Anda di halaman 1dari 7

5.

PEMBAHASAN
Resin akrilik adalah salah satu bahan material yang sering digunakan pada Kedokteran
Gigi. Akrilik digunakan sebagai basis pada gigi tiruan lengkap atau gigi tiruan sebagian. Bahan
resin akrilik tidak mudah terkena erosi dari silikat, karena resin akrilik memiliki nilai kelarutan
yang rendah atas pH yang bermacam-macam (McCabe,et al, 2008. Hal: 195). Resin akrilik
adalah turunan etilen yang emngandung gugus vinil dalam rumusnya. Berdasarkan
pengelompokannya, ada dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi. Kelompok pertama
adalah turunan asam akrilik, CH2+CHCOOH dan kelompok lain dari asam metakrilik
CH2=C(CH3)COOH.
Resin akrilik dibedakan atas tiga jenis yaitu heat cured acrylic resin, visible light cured
acrylic resin, dan cold cure acrylic resin. Heat cured acrylic resin adalah resin akrilik yang
memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan
perendaman air di dalam waterbath, jenis resin akrilik panas lain menggunakan proses
polimerisasi dengan gelombang mikro. Visible light cured acrylic resin adalah resin akrilik yang
diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata. Cold cure acrylic resin adalah resin akrilik yang
diaktifkan suatu bahan kimia lain yang ditambahkan pada monomer yaitu tertiary amine
misalnya dumethyl p Toluidine (CH3C6H4N(CH3). Bahan ini dikenal sebagai aktivator.
Setelah polimer dicampur dengan polimer, aktivator akan bereaksi dengan inisiator membentuk
radikal bebas dan polimerisasi mulai terjadi pada termperatur kamar.
Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Komposisi bahan resin akrilik heat-cured pada dasarnya terdiri dari bubuk dan
cairan.5,14,15,16 Bubuknya ini memiliki sifat transparan, sewarna gigi, atau berwarna pink
untuk menyerupai warna gingiva. Cairannya tersedia dalam botol kecoklatan untuk mencegah
premature polymerization yang disebabkan cahaya atau radiasi ultraviolet pada saat
penyimpanan.
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas :
1. Bubuk, terdiri dari :
Polimer : butiran atau granul poli (metilmetakrilat)

Inisiator : benzoil peroksida (0,2-0,5%)


Zat warna : merkuri sulfit atau cadmium sulfit, atau pewarna organik
2. Cairan
Monomer : metil metakrilat
Agen Cross-linked : etilenglikol dimetilmetakrilat (1-2%)
Inhibitor : hidrokuinon (0,006%)
Proses polimerisasi dapat dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara ringkas
reaksinya seperti berikut :
Bubuk (polimer) + Cairan (monomer) + Panas (eksternal) Polimer + Panas (reaksi)
Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan denture base.
Resin akrilik cold cured merupakan resin akrilik yang dalam proses polimerisasinya
membutuhkan suatu activator berupa senyawa kimia yaitu dimethyl-p-toluidine yang merupakan
senyawa amina tersier. Senyawa amina tersier ini terkandung dalam monomer resin akrilik cold
cured yang akan bereaksi dengan benzoyl peroxide pada suhu ruangan yang akan mengakibatkan
terbentuknya radikal bebas dan proses polimerisasi dimulai. Percobaan kali ini digunakan
perbandingan powder dan liquid seperlima dari aturan pabrik, yaitu yang awalnya 20,5:10
menjadi 4:2. Hal ini dilakukan karena pada aturan pabrik yang tertera pada kemasan merupakan
ukuran yang digunakan unuk pembuatan denture base lengkap sedangkan untuk percobaan ini
hanya digunakan sebagai contoh pengamatan sehingga hanya membutuhkan sedikit adonan.
Powder yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam pot perselen, lalu liquid yang juga telah
diukur dengan menggunakan pipet ukur dituang sedikit demi sedikit ke dalam pot porselen yang
berisi powder sambil diaduk sampai merata. Adonan yang telah jadi kemudian diamati untuk
mengetahui tahap polimerisasi (McCabe, et al, 2008. Hal 199).
Tahap-tahap polimerisasi yaitu:
1.

Sandy stage

Tahap berpasir, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butir-butir polimer
tetap tidak berubah, dan konsistensi adukan dapat digambarkan sebagai coarse atau berbutir.
2. Stringy stage
Tahap berbenang, monomer memasuki permukaan setiap butir polimer. Beberapa rantai
polimer terdispersi dalam monomer cair. Tahap ini mempunyai ciri berbenang atau lengket bila
bahan disentuh atau ditarik
3. Dough stage
Saat tahap dough stage jumlah rantai polimer yang memasuki larutan meningkat. Terjadi
larutan monomer dan polimer yang terlarut. Tetapi terdapat sejumlah polimer yang masih belum
terlarut. Waktu yang diperlukan untuk mencapai dough stage disebut dogging time. Working
time terjadi selama sampai fase dough stage berakhir yaitu selama lebih kurang 3 menit. Bila
fase ini berakhir campuran sudah tidak bisa dimanipulasi. Ciri-ciri lain tahap dough stage ini
yaitu adonan tidak melekat pada pot porselin yang digunakan.
Setelah dough stage maka berlanjut ke tahap packing. Pada tahap ini adonan dimasukkan
ke dalam cetakan kuvet yang sebelumnya telah diolesi CMS (Cold Mould Seal). Guna dari CMS
ini adalah sebagai isolasi adonan dan sebagai pelapis mould. CMS yang melapisi permukaan
mould ini dapat menutupi porositas yang ada pada permukaan mould sehingga adonan yang
diletakkan tidak akan masuk pada porus tersebut. Selain itu, CMS juga berfungsi sebagai
separator agar adonan mudah dilepaskan. Setelah itu cetakan dilapisi dengan plastik dan
dilakukan pengepresan Tahap pengepressan kuvet dilakukan berulangulang sampai bentuk
dalam campuran tersebut sesuai dengan cetakan. Pada pengepresan terakhir, plastik yang ada
pada cetakan dilepas, kemudian dilakukan pengepresan kembali dan dibiarkan dalam suhu kamar
tanpa dilakukan curing seperti pada resin akrilik heat cured.
4. Rubbery stage
Tahap karet atau plastic. Monomer dihabiskan dengan penguapan dan dengan pernembusan
lebih jauh ked alma butir-butir polimer yang tersisa. Campuran akan memantul bila ditekan atau
diregangkan karena campuran tidak mengalir dengan bebas lagi sehingga mengikuti bentuk
wadahnya, bahan ini tidak dapat dibentuk dengan teknik kompresi konvensional.

5. Stiff stage
Tahap menjadi keras atau kaku. Bila dibiarkan hingga suatu tahap campuran akan menjadi
keras. Hal ini disebabkan karena penguapan monomer bebas. Secara klinis campuran tampak
amat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik.
Pada tahap finishing, akrilik yang sudah jadi dirapikan dengan menggunakan handpiece.
Hal ini dilakukan agar permukaan akrilik menjadi lebih halus. kemudian akrilik yang telah halus
dipoles dengan menggunakan alat hingga menjadi mengkilap.
Teknik Salt and Pepper pada akrilik yang fraktur
Kunci untuk reparasi gigi tiruan yang sukses adalah menyatukan dengan akurat bagian
yang rusak. Pecahan dibawa ke aposisi dan dipertahankan dalam posisi dengan lilin lengket atau
dengan resin perekat kekuatan tinggi. Polimer, batang logam, atau kayu kemudian melekat pada
permukaan oklusal gigi dalam kuadran di garis tengah gigi tiruan(Fraunhofer,2013). Resin
akrilik aktivasi kimia sering digunakan sebagai nahan reparasi denture. Keuntungan utama dari
resin yang diaktifkan secara kimia adalah bahwa bahan tersebut dapat terpolimerisasi pada
temperatur kamar. Bahan perbaikan yang diaktifkan oleh panas atau sinar harus ditempatkan
secara berurutan dalam rendaman air dan ruang sinar. Panas yang diberi rendaman air dan ruang
sinar seringkali menyebabkan pelepasan tekanan dan kerusakan dari segmen basis protesa yang
sebelumnya telah terpolimerisasi (Anusavice,2003).
Tahapan yang digunakan untuk reparasi basis protesa dengan akrilik cold cured: Sejumlah
kecil monomer diulaskan pada permukaan basis protesa yang telah diasah untuk mempermudah
perlekatann bahan reparasi. Monomer dan polimer sedikit demi sedikit ditambhakan pada daerah
perbaikan dengan menggunakan pipet. Bahan ditempatkan sedikit berlebihan pada daerah
perbaikan untuk mengatasi pengerutan selama terjadi proses polimerisasi. Kemudian, susunan
tersebut ditempatkan dalam ruangan tekanan dan dibiarkan untuk berpolimerisasi. Lalu, pada
daerah perbaikan dibentuk, dihaluskan dan dipoles menggunakan teknik konvensional.
(Anusavice, 2013).
Penelitian menunjukkan bahwa memoles tepi yang rusak dengan batu apung selama 2
menit akan menghasilkan perbaikan dari kekuatan lentur terbesar dan ketangguhan retak. Setelah
persiapan pada msing-masing sisi, bagian gigi tiruan ditempatkan kembali perbaikan dilakuan

menggunakan aplikasi alternatif dari monomer dan bubuk, yang disebut teknik salt and pepper.
Bahan perbaikan diterapkan hanya pada permukaan gigi tiruan yang dipoles dan harus sedikit
overbuilt untuk memungkinkan untuk finishing
Teknik wet packing pada akrilik yang fraktur.
Pada teknik ini, monomer dan polimer dicampur pada suatu wadah dengan perbandingan
yang dikira-kira sehingga kekentalannya cukup. Setelah pengadukan, campuran lalu dituangkan
diatas akrilik dan ditunggu hingga setting.

DAPUS :
Anusavice, KJ. 2013. Phillips Science of Dental Materials. 12thed. Elsevier. W.B Saunders, St.
Louis Missouri.
McCabe JF, Walls AWG. 2008. Applied dental material. 9th ed. London: Blackwell
Munksgaard,2008: 110-23.
Anusavice, KJ. 2003. Phillips Science of Dental Materials. 11 thed. Elsevier. W.B Saunders, St.
Louis Missouri

Anda mungkin juga menyukai