Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis eksterna
memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua penyebab ini
terkadang sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir sama dan tidak
spesifik. Hal ini menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri sering tidak tepat
sasaran.
Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh membrana timpani. Telinga luar
berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur
telinga tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang
melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani
dari trauma, benda asing dan efek termal.
Panjang liang teliga kira-kira 2,5cm, membentang dari bibir depan konka hingga
membrana timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa sedangkan
duapertiga dalam adalah bagian tulang. Bagian yang sempit dari liang telinga adalah
dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian
kartilaginosa dari liang telinga yang dapat bergerak saat ditarik. Liang telinga
membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat memerangkapkan kelembaban,
sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu.
Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu
namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang
telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh
di mana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan
demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena
tidak terdapat ruang untuk ekspansi.
Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan
pembentukkan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea

dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa.


Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembetukan materi yang
membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan
berbagai bahan tersebut adalah sekitar , suatu faktor tambahan yang berfungsi
mencegah infeksi. Lagipula, migrasi sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu
mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar.
Infeksi dan radang liang telinga merupakan salah satu masalah THT yang paling
sering, khususya pada cuaca panas dan lembab. Pasien dengan gangguan aurikula atau
liang telinga seringkali datang dengan keluhan berikut nyeri (otalgia), gatal,
pembengkakan, perdarahan dan perasaan tersumbat.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Anatomi Telinga


Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 1: Anatomi Telinga dan Pembagian Telinga

2.1.1.

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricular) dan liang telinga sampai

membrane tymphani. Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang


berlekuk dan ditutupi oleh kulit tipis dan dipertahankan pada tempatnya oleh
otot-otot dan ligamentum. Lekukan- lekukan ini dibentuk oleh heliks, anti
heliks, tragus, antitragus, fossa skafoidea, fossa triangularis, konka dan lobulus.
Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian posteriorsuperiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwinss
tubercle). Pada bagian posterior heliks terdapat lengukngan yang disebut
antiheliks.
Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian
kedua krura ini disebut fossa triangularis.Diatas kedua krura ini terdapat fossa
scapha. Didepan antiheliks terdapat lekukan menyerupai corong yang menuju
meatus yang disebut konka, yang terdiri atas dua bagian samba konka, merupak
an bagian antero-posterior yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang

terletak dibawahnya berseberangan dengan konka yang terletak dibawah krus


heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus.
Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas antihelik disebut antitragus.
Satu-satunya bagian daun telinga yang tidak mempunyai tulang rawan
adalah

lobules. Tulang rawan daun telinga ini berlanjut dengan tulang rawan

liang telinga luar.

Gambar 2 : Anatomi Telinga Luar

Meatus akustikus externus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang


terbentang antara auricular sampai membarana tympani. Berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari auricular ke mebran tympani. Pada orang dewasa panjang
nya 2,5 cm 3 cm dan dapat diluruskan untuk memasang otoskop dengan
menarik auricular keatas dan kebelakang. Pada anak, auricular cukup ditarik lurus
ke belakang, atau ke bawah dan kebelakang. Daerah meatus yang paling sempit

5mm dari membarana tympani yang miring, maka meatus paling panjang pada
dinding anterior inferiornya.
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastic dan
dua pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng tympani. Meatus dilapisi
kulit dan sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen. Yang terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan
lili coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan sawar lengket yang
mencegah masuknya benda-benda asing. Suplai saraf sensoris kekulit pelapisnya,
berasal dari n. Auriculotemporalis dan cabang n. Vagus. Drainase limf ken l.
Parotidei superficialis, mastoidei dan cervicales superficiales.
2.2 Perikondritis
2.2.1. Definisi
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan dan telinga yang terjadi
apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi atau pus diantara lapisan
perikondrium dan kartilago telinga luar. Adakalanya perikondritis terjadi
setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna
dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang general
dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul diantara
perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya.
2.2.2.

Etiologi dan Faktor Predisposisi


Perikondritis dapat disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme
penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa. Faktor predisposisinya
ialah sebagai berikut :

1) Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna akut.
2) Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematomadaun
3)
4)
5)
6)
2.2.3.

telinga).
Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma.
Infeksi superfisialis meatus akustikus.
Luka abakar atau frostbite.
Penusukan anting-anting pada tulang rawan, dapat terjadi septicemia
Streptococcus beta hemoliticus
Patofisiologi

Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar lebih
kedalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini, daun telinga
(pinna) merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses subperikondrial. Hal ini
menyebabkan tulang rawan kekurangan blood supply, sehingga terjadi nekrosis
tulang rawan sehingga dapat terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut
dengan cauliflower.
2.2.4.
Gambaran Klinis
Penderita dengan perikondritis pada umumnya dating ke dokter dengan
keluhan daun telinga terasa sakit, berwarna merah, dan tegang
2.2.5.
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender,
kemudian bengkak, serta terdapat abses pada daun telinga. Tampak daun telinga
membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan. Pembengkakan ini
dapat menjalar ke bagian belakang daun telinga sehingga sangat menonjol.
Terdapat demam, pembesaran kelenjar limfe regional, dan leukositosis. Serum
yang terkumpul di lapisan subperikondrial menjadi purulen, sehingga terdapat
fluktuasi difus atau terlokalisasi,. Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil
sampel dari abses daun telinga untuk dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab
sehingga dapat diberikan terapi yang adekuat
2.2.6. Diagnosis Banding

Othematoma
Suatu hematom daun telinga akibat ruda paksa yang menyebabkan
timbulnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago.
Mekanisme biasanya melibatkan gangguan traumatis pembuluh darah
perikondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang subperikondrial dalam
pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan cara aspirasi

dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi .


Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan
cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.
Biasanya pasien dating ke dokter karena ada benjolan di daun telinga yang

tidak
nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.
Polikondritis Berulang
Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara
generalisata, terutama telinga, hidung, dan laringotracheobrachial. Tampak
deformitas aurikula menyerupai perikondritis akut. Biasanya terdapat serangan

tunggal atau berulang.Untuk pengobatan diberikan pada fase akut dengan


salisilat dan steroid .
2.2.7.
Penatalaksanaan
Pengobatan dengan antibiotic sering gagal karena bakteri Pseudomonas
aeruginosa sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk pengobatan
dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida (gentamicin),
fluorkinolon (kuinolon) seperti siprofloksasin.
Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya. Pada daun telinga
diberikan kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan insisi secara steril dan
diberi perban tekan selama 48 jam
2.3 Othematom
3.1. Definisi
Othematom merupakan hematoma daun telnga akibat suatu rudapaksa yang
menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondriom dan
kartilago. Keadaan ini biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang
mempunyai kegiatan memerlukan kekerasan namun bisa saja dijumpai pada usia
lanjut dan anak-anak.
3.2. Etiologi
Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah telinga
seperti yang ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga terdapat
penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan menerima
pasokan darah dari perichondrium atasnya. Luka geser menyebabkan gangguan
hubungan anatomi normal dari perichondrium ke tulang rawan, dengan nekrosis
tulang rawan yang dihasilkan.
3.3.

Patofisiologi
Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu

kejadian yang mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel,
kerusakan jaringan dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan
tanda inflamasi berupa kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya
fungsi.

Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah
itu meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan
makrofag, lalu limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya
bergerak ketempat cedera dibawah pengaruh stimulus stimulus kemotaktik. Bila
ada antigen tersebut, mulu-mula respon imun non spesifik bekerja untuk
mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil, inflamasi akut berhenti. Apabila
respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun spesifik diaktivasi untuk
menangkis antigen tersebut. Inflamasi berhenti apabila usaha ini berhasil. Bila
tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan destruksi
yang irreversible pada jaringan.
3.4.

Manifestasi Klinis
Pada othematom aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah diantara

prikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak segera dikeluarkan
maka dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan
permanen serta dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol. Penampilan
karakteristik telinga kembang kol adalah konsekuensi dari fibrosis berikutnya,
kontraktur dan pembentukan neokartilage.
3.5.

Tanda dan Gejala


Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat

membengkak, garis lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebirubiruan yang biasanya dapat mengenai seluruh daun telinga, meskipun
kadangkadang terbatas hanya pada setengah bagian atas saja.
Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu
nyata, daun telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.
Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang
menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa
jaringan parut yang berlekuk-lekuk ini, terutama dari trauma yang berulang, akan
menimbulkan deformitas yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total
liang telinga akan menyebabkan kehilangan pendengaran.

Gambar 3: Hematoma Auricular


3.6.

Diagnosis

3.6.1.

Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena

hantaman atau pukulan saat berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga
dapat terasa nyeri dan bengkak. Jika pembengkakan berlanjut, pasien sering
kali mengeluhkan pendengarannya terganggu
3.6.2.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada

daun telinga. Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau
nyeri tekan yang ringan. Pada kasus yang telah lama dan berulang dapat
timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower ear). Kemudian dilakukan
aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.
3.7.

Diagnosa Banding
Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya
terjadi

karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang

terinfeksi.
Pseudokista

Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan


cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.
3.8.

Penatalaksanaan
Tujuan

pengobatan

adalah

sepenuhnya

untuk

mengevakuasi

darah

subperikondrial dan untuk mencegah reakumulasi. Dahulu dilakukan aspirasi


sederhana pada hematoma, namun kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi
yang lebih ekstensif dengan insisi dan drainase kumpulan darah dalam kondisi
steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan khusunya pada konka. Tekanan
setempat akan lebih baik bila membuat jahitan menembus diatas dental roll atau
materi serupa. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum terjadi
organisasi hematoma.
Indikasi :
Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi
normal dari pinna.
Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan
jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus
dirujuk kespesialis).
Kontra indikasi
Hematoma yang lebih dari 7 hari
Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam kasus ini, buja
debridement bedah oleh dokter spesialis diindikasikan karena hematom,
granulasi jaringan atau keduanya dapat ditemukan didalam tulang rawan
dan bukan di subperichondrial).
Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga
antara lain
Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting
diberikan antibiotic yang adekuat.

10

Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak


berulang kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous
ataupun infeksi.
Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu
dilakukan penekanan.
Instrumren dan bahan yang disediakan

Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G

Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya

Curved hemostat (mosquito)

Penrose drain

Salep betadine

Betadin scrub

Kain kassa steril

2-0 nylon atau prolene

Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin)

Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)

Bahan untuk penekanan


Balut tekan sederhana : kapas kering, kass dengan vasselin, kassa dengan
elastic bandage
Balut tekan khusus : dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster
mold), balut tekan dengan kancing banjo yang difiksasi dengan nilon atau
benang prolen dan penekanan dengan gips.
Anestesi
Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin
atau tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang
akan diinsisi dan drainase.
Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian
agen vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature

11

menyetujui keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi


seperti hidung dan daun telinga.
Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol,
dapat juga digunakan betadine scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.
Teknik yang digunakan :
Aspirasi Jarum
Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi
direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi hematoma.
Aspirasi sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan
penanganan yang lebih lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan
aspirasi terlebih dahulu yang diikuti dengan metode insisi jika terjadi
reakumulasi.
Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi darah dari daerah
yang paling berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.

Gambar 4 : Aspirasi Othematoma


Insisi dan drainase
Insisi pada tepi hematom harus dibuat pada skafa sejajar dengan
heliks. Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh
hematoma.
Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium dari hematoma
dan tulang rawan, kemudian lakukan pengeluaran hematoma. Perlu kehatihatian karena dapat merusak perikondrium.
Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena keterlambatan
tindakan, dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah.
Dilakukan irigasi dengan normal salin.
12

Pemasangan drain dilakukan pada kasus kasus dengan hematoma


yang sangat luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada drain dan
dapat pula menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain,
pasien harus diberikan antibiotic adekuat. Drain harus dilepas dalam 24
jam jika tidak terdapat perdarahan yang signifikan.

Gambar 5: Insisi dan drainase hematoma auricular


Kompresi dan balut tekan
Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut
tekan. Teknik yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat
menyebabkan reakumulasi hematoma.
Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode
sederhana, diantaranya :
o Letakkan kapas kering pada kanal eksternal

13

Gambar 10 : Kompresi dengan kapas kering yang diletakkan dikanal eksternal

o Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah
direndam

dengan salin atau vasselin)

Gambar 6 : Kompresi dengan kassa vaselin pada pina anterior

Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai


tampon pada bagian posterior, potong kassa menjadi bentuk V, sehingga
pas untuk diletakkan dibelakang telinga.

14

Gambar 7 : Kompresi dengan meletakkan kasa pada belakang telinga


Tutup telinga dengan kassa berlapis

Gambar 8: Kompresi kasa pada telinga anterior

15

Balut dengan perban elastic

Gambar 9 : Kompresi kasa dengan perban elastic.


Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint
atau dental rolls, ke bagian anterior dan posterior telinga

Gambar 10 : Balut tekan khusus dengan dental rolls

3.9.

Komplikasi
Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis.

Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat
trauma, pasca operasi telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga,
otitis eksterna kronik, otitis media kronik, pseudokista. Pengobatan dengan
antibiotika sering gagal. Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan

16

menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut. Selain itu bisa juga terjadi
reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi.
4.

Pseudokista daun telinga


4.1.

Definisi
Pseudokista daun telinga adalah suatu kondisi yang relatif jarang di mana

cairan serosa terakumulasi di antara ruang intracartilaginous telinga dan


bermanifestasi sebagai suatu pembengkakan, dan tanpa rasa sakit pada telinga
luar.
4.2.

Gejala Klinis
Pseudokista

bermanifestasi sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit pada

permukaan lateral atau anterior pinna, yang terus berkembang selama 4-12
minggu. Riwayat trauma mungkin menyertai perjalanan klinis, termasuk
menggosok, menarik telinga, tidur di bantal keras, atau memakai helm sepeda
motor atau earphone. Ini juga telah dikaitkan dengan kasus kulit gatal atau
penyakit sistemik termasuk dermatitis atopik dan limfoma.
Pseudokista bukanlah suatu peradangan, terjadi pembengkakan yang
asimptomatik pada permukaan lateral atau anterior dari pinna, biasanya pada
fossa skafoid atau fosa triangular. Ukuran mulai dari diameter 1-5 cm, dan
mengandung cairan kental bening atau kekuningan, dengan konsistensi yang sama
dengan minyak zaitun.

Gambar 11: Pseudokista aurikula pada telinga kanan. (Kiri-Tengah)

4.3.

Etiologi

17

Etiologi untuk Pseudokista daun telinga tidak diketahui, tetapi beberapa


mekanisme patogenik telah dilaporkan, termasuk trauma ringan kronis. Beberapa
pendapat menyatakan bahwa sebuah kecacatan kecil dalam embriogenesis
aurikularis dapat juga berkontribusi terhadap pembentukan pseudokista. Kecacatan
ini dapat menyebabkan pembentukan suatu bidang jaringan sisa di dalam tulang
rawan aurikularis. Ketika mengalami trauma minor berulang atau stres mekanik,
bidang ini dapat membuka jaringan, membentuk pseudokista. Tulang rawan
aurikularis khususnya mungkin lebih rentan terhadap trauma karena kurangnya
jaringan ikat yang melapisi tulang rawan pada kulit.
Sesuai dengan mekanisme yang dilaporkan, dermatitis atopik yang menyertai
keterlibatan daerah wajah dan telinga mungkin merupakan kondisi predisposisi
untuk pembentukan pseudokista. Meskipun kejadian pseudokista pada pasien
dengan dermatitis atopik tampaknya rendah. Pasien ini memiliki insidensi yang
lebih besar untuk terjadi lesi bilateral dibandingkan dengan populasi umum.
Pseudokista juga telah dilaporkan pada pasien dengan pruritus yang hebat
yang kemudian didiagnosis dengan limfoma. Setelah kemoterapi untuk limfoma,
pruritus membaik dengan pengurangan spontan dari volume pseudokista tersebut.
Para penulis mengusulkan bahwa trauma saat menggaruk dan menggosok telinga
adalah penyebab utama yang dapat memperburuk pseudokista tersebut.
4.4.

Diagnosis Banding
Penyakit lain yang dapat menjadi diagnosis banding pada kasus ini adalah

seperti

Chondrodermatitis

Nodularis

Helicis,

Relapsing

Polychondritis,

Subperichondrial hematoma, Traumatic perichondritis. Namun ketika dilakukan


insisi pada lesi, yang menjadi ciri khas pada pseudokista daun telinga adalah isi
kista dengan jaringan granulasi dan kental, steril, dan berwarna kuning seperti
minyak zaitun yang berada dalam dua lapisan tulang rawan.
4.5.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari Pseudokista daun telinga adalah menjaga struktur

anatomi dan pencegahan kekambuhan. Tanpa pengobatan, cacat permanen dari


daun telinga dapat terjadi. Pilihan pengobatan termasuk aspirasi jarum dengan
pembalutan, pengobatan (baik sistemik atau oral), dan perawatan bedah.
Konsensus pada manajemen terbaik untuk Pseudokista dari daun telinga belum
ditentukan, dan kombinasi pengobatan mungkin diperlukan untuk mencapai hasil
yang optimal.
18

Tidak ada pengobatan medis yang efektif untuk Pseudokista daun telinga.
Dosis tinggi terapi kortikosteroid oral dan kortikosteroid intralesi telah dilaporkan,
dengan hasil yang bervariasi. Beberapa penulis berpendapat terhadap penggunaan
steroid intralesi, menyebabkan deformitas permanen pada telinga, sementara yang
lain mendukung terapi injeksi steroid atau bahkan terapi steroid oral. Para
pendukung terapi injeksi steroid menganggapnya sebagai prosedur lebih sederhana
daripada operasi. Kim dkk melaporkan terapi steroid intralesi dalam kombinasi
dengan pembalutan.
Beberapa teknik penatalaksanaan telah banyak dilakukan seperti : aspirasi
dengan jarum, insisi dan drainase disertai balut tekan, aspirasi jarum disertai balut
tekan, pemberian tingture iodine pada intralesi, pemberian asam trikloroasetat pada
intrakartilago disertai balut tekan dengan suatu penyokong (button bolster), terapi
steroid intramuskular, terapi steroid oral dosis tinggi, dan terapi steroid intralesi,
serta kuretase dengan pemberian lem fibrin.

Aspirasi
Aspirasi jarum sederhana cairan pseudokista diikuti dengan penempatan
pembalut tekan adalah salah satu metode yang paling umum dilakukan.
Namun, tanpa menggunakan pembalut tekan, kekambuhan sering terjadi.
Patigaroo dkk menggunakan teknik yang umum digunakan yaitu aspirasi
sederhana diikuti dengan injeksi steroid intralesi diikuti dengan balut tekan.
Tingkat keberhasilan mereka adalah 57% dengan komplikasi minimal,
termasuk penebalan pinna.

19

Gambar 12 : Teknik penatalaksanaan Pseudokista daun telinga dengan menggunakan button bolsters.

Bedah
Berbagai metode telah banyak dilakukan, hasil yang memuaskan
diperoleh dengan insisional drainase, diikuti dengan obliterasi secara kimia
atau mekanik. Namun, kekambuhan masih sering terjadi dan tingkat
keberhasilan masih belum memuaskan. Untuk itu, Tuncer et al menggunakan
metode kuret dan lem fibrin.
Intervensi bedah Tuncer, dkk dilakukan dengan bius lokal. Sebuah sayatan
3 cm dilakukan pada fossa skafoid untuk membuka rongga. Setelah dilakukan
penyayatan, cairan kental kuning, cairan serosa 'seperti minyak zaitun' keluar,
khas untuk Pseudokista aurikula.
Lapisan jaringan granulasi dan permukaan dalam tulang rawan dikuret
dengan pisau bedah no: 15. Setelah itu lem fibrin dimasukkan 2 ml ke dalam
rongga kista. Penutupan kulit dilakukan dengan nilon 5/0. Tarik jahitan keluar,
ikat pada penyangga kapas (cotton bolsters) yang lebih baik diletakkan pada
fossa skafoid dan fossa triangular sebagai kompresi dan dibuka pada hari
ketiga pasca operasi

20

Gambar 13: lapisan jaringan granulasi dan dinding tulang rawan anterior dan posterior yang dikuret.
(Kiri) jahitan dengan penyangga kapas (cotton bolsters) mengkompresi lem fibrin dan penutupan kulit
(Kanan).

2.5. Otitis Eksterna


2.5.1.

Definisi
Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear,

adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran
telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat
sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga
kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan mempengaruhi semua
kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan pendek yang
berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam telinga.
Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar
yang memproduksi lilin.

21

Gambar 14: Otitis Eksterna.

2.5.2.

Etiologi
Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi

atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air,
trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang
dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna
(swimmers ear). Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes
telinga. Alergen yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin,
framycetyn, gentamicin, polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya
adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip
rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.
2.5.3.

Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:

Faktor endogen : keadaaan umum yang memburuk akibat anemia,


hipoavitaminosis, diabetes melitus, atau dermatitis seboroik.
Faktor eksogen :
1. Terlalu sering membersihkan telinga, mengakibatkan serumen yang berfungsi
sebagai pertahanan kulit MAE hilang. Mengorek telinga dapat menyebabkan
hilangnya protective lipid layer dan acid mantle. Hal ini menyebabkan
kelembaban dan suhu di MAE meningkat. MAE yang lembab, hangat, dan
kotor merupakan media pertumbuhan kuman yang baik.
2. Trauma karena tindakan mengorek telinga.
3. Suasana yang lembab, panas, atau alkalis di MAE menyebabkan pertumbuhan
kuman dan jamur meningkat.
4. Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan
kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab. Keadaan tersebut menimbulkan
edema di kulit MAE yang dirasa gatal sehingga mendorong penderita
mengorek telinga, trauma yang timbul akan memperberat infeksi.
2.5.4.

Faktor Risiko

22

Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung


jari atau alat lainnya

Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.

Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan


merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri.

Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut


yang bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan
bakteri dan jamur untuk masuk.
Kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau
pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman
atau jamur.

Kanal telinga sempit.

Infeksi telinga tengah

Diabetes.

2.5.5.

Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan

dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat menganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel
kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini
juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga.Keadaan diatas dapat menibulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang
telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap
pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur. Adanya faktor presdiposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

23

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan


rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna)
sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel/bisul) terjadi oelh karen kulit sepertiga
luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar serumen maka di tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada
pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya adalah
staphylococus aureus atau sthapylococus albus.
Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman
penyebab biasanya adalah staphylococcus aureus, escherichia coli dan sebagainya.
Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
Otalgi pada otitis eksterna disebab akan :
Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu,
edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat.
Kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit
dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga
akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
2.5.6.

Otitis Eksterna Sirkumskripta


Merupakan radang pada 1/3 lateral canalis auditori eksterna yang terinfeksi

pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri


Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus.Gejala rasa nyeri yang hebat,
nyeri saat aurikula digerakkan, nyeri saat membuka mulut dan tidak sesuai dengan
besar bisul/furunkel, karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar
di bawahnya sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Dapat
terjadi penurunan pendengaran, kalau furunkel yang besar menyumbat
telinga.Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah abses, diaspirasi

24

secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam


bentuk salep seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5%
dalam alkohol 2%). Bila terdapat furunkel dilakukan insisi kemudian dipasang
drain untuk mengalirkan nanah. Diberikan obat simtomatik seperti analgesik dan
penenang.
2.5.7.

Otitis Eksterna Difus


Merupakan radang canalis auditori eksterna 2/3 medial. Tampak kulit liang

telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Disebabkan oleh golongan
Pseudomonas dan dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif
kronis.Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir seperti sekret yang keluar dari kavum
timpani pada otitis media.Terapi dengan membersihkan liang telinga, memasukkan
tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang
baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan
antibiotik sistemik.
2.5.8.

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:


2.5.9.

Anamnesa

Pasien melaporkan gejala berikut:


Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang
ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan

25

daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan
ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akuta.
Kurang pendengaran

mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis

eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,
rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa
menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.

Gambar 15 : Radang Saluran Telinga Luar


2.5.10. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:

26

MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau
kehitam-hitaman (jamur).

Kulit MAE oedema, hiperemi merata sampai membran timpani.

Pembesaran kelenjar regiomal: daerah servikal antero-superior, paritis atau


retro-aurikuler.

Pada furunkel didapatakn oedem, hiperemi pada pars kartilageneus MAE, nyeri
tarik aurikula dan nyeri tekan tragus. Bila oedema hebat membran timpani dapat
tidak tampak.

Tanda otitis ekstern menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telingga
tampak hiperemi, oedema, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit yang
mati.

Demam (jarang).

Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya,
termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang
mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial
VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII
(hypoglossal) dapat terpengaruh.

2.5.11. Diagnosa Banding

Otitis Media Akut

Otitis Eksterna Bulosa

Furunkulosis Dan Karbunkulosis

Dermatitis. Seperti Psoriasis Dan Dermatitis Seboroik

2.5.12. Petalaksanaan
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan
debris

dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk

mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.

27

Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan


irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah
visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat
topikal.
Obat topikal oral biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan
untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk
mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.
Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan
agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan
(2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.
Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen
acidifying dan kortikosteroid.
Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi,
diabetes, adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di
luar saluran telinga.
Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke
dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4
kali sehari tergantung pada frekuensi ). Setelah kasa digunakan, harus dicabut
kembali 24-72 jam setelah insersi.
Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi,
persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa
steroid).
2.6. Otitis Eksterna Maligna
Merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain yang ada
disekitarnya. Sering terjadi pada orangtua dengan penyakit diabetes melitus. Pada
otitis eksterna maligna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis
dan organ sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis
dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran temporal.
2.6.1.

Etiologi

28

Organisme penyebab otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa


menempati 80-85 %. Organisma penyebab yang lainnya seperti Streptococcus
aureus, golongan Proteus, serta golongan Aspergillus.
2.6.2.

Patofisiologi
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus akustikus

eksternus dan tulang temporal. Organisme penyebabnya adalah Pseudomonas


aeruginosa, dan paling sering menyerang pasien diabetik usia lanjut. Pada
penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen non
diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis
eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis
eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna. Infeksi dimulai dengan otitis
eksterna yang progresif dan berlanjut menjadi osteomielitis pada tulang temporal.
Penyebaran penyakit ini keluar dari liang telinga luar melalui Fisura Santorini dan
osseocartilaginous junction. Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura
Santorini untuk sampai ke dasar tulang tengkorak. Data histopatologi
menunjukkan bahwa infeksi menyebar sepanjang vaskuler. Di bagian anterior
dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di sebelah
anteromedial infeksi, dapat menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat
menyebar melalui tuba eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan
nasofaring. Hipestesia ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan.
Penyebaran ke intrakranial dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan
kematian. Bagian posteroinferior dapat menyebabkan flebitis dan trombosis
supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini dapat menyebabkan mastoiditis
dan kelumpuhan saraf fasial. Penyebaran secara inferior dapat menyebabkan
paralisis saraf glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan aksesorius
(XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.

29

Gambar 16. Gambaran anatomi tempat terjadinya infeksi pada otitis eksternal maligna.

2.6.3.

Manifestasi Klinis
Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga yang dengan

cepat diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga.
Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh
jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah
osteomielitis yang progresif, yang disebabkan oleh kuman Pseudomonas
aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus berat, kadar gula
darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi sedang aktif, menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat.Penyakit ini dapat membahayakan dan
kecurigaan

lebih

tinggi

ditujukan

pada

pasien

dengan

diabetes

atau

immunocompromized state atau berumur lanjut. Tanda khas yang dijumpai dari
otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi
sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bony cartilaginous junction)
disertai lower cranial neuropathies (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai
dengan nyeri pada daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan
membrane timpani intak.
Benecke membagi Otitis Eksterna Maligna atas 3 stadium, yaitu :
1.

Infeksi terbatas
pada
lunak

30

jaringan
dan

kartilago

liang

telinga.
2.

Dijumpai
keterlibatan
jaringan

lunak

dan erosi tulang


temporal
3.

Perluasan
intracranial atau
erosi

diluar

tulang temporal.
2.6.4.

Diagnosis
Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi.


Empat gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih dari 1 bulan,
otore purulen dan menetap dengan adanya jaringan granulasi dalam beberapa
minggu, riwayat diabetes mellitus, status imun yang rendah dan usia lanjut, dan
adanya gangguan saraf kranial.
Anamnesis
Pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya usia lanjut, menderita
diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulen dapat ditemukan
pada pasien ini. Kadang kadang pasien mempunyai riwayat penggunaan
antibiotik dan obat tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya perubahan
gejala yang bermakna.
Pemeriksaan Fisik
Pada

pemeriksaan

inspeksi

dapat

ditemukan

adanya

kulit

yang

mengalami inflama hiperemis, udem dan tampak jaringan granulasi pada dasar
meatus akustikus eksternus. Biasanya disertai dengan kelumpuhan saraf fasial,
dan perlu memeriksa saraf kranial V XII

31

Gambar 17. Gambaran otitis eksterna maligna dengan adanya pus yang keluar dari liang telinga yang sudah
nekrosis. Kelihatan aurikula membengkak dan kehilangan bentuk di daerah yang terdiri dari kartilago.

Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan
adanya peningkatan jumlah leukosit, laju endap darah dan gula darah
sewaktu. Pemeriksaan kultur yang diperoleh dari sekret liang telinga
sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya
adalah P. aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan
gram negatif. Pseudomonas sp. mempunyai lapisan yang bersifat
mukoid yang digunakan pada saat fagositosis. Eksotoksin dapat
menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan
lainnya menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.
Radiologi
Pemeriksaan tambahan dapat berupa foto X-ray mastoid (foto
Schuller). Pada foto

X-ray ini ditemukan adanya perselubungan air

cell mastoid dan destruksi tulang.

32

Gambar 18. Fot o Schul l er kanan t ampak gambaran


mast oi dit i s kroni k (bul at an merah)

CT-Scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar


tulang tengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan
teknik nuklir baik digunakan pada stadium awal. Scan Technetium (Tc)
methylene

diphosphonate

menunjukkan

area

yang

mengalami

osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium (Ga) menunjukkan


jaringan lunak yang mengalami inflamasi.

Gambar 19. CT-Scan kepala yang menunjukkan kerusakan jaringan lunak pada MAE kiri,
tulang mastoideus kiri, fossa infra-temporalis dan dasar tulang tengkorak (anak panah)

2.6.5.

Diagnosis Banding
Otitis media supuratif akut

33

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah


dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terusmenerus atau hilang timbul dan sekretnya mungkin encer, kental, bening atau
berupa nanah. Terjadinya otitis media supuratif kronik adalah disebabkan oleh
adanya gangguan fungsi pada tuba eustachius atau infeksi yang lama pada
bagian telinga tengah. Sebagian besar otitis media supuratif kronik merupakan
kelanjutan dari otitis media akut dengan perforasi membrane timpani yang
sudah terjadi lebih dari 2 bulan. Otitis media supuratif kronik menimbulkan
gejala otore dengan sekret yang bersifat purulen atau mukoid tergantung dari
stadium peradangan, gangguan pendengaran, otalgia dan vertigo.

Otitis eksterna difus


Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang
telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab
biasanya

golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai

penyebabnya adalah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.


Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif
kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar
dari kavum timpani pada otitis media.

Otomikosis
Infeksi jamur diliang telinga dipermudah dengan kelembaban yang tinggi

didaerah tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan Aspergillus. Kadangkadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa
penuh di liang telinga, tapi sering pula tanpa keluhan.
2.6.6.

Pengobatan
Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.

Mengingat kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeroginosa, diberikan

34

antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeroginosa. Sementara


menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone
(ciprofloxacin) dosis tinggi peroral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan
antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang
diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotika yang sering digunakan adalah
ciprofloxacin,

ticarcilin-clavulanat,

piperacilin

(dikombinasi

dengan

aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime dan gentamisin. Disamping


obat-obatan,

sering

kali

diperlukan

juga

tindakan

membersihkan

luka

(debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih


akan dapat menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.
2.6.7.

Komplikasi
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan

subkutis, tulang rawan dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis
dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal
2.6.8.

Prognosis
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan dengan

lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik berupa sakit
kepala dan otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat kambuh kembali
setelah satu tahun pengobatan komplit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Chandler, rata rata kematian sekitar 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang
sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru
melaporkan bahwa angka kematian turun sampai 10%, tetapi kematian tetap tinggi
pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi intrakranial.
2.7. Otomikosis
2.7.1.

Definisi
Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan

kronik pada epitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan
filamen jamur. Komplikasinya dapat mencapai ke telinga tengah dan kavitas
terbuka mastoid. Meskipun jamur merupakan patogen primer, hal ini bisa juga
dampak dari infeksi kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah.

35

2.7.2.

Etiologi
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di

suatu daerah. Jamur yang menyebabkan otomikosis pada umumnya adalah


spesies jamur saprofit yang berlimpah di alam dan bentuk itu adalah bagian dari
flora komensalis dari EAC yang sehat. Jenis jamur yang paling sering adalah
Pityrosporum dan Aspergillus (A. niger, A. flavus, A. funigatus, A. terreus),
Candida albikans, dan C. parapsilosis (yeast-like fungi) juga sering. Kadangkadang

juga

ditemukan

Phycomycetes,

Rhizopus,

Actinomyces,

dan

Penicillium.
Pada penelitian pasien otomikosis Kumar (2005) didapatkan prevalensi
penyebabnya Aspergillus fumigates (34,14%), Candida Albicans (11%),
Candida pseudotropicalis (1,21%) dan Mucor sp (1,21%). Beberapa peneliti
melaporkan adanya organisme penyebab lainnya seperti Penicillium sp dan
spesies lain seperti Candida seperti C.parapsilosis, C.gulliermondi dengan
berbagai persentasi.
2.7.3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi otomikosis adalah kebiasaan penggunaan alat
pembersih telinga, dermatitis, kurangnya kebersihan, individu dengan
immunocompromised,

penyakit

telinga

sebelumnya,

penggunaan

berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga, antibiotik spektrum luas,


steroid, dan terpapar dengan kemotera. Selain itu, sering juga menyerang pasien
yang melakukan mastoidektomi open cavity dan mereka yang menggunakan
alat bantu dengar. Otomikosis dapat terjadi karena hilangnya proteksi lipid atau
asam dari telinga. Kegagalan dari mekanisme pertahanan dari telinga
(perubahan pada lapisan epitel, perubahan PH, perubahan kualitas dan kuantitas
serumen, infeksi bakteri, alat bantu dengan atau prosthesis hearing, trauma yang
ditimbulkan sendiri (membersihkan telinga menggunakan Q-tips, berenang, atau
neoplasma).Host

dengan

immunocompromised

lebih

rentan

menderita

otomikosis. Pasien dengan diabetes, lymphoma atau AIDS dan pasien yang
menjalani atau mendapatkan kemoterapi atau terapi radiasi memiliki resiko
tinggi untuk terjadinya komplikasi dari otomikosis.

36

2.7.4.

Patofisiologi
Serumen memiliki bahan antimikotik, bakteriostatik, dan perangkap

serangga. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas, dan
ion mineral yang juga mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam lemak.
Asam lemak rantai panjang terdapat pada kulit yang tidak rusak dapat
mencegah pertumbuhan bakteri. Karena ia memiliki komposisi hidrofobik,
serumen memiliki kemampuan menghambat air, membuat permukaan kanal
tidak permeabel dan mencegah maserasi dan kerusakan epitel.Pada hasil
penelitian didapatkan C. Albicans dan C. parapsilosis dan jamur mycelia yang
lainnya adalah bagian dari flora normal dari EAC dan terkadang bergeser ke
status patogen dibawah pengaruh beberapa faktor.
Mikroorganime
epidermis,

normal ditemukan pada EAC seperti Staphylococcus

Corrynebacterium

sp,

Bacillus

sp,

Gram-positive

cocci

(Staphylococcus aureus, Streptococcus sp, non-patogen micrococci), Gram


negative bacilli (Pseudomonas aeruginosa, Escheria coli, Haemophilus
influenza, Moraxella catharalis, dll) dan jamur mycelia dari genus Aspergillus
dan Candida sp. Mikroorganisme komensal ini tidak patogen hingga
keseimbangan antara bakteri dan jamur terjaga.
Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit menjadi
patogen antara lain:

Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien padasaat


musim panas dan gugur.

Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro


trauma)

Peningkatan PH pada EAC (mandi). Ozcan et al (2003) mendapati


perenang memiliki faktor predisposisi untuk otomikosis.

Pergeseran kualitas dan kuantitas serumen.

37

Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan,


kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia). Jackman et al (2005)
mendapati ofloxacin berkontribusi dalam perkembangan otomikosis.

Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post
bedah mastoid. Kontaminasi bakteri dari kulit EAC awalnya terjadi pada
OMSK atau otitis media eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel
adalah media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan
epitel juga menyebabkan penurunan sekresi apokrin dan glandula serumen
dimana mengubah lingkunga EAC menjadi cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme (pH normal 3-4).

Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena


autoinokulasi menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.

Kondisi dan kebiasaan sosial. Penutup kepala tradisional contohnya dapat


meningkatkan kelembaban dari kanal telinga dan menciptakan lingkungan
yang ideal untuk pertumbuhan jamur.

Jamur melimpah pada tanah atau pasir yang mengandung bahan organik
yang membusuk. Materi ini cepat mengering pada kondisi tropis dan tertiup
oleh angin sebagai partikel debu yang kecil. Spora jamur yang menyebar
melalui udara terbawa oleh uap air, suatu fakta bahwa adanya hubungan
antara tingginya jumlah infeksi dengan monsoon, dimana terjadi
peningkatan kelembapan relatif hingga 80%.Jamur mengakibatkan
inflamasi, eksfoliasi epitel superfisial, massa debris yang mengandung hifa,
supurasi, dan nyeri. Karakteristik yang paling banyak ditemukan pada
pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal berwarna putih keabuabuan yang sering dikenal sebagai wet blotting paper. Jamur tidak pernah
menonjol keluar dari EAC, bahkan pada kasus kronis sekalipun. Hal ini
dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan nutrisinya di luar EAC.
Hasil penelitian terbaru didapatkan pertumbuhan Aspergillus ditemukan
paling banyak pada temperatur 370C, sebuah fakta bahwa kondisi klinis ini
didukung oleh predileksi dari jamur untuk tumbuh di sepertiga dalam dari
EAC.

38

2.7.5.

Gambaran Klinis
Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan.

Bagaimanapun pruritus merupakan karakteristik paling sering dari infeksi mikosis


dan juga tidak nyaman di telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di liang
telinga, rasa terbakar pada telinga, ottorhoea, hilangnya pendengaran, tinnitus,
keluarnya cairan tetapi sering juga tanpa keluhan. Pytirosporum menyebabkan
terbentuknya sisik yang menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai
ketombe dan merupakan perdisposisi otitis eksterna bakterialis maupun furunkel.
Demikian pula dengan jamur Aspergillus. Jamur ini terkadang didapatkan di liang
telinga tanpa adanya gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam telinga, atau
dapat berupa peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan
menimbulkan gejala-gejala akut. Kadang-kadang didapatkan pula

Candida

albicans.
Pada otoskopi sering ditemukan mycelia yang dapat menegakkan diagnosis.
EAC menjadi eritem dan debris jamur tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien
biasanya tidak ada perbaikan signifikan dengan pengobatan antibiotik. Diagnosis
dapat dikonfirmasi dengan preparasi KOH atau positifnya kultur jamur.
Karakteristik pemeriksaan fisik dari infeksi jamur pada umumnya terlihat hifa
halus dan spora (conidiophores) tampak pada Aspergillus Candida, ragi, mycelia
dengan karakteristik putih ketika bercampur dengan serumen menjadi
kekuningan.
Infeksi kandida dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena kurangnya
penampakan karakteristik layaknya Aspergillus seperti otorrhea dan tidak respon
terhadap antimikroba. Otomikosis oleh kandida biasanya diidentifikasi oleh data
kultur.
2.7.6.

Pemeriksaan Laboratorium
Morfologi dari koloni dapat membedakan antara yeast-like dan filamentous

fungi. Mayoritas koloni dengan krim putih, halus, dan kasar adalah ragi atau,
sangat jarang, yeast-like colonies dari jamur dimorfik. Filamentous fungi
cenderung tumbuh membentuk debu, helaian, untaian, berudu, atau lipatan yang

39

terlihat dengan rentang berbagai warna seperti putih, kuning, hijau, biru
kehijauan, hitam.
2.7.7.

Diagnosis Banding
Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari otitis eksterna terutama otitis

eksterna difusa. Infeksi campuran kadang terjadi. Biasanya isolasi bakteri terdiri
dari negative coagulase staphylococci, pseudomonas sp., Staphylococcus aureus,
E. coli, dan Klebsialla sp. Infeksi jamur dapat juga berkembang dari OMSK.
2.7.8.

Terapi
Pengobatannya adalah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam

asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur
yang dibagi menjadi tipe non-spesifik dan spesifik.
Non-spesifik
Boric acid adalah medium asam dan sering digunakan sebagai antiseptik dan
insektisida. Dapat diberikan bila penyebabnya adalah Candida Albicans.
Gentian Violet
Castellanis paint (acetone, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol)
Cresylate (merthiolate, M-cresyl acetate, propyleneglycol, bric acid, dan
alkohol)
Nystatin adalah antibiotik makrolid polyene yang dapat menghambat sintesis
sterol di membran sitoplasma. Keuntungan dari nistatin adalah tidak diserap
oleh kulit yang intak. Dapat diresepkan dalam bentuk krim, salep, atau bedak.
Efektif hingga 50-80%.
Azole adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol, sterol
esensial pada membran sitoplasma normal.
Spesifik

40

Clotrimoxazole digunakan secara luas sebagai topikal azole. Efektif hingga 95100%. Clotrimoxazole memiliki efek bakterial dan ini adalah keuntungan untuk
mengobati infeksi campuran bakteri-jamur. Clotrimazole tersedia dalam bentuk
bubuk, lotion, dan solusio dan telah dinyatakan bebas dari efek ototoksik.
Ketokonazole dan fluconazole memiliki spektrum luas. Ketokonazole (2%
krim) efektif hingga 95-100% melawan Aspergillus dan C. Albicans.
Fluconazole topikal efektif hingga 90% kasus.
Miconazole (2% krim) adalah imidazole yang telah dipercaya kegunaannya
selama lebih dari 30 tahun untuk pengobatan penyakit superfisial dan kulit.
Agen ini dibedakan dari azole yang lainnya dengan memiliki dua mekanisme
dalam aksinya. Mekanisme pertama adalah inhibisi dari sintesis ergosterol.
Mekanisme kedua dengan inhibisi dari peroksida, dimana dihasilkan oleh
akumulasi peroksida pada sel dan menyebabkan kematian sel. Efektif hingga
90%.
Bifonazole. Solusio 1% memiliki potensi sama dengan klotrimazol dan
miconazole. Efektif hingga 100%.
Itraconazole memiliki efek in vitro dan in vivo melawan spesies Aspergillus.
Bentuk salep lebih memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
formula tetes telinga karena dapat bertahan di kulit untuk waktu yang lama.
Salep lebih aman pada kasus perforasi membran timpani karena akses ke telinga
tengah sedikit diakibatkan tingginya viskositas. Penggunaan cresylate dan
gentian violet harus dihindari pada pasien dengan perforasi MT karena memiliki
efek iritasi pada mukosa telinga tengah.
Serta menghentikan penggunaan antibiotik topikal bila dicurigai sebagai
penyebabnya. Pada pasien immunocompromised, pengobatan otomikosis harus
lebih kuat untuk mencegah komplikasi seperti hilangnya pendengaran dan
infeksi invasif ke tulang temporal.
Otomikosis terkadang sulit diatasi walaupun telah diobati dengan
pengobatan yang sesuai. Maka dari itu perlu ditentukan apakah kondisi ini

41

akibat penyakit otomikosis itu sendiri atau berhubungan dengan gangguan


sistemik lainnya atau hasil dari gangguan immunodefisiensi yang mendasari.
Pengobatan lain selain medikamentosa yaitu menjaga telinga tetap kering
dan mengarahkan pada kembalinya kondisi fisiologis dengan mencegah
gangguan pada EAC.
2.7.9.

Komplikasi
Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis yang

bermula pada telinga dengan membran timpani intak. Insidens perforasi timpani
pada mikosis ditemukan menjadi 11%. Perforasi lebih sering terjadi pada
otomikosis yang disebabkan oleh Candida Albicans. Kebanyakan perforasi terjadi
bagian malleus yang melekat pada membran timpani. Mekanisme dari perforasi
dihubungkan dengan trombosis mikotik dari pembuluh darah membran timpani,
menyebabkan nekrosis avaskuler dari membran timpani. Enam pasien pada grup
immunocompromised mengalami perforasi timpani. Perforasi kecil dan terjadi pada
kuadran posterior dari membran timpani. Biasanya akan sembuh secara spontan
dengan pengobatan medis. Jarang namun jamur dapat menyebabkan otitis eksterna
invasif , terutama pada pasien immunocompromised. Terapi antifungal sistemik
yang adekuat sangat diperlukan pada pasien ini.
2.8. Korpus Alienum Telinga
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadangkadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi
penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam
telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau
mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam
telinganya sendiri.
2.8.1.
Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga
yaitu :

Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.


Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan
alat-alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang

42

tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa
sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya
serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Gambar 20 Predileksi benda asing di dalam telinga.

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:


Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air
masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar
dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru
bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air
sendiri menjadi terperangkap di dalamnya.
Cotton Bud
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga.
Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat
menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam
telinganya. Misalnya, manik-manik mainan.
Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian
dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang
dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.
2.8.2.

Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di

tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan
pendengaran.

43

Merasa tidak enak ditelinga


Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan
telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang
mauk kedalam menjadi masuk lagi.
Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat
telinga terasa tersumbat.
Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga
tengah.
Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman

pembentukan

abses

otak.

Nyeri

merupakan

tanda

berkembang komp likasitelinga akibat benda asing.


Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing.
2.8.3.

Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor

antara lain pada anak anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor
kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang
dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak
disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat, nyamuk dan lain-lain.
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius
eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien
akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien
lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin
terdorongnya benda asinr ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga
menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi
kulit

dan

lukanya

membrane

timpanai,

akan

menyebabkan

gangguan

pendengaran , rasa nyeri telinga/otalgia dan kemungkinan adanya resiko


terjadinyainfeksi.
2.8.4.
Diagnosis
Anamnesis

44

Pada anamnesis kasus dengan corpus alienum, pasien akan mengeluhkan


gejala yang mirip dengan otitis media/eksterna seperti:
- penurunan pendengaran
- rasa penuh/ mengganjal di telinga
- keluar cairan dari telinga
- nyeri telinga disertai dengan riwayat kemasukan benda asing,
baik disengaja maupun tidak. Setelah keluhan utama tergali dan
faktor pencetus berupa kemasukan benda asing didapat, maka
selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan status lokalis
Pemeriksa melakukan inspeksi liang telinga tanpa alat bantu/ menggunakan

alat bantu berupa spekulum telinga ataupun otoskop


- Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
Bersihkan serumen bila ada
Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi:
Interpretasi bisa bervariasi. Bisa hanya tditemukan benda asing
saja, ada pula yang ditemui tanda radang seperti warna

kemerahan, bengkak menandakan adanya infeksi


Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah

dibelakang gendang.
Kemungkinan gendang mengalami robekan.

Pemeriksaan Penunjang
Jika diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang radiologis untuk
menegakkan diagnosis benda asing di liang telinga dengan MSCT scan kepala
(jika letak benda asing cukup dalam)
.
2.8.5.
Diagnosis Banding
Otitis Eksterna
Jaringan granulomatosa di liang telinga
Cerumen Prop
2.8.6.
Penatalaksanaan
Ekstraksi Corpus Alienum
Ada benda yang sangat kecil dapat dicoba untuk mengoyangkan secara hatihati. Menarik pinna telinga kearah posterior meluruskan liang telinga dan
benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda
asing masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten.
Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong

45

lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat


melukai liang telinga.
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga:
o Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk
mengambil benda dengan bantuan otoskop
o Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
o Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat
membuat

benda-benda

keluar

dari

liang

telinga

dan

membersihkan debris.
o Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda
dari logam
o Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi
rasa sakit dan takut.
o Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau
minyak, lalu diirigasi dengan air hangat.
o Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima
hari sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang
telinga.
Medikamentosa
o NSAID untuk mengatasi efek peradangan akibat benda asing. Bisa
diberikan Na diclofenac 2 x 25 mg/kgBB, atau As. Mefenamat 500
mg/kgBB
o Antibiotik untuk pencegahan timbulnya infeksi lokal. Bisa diberikan
secara topikal maupun sistemik seperti Chloramphenicol 1% tetes
telinga dan Ofloxacin tetes telinga untuk topikal, dan amoksicilin 500
mg /kgBB atau ampicilin 500 mg/kgBB
2.8.7.
Edukasi dan tindak Pencegahan
Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga
sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit
teling kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat
gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme
pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat terjadi infeksi
telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan lain bila anda
terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat melukai atau menembus
gendang telinga.
Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi
bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat
jalan nafas.
46

47

Anda mungkin juga menyukai