LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO TINGGI
PADA Tn.W DENGAN HIPERTENSI DI KELUARGA Tn.W DI RT 04
DUSUN KAUMAN, WIJIREJO, PANDAK, BANTUL
YOGYAKARTA
IMAM FAUZI
3215046
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO TINGGI
PADA Tn.W DENGAN HIPERTENSI DI KELUARGA Tn.W DI RT 04
DUSUN KAUMAN, WIJIREJO, PANDAK, BANTUL
YOGYAKARTA
Disusun oleh:
IMAM FAUZI
3215046
Disetujui pada:
Hari
:
Tanggal
:
Mengetahui :
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Mahasiswa
(Imam Fauzi)
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA
A. Teori Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Bailon, 1978 dalam Achjar (2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung
(Departemen Kesehatan RI, 1988 dalam Ali, 2006).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Ali, 2006).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki
hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 1999 dalam Sudiharto, 2007).
2. Bentuk atau Tipe-Tipe Keluarga
Menurut Sudiharto (2007), beberapa tipe/bentuk keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami,
istri, dan anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga
tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga Besar (extended family ), keluarga inti ditambah keluarga
yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
Berantai,
keluarga
yang
terbentuk
karena
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara
istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara
suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan-hubungan dengan suami istri.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi
dasar keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih
serta, saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan
pengembangan
daya
intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak.
5) Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab).
2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
dimasyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat sosial dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3) Keakraban dengan pasangannya.
4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara
hidup.
10
nilai
utama
meliputi:
pencapaian
individu
dan
orientasi
masa
kepraktisan,
rasionalisme,
depan,
kualitas
efisiensi,
hidup
dan
ketentraman,
pemeliharaan
suatu
proses
menghilangnya
secara
perlahan-lahan
11
karena suatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam
pembangunan (non potensial).
2) Menurut WHO, lansia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
b) Lanjut usia (elderly), ialah kelompok usia 60 sampai 74
tahun.
c) Lanjut usia tua (old), ialah kelompok usia 75 sampai 90
tahun.
d) Usia sangat tua (very old), ialah kelompok usia diatas 90
tahun.
3) Menurut Upaya Pokok Puskesmas (sasaran langsung kesehatan
usila) :
a) Kelompok menjelang usila (45 tahun samapi 54 tahun).
b) Kelompok masa pensiun (55 tahun sampai 64 tahun).
c) Kelompok senecens (lebih dari 65 tahun).
2. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Gambaran fungsi tubuh pada usia lanjut mengenai kekuatan atau
tenaga menurun sebesar 88%, fungsi penglihatan meturun sebesar 72%.
kelenturan tubuh menurun sebesar 61%, daya pendengaran menurun 67%
dan bidang seksual menurun sebesar 86% (Makmun, 1998). Perubahanperubahan fisik yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000) :
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya. Berkurangnya
jumlah
cairan
tubuh
dan
berkurangnya
cairan
intraselular.
12
c. Sistem pendengaran
Presbiakustis (gangguan pada pendengaran) hilangnya kemampuan
daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
katakata. Atrofi membran timpani dan dapat menyebabkan
otosklerosis. Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras
karena meningkatnya keratin. Pendengaran bertambah menurun pada
lansia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
d. Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
kornea lebih berbentuk sferis, lensa lebih suram dan keruh yang
dapat menyebabkan katarak. Meningkatnya ambang pengamatan
sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah
melihat
dalam
cahaya
gelap.
Hilangnya
daya
akomodasi,
gigi,
indera
pengecap
menurun,
esofagus
14
k. Sistem Endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun tetapi fungsi
paratiroid dan sekresinya tidak berubah. Dalam pituitar ada
pertumbuhan hormone tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH dan LH.
Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya Basal Metabolic Rate dan
menurunnya daya pertukaran zat. Terjadi penurunan produksi
aldosteron dan menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya
progesteron, estrogen dan testoteron.
l. Sistem Kulit (Integumentary System)
Kulit mengerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis,
menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun, kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung dan
telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya
cairan dan vaskularisasi, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
m. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan density dan makin rapuh, kifosis, discus
intervetebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar
dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami skelerosis dan
atrofi serabut-serabut otot.
n. Perubahan psikologis
Perubahan mental yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain perubahan fisik, khususnya organ perasa.
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan
(Nugroho,2000).Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan
psikososial dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
15
meningkatnya
biaya
hidup
pada
16
aktivitas
kehidupan
sehari-hari.
Alzheimer
Adanya
riwayat
keluarga,
usia
lanjut,
penyakit
17
2. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Klasifikasi
18
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage I
Hipertensi stage II
(Muttaqin, 2009).
<120
120-139
140-150
>150
<80
80-89
90-99
>100
Sistol (mmHg)
<120
<130
140-159
140-149
160-179
>180
>140
140-149
Optimal
Normal
Tingkat I (hipertensi ringan)
Sub group: Perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat)
Hipertensi Sistol terisolasi
Sub group: Perbatasan
(Sofyan, 2012)
Klasifikasi
Hipertensi
Hasil
Konsensus
Diastol (mmHg)
<80
<85
90-99
90-94
100-109
>110
<90
<90
Perhimpunan
Hipertensi
Indonesia
Kategori
Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
140
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Tahap I
Hipertensi Tahap II
Hipertensi Sistol Terisolasi
(Sofyan, 2012)
Dan/Atau
Dan
Atau
Atau
Atau
Dan
Diastol (mmHg)
<180
80-89
90-99
100
<90
3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait
dengan
level
insulin
yang
tinggi
yang
19
alkohol,
minum
epineprin)
20
obat-obatan
(ephedrine,
prednison,
b. Sedangkan
penyebab
hipertensi
sekunder
adalah:
ginjal,
saraf,
stroke,
ensepalitis,
SGB,
obat-obatan,
21
respons
pembuluh
darah
terhadap
rangsangan
memperkuat
respons
vasokonstriksi
pembuluh
darah.
pelepasan
renin.
Renin
merangsang
pembentukan
22
6. Pathway
Obesitas
Insulin
Stress
Kelebihan
Iskemia
Katekolamin
H. Natrioretik
Renin
Kalsium
Perubahan fungsi
membran sel
Kontraksi otot
Pertukaran Na+ / H+
Hipertrofi Vaskulen
Tahanan perifer
Hipertensi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,
adanya penyakit jantung koroner atau aritmia.
b. Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubngan
dari sel-sel terhadap terhadap volume cairan(viskositas)dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkogulabilitas,
anemia.
c. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
d. Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
e. Kalium serum: hipokalemia
dapat
mengindikasikan
adanya
serum:
peningkatan
meningkatkan hipertensi.
23
kadar
kalsium
serum
dapat
pencetus
untuk/adanya
pembentukan
plak
diperhatikan yaitu
natrium
24
25
bebas
mengandung
simpatomimetik,sehingga
dapat
26
NSAIDs,
simpatomimetik,
dan
MAO
yang
dapat
1. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah
yang dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah
kesehatan, status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga.
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
(1) Anggota-anggota keluarga dan hubungan dengan
kepala keluarga.
(2) Data demografi: umur, jenis kelamin, kedudukan dalam
keluarga.
(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.
27
c) Faktor lingkungan
(1) Perumahan
(a) Luas rumah
(b) Pengaturan dalam rumah
(c) Persediaan sumber air
(d) Adanya bahan kecelakaan
(e) Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan/daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari
petugas kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara pengumpulan data
(1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara
langsung.
(a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.
(b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga
(c) Peran dari tiap anggota keluarga
(d) Keadaan rumah dan lingkungan
28
(2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
(a) Aspek fisik
(b) Aspek mental
(c) Sosial budaya
(d) Ekonomi
(e) Kebiasaan
(f) Lingkungan
(3) Studi dokumentasi antara lain
(a) Perkembangan kesehatan anak
(b) Kartu keluarga
(c) Catatan kesehatan lainnya
(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan dan keperawatan antara lain :
(a) Tanda-tanda penyakit
(b) Kelainan organ tubuh
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan
typology masalah dalam family healt care. Permasalahan dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai
potensi kesehatan. Contoh: (1) Riwayat penyakit keturunan dari
keluarga seperti hipertensi, (2) Masalah nutrisi terutama dalam
pengaturan diet.
b) Kurang atau tidak sehat adalah: kegagalan dalam memantapkan
kesehatan. Contoh: (1) Adakah didalam keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, (2) Siapakah yang menderita penyakit
hipertensi.
c) Krisis adalah : saat-saat keadaan menuntut terlampau banyak dari
indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya
mereka. Contoh: Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat
hipertensi.
3. Penapisan masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga
menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan
pedoman sebagai berikut :
29
SKAL
KRITERIA
1. Sifat masalah
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial/weliness
BOBOT
SKORIN
RASIONA
1
3
2
1
2
2
1
0
1
3
2
1
1
2
1
0
Total skor
Skoring :
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Skor
x Bobot =
Angka tertinggi
c) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama
dengan seluruh bobot.
b. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat
melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan
ancaman kesehatan, kurang/tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh
keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada tahap
kedua
menggambarkan
ketidak
mampuan
keluarga
untuk
dihadapi.
Karena
ketidakmampuan
keluarga
dalam
30
masalah
penyakit
anggota
keluarga
yang
sakit
ketidaktahuan
tentang
usaha
pencegahan
penyakit
hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat
guna memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan
seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet
pada klien hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2) Ketidaksanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam
pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien
hipertensi
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
31
hipertensi
berhubungan
dengan
kurangnya
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang
benar bagi penderita hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga, bagaiman
caranya menyediakan makan-makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi.
4) Rasional
32
a) Dengan
diberikan
penjelasan
diharapkan
keluarga
kepada
keluarga
tentang
manfaat
33
berubah
kebiasaan
dari
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :
Sagung Seto.
36
(2007).
Asuhan
Keperawatan
Keluarga
37
dengan
Pendekatan