentang bagaimana iman itu diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga kesan bahwa iman itu eksklusif menjadi
sirna karena bimbingan islam yang sifatnya juga inklusif dan holistik.
Ekpresi iman dalam islam diwujudkan dalam berbagai amal praktis.
Iman memberikan panduan kepada manusia mengenai konsep realitas
yang harus diimani dan jalan untuk mengetahui realitas yang dapat
diimani itu adalah melalui pintu ilmu. Sebagai akibatnya, dan tampaknya
tidak bisa dihindari, maka eksplorasi ilmiah dengan dasar iman menjadi
tradisi islam yang akhirnya memberikan manfaat yang besar bagi umat
manusia. Oleh karena itu, pada bab selanjutnya kami akan membahas
makalah kami yang berjudul Iman, Ilmu dan Amal. Yang memberikan
gambaran tentang perkembangan dan paradigma sains (ilmu
pengetahuan) dalam islam. Melalui bahasan ini, mahasiswa diharapkan
dapat memahami khazanah, peradaban islam, sehinggan timbul rasa
cinta dan percaya diri yang lebih mendalam terhadap agama dan tradisi
islam.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah konsep dan kemuliaan ilmu pengetahuan dalam islam ?


Apakah keutamaan dan integrasi iman, ilmu dan amal ?
Apakah paradigma hubungan agama dan ilmu pengetahuan ?

1.3 Tujuan
Mengetahui konsep dan kemuliaan ilmu pengetahuan dalam islam.
Mengetahui keutamaan dan integrasi iman, ilmu dan amal.
Mengetahui paradigma hubungan agama dan ilmu pengetahuan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1
KONSEP DAN KEMULIAAN ILMU PENGETAHUAN DALAM
ISLAM
Kata ilmu yang dipakai dalam bahasa Indonesia merupakan derivasi
dari bahasa Arab, alima, yalamu, ilman/ilmun, yang berarti: mengerti,
memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut dengan science;
dari bahasa Latin scientia (pengetahuan) scire (mengetahui). Tetapi
pengertian ilmu sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu dibidang ( pengetahuan) itu.
Merujuk kamus Oxford Advanced Leraners Dictionary of Current
English, science adalah knowledge arranged in any orderly manner,
especially knowledge obtained by observation and testing of facts
(pengetahuan yang tersusun secara teratur, khususnya pengetahuan
yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengujian fakta-fakta). Apa
yang selama ini kita sebut sebagai ilmu sebenarnya tidak lain
merupakan pengertian dari science (di Indonesiakan menjadi sains)
sebagaimana yang diartikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia diatas.
Hal senada dikatakan oleh Mulyadhi Kartanegara, bahwa ilmu adalah
any organized knowledge (segala pengetahuan yang terorganisasi).
Lorens Bagus dalam Kamus Filsafat mengemukakan ciri-ciri utama
ilmu:

Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris,


sistematika, dapat diukur, dan dibuktikan.
Berbeda dengan pengetahuan ilmu tidak pernah mengartikan
kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri. Sebaliknya, ilmu
menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek atau
alam objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.
Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan
masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di
dalam dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum
sepenuhnya dimantapkan.

Di pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu


(pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang
berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka
kepada semua pencari ilmu.
Ciri hakiki dari ilmu adalah metodologi.
Kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.

Endang Saifuddin Anshari mengurai


menurut para ahli diantaranya adalah:

beberapa

defenisi

ilmu

Mohammad Hatta.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag.
Karl Pearson.
Ashley Moritagu.
Harsojo.

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu


adalah bagian dari pengetahuan manusia yang memiliki ciri-ciri
tertentu, yaitu sistematik, terstruktur, rasional, empiris, universal,
objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif (bersusun timbun).
Jujun S. Suriasumantri menganggap bahwa objek ilmu terbatas
hanya pada pengalaman empiris (inderawi) saja. Sementara pengetahuan
lain yang non empirik (non-inderawi), seperti pengetahuan agama, tidak
termasuk pada kategori ilmu.
Dengan demikian, pengertian ilmu (yang asli adalah bahasa Arab)
sebagaimana ynag dipaparkan di atas tidak lain adalah pengertian sains
atau science dalam istilah Barat. Padahal dalam bahasa aslinya, yakni
Arab (Islam), ilmu memiliki pengertian yang tidak saja mencakup hal-hal
yang empirik (inderawi) saja melainkan juga pada hal-hal yang nonempirik seperti pengetahuan agama.
Menurut Ibn Taimiyah, sebagimana dikutip oleh Juhaya S. Praja, ilmu
apapun memepunyai dua macam sifat, tbi dan matb . ilmu yang
bersifat tbi inilah keberadaan Allah SWT menjadi sesuatu yang bersifat
wajib. Sedangkan matb ialah ilmu yang keberadaan objeknya
bergantung pada pengatahuan dan keinginan si subjek.
Berdasarkan teori ilmu tersebut di atas, ilmu dibagi menjadi dua
cabang besar. Pertama, ilmu tentang Allah SWT. dan kedua ilmu tentang
makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT.
Ilmu dalam islam menempati posisi yang sangat mulia. Kemuliaan
ilmu ini ditandai dengan perintah Allah SWT. untuk menuntut ilmu. Bahkan
sejak pertama adam diciptakan, Allah SWT. telah mengajarkannya ciri-ciri
hukum yang berkenaan dengan alam raya, sebagaimana dijelaskan oleh
firman-Nya dalam Al-Quran surat al-Baqarah/2 ayat 31:

Dan Dia mengajari Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman :
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian (memang)
orang-orang yang benar!"
Pentingnya arti ilmu pengetahuan mendapat justifikasi langsung
dari agama Islam. Allah SWT. memulainya dengan satu pembukaan yang
sangat mengagumkan, yaitu Iqra.

- -
-
-

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia


telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Menurut Quraish Sihab, iqra dimabil dari kata yang menghimpun.
Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis
maupun tidak.
Dalam ayat Al-Quran Allah SWT. seringkali menggunakan kalimat
yang sifatnya interogatif yang maksudnya tidak lain adalah affirmasi
(penegasan) di mana jawabannya sudah diketahui oleh penanya. Allah
SWT. berfirman dalam surat al-Mujadalah ayat 11:

... Allah SWT. akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

2.2

KEUTAMAAN DAN INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL.

Iman itu berkaitan erat dengan amal. Sebab iman itu sifatnya abstrak
dan hal itu perlu direalisasikan dalam amal praktis agar iman itu dapat
bernilai dan bermanfaat. Dengan kata lain, amal itu merupakan tuntunan
langsung dari iman yang spiritual. Tidak ada iman tanpa amal, dan
demikian pula sia-sialah amal tanpa iman. Bukankah komponen iman itu
meliputi deklarasi dengan lisan (taqrin bi al-lisan), affirmasi dengan
hati (tashdiq bi al-qalb), dan realisasi dengan amal (amal bi al-arkan/bil
jawarih).
Menurut Nurcholish Madjid, ciri utama masyarakat Islam masa lalu
adalah
semangat
keterbukaannya.
Semangat
keterbukaan
itu,
menurutnya, adalah sujud nyata rasa keadilan yang diemban umat Islam
4

sebagai umat menengah (umatan washatan). Disebabkan karena sikap


keterbukaannya itu yang merupakan ekpresi semangat spiritualnya, dan
didukung oleh letak geografis heartland daerah kekuasaan Timur
Tengah yang membentang dari Sungai Nil di Barat sampai ke Sungai
Oxus di sebelah Timur.
Dasar keimanan Islam itu memberi kemantapan dan keyakinan kepada
diri sendiri yang sungguh besar. Karena kemantapan dan keyakinan
kepada diri sendiri yang hebat itulah, menurut Nurcholish Madjid,
orang-orang Muslim klasik, sesuai dengan tugas mereka sebagai
kelompok penengah (uwatan washatan) dan saksi untuk Tuhan
(Syuhadaa ala Allah SWT.) secara adil selalu menunjukkan sikap dan
pandangan positif kepada orang lain dan bangsa lain, bebas dari apa yang
kini disebut sebagai xenophobia (rasa takut yang tak beralasan).
Maka dapat disimpulkan bahwa pengejawantahan iman itu tidak boleh
dipahami secara sempit dan tertutup. Sebab sistem iman dalam Islam
sudah sangat kuat, yang memungkinkan umat islam dapat meminjam
khazanah peradaban lain dan mempelajari hal-hal yang positif dengan
penuh percaya diri tanpa ada rasa takut yang berlebihan.

2.3
PARADIGMA
PENGETAHUAN

HUBUNGAN

AGAMA

DAN

ILMU

Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan sebenarnya


merupakan kajian filsafat ilmu yang bernama epistemologi atau teori
tentang ilmu pengetahuan. Mengapa ilmu perlu di Islamisasi-kan?
Pertama, Islam tidak menganal pemisahan antara ilmu agama dan ilmu
umum. Kedua, pada kenyataannya, di Barat telah terjadi pemisahan yang
sangat ekstrem antara ilmu dan agama sebagai akibat dari adanya
sekularisasi segala bidang, termasuk pada sekularisasi ilmu dan agama.
Ketiga, akibat sekularisasi yang terjadi di dunia Barat berpengaruh luas
pada kesadaran menganai konsep ilmu yang sekuler yang kenyataannya
tidak dapat dihindari mewarnai seluruh kesadaran umat manusia
mengenai konsep ilmu, termasuk oleh dunia Islam.
Munculnya pemisahan (sekularisasi) antara ilmu dan agama
merupakan akibat pertentangan antara kaum agamawan bdan ilmuwan di
Eropa yang disebabkan oleh sikap radikal kaum agamawan Kristen yang
hanya mengakui kebenaran dan kesucian Kitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, sehingga siapa saja yang mengingkarinya dianggap kafir
dan berhak mendapatkan hukuman.
Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains dan
agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat
diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama. Tipologi ini terdiri
5

dari empat macam pandangan, yaitu: konflik, independensi, dialog dan


integrasi yang tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain.

Konflik

Pandangan konflik ini mengemuka pada abad ke-19, dengan tokohtokohnya seperti: Richard Dawkins, Francis Crick, Steven Pinker, serta
Stephen Hawking. Barbour menanggapi hal ini dengan argumen bahwa
mereka keliru apabila melanggengkan dilema tentang keharusan memilih
antara sains dan agama. Kepercayaan agama menawarkan kerangka
makna yang lebih luas dalam kehidupan. Sedangkan sains tidak dapat
mengungkap rentang yang luas dari pengalaman manusia. Richard
Dawkins bahkan menjadi tokoh atheis yang menolak agama dan tidak
percaya kepada Tuhan, karena keyakinannya terhadap ilmu semata-mata.
Namun, yang juga patut disayangkan adalah pandangan kaum
agamawan, termasuk umat islam, yang memadang sains sebagai hal
yang tidak memiliki unsur keilahian. Bagi kebanyakan orang islam, masih
terdapat pandangan luas yang memisahkan antara ilmu umum dan ilmu
agama.

independensi

Ada sebagian yang menganut independensi, dengan memisahkan sains


dan agama dalam dua wilayah yang berbeda. Masing-masing mengakui
keabsahan eksistensi atas yang lain antara sains dan agama. Baik agama
maupun sains dianggap mempunyai kebenaran sendiri-sendiri yang
terpisah satu sama lain, sehingga bisa hidup berdampingan dengan
damai. Pemisahan wilayah inin dapat berdasarkan masalah yang dikaji,
domain yang dirujuk dan metode yang digunakan. Mereka berpandangan
bahwa sains berhubungan dengan fakta dan agama mencakup nilai-nilai.
Dua domain yang terpisah ini kemudian ditinjau dengan perbedaan
bahasa dan fungsi masing-masing. Intinya sains dan agama memiliki
kapling masing-masing.
Bila manusia menghayati kehidupan sebagai salah satu kesatuan yang
utuh dari berbagai aspeknya yang berbeda dan meskipun dari aspekaspek itu terbentuk berbagai disiplin yang berbeda pula, tentunya
manusia harus berusaha menginterpretasikan ragam hal itu dalam
pandangan yang lebih dialektis dan komplementer. Pada tahap ini,
pandangan model independensi masih dianggap kurang memadai.

Dialog

Pandangan ini menawarkan hubungan antara sains dan agama dnegan


interaksi yang lebih konstruktif daripada pandangan konflik dan
independensi. Diakui bahwa antara sains dan agama terdapat kesamaan
yang bisa didialogkan, bahkan bisa saling mendukung satu sama lain.
Dialog yang dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah
6

menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep. Salah satu


bentuk dialognya adalah dengan membandingkan metode sains dan
agama yang dapat menunjukkan kesamaan dan perbedaan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa kesejajaran konseptual maupun
metodologis menawarkan kemungkinan interaksi antara sains dan agama
secara dialogis dengan tetap mempertahankan integritas masing-masing.

Integrasi

Pandangan ini melahirkan hubungan yang lebih bersahabat lagi


daripada pendekatan dialog dengan mencari titik temu di antara sains
dan agama. Sains dan doktrin-doktrin keagamaan, sama-sama dianggap
valid dan menjadi sumber koheren dalam pandangan hidup. Bahkan
pemahaman tentang dunia yang diperoleh melalui sains diharapkan dapat
memperkaya pemahaman keagamaan bagi manusia yang beriman.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam hubungan integrasi
ini. Pendekatan pertama, berangkat dari data ilmiah yang menawarkan
bukti konsklusif bagi keyakinan agama, untuk memperoleh kesepakatan
dan kesadaran akan eksistensi Tuhan. Pendekatan kedua, yaitu dengan
menelaah ulang doktrin-doktrin agama dalam relevansinya dengan teoriteori ilmiah, atau dengan kata lain, keyakinan agama diuji dengan kriteria
tertentu dan dirumuskan ulang sesuai dengan penemuan sains terkini.
Menurut Ismail Raji al-Faruqi, selama umat Islam tidak mempunyai
metodologi sendiri, umat Islam akan selalu berada dalam bahaya.
Kesatuan pengetahuan maksudnya pengetahuan harus menuju kepada
kebenaran yang satu. Oleh karena itu, langkah-langkah yang harus
dilakukan menurut al-Faruqi sebagaimana dikutip oleh Khudori Sholeh.
a. Kesatuan (Keesaan) Tuhan, bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT,
yang menciptakan dan memelihara alam semesta. Dalam kaitannya
dengan ilmu pengetahuan, bahwa sebuah pengetahuan bukan
untuk menerangkan realitas yang terpisah dari realitas absolut
(Tuhan), melainkan melihatnya sebagai bagian yang integral dari
eksistensi Tuhan. Dengan demikian, ilmu dalam posisi ini memiliki
nilai-nilai kelahiran atau ketauhidan.
b. Kesatuan ciptaan, bahwa semua yang ada dalam semesta ini, baik
yang fisik materil maupun yang non-fisik atau non-materil, adalah
kesatuan yang integral. Kesemuanya diciptakan dan saling
menyempurnakan dalam ketentuan hukum alam (Sunatullah), guna
mencapai tujuan akhir tertinggi, yaitu Tuhan.
c. Kesatuan kebenaran dan pengetahuan. Bahwa semua realitas
memiliki sumber yang sama yakni berasal dari Tuhan, dan oleh
karena itu maka kebenaran itu harusnya tidak lebih dari satu. Apa
yang disampaikan noleh Allah SWT. melalui wahyu tidak
betentangan dengan realitas yang dapat dicapai melalui akar,
karena Dia-lah yang menciptakan keduanya; wahyu dan akal.
7

d. Kesatuan hidup. Menurut al-Faruqi kehendak Tuhan terdiri dari dua


macam; (1) Berupa hukum alam (Sunatullah) dengan segala
aturannya yang memungkinkannya untuk diteliti dan diamati, yaitu
materi; (2) Berupa hukum moral yang harus dipatuhi, yaitu agama.
Kedua hukum ini berjalan seiring/seirama, sehingga tidak ada
pemisahan antara yang bersifat spiritual dan material, anatara
jasmani dan rohani.
e. Kesatuan manusia. Tata sosial Islam, menurut al-Faruqi adalah
universal, mencakup seluruh umat manusia tanpa terkecuali.
Sehingga Islam mengecam sikap etnosentrisme, karena hal ini akan
mendorong eksklusifisme yang dapat menimbulkan konflik antar
kelompok.
Tujuan dari islamisasi ilmu ini adalah untuk merespon ilmu
pengetahuan modern (Barat) yang sekularistik dan Islam yang terlalu
religius, dan disatukan dalam model yang utuh dan integral tanpa ada
pemisah antara keduanya. Caranya adalah dengan melakukan langkahlangkah berikut.
1. Penguasaan terhadap disiplin-disiplin modern.
2. Penguasaan terhadap khazannah atau warisan keilmuan Islam.
3. Penerapan ajaran-ajaran tertentu dalam Islam yang relevan kesetiap
wilayah ilmu pengetahuan modern.
4. Pencarian jalan bagi sintesa kreatif antara khazannah atau tradisi
Islam dengan ilmu pengetahuan modern.
5. Peluncuran pemikiran Islam pada jalur yang memandu pemikiran
tersebut kearah pemenuhan kehendak Ilahiah.
Objektifikasi Islam adalah penerapan nilai-nilai Al-Quran secara
objektif, yakni menurut kontrak sosial yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Islam itu sendiri. Misalnya, Al-Quran menyuruh agar berhukum
dengan hukum Allah SWT adalah perintah yang benar karena berasal dari
Allah SWT dan harus dilaksanakan. Tetapi pelaksanaannya diserahkan
kepada ijtihad masyarakatnya yang menuangkannya dalam bentuk
perundang-undangan, peraturan, peraturan pemerintahan, instruksi,
juklak dan juknis.
2.4

ISLAM, ITEK DAN SENI

Selain masalah ilmu pengetahuan, terdapat satu istilah penting lainnya


yang juga terkait dengan ilmu, yaitu teknologi, sehingga sering kali
dipakai istilah ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan; keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelengkapan dan
kenyamanan hidup manusia. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami
bahwa teknologi adalah ilmu terapan yang menekankan pada penerapan
sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan
manusia.
8

Dalam bidang Iptek di Barat, pengaruh Islam dapat dilihat dalam


penggunaan istilah-istilah teknis, seperti alchemy (dari al-kimya, ilmu
kimia), alcohol (dari al-kuhul, alkohol), alcove (dari al-qubbah, kubah),
algebra (dari al-jabr wa al-musawah, aljabar), algorism (dari alKhawaridzmi, karena sarjana Islam yang menemukannya), saffron (dari
zafaran, sejenis zat pewarna), zero (dari shifr, nol, nihil), dan sebagainya.
Adapun istilah Inggris pinjaman bahasa Arab atau Persia, seperti: admiral
(dari al-amir al-bahr, pemimpin pelayaran), asure (dari al-lazaward,
lazuardi), coffe (dari qahwah, kopi), sofa (dari shuffah, sofa), dan
sebagainya.
Perkembangan teknologi belakangan ini berkembang pesat, lebih cepat
dari apa yang bisa dipikirkan. Di bidang telekomunikasi dan transportasi,
teknologi berkembang begitu canggih. Teknologi sudah menguasai hampir
seluruh kehidupan manusia.
Namun demikian, dampak negatif dari teknologi juga tidak kalah
besarnya, karena kehadirannya mengakibatkan pengangguran besar
lantaran pekerjaan yang selama ini dikerjakan secara manual dengan
tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin komputer yang lebih
canggih.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa ilmu harusnya memberikan
manfaat,dan manfaat ilmu didapat dengan menerapkan apa yang dicapai
oleh ilmu dnegan sebaik-baiknya, atau dalam bahasa agama disebutkan
dengan kata-kata mengamalkan ilmu. Sebaiknya pepatah yang
mengatakan; ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak
berbuah. Ilmu pada tingkat tertentu melahirkan teknologi, terkonologi
berarti mdetode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan
terapan; keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelengkapan dan kenyamanan hidup manusia. Kemajuan
Iptek di satu sisi memberikan manfaat yang luar biasa kepada manusia,
seperti memberikan kemudahan, memberikan efisiensi, mempermudah
akses, dan lain-lain, tetapi disisi lain, kemajuan itu juga memberikan akses
negatif seperti tekologi yang kebablasan yang mempermudah akses dan
tujuan-tujuan negatif, dampaknya bagi alam dan lingkungan serta
pengaruhnya bagi pendangkalan iman.

BAB III
9

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Definisi Ilmu
o Proses untuk mendapat pengetahuan
o Bukan statik- berkembang mengikut keinginan untuk learn,
unlearn, relearn dan amalan learn to think dan think to learn .
o Jenis-jenis Ilmu dalam Islam
o - Ilmu fardhu kifayah - Ilmu fardhu ain
o Ilmu yang harus
o Ilmu yang dicela.
2. Kelebihan Ilmu
o dari ilmu bermula sesuatu perkara
o ilmu dapat mensahihkan amal
3. Definisi Iman
o Dari sudut bahasa: aman, tenteram
o Dari sudut Istilah: percaya dengan hati, mengaku dengan
lidah dan mengamalkan dengan perbuatan.
o Rukun Iman 6 perkara
4. Hubungan ilmu & Iman
o Hubungan ilmu & Iman dalam beberapa kedudukan:
o Ilmu petunjuk kepada keimanan.
o - Ilmu & Iman mesti berjalan seiring.
o - Iman lebih tinggi martabatnya dari ilmu.
5. Definasi Amal
o Pengertian dari sudut perkataan: Perbuatan / pekerjaan /
perlakuan / tindakan
10

o Pengertian dari segi Istilah :Amal ibadah / amalan sehari-hari /


Melakukan sesuatu dengan niat.
6. Hubungan Ilmu & Amal
o Ilmu menjadi ketua/ pemimpin kepada setiap amalan.
o Kelebihan Ilmu ialah ia dapat menunjuk / mengarah /
memimpin amalan yang bakal dilaksanakan samada betul
atau salah.
o Jika amal berbeza dengan ilmu ianya ditolak, jika dipersetujui
dengan ilmu ia diterima.
o Ilmu sebagai neraca penimbang- antara amalan baik, amalan
buruk atau amalan paling baik ( + ikhlas )
o Beramal tanpa ilmu seperti orang yang mengembara tanpa
petunjuk.
o Beramal dengan ilmu akan bertindak dengan yakin dan
tenang.
7. Kenapa Amal Penting
o Sebagai memenuhi tuntutan sebagai hamba Allah
o Beribadah kepada Allah
o Sebagai memenuhi tugas sebagai khalifah Allah di muka
bumi.
o untuk memakmurkan bumi.
o Sebagai bekal untuk Hari Hisab
8. Bagaimana Untuk Mendapatkan Ilmu
o Berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain
mengikut keadaan masing-masing.
o Memenuhi adab-adab menuntut ilmu. (Bersungguh2, Sabar,
menghormati guru, tidak berputus asa atau bosan.
o Kumpulan yang dihantar belajar ke luar negeri. Dan kembali
untuk mengajar masyarakat sendiri.
9. Perkara Penting Dalam Mencari Ilmu
11

o Menuntut Ilmu Ikhlas kerana Allah.


o Berusaha mencari mengikut keupayaan masing-masing.
(berguru, membaca, mengkaji, menyelidik dll)
o Mengenal pasti sumber yang didapati itu dari sumber yang
diakui oleh syarak (al-Quran, as-Sunnah, Ittifaq Ulama)
10.

Natijah Dari Kekuatan Ilmu, Iman dan Amal


o Memiliki keyakinan yang mantap
o Memiliki akhlak yang terpuji
o Memiliki hati yang tenang
o Memiliki azam yang tinggi
o Memiliki rezeki yang murah
o Memiliki keluarga yang harmoni
o Memiliki jiwa yang kuat

3.2 KRITIK DAN SARAN

12

Anda mungkin juga menyukai