Anda di halaman 1dari 20

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan hipertensi sebagai
faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Variable Independen

Variable Dependen

- Tekanan darah
Penyakit

sistole
HIPERTENSI
-Tekanan darah

Jantung
Koroner
(PJK)

diastole

3.2. Hipotesis
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyebab
terjadinya penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Pusat Haji Adam
Malik (RSUPHAM) Medan.
3.3. Definisi Operasional

Universitas Sumatera Utara

Hipertensi didefinisikan dengan tekanan sistoliknya 140 mmHg atau


lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai
obat

anti

hipertensi

(American

Heart

Association.

2007).

Cara

mendapatkan tekanan darah pasien adalah dengan melihat pada rekam


medis jika pasien tersebut mempunyai riwayat hipertensi, yang dimana
akan tercatat pada di rekam medis, dan berdasarkan rekam medis akan
ditentukan jika pasien termasuk dalam kelompok hipertensi atau tidak,
berdasarkan kriteria The seventh report of the joint National on Prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
Penyakit jantung koroner (coronary heart disease/ CHD) sering
disebut dengan penyakit arteri koroner. Arteri koroner adalah pembuluh
darah yang membawa darah ke otot jantung. Arteri adalah seperti pipa-pipa
sempit. Unsur lemak yang disebut plak dapat terbentuk di dalam arteri,
menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi
kurang untuk disuplai ke otot jantung.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Analitik yang akan melihat hubungan
Hipertensi sebagai faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.
Desain yang akan digunakan adalah secara cross sectional study. Ini
dilakukan dengan mengambil rekam medis penderita rawat jalan ke
poliklinik di department Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik (RSUPHAM) Medan tahun 2010.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUPHAM) Medan. Penelitian ini dijangka dilakukan pada bulan Juli
sehingga Augustus 2010.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi target : Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) tahun
2010.
b. Populasi terjangkau : Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) di
Medan tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

c. Subjek yang diteliti : Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) di


Medan yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUPHAM) Medan tahun 2010.
d. Cara memilih responden : Responden dipilih secara sistematik random
sampling, yaitu responden dipilih secara random berdasarkan nomor urut.
e. Besar sampel : Besar sampel data nominal pada sampel tunggal untuk
estimasi proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus :
N = ( Z)2pq
d2
keterangan rumus :
N = Jumlah/ besar sampel
a = Tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, tingkat kemaknaan yang
digunakan ialah a = 0,05, sehingga Za yaitu kesalahan tipe I penelitian ini
sebesar 1,96.
P = Proporsi keadaan yang akan dicari 0,5 .
q = 1-p = 0,5 .
d = Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki. Dalam penelitian ini,
ditetapkan d = 0,15 .
Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel :
N = ( 1,96)2(0,5)(0,5)
(0,15)2
= 50 orang
4.4. Metode Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional yang bersifat retrospektif


di mana data diambil dari rekam medis pasien rawat jalan di poliklinik
Kardiologi, yang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik (RSUPHAM) Medan tahun 2010.
4.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi
I. Penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang datang ke Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan tahun
2010.
kriteria ekslusi
I. Responden yang menderita penyakit jantung bawaan seperti defek
septum atrial, defek septum ventrikel, tetralogy of fallot, penyakit
kongenital lain, dan selain penderita penyakit jantung koroner.
4.6. Metode dan Analisa Data
Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan dideskripsikan dan
dianalisis pengambilan data secara retrospektif dianalisa pada tabel distribusi
frekuensi. Studi deskriptif adalah penelitian yang bertujuan melakukan
deksripsi mengenai fenomena yang ditemukan baik yang berupa faktor risiko
maupun efek atau hasil. Data hasil penelitian menganalisis mengapa
fenomena itu dapat terjadi, karena pada studi ini terdapat hipotesis.
Konsekuensinya dalam penelitian ini perlukan uji statistika seperti uji x2 atau
uji t maupun perhitungan risiko relatif, rasio odds dan sejenisnya.Pada proses
pemasukan data dan pengolahan data menggunakan SPSS for windows 17.0

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL PENELITIAN
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan merupakan
rumah sakit kelas A pada tahun 1990 sesuai dengan Menkes No.
335/Menkes/SK/VII/1990. Pada tahun 1991 pula ia dijadikan sebagai rumah
sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, dan
RSUP H Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan
A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, dan Riau. RSUP H Adam Malik mulai beroperasi sejak tanggal 17 Juni
1991 dengan pelayanan rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru
dimulai tanggal 2 Mei 1992.
Sesuai dengan komitmen untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang
moderen, lengkap, dan bermutu, sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan
RSUPH Adam Malik memiliki berbagai pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk
memberika diagnose, perawatan, dan konsultasi atas berbagai jenis masalah medis.
Dalam kaitannya untuk memberikan pelayanan dalam hal pencegahan dan
penyuluhan pada masyarakat, rumah sakit juga memberikan konsultasi atas berbagai
jenis

penyakit

dan

informasi

untuk

tujuan

pendidikan

masyarakat

dan

pengembangannya

Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden


Seramai 50 orang responden telah diambil datanya dengan membuka rekam
medis mereka yaitu terdiri daripada 29 orang penderita Penyakit Jantung Koroner dan
selebih seramai 21 orang adalah penyakit jantung lainnya.
5.1.2.1 Jenis Kelamin
Carta Pai 5.1: Jenis Kelamin Responden

perempuan,
30%
laki, 70%

Berdasarkan hasil penelitian , jenis kelamin responden yang terlihat pada


carta pai 5.1 menunjukkan bahawa laki-laki seramai 35 orang yaitu 70% daripada
keseluruhan responden. Sementara perempuan seramai 15 orang yaitu 30%
daripada keseluruhan responden.

Universitas Sumatera Utara

Carta Bar 5.2: Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Penyakit.

PJK
25

Non PJK

22%

20
15
10

13%
7%

8%

5
0

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada carta bar 5.2, jenis
kelamin responden laki-laki adalah seramai 35 orang (70%) yang terdiri daripada
22 orang pasien PJK dan 13 orang Non PJK. Sementara jenis kelamin responden
perempuan adalah seramai 15 orang (30%) yang terdiri daripada 7 pasien PJK
dan 8 pasien Non PJK.

Universitas Sumatera Utara

5.1.2.2 Umur
Carta Bar 5.3: kelompok umur responden

35

34%

kel umur

32%

30
22%

25
20
15

10%

10
2%

5
0

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.3 kelompok umur responden


yang tertinggi adalah 41-50 tahun sebanyak 17 oraang (34%). Selain itu,
kelompok umur yang paling rendah adalah 81-90 tahun sebanyak 1 orang (2%).
Manakala kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 16 orang yaitu 32%, kelompok
umur 61-70 tahun sebanyak 11 orang yaitu 22%, dan kelompok umur 71-80
tahun sebanyak 5 orang yaitu 10%.

Universitas Sumatera Utara

Carta Bar 5.4: kelompok umur responden berdasarkan penyakit

40

38.1

35 31
30
25
20
15
10
5
0

34.5

PJK
Non PJK

28.6
24.1
19
10.39.5

4.8
0
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.4. kelompok umur yang


menderita PJK yang tertinggi adalah pada umur 51-60 tahun sebanyak 10 orang
(62.5 %), manakala pada kelompok umur 41-50 tahun adalah sebanyak 9 orang
(52,9 %), dan kelompok umur 61-70 tahun adalah 7 orang (63,6%). Daripada
data tersebut tidak dijumpai pasien PJK pada kelompok umur 81-90 tahun.
Sementara pasien Non PJK yang tertinggi pada kelompok umur 41-50 sebanyak
8 orang (47,1%), manakala pada kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 6 orang
(37,5%), kelompok umur 61-70 tahun sebanyak 4 orang (36,4%), dan yang
terendah adalah pada kelompok umur 81-90 tahun sebanyak 1 orang (100%).

Universitas Sumatera Utara

5.1.2.3 Tekanan Darah


Carta Pai 5.5: kelompok tekanan darah responden

HTN II
18%

normal
24%

PreHtn
10%
HTN I
48%

Berdasarkan hasil penelitian, kelompok tekanan darah responden yang


terlihat pada catra pai 5.5 menunjukkan bahawa kelompok tekanan darah yang
tinggi adalah Hipertensi tingkat I 26 orang yaitu 52%, manakala yang terendah
adalah tekanan darah yang Normal 5 orang yaitu 10%. Bagi kelompok tekanan
darah Prehipertensi sebanyak 9 orang terdiri dari 18 %, dan Hipertensi tingkat II
sebanyak 10 orang yaitu 20%.

Universitas Sumatera Utara

Carta Bar 5.6: Status Tekanan darah berdasarkan Jenis kelamin responden.

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Normal

PreHtn
laki-laki

Htn I

Htn II

wanita

Berdasarkan hasil penelitian status tekanan darah berdasarkan jenis


kelamin responden yang terlihat pada carta bar 5.6 menunjukkan bahawa lakilaki mempunyai Hipertensi tingkat I sebanyak 17 orang yaitu 48.6%, manakala
bagi kelompok perempuan paling tinggi pada tingkat Hipertensi I sebanyak 7
orang yaitu 46.7%. Jumlah laki-laki yang mempunyai tekanan darah yang normal
adalah 6 orang (17.1%), dan perempuan adalah sebanyak 6 orang (40%).
Manakala yang terendah bagi kelompok laki-laki adalah tingkat Prehipertensi
sebanyak 4 orang yaitu 11.4% dan perempuan masing-masing pada tingkat
Prehipertensi dan Hipertensi II yaitu sebanyak 1 orang yaitu 6.7%.

Universitas Sumatera Utara

Carta Bar 5.7: Kelompok Tekanan Darah diastolik berdasarkan Penyakit PJK

PJK

80
70

Non PJK

60
50
40
30
20
10
0
Normal

PreHTN

HTN I

HTN II

Berdasarkan carta 5.7, kelompok tekanan darah diastolik responden


berdasarkan status penyakit PJK didapati bahwa responden PJK mempunyai tekanan
darah diastolik yang normal adalah sebanyak 48%, manakala respnden Non PJK
yang mempunyai tekanan diastolik yang tertinggi adalah pada batas normal sebanyak
76.2%.

Pada

responden

PJK,

sebanyak

10,3%

sahaja

yang

merupakan

Perhipertensi,dan masing hipertensi derajat I dan derajat II merupakan 20.7%. Pada


responden Non PJK kelompok Prehipertensi adalah sebanyak 4,8%, kelompok
hipertensi derajat I sebanyak 19%, dan Hipertensi derajat II tidak dijumpai.

Universitas Sumatera Utara

Table 5.8: kelompok tekanan darah responden berdasarkan penyakit

60
PJK
50
Non PJK

40
30
20
10
0
Normal

PreHTN

HTN I

HTN II

Hasil penelitian yang terlihat pada carta 5.6 menunjukkan bahawa status
tekanan darah yang tertinggi adalah pada kelompok Hipertensi tingkat I sebanyak
24 orang (48%) yang terdiri 17 pasien PJK dan 7 orang pasien Non PJK.
Manakala kelompok yang terendah adalah pada kelompok Prehipertensi yaitu 5
orang (10%) yang terdiri daripada 3 pasien PJK dan 2 pasien Non PJK . Bagi
kelompok tekanan darah Normal terdapat 12 orang (24%) yang terdiri daripada 1
pasien PJK dan 11 pasien Non PJK, manakala kelompok Hipertensi tingkat II
terdiri dari 9 orang(18%) yaitu 8 pasien PJK dan 1 Non PJK

Universitas Sumatera Utara

5.1.2.4 Penyakit dan Hipertensi

Carta Bar 5.9: Status tekanan darah Diastolik responden berdasarkan Penyakit

80

PJK

70
60

Non PJK

50
40
30
20
10
0

HTN

Non HTN

Berdasarkan carta bar 5.9 status tekanan darah diastolik responden


berdasarkan status penyakit. Dijumpai bahawa responden yang mempunyai PJK
yang mempunyai hipertensi diastolik adalah sebanyak 15 responden yaitu 51,7%.
Manakala responden PJK yang mempunyai tekanan diastolik normal sebanyak
14 responden yaitu 48,3%. Bagi responden non PJK yang mempunya hipertensi
diastolic adalah sebanyak 23,8% dan tekanan diastolik normal sebanyak 76,2%.
Berdasarkan analisa Chi Kuadrat didapati bahawa nilai p adalah 0,047, maka
dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian hipertensi diastolik antara
penderita PJK dan Non PJK atau terdapat hubungan yang signifikan antara
hipertensi diastolik dan kejadian PJK. Kemudian dari hasil analisa diperoleh
Resiko Relatif 3,43, dimana artinya penderita hipertensi diastolik mempunyai
resiko 3,4 kali terkena PJK dibanding dengan penderita Non PJK.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6.0: Penyakit Responden berdasarkan kelompok Hipertensi.


96.6
100

PJK

80
52.4

46.7

60

Non PJK

40
3.4

20
0

Hipertensi

Non HTN

Berdasarkan hasil penelitian pada carta bar 5.8, hasil analisis hubungan
hipertensi dan kejadian PJK diperoleh bahawa ada sebanyak 28 (96.6%)
penderita PJK mengalami hipertensi, sedangkan diantara penderita Non PJK ada
10 (47.6%) yang hipertensi. Hasil uji statistic Chi kuadrat didapati nilai p=
0.0001, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian hipertensi
antara penderita PJK dan Non PJK atau terdapat hubungan yang signifikan antara
hipertensi dan kejadian PJK. Kemudian dari hasil analisa diperoleh Resiko
Relatif = 30.8, dimana artinya penderita hipertensi mempunyai resiko 30.8 kali
terkena PJK dibanding dengan penderita Non PJK.

5.2 Pembahasan
Di dalam pembahasan ini akan difokuskan hal-hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian yaitu untuk melihat hubungan hipertensi dan kejadian penyakit
jantung koroner (PJK) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian, dilihat terdapat hubungan antara hipertensi dan


penyakit jantung koroner yaitu hipertensi sebagai salah satu faktor resiko kejadian
Penyakit Jantung Koroner.
Penelitian Howard. B.V. dkk (2009) merumuskan dari penelitianya bahawa
kejadian PJK pada laki-laki (12,6%) lebih tinggi daripada wanita (5,3%), yaitu
prevalensi ratio 2.4, (CI 1.3-4.4), dimana ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arsad.H dan Ali.R (2006) menunjukan perempuan (34,5%) lebih
banyak menderita penyakit jantung koroner dari pada laki laki (30,1), meskipun
persentase penyakit janutung koroner pada kedua jenis kelamin tersebut hampir
sama. Sedangkan hasil yang diperolehi dari penelitian ini, didapati bahawa terdapat
29 orang yang menderita PJK yaitu 75,9% daripadanya adalah laki-laki dan 24,1%
adalah perempuan.
Menurut Sven O.E. Ebbesson dkk (2004) dalam penelitiannya, kejadian PJK
meningkat mengikut peningkatan usia, dimana ditemukan bahawa responden dengan
umur 55 tahun resiko PJK menigkat, dan penelitian yang dilakukan oleh Arsad.H
dan Ali.R (2006) menunjukan bahawa prevalensi penyakit jantung koroner semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Manakala dalam penelitian
ini jumlah penderita PJK yang tertinggi berada dalam kelompok umur 51-60 tahun
yaitu 34,5%, dan jumlah responden yang umur 55 tahun adalah 69%.
Menurut Arsad.H dan Ali.R (2006) dari hasil penelitiannya, mendapati
terdapat hubungan antara hipertensi dan kejadian PJK yaitu melalui data yang
mencakup analisis univariat, bivariat dengan uji Chi kuadrat (p < 0.05). Penelitian
yang djalankan oleh Fazidah A. Siregar et al, (2005) melalui analisis regresi logistic
bivariat juga didapatkan ada hubungan antara penderita hipertensi dengan kejadian
PJK dengan tingkat kemaknaan p = 0,0005. Sedangkan pada hasil penelitian ini
didapatkan uji Chi Kuadrat pada baris pearson Chi kuadrat menunjukkan nilai p
adalah 0.0000 (0.0001) yang menyatakan terdapat hubungan apabila p <0.05. Maka
dalam penelitian ini juga didapati terdapat hubungan yang signifikan antara
hipertensi dan kejadian PJK.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75


tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya PJK,
Juga pada penelitian tersebut didapatkan penderita hipertensi yang mengalami PJK
mortalitasnya 3 kali lebih besar daripada penderita yang normotensi dengan PJK.
Seterusnya menurut Fazidah A. Siregar et al, (2005) risiko terkena PJK pada
yang menderita hipertensi 10,3 kali dibanding dengan yang tidak menderita
hipertensi. Selain itu Erawan dan Yohanes (1997) mendapatkan risiko terkena PJK
pada yang menderita hipertensi sebesar 2,98 kali dalam penelitiannya. Pada hasil
penelitian ini odds ratio didapati adalah sebesar 30,8 dengan 95% CI: 3.514-269.949.
Ini berarti penderita PJK mempunyai 30,8 kali resiko untuk mempunyai hipertensi
berbanding dengan penderita tidak hipertensi.
Hasil penelitian Framingham juga mendapatkan hubungan antara PJK dan
tekanan darah diastolik. Kejadian PJK 2 kali 1ebih besar pada kelompok tekanan
darah diastolik 90-100 mmHg dibandingkan tekanan darah diastolik 85 mmHg,
sedangkan pada tekanan darah diastolic 105 mmHg 4 kali lebih besar dan Penelitian
Stewart 1979 & 1982 juga memperkuat hubungan antara kenaikan tekanan darah
diastolik dengan risiko mendapat PJK. Pada hasil penelitian ini didapati terdapat
hubngan antara hipertesi diastolik dan kejadian penyakit jantung koroner, resiko
untuk terjadi PJK adalah 3,4 kali jika mempunyai hipertensi sistolik.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperolehi dapat disimpulkan bahawa terdapat
hubungan hipertensi dan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum
Pusat haji Adam Malik Medan. Ini dapat dilihat menerusi analisa Chi Kuadrat yang
menunjukkan nilai p = 0.0001. ini menunjukkan bahawa terdapat hubungan antara
kedua variable yang diteliti. Daripada data yang diperolehi didapati :

6.2 Saran
1. Pasien dengan hipertensi yang khususnya disertai dengan diabetes mellitus,
obesitas, dan dislipidemia sebaiknya dianjurkan untuk segara melakukan
upaya pencegahan dengan menurunkan tekanan darahnya ke kadar yang
optimum atas ke batas yang selamat dengan melakukan upaya pengkontrolan
diet dan melakukan aktifitas fisik teratur supaya mengurangi resiko penyakit
jantung koroner.
2. Penderita hipertensi perlunya pemeriksaan tekanan darah, pengobatan secara
rutin, dan menjalani pola hidup yang sehat, seperti menghindari pola asupan
garam yang tinggi, menghentikan kebiasaan merokok, serta menghindari
stress untuk mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut.
3. Pada golongan yang resiko tinggi harus melakukan pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan panel lipid ( kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL), dan
kadar glukosa darah secara rutin agar dapat mengetahui faktor yang mana
yang berada di luar kontrol, dan upaya pengkontrolan dapat dilakukan segera.
4. Para pemberi layanan kesehatan haruslah dapat memberikan penyuluhan
secara optimal kepada penderita Penyakit jantung koroner maupun kepada

Universitas Sumatera Utara

orang yang tidak menderita Penyakit Jantung koroner agar dapat menurunkan
angka kesakitan.
5. Selain itu, masyarakat harus sadar mengenai bahayanya Penyakit Jantung
Koroner dan mengenal faktor resikonya supaya upaya pencegahan dapat
dilakukan di tahap awal.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai