Disusun oleh :
SULISTIANINGRUM
J 200 090 066
ABSTRAK
Latar Belakang : Fraktur tibia fibula sering ditemukan pada rumah sakit umum
dengan penyebab terbanyak karena kecelakaan lalu lintas dan sering menimbulkan
cedera baik ringan atau berat yang dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian.
Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Ny.G dengan fraktur tibia
fibula 1/3 distal sinistra meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
Hasil : Dari asuhan keperawatan pada Ny.G dengan gangguan sistem
muskuloskeletal : pre dan post ORIF fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra di
ruang Flamboyan RSUD Pandanarang Boyolali penulis menemukan beberapa
masalah diantaranya yaitu nyeri akut berhubungan dengan fraktur, ansietas
berhubungan dengan krisis situasional : prosedur pembedahan (ORIF), nyeri akut
berhubungan dengan luka insisi bedah (ORIF), imobilisasi, kerusakan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri, luka insisi bedah (ORIF), adanya alat imobilisasi
(gips).
Kesimpulan : Kerjasama antar tim kesehatan, klien dan keluarga sangat
diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi
terapeutik dapat membantu dan mendorong klien untuk lebih kooperatif dalam
pelaksanaan tindakan sehingga pasien akan merasa lebih nyaman.
Kata kunci : fraktur, tibia fibula, pain, pre dan post operasi, ORIF.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Indonesia menyatakan bahwa,
90% penyebab terjadinya kecelakaan di Indonesia disebabkan oleh faktor lalai,
yaitu mengantuk, sakit, tidak sabar, dan tidak menghargai pengguna jalan lain saat
berkendara. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik
Indonesia pada tahun 2010 jumlah kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan
mencapai 31.234 jiwa. Hasil analisis data kecelakaan tahun 2010 oleh Kepolisian
menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia telah mengakibatkan
sekitar 86 orang meninggal setiap harinya dan 67% korban tewas berada pada
masa produktif 22 sampai 50 tahun.
Kepolisian Daerah Jawa Tengah mencatat korban tewas akibat kecelakaan lalu
lintas di Jawa Tengah selama tahun 2010 mencapai 4.660 jiwa. Sedangkan selama
Januari hingga April 2012 jumlah korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas di
provinsi ini mencapai 1.071 jiwa.
Hasil wawancara dengan perawat bedah di RSUD Pandanarang Boyolali
bahwasanya pada bulan Januari hingga April 2012 tercatat pasien yang masuk di
rawat inap dengan fraktur adalah 50% yaitu 40 orang. Dari 40 orang yang
mengalami fraktur tibia fibula (cruris) 20% yaitu 8 orang dilakukan bedah fiksasi
terbuka (Open Reduction Internal Fixation/ORIF).
Kecelakaan itu menimbulkan cedera baik ringan atau berat dan dapat
mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Salah satunya adalah fraktur. Fraktur
atau patah tulang menurut Sjamsuhidajat (2005) adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien pre dan post ORIF
fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini meliputi dua hal, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus :
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang pemberian asuhan
keperawatan pada klien pre dan post ORIF fraktur tibia fibula 1/3 distal
sinistra.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pre dan post ORIF
fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra, maka penulis mampu:
a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada klien
pre dan post ORIF fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien pre dan post ORIF fraktur
tibia fibula 1/3 distal sinistra.
c. Menyusun rencara keperawatan pada klien pre dan post ORIF fraktur tibia
fibula 1/3 distal sinistra.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien pre dan post ORIF fraktur
tibia fibula 1/3 distal sinistra.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien pre dan post ORIF fraktur
tibia fibula 1/3 distal sinistra.
f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta
penyelesaian masalah dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
pre dan post ORIF fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Menurut Sjamsuhidajat (2010) Trauma adalah kata lain untuk cedera atau
rudapaksa yang dapat mencederai fisik maupun psikis. Akibat trauma
muskuloskeletal yang paling sering terjadi adalah fraktur (Muttaqin, 2008).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidajat, 2005).
2. Penyebab
Penyebab fraktur cruris menurut Syamsuhidajat (2010), yaitu cedera yang
terjadi akibat gaya angulasi yang menyebabkan fraktur transversal atau
miring. Sedangkan menurut Muttaqin (2011) fraktur cruris tertutup
disebabkan oleh cedera dari trauma langsung atau tidak langsung yang
mengenai kaki, dapat terjadi juga akibat daya putar atau puntir yang dapat
menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek.
3. Tanda dan Gejala
Secara umum menurut Sjamsuhidajat (2010), gejala fraktur cruris adalah
adanya rasa nyeri dan bengkak dibagian tulang yang patah, deformitas, nyeri
tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya
kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskular.
4. Pathways
Trauma putar atau puntir, trauma dengan gaya angulasi, cedera tidak
langsung pada kaki
Fraktur cruris tertutup
Terputusnya hubungan tulang
Nyeri akut
pembedahan (ORIF)
Cemas
pembengkakan
gangguan perfusi
jaringan perifer
ketidakmampuan
melakukan
aktivitas
nyeri akut
hambatan mobilitas
fisik
Gambar.1
Alur perjalanan terjadinya fraktur cruris tertutup sampai terjadinya masalah
keperawatan menurut Hoppenfeld (2011), Lukman & Nurna (2009), Muttaqin
(2008), Muttaqin (2011), Sjamsuhidajat (2010).
TINJAUAN KASUS
A. Biodata
Biodata pasien bernama Ny.G, jenis kelamin perempuan, umur 35 tahun,
alamat di Rejosari, Boyolali, Ny.G beragama islam, status menikah, bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Ny.G masuk Instalasi Gawat Darurat RSUD
Boyolali karena kecelakaan sepeda motor dengan diagnosa fraktur tibia fibula
1/3 distal sinistra.
Yang bertanggung jawab atas Ny.G adalah Tn.S yaitu suaminya, jenis
kelamin laki-laki, umur 40 tahun dan tinggal bersama di Rejosari, Boyolali.
B. Analisa Data
1. Pre Operasi
No
1.
Data
Problem
Data Subjektif :
Nyeri
akut.
Etiologi
Fraktur.
Ansietas
Krisis
situasional :
prosedur
pembedahan
TD
120/80mmHg,
20x/menit,
RR
T:36,5oC,N
(ORIF).
84x/menit.
2. Post Operasi
No
1.
Data
Problem
Etiologi
Luka insisi
bedah
(ORIF),
imobilisasi.
110/70mmHg,
RR
18x/menit, N : 88x/menit, T :
36,5oC.
Tampak kaki kiri bagian bawah
terbalut elastis verban.
Klien telah dilakukan operasi
pemasangan pen : plate, hole 6
dan screw 6 buah.
2.
Nyeri, luka
insisi
untuk
bedah,
digerakkan.
mengatakan
aktivitas
Ny.G mobilitas
dibantu fisik.
adanya alat
keluarga.
imobilisasi
(gips).
seperti
makan,
110/70mmHg,
18x/menit, T : 36,5oC.
RR
C. Diagnosa Keperawatan.
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Newfield, 2007), (Widyawati,
dkk, 2006).
b. Ansietas
berhubungan
dengan
krisis
situasional
prosedur
A. Simpulan
Dari Asuhan Keperawatan pada Ny.G dengan gangguan sistem
muskuloskeletal : pre dan post ORIF fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra di
ruang Flamboyan RSUD Pandanarang Boyolali penulis menemukan 4
masalah yaitu nyeri akut berhubungan dengan fraktur, ansietas berhubungan
dengan krisis situasional : prosedur pembedahan (ORIF), nyeri akut
berhubungan dengan luka insisi bedah (ORIF), imobilisasi, Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, luka insisi bedah (ORIF), adanya
alat imobilisasi (gips).
Pada pre operasi masalah yang pertama setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam sesuai dengan kriteria hasil yaitu nyeri
berkurang dari skala 5 (sedang) menjadi 3 (ringan) sehingga masalah teratasi.
Kemudian masalah yang kedua setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
1x24 jam sesuai dengan kriteria hasil yaitu cemas hilang dan tidak gelisah
sehingga masalah teratasi.
Sedangkan pada post operasi masalah yang pertama setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 2x24 jam belum sesuai dengan kriteria hasil yaitu
nyeri klien dari skala 7 (berat) menjadi 5 (sedang) sehingga masalah teratasi
sebagian dan intervensi dilanjutkan. Kemudian masalah yang kedua setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam belum sesuai dengan kriteria
hasil yaitu klien belum mampu melakukan aktivitas secara mandiri sehingga
masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan.
B. Saran
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny.G dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : pre dan post ORIF fraktur tibia fibula 1/3
distal sinistra, atas bantuan berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka
penulis menyarankan bagi :
1. Klien dan Keluarga
Klien dapat melakukan latihan mobilisasi post operasi secara mandiri
dan lebih kooperatif. Dan keluarga senantiasa membantu klien dalam
proses penyembuhan.
2. Institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan perawat mengajari klien langsung latihan jalan dalam
membantu proses penyembuhan.
3. Penulis selanjutnya
Untuk penulis selanjutnya yang tertarik dengan kasus fraktur pada
asuhan keperawatan baik pre maupun post operasi mampu melakukan
pengkajian yang lebih spesifik sehingga semua masalah klien bisa telihat
dan teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan
Fraktur
(Treatment
Ed
&
Konsep,
Proses,
dan
2009-