TINJAUAN PUSTAKA
Seni pembuatan sabun mulai berkembang dengan pesat selama abad pertengahan
di Perancis, Italia, dan Inggris. Sabun transparan dengan nama Pears transparant
soap dikenal di Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat
pesat khususnya di Marseilles pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah
sejak berkembangnya proses Le Blanc pada abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang
merupakan bahan baku pembuatan sabun.
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari
Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang
berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk
menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu.
Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang
berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang-orang mencuci pakaian di sungai Tiber
mereka mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat
itulah asal usul sabun dimulai.
Produk hilir minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) berupa produkproduk kosmetik telah dikembangkan di negara-negara penghasil kelapa. Di
antaranya sampo, krim antiseptik, baby oil, lotion, sabun termasuk sabun transparan,
dan sebagainya.
Para peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
(BB Pascapanen) sudah melakukan penelitian untuk menentukan formulasi dasar
sabun transparan dari bahan VCO.
Untuk itu dilakukan pula analisis terhadap beberapa parameter yang dipandang
penting yang mengacu pada produk sabun transparan komersial karena standar mutu
khusus sabun transparan belum ada pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk
sabun mandi.
Informasi BB Pascapanen lebih menyatakan bahwa parameter mutu yang
dianalisa adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar asam lemak bebas (Free
Fatty Acid/FFA), nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam
formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan
jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin
sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa
pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian
0,967 hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin
jernih bila etanol yang digunakan murni.
2.2 Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium
atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau minyak hewani. Sabun
mandi merupakan sabun natrium yang umumnya ditambahkan zat pewangi dan
digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan.
Sabun mandi terdiri atas berbagai bentuk seperti berbentuk padat (batangan), cair, dan
gel. Sabun mandi batang terdiri dari cold-made, opaque, sabun transparan, dan sabun
kertas. Sabun mandi cold-made mempunyai kemampuan berbusa dengan baik dalam
air yang mengandung garam (air sadah). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi
biasa, berbentuk batang dan tidak transparan. Sabun transparan atau disebut juga
sabun gliserin mempunyai penampakan yang lebih menarik karena transparansinya.
Molekul sabun terdiri dari rantai karbon, hydrogen, dan oksigen, yang disusun
dalam bagian kepala dan ekor. Bagian kepala yang disebut sebagai gugus hodrofilik
(rantai karboksil) untuk mengikat air. Bagian ekor sebagai gugus hidrofobik (rantai
hidrokarbon) untuk mengikat kotoran.
Kotoran yang menempel pada kulit umumnya berupa lemak. Debu akan
menempel pada kulit karena adanya lemak tersebut. Kotoran tersebut dapat
menghambat fungsi kulit. Air saja tidak dapat membersihkan kotoran yang menempel
pada kulit, diperlukan suatu bahan yang dapat mengangkat kotoran yang menempel
tersebut. Sabun adalah senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki
keistimewaan tertentu, yaitu jika senyawa itu larut dalam air, akan bersifat surfaktan
(surface active agent) yaitu menurunkan tegangan permukaan air, dan sebagai
pembersih. Molekul sabun tersusun dari ekor alkil yang non-polar (larut dalam
minyak) dan kepala ion karboksilat yang polar (larut dalam air). Prinsip tersebut yang
menyebabkan sabun memiliki daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci
dengan menggunakan sabun, ekor non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran
dan kepala polarnya menempel pada air. Hal ini mengaibatkan tegangan permukaan
air akan semakin berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik
kotoran.
Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang terbentuk.
Pengaruh jenis asam lemak trhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan
Asam lemak
Asam laurat
Asam miristat
Asam palmitat
Asam stearate
Asam oletat
Asam linoleat
Penggunaan asan lemak dalam pembuatan sabun tidak boleh melebihi batas.
Pengunaan dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan efek negatif terhadap kulit
yaitu mengeringkan kulit. Standar mutu sabun mandi padat menurut SNI 06-35321994 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Standar mutu Sabun Mandi
No
Uraian
Standar SNI
Maksimal 15 %
>70 %
3
-
2.3 Safonifikasi
Alkali Bebas
Dihitung sebagai NaOH (%)
Maksimal 0,1 %
Sabun dihasilkan oleh proses safonifikasi yaitu hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya
digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH (kalium/potassium
hidroksida).Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan NAOH, sedangkan
untuk menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Perbedaan
antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air yaitu sabun
keras bersifat kurang larut dalam air jika dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi
penyabunan juga disebut reaksi safonifikasi.
Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian
dinamakan sabun.
Gambar 4. Reaksi Etil Propanoat dengan NaOH gugus OH- menyerang karbon
alkil
Meskipun serangan nukleofilik pada karbon alkil jarang terjadi dengan ester dari
asam karboksilat, itu adalah cara serangan yang sering dilakukan dengan ester asam
sulfonat (misalnya, tosylates, mesylates, dan triflates)
dijual diwilayah inggris sejak tahun 1789 dan telah memenangkan 25 penghargaan
tertinggi dalam pameran yang diadakan pada tahun 1851 dan 1935.
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda. Salah
satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan
pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi pewarna
dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal dan bila tidak
digunakan bahan yang berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan
berwarna sangat kuning.
Tabel 3 Formula Dasar Sabun Transparan
Bahan Komposisi
Asam Asetat
Minyak Kelapa
Natrium Hidroksida
Air
Gliserin
Etanol 70%
Gula Pasir
Air
Propilen Glikol
Asam Sitrat
Pewangi
(%b/b)
34,12
100,6
20,8
46
23,84
51,2
56,8
28,4
34
0,68
3,4
b. Sodium hidroksida
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik, sampai
selesainya reaksi dengan minyak kemudian menjadi sabun dikenal dengan nama
reaksi safonifikasi. Sodium harus terurai sempurna dalam proses safonifikasi
minyak, oleh karena itu tidak ada bahan kaustik yang tertinggal dalam sabun. Agar
produk sabun sempurna maka sabun harus dicuring dan rebatching sebelum
penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial. Fully curing berarti
sodium hidroksida benar-benar terurai sempurna selama proses safonifikasi dan
tidak bereaksi dengan emollien , moisturizer dan minyak essensial. Rabatching
berarti sabun basa diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya,
selanjutnya dimasukan dalam cetakan. Dengan cara itu akan menghasilkan sabun
yang lebih baik daripada proses yang tidak menggunakan rabatching.
c. Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi
bening atau transparan. Kemurnian alkohol 95% yang mempunyai titik nyala yang
rendah maka tidak sulit untuk menyalakannya. Penggunaan kompor gas dan
kompor listrik harus dengan hati-hati, karena dapat membakar alkohol langsung.
Untuk terjadi transparansi sabun harus benar-benar larut. Alkohol dengan lefel
yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk sabun yang lebih
jernih.
d. Glyserin
Sudah lama digunakan sebagai humektan (penjaga kelembapan kulit) dan
sampai saat ini digunakan secara meluas oleh para pembuat sabun. Apabila
didehidrasi dan dideodorisasi, glyserin menjadi cairan tak berwarna dan tak
berbau.
e. Gula
Bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabu. Semakin putih warna
gula maka akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak
gula, produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung
kecil-kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila
dicairkan berwarna jernih seperti glyserin, karena warna gula sangat
mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang agak kecoklatan,
sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan.
Penggunaan gula sebagai penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang
terjadi. Beberapa reaksi yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih
adalah:
banyak gula, produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar
gelembung kecil-kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula
yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna gula sangat
mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna agak
kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga
agak kecoklatan.
c. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan
sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer
sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembapkan
kulit dan mudah dibilas.
Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial
adalah kualitas gula, alkohol dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material
dipertimbangkan dengan warna dan kemurniannya.
2.7 Manfaat Sabun Transparan
Berikut ini merupakan manfaat dari sabun transpran:
a. Menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit.
b. Mencegah kulit menjadi kusam, layu dan keriput.
c. Menjaga kelembaban, kekenyalan dan kehalusan kulit, menstabilkan pH kulit
serta membantu regenerasi sel kulit.
d. Mencegah timbulnya jerawat.
e. Dapat membunuh bakteri dan jamur.
f. Aman digunakan oleh semua umur: untuk bayi, remaja, dewasa atau bagi usia
lanjut.
g. Dapat digunakan setiap hari sebagai sabun mandi yang aman untuk kulit.