SUHU
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
MATERI
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Disusun Oleh :
Kelompok
1. Adhisty Kurnia
NIM : 21030113130175
2. Arlunanda Adhiartha
NIM : 21030113120045
NIM : 21030113120009
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II yang berjudul Panas Pelarutan dan
Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu yang disusun oleh
:
Kelompok
: VII-Selasa Siang
Anggota
: 1. Adhisty Kurnia
NIM : 21030113130175
2. Arlunanda Adhiartha
NIM : 21030113120045
NIM : 21030113120067
Tempat
: Semarang
Hari, Tanggal
Semarang, 20
Desember 2013
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi Praktikum Dasar Teknik
Kimia II dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
Laporan resmi praktikum dasar teknik kimia II ini berisi materi tentang Panas
Pelarutan dan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. Panpel dan KSFT merupakan
Laporan resmi ini merupakan laporan resmi terbaik yang saat ini bisa kami ajukan,
namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Maka dari itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Semarang,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii
PRAKATA ........................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi
INTISARI ......................................................................................................................... vii
SUMMARY ....................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Tujuan Percobaan ........................................................................................... 1
I.3 Manfaat Percobaan ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Kompleksometri .......................................................................... 2
II.2 Larutan Standard EDTA ................................................................................ 2
II.3 Indikator EBT ................................................................................................ 3
II.4 Larutan Buffer ............................................................................................... 3
II.5 Teori Kesadahan ............................................................................................ 3
II.6 Penggunaan Kompleksometri Dalam Industri ............................................... 4
II.7 Fungsi Reagen ................................................................................................ 5
II.8 Fisis dan Chemist Reagen .............................................................................. 5
DAFTAR TABEL
10
10
11
DAFTAR GAMBAR
13
INTISARI
thermometer, buret, statif, klem, beaker glass, pipet tetes, corong, pengaduk, dn
toples kaca. Pertama yang harus dilakukan adalah membuat asam borat jenuh 85 ml
pada suhu 85C. Kemudian asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi
besar dan dimasukkan ke dalam toples kaca untuk pendinginan. Larutan jenuh
diambil 4 ml tiap penurunan suu 9C, selanjutnya titrasi dengan NaOH. Tabung
reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah 25C. Lalu diambil 4 ml lagi tiap
kenaikan 9C titrasi dengan NaOH 0,1N, indikator PP 3 tetes, catat kebutuhan
NaOH, buat grafik log s vs 1/T dan T vs volume NaOH. Dari hasil percobaan yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa reaksi yang terjadi pada larutan asam borat adalah
reaksi endotermis sehingga apaila suhunya turun maka kelarutannya pun akan ikut
turun. Dan volume titran yanag dibutuhkan akan semakin kecil. Begitu juga
sebaliknya apabila suhu dinaikkan maka kelarutannya akan naik, sehingga volume
titran yang dibutuhkan akan besar.
Dari percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa
pada reaksi yang bersifat endotermis maka baik suhu, kelarutan, maupun volume
titran yang dibutuhkan sebanding. Sebagai saran agar percobaan yang dilakukan
dapat berjalan dengan lancar maka hendaknya alat-alat dicuci terlebih dulu sampai
benar-benr bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi, saat dilakukan titrasi
maka usahakan tidak ada kristalan borat agar tidak mengganggu proses titrasi, buat
larutan asam borat sampai benar-benar jenuh, serta usahakan suhu yang digunkan
saat titrasi tepat.
SUMMARY
refrigerate process. Take 4 ml saturated solution each temperature decrease for 9C,
titration by sodium hydroxide. Large test tube is take at the lowest temperature 25C.
After that take 4 ml again each increase 9C. Titration again with sodium hydroxide
0,1N, PP indicator 3drop, record the need of sodium hydroxide, make graph of log S
versus 1/T and temperature versus sodium hydroxide volume. Result from the
experiment we got if reaction that happened at boric acid solution is endoterm
reaction so if temperature is decrease, solubilitys is also decrease and titrate volume
that needed also few. Just the opposite, if temperature increase the solubility also
increase, and titrate volume that needed also more.
From the experiment that we had done we can conclude if in endoterrm
reaction temperature, solubility, and volume of sodium hydroxide that needed are
comparable. As the suggestion in order that experiment will go on well are wash the
equipments before and after used to avoid contamination, at titration try theres not
boric crystal that can disturb process of titration, create a solution of boric acid until
it is completely saturated, and also make sure that the temperature used for precise
titration.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah
mencapai maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut
lagi. Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute
padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat
meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama
dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase
padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, jika suhu
dinaikkan, kelarutan menjadi semakin besar. Besar partikel, semakin besar
luas permukaan, partikel akan mudah larut. Pengadukan, dengan pengadukan,
tumbukan antara molekul-molekul solvent makin cepat sehingga semakin
cepat larut atau kelarutannya besar. Tekanan dan volume, jika tekanan
diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin cepat, hal ini
berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal ini tidak
berpengaruh.
Beberapa contoh kegunaan metode kelarutan sebagai fungsi suhu ini
dalam industri antara lain, pada pembuatan reaktor kimia. Selain itu kegunaan
lainnya adalah pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan. Dan
digunakan juga sebagai dasar proses pembuatan granal-granal pada industri
baja.
Sebagai seorang sarjana teknik kimia yang pada umumnya bekerja di
bidang industri patutlah mengetahui dan memahami kelarutan sebagai fungsi
suhu. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa banyak manfaat yang
didapatkan dengan mengetahui kelarutan suatu zat. Oleh karena itu, sebagai
mahasiswa teknik kimia praktikum panas pelarutan ini menjadi sangat penting
untuk dilakukan.
1.2
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui kelarutan suatu zat
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan
1.3
Manfaat Praktikum
1. Praktikan mengetahui kelarutan dari suatu zat
2. Praktikan mengetahui suhu terhadap kecepatan kelarutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana :
H = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)
R
= suhu (K)
Dimana :
Dengan demikian jika suhu dinaikkan, pangkat dari 10 menjadi kecil sehingga
S
menjadi
maka
semakin
besar.
Dan
pada
reaksi
eksoterm
(-)
dan sebaliknya.
2. Besar Partikel
Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut.
3. Pengadukan
Dengan pengadukan, tumbukan antara molekul-molekul solvent makin cepat
sehingga semakin cepat larut (kelarutannya besar).
4. Tekanan dan Volume
Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin
cepat.Hal ini berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal ini
tidak berpengaruh.
BAB III
METODA PRAKTIKUM
85 ml
2. NaOH
160 ml
3. Aquades
80 ml
Alat
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret
5. Statif
6. klem
7. Beaker glass
8. Pipet tetes
9. Corong
10. Pengaduk
11. Toples kaca
3.2 Gambar Alat :
4
6
5
3
7
8
10
11
Keterangan :
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret
5. Statif
6. klem
7. Beaker glass
8. Pipet tetes
9. Corong
10. Pengaduk
11. Toples kaca
3.3
Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
Volume asam boraks untuk dititrasi = 4 ml
2. Variabel Bebas
T Asam boraks = 9oC
3.4
Cara Kerja
1. Membuat larutan asam boraks jenuh 85oC 85 ml
2. Larutan asam boraks jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam lalu
masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.
4. Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 9oC.
5. Titrasi dengan NaOH 0,1N, indikator PP 3 tetes.
6. Mencatat kebutuhan NaOH
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 4 ml lagi
setiap kenaikan suhu 9oC.
8. Titrasi dengan NaOH 0,1 N, indikator PP 3 tetes.
9. Mencatat kebutuhan NaOH
10. Membuat grafik log S vs 1/T
11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan
volume titran
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Suhu (K)
352
18,1
343
19,2
334
13,3
325
14
316
14,7
307
11,7
298
10,5
307
316
15
10
325
16,1
11
334
16,3
12
343
20
13
352
26
10
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan log S terhadap 1/T pada Penurunan Suhu
0.0034
0.0033
0.0032
1/T
0.0031
0.003
0.0029
y = -0.0019x + 0.0013
R = 0.7919
-1.2
-1
asam borat
0.0028
-0.8
-0.6
-0.4
0.0027
-0.2
0
log S
Hal tersebut juga sesuai dengan dat kelarutan bahwa bila asam borat
dilarutkan dalam suhu rendah maka kelarutannya yaitu 2,66 pada suhu 0C.
Sedangkan apabila dalam suhu tinggi maka kelarutanyya sebesar 40,2 dalam suhu
100C. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi endotermis, apabila
11
suhu dinaikkan maka kelarutannya juga naik dan bila suhu diturunkan maka
kelarutannya juga akan turun.
(Perry, 1984)
4.2.2 Hubungan log S terhadap 1/T pada Ke naikkan Suhu
0.0034
0.0033
0.0032
1/T
0.0031
0.003
asam borat
0.0029
y = -0.0011x + 0.0021
R = 0.8636
-1.2
-1
-0.8
0.0028
-0.6
-0.4
0.0027
-0.2
0
log S
12
Hal tersebut juga sesuai dengan dat kelarutan bahwa bila asam borat
dilarutkan dalam suhu rendah maka kelarutannya yaitu 2,66 pada suhu 0C.
Sedangkan apabila dalam suhu tinggi maka kelarutanyya sebesar 40,2 dalam suhu
100C. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi endotermis, apabila
suhu dinaikkan maka kelarutannya juga naik dan bila suhu diturunkan maka
kelarutannya juga akan turun.
(Perry, 1984)
20
15
y = -0.1444x + 61.444
R = 0.7806
10
asam borat
5
0
290
300
310
320
330
340
350
360
suhu (K)
Sehingga
13
konsentrasi H3BO3 dalam larutan semakin kecil. Hal tersebut juga menyebabkan
volme titran yang diutuhkan semakin sedikit karena sesuai dengan rumus :
V1 . M1 . ekivalen = V2 . M2 . ekivalen
Namun didalam grafik terdapat beberapa titik yang justru dalam penurunan
suhu, volume titrannya justru semakin besar. Hal tersebut terjadi karena di dalam zat
yang akan dititrasi (asam borat) terdapat endapan sehingga membutuhkan volume
titran yang lebih besar daripada volume titran pada suhu sebelumnya.
(Perry, 1984)
4.2.4
25
y = 0.277x - 73.891
R = 0.8867
20
15
asam borat
10
5
0
290
300
310
320
330
340
350
360
suhu (K)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa suhu yang rendah (kenaikan suhu) akan
memperkecil jumlah volume titran yaitu NaOH 0,1N. Hal ini disebabkan karena pada
saat terjadi kenaikkan suhu, reaksinya adalah endoterm. Dimana panas diserap oleh
14
sistem. Sesuai dengan asas Le Chatelier yitu bahwa proses yng terjadi merupakan
proses endoterm, maka kelarutannya akan bertambah. Sehingga konsentrasi H3BO3
dalam larutan semakin besar. Hal tersebut juga menyebabkan volme titran yang
diutuhkan semakin banyak karena sesuai dengan rumus :
V1 . M1 . ekivalen = V2 . M2 . ekivalen
Sehingga secara umum diperoleh grafik bahwa semkin tinggi suhu arutan
maka dibutuhkan volume titran yang semakin besar pula.
(Perry, 1984)
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1
Bila suhu diturunksn maka kelarutan asam borat juga akan turun karena reaksi
yang terjadi adalah reaksi endoterm.
Bilamsuhu dinaikkan maka kelarutan asam boraat juga akan naik karena
reaksi yang terjadi adalah reaksi endotermis.
Bila suhu diturunkan maka kelarutan asam borat juga akan turun sehingga
kebutuhan titran (NaOH 0,1N) juga semakin kecil karena reaksinya endoterm.
Bila suhu dinaikkan maka kelarutan asam borat juga akan semakin naik
sehingga kebutuhan titran (NaOH 0,1 N) juga semaki besar karena reaksinya
endoterm
5.2 Saran
1
Saat titrasi usahakan tdak terdapat kristalan borat yang dapat mengganggu
proses titrasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Perhitungan Log S
Penurunan Suhu
T = 79C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 18,1 x 1
Mx4x3
0,15
0,15
Log S
-0,8215
1/T
1/(79+273)
0,0028
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 19,2 x 1
Mx4x3
0,16
0,16
Log S
-0,795
1/T
1/(70+273)
0,0029
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 13,3 x 1
Mx4x3
0,1108
0,1108
T = 70 C
T = 61 C
A-1
Log S
-0,95
1/T
1/(61+273)
0,00299
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 14 x 1
Mx4x3
0,16
0,16
Log S
-0,795
1/T
1/(70+273)
0,00299
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 14,7 x 1
Mx4x3
0,1225
0,1225
Log S
-0,911
1/T
1/(43+273)
0,00316
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 11,7 x 1
Mx4x3
0,095
0,095
Log S
-1,01
1/T
1/(34+273)
0,00325
T = 52 C
T = 43 C
T = 34 C
A-2
T = 25 C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 10,5 x 1
Mx4x3
0,0875
0,0875
Log S
-1,0579
1/T
1/(25+273)
0,00335
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 10,5 x 1
Mx4x3
0,0875
0,0875
Log S
-1,0579
1/T
1/(25+273)
0,00335
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 9 x 1
Mx4x3
0,075
0,075
Log S
-1,1249
1/T
1/(34+273)
0,00325
Kenaikan Suhu
T = 25 C
T = 34 C
A-3
T = 43 C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 15 x 1
Mx4x3
0,125
0,125
Log S
-0,903
1/T
1/(43+273)
0,003164
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 16,1 x 1
Mx4x3
0,1341
0,1341
Log S
-0,8725
1/T
1/(52+273)
0,0030
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 16,3 x 1
Mx4x3
0,135
0,135
Log S
-0,869
1/T
1/(61+273)
0,00299
T = 52 C
T = 61 C
A-4
T = 70 C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 20 x 1
Mx4x3
0,167
0,167
Log S
-0,77
1/T
1/(70+273)
0,0029
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 26 x 1
Mx4x3
0,2167
0,2167
Log S
-0,664
1/T
1/(79+273)
0,00284
T = 79 C
A-5
Penurunan Suhu
Suhu (K)
Log S (x)
1/T (y)
X2
XY
352
-0.8215
0,0028
0,675
-2,3 x 10-3
343
-0,795
0,0029
0,632
-2,305 x 10-3
334
-0,95
0,00299
0,9025
-2,84 x 10-3
325
-0,93
0,003
0,8649
-2,79 x 10-3
316
-0,911
0,00316
0,8299
-2,9 x 10-3
307
-1,01
0,00325
1,0201
-3,3 x 10-3
298
-1,0579
0,00335
1,1191
-3,5 x 10-3
-6,4754
0,02145
6,0435
-19,935 x 10-3
=
=
=
= -1,5 x 10-3
=
= 1,388 x 10-3
B-1
= -1,5x10-3x + 0,001388
Kenaikan Suhu
Suhu (K)
Log S (x)
1/T (y)
X2
XY
298
-1,05799
0,00335
1,11934
-3,54 x 10-3
307
-1,1249
0,00325
1,2654
-3,65 x 10-3
316
-0,903
0,003164
0,8154
-2,85 x 10-3
325
-0,8725
0,0030
0,76125
-2,61 x 10-3
343
-0,869
0,00299
0,755161
-2,59 x 10-3
334
-0,77
0,0029
0,5929
-2,23 x 10-3
352
-0,664
0,00284
0,440896
-1,88 x 10-3
-6,26139
0,021494
5,750347
-19,35 x 10-3
=
=
= -0,000826
C
=
= 0,00219
Y
= -0,000826x + 0,002219
B-2
X2
XY
352
18,1
123904
6371,2
343
19,2
117649
6585,6
334
13,3
111556
4442,2
325
14
105625
4550
316
14,7
99856
4645,2
307
11,7
94249
3591,9
298
10,5
88804
3129
1950
101,5
741643
33315,1
=
=
= 0,0254
C
=
=
= 7,4
Y
= 0,0254x + 7,4
B-3
Kenaikan Suhu
Suhu (K)
X2
XY
298
10,5
88804
3129
307
94249
2763
316
15
99856
4740
325
16,1
105625
5232,5
343
16,3
111556
5444,2
334
20
117649
6860
352
26
123904
9152
1950
112,9
741643
37320,7
=
= 0,0295
C
=
= 7,8
Y
= 0,0295x + 7,8
B-4
MATERI
I. VARIABEL
Panpel
1. Solute standar
: NaCl
2. Solute variable
: KOH
2 gram
: MgCl2.6H2O
1,2,3,4 gram
: CuSO4.5H2O
3. Aquades
: 80C
t panpel
: 2 menit
80 ml
KSFT
1. Variabel tetap
: Asam borat 85 ml
2. Variabel bebas
: T asam borat 9C
C-1
KSFT
1. NaCl
2. KOH
2. NaOH
3. MgCl2.6H2O
3. Aquades
4. CuSO4.5H2O
5. Thermometer
5. Erlenmeyer
6. Gelas Ukur
6. Thermometer
7.Kalorimeter
8. Beaker Glass
8. Beaker glass
9. Pipet tetes
9. Pipet tetes
10. corong
11. Pengaduk
12. Toples kaca
C-2
KSFT
1 Membuat asam borat jenuh 85C 85 ml
2 Larutan asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3 Tabung reaksi besar dimasukkan ke dalam toples kaca berisi air lalu masukkan
thermometer ke dalam tabung reaksi.
4 Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 9C.
5 Titrasi dengan NaOH 0,1 N.
6 Tabung reaksi dikeluarkan saat suhu terendah, ambil 4ml lagi tiap penurunan 9C.
7 Titrasi dengan NaOH 0,1 N, indicator PP 3 tetes.
8 Catat kebutuhan NaOH.
9 Membuat grafik log S vs 1/T.
10 Buat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhhu dan volume titran.
C-3
Aquades
NaCl
54C
KOH (C)
MgCl2.6H2O (C)
CuSO4.5H2O (C)
56C
60
61
60
65
66
60
56
55
56
63
63
65
54 C
62C
70
71
61
72
68
60
68
70
79
82
82
84
58 C
64C
70
72
68
73
68
60
68
70
80
82
82
84
58 C
64,5C
71
72
68
73
68
60
68
70
80
82
82
84
58 C
65C
71
72
68
73
10
65C
71
12
65C
80
KSFT
Penurunan Suhu
Kenaikan Suhu
Suhu (C)
V NaOH (ml)
Suhu (C)
V NaOH (ml)
79
18,1
25
10,5
70
19,2
34
61
13,3
43
15
52
14
52
16,1
43
14,7
61
16,3
34
11,7
70
20
25
10,5
79
26
Praktikan
Mengetahui,
Asisten Pengampu
C-4
PRAKTIKUM KE
:5
MATERI
:PANAS
PELARUTAN
DAN
KELAARUTAN
KELOMPOK
: 7/ SELASA SIANG
NAMA
ASISTEN
KUANTITAS REAGEN
NO
JENIS REAGEN
Panpel
Solute variable :
KUANTITAS
2 gram
o KOH
o MgCl2.6H2O
1,2,3,4 gram
o CuSO4.5H2O
KSFT
D-1
85 ml
NaOH 0,1N
160 ml
TUGAS TAMBAHAN :
CATATAN :
PP : 3 tetes
V titran : 4 ml (KSFT)
t panpel : 2 menit
Bawa :
Lap, malam, es batu, garam
NIM.
D-2
REFERENSI
DIPERIKSA
NO
TANGGAL
1.
8 Juni 2014
KETERANGAN
- Format penulisa
- Format laporan
- Ejaan
TANDA TANGAN