Anda di halaman 1dari 3

Daerah kerja yg buruk

Anambas
Kab nias selatan
Bengkayang
Manggarai barat

Erta Priadi Wirawijaya


Niat Berhemat Malah Rugi Besar
Pernah punya niat ingin berhemat malah ujungnya keluar uang jauh lebih besar? Kalau
dicontohkan kurang lebih seperti ini:
Contoh 1.
Punya Mobil bunyinya gak enak, dibawa ke bengkel resmi katanya harus diganti komponen
A, biaya 3 juta. Pengen ngirit dibawa ke bengkel lain, katanya bisa diakali biayanya 300
ribu. Eh bulan berikutnya bunyi lagi. Diperiksa ternyata komponen A, B, C harus diganti
habis 10 juta.
Contoh 2.
Anak kecelakaan, kakinya bengkak. Lantas berpikiran kalau dibawa ke Dokter mahal.
Dibawalah ke ahli urut. Diurut-urut terus di gips katanya sembuh. Eh sembuhnya ga bener,
kaki ngga bisa ditekuk. Barulah ke dokter ortopaedi, harus operasi ulang karena ternyata
diurut tambah parah. Sakitnya 2x biayanya malah berkali-kali lipat lebih mahal.
Contoh 3.
Niat ingin untung dari Industri rokok. Dijuallah rokok dengan pajak yang relatif lebih
rendah dibandingkan negara lain, regulasi rokok juga lemah. Anak bisa merokok bebas, 2/3
pria Indonesia kini jadi perokok, Industri rokok untung besar, pemiliknya berjejer jadi
orang terkaya di Indonesia. Dipikir pemerintah untung 88T/tahun dari Industri rokok, tapi
sebenarnya rugi ratusan trilyun lebih besar dari biaya kesakitan akibat rokok.
Contoh 4.
Seorang perokok berusia 35 th, kebetulan ini cerita "anonim" pasien saya sendiri,
mengeluhkan nyeri punggung disertai keringat dingin. Ingin berhemat dan datang ke
seorang praktisi alternatif. Dikatakan angin duduk lantas dibekam. 3 minggu kemudian
pasien mengeluh sesak yang terus memburuk, akhirnya mampir ke RS. Saya tangani

ternyata gagal jantung akut dengan Shock. Perlu rawat ruang intensif. Keluhan teratasi tapi
biaya rawat di ICU tentu-nya besar, belum lagi jika menghitung biaya pengobatan seumur
hidupnya. Cerita anonim ini banyak terjadi dimana-mana, sesal belakangan percuma. Untuk
perokok buang rokok anda sekarang juga dan jangan ragu datang ke dokter kalau anda ada
keluhan.
Contoh 5.
Kapitasi untuk Puskesmas jauh lebih rendah dari Klinik Mandiri yang kerjasama dengan
BPJS. Tidak ada aturan yang mengharuskan BPJS mengalihkan peserta berlebih di sebuah
Puskesmas ke Klinik Mandiri. Otomatis BPJS lebih memilih menempatkan pesertanya di
Puskesmas ketimbang di Klinik Mandiri karena dari segi biaya kapitasi akan jauh lebih
murah. Tapi akibatnya apa? Jumlah peserta disebuah puskesmas jadi over. Tidak sebanding
dengan jumlah dokter. Pasien terpaksa dibantu diperiksa perawat. Kualitas layanan turun.
Tatalaksana penyakit jadi tidak optimal. Orang dengan Hipertensi Tekanan Darahnya tetap
tinggi. Orang DM gula darahnya tetap tinggi. Pasien serangan jantung mampir terlewatkan.
Ujung-ujungnya komplikasi timbul lebih awal & lebih sering sehingga pasien butuh
perawatan dengan menelan biaya lebih tinggi. Atau karena keterbatasan "anggaran" akibat
kapitasi yang rendah pemeriksaan tidak bisa dikerjakan di PPK1 sehingga pasien lebih
banyak yang dirujuk ke PPK2 karena saat sebenarnya tidak perlu. Misal merujuk pasien
hanya karena harus periksa EKG atau evaluasi fungsi ginjal.
Contoh 6.
Tarif rawat jalan (rajal) banyak yang nilainya dibawah standar. Misal pasien dengan
keluhan berdebar kencang. Diduga ada hipertiroid dengan tyroid heart disease. Perlu
pemeriksaan darah, hormon tiroid, echo. Sebenarnya masih bisa dilakukan evaluasi sambil
rajal. Tapi nilai klaim untuk 1x kunjungan rajal tidak mungkin menutupi pemeriksaan
hormon tiroid atau echo yang nilainya besar. Kalau mau dipaksakan pasien terpaksa harus
datang sela 3 hari untuk periksa ini itu. Prosesnya panjang dan melelahkan. Akibatnya
jumlah kunjungan ke poli jadi banyak, antrian panjang, & kualitas layanan menurun.
Karenanya pasien terpaksa dirawatkan dengan alasan perlu pemeriksaan diagnostik. Dan ini
dilakukan untuk banyak hal sebut saja beberapa yg tarifnya rendah seperti CT-Scan, MRI,
SPECT, Echo, Holter pemeriksaan lab tertentu, dll. Jika dihitung2 total biaya pemeriksaan
dalam episode rawat tersebut bisa jadi jauh lebih rendah dari klaim perawatan. Hal ini
berlaku masif di banyak RS.
Sebelum bertindak selalu pikir baik-baik terlebih dahulu. Kebijakan yang rasional harus
mengedepankan keadilan dan prinsip saling menguntungkan bagi semua pihak yang
terlibat. Jika tidak... Aturan "terpaksa" dilanggar dan niat awal untuk berhemat malah rugi
besaar. Kalau ini terus terjadi JKN tidak akan jalan sebagaimana yang kita semua harapkan
dan BPJS, seperti artikel dibawah, bisa jadi tutup usia sebelum waktunya.
Bapak-bapak Ibu-ibu BPJS saat ini terus defisit hingga harus ditambah dananya oleh
pemerintah. Salah satu alasan hal tersebut terjadi menurut saya karena ada niatan

pemerintah untuk menghemat dan menetapkan tarif kapitasi dan InaCBGs yang rendah dan
segudang aturan yang memberatkan. Contohnya definisi 1 episode rajal dengan nilai
tanggungan yang saklek minim sehingga pasien terpaksa datang berulang kali untuk periksa
ini itu atau dirawatkan untuk sebuah pemeriksaan rajal. Sekilas tampak murah diatas kertas
tapi pasien terpaksa harus datang berulang kali, kalau sampai dirawat untuk menutupi biaya
pemeriksaan BPJS terpaksa nombok jauh lebih besar.
Terdapat paradoks yang perlu kita ketahui disini. Tarif yg rendah tidak sama dengan
menekan pengeluaran. Karena mau tidak mau faskes, terutama swasta yg operational costnya umumnya lebih besar, terpaksa mengakali sistem agar bisa tetap beroperasi.
Artikel dibawah ini adalah artikel tahun lalu yang menurut saya masih relevan (BPJS Terus
merugi sementara sistemnya masih belum kunjung terperbaiki). Jika terus berlanjut tarif
yang rendah saat ini tidak hanya merugikan pasien yang terpaksa harus mau ribet datang
berulang kali untuk rajal / dirawat, tapi justru berpotensi mengakibatkan BPJS bangkrut
karena terlalu banyak Faskes yg "terpaksa" mengakali sistem dengan melakukan fraud.
Ingat kalau satu-dua yang melakukan itu oknum dan bisa ditindak, tapi kalau yang
melakukan berjemaah di hampir setiap RS diberbagai penjuru Indonesia akan menjadi
sesuatu yang mustahil untuk ditindak. Tanpa perubahan fraud akan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari sistem saat ini dan BPJS akan terus mengeluarkan uang yang lebih besar
dari seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai