Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkaitan dengan tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan kepada siswa. Terutama guru BK
(Bimbingan dan Konseling) harus bisa menjalankan profesinya yaitu mengonseling siswa
yang bermasalah / atau butuh pemecahan masalah. Dan salah satu metode konseling adalah
metode konseling behavior yang tujuannya adalah untuk mengahapus/menghilangkan tingkah
laku maldaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku
adaptif yang diinginkan siswa. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam
perilaku yang spesifik : (a) diinginkan oleh klien; (b) konselor mampu dan bersedia
membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien dapat mencapai tujuan tersebut; (d)
dirumuskan

secara

spesifik.

Konselor

dan

klien

bersama-sama

(bekerja

sama)

menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

Dalam pelaksanaan proses konseling, guru seringkali dihadapkan dengan berbagai


macam masalah, terutama masalah-masalah yang terkait dengan keberhasilan proses
konseling. Keberhasilan dalam konseling terlihat dari siswa yang menemukan solusi atas
masalahnya. Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan masalahnya tidak terlepas dari peran

aktif guru BK, begitu juga dengan keberhasilan siswa dari segi emosional. Hal ini pun di
tentukan oleh guru, khususnya guru BP/BK yang mampu memberi motivasi dan dapat
menciptakan iklim / suasana yang harmonis, kondusif, menyenangkan dan mampu memberi
semangat kepada siswa.

BP/BK (Bimbingan Penyuluhan / Konseling) sebagai salah satu bagian di lembaga


pendidikan formal merupakan wahana untuk meningkatkan ketrampilan, sikap, dan nilai.
Pendidikan yang di terapkan oleh BP/BK (Bimbingan Penyuluhan / Konseling) menekankan
pada pemberian pengalaman secara langsung. Tujuan pendidikan BP/BK (Bimbingan
Penyuluhan / Konseling) adalah membantu siswa memahami ketrampilan, sikap, dan nilai.
dan saling keterkaitannya, mengembangkan ketrampilan dasar untuk menumbuhkan nilai
serta sikap ilmiah, menerapkan konsep dan prinsip untuk menghasilkan karya ketrampilan,
sikap, dan nilai yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Maka metode yang digunakan
dalam pembelajaran BP/BK (Bimbingan Penyuluhan / Konseling) harus merupakan metode
yang mengandung esensi pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pengetahuan ilmiah
untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Salah satu metode yang tepat yang
digunakan dalam proses konseling siswa untuk meningkatkan memberi solusi atas masalah
siswa adalah metode behavior yaitu metode yang menitik beratkan pada tingkah laku
dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (a)
pembiasaan klasik; (b) pembiasaan operan; (c) peniruan. Tingkah laku tertentu pada individu
dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil
dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah
dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.

Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di SMP.. Kabupaten


.., untuk metode behavior dalam konseling kelompok di kelas..sudah pernah

dilaksanakan namun belum terprogram. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian lebih mendalam dengan judulKONSELING KELOMPOK DENGAN
PENDEKATAN BEHAVIOR DI KELAS .. SMP.. KABUPATEN

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penulis menyusun beberapa


pertanyaan sebagai berikut :

Bagaimana gambaran konseling kelompok dengan pendekatan behavior di kelas ..


SMP.. Kabupaten ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :

Untuk menggambarkan proses konseling kelompok dengan pendekatan behavior di kelas


.. SMP.. Kabupaten

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, perubahan perilaku dan sikap negatif ke positif akan terjadi jika metode behavior
ini dilaksanakan sesuai prosedur

2. Bagi guru, menambah pengetahuan dan hazanah kelmuan serta bisa juga dijadikan sebagai
refrensi.

3. Untuk memperbaiki mutu konseling pada siswa.

4. Menambah hasanah penelitian yang diharapkan dan dapat bermanfaat bagi civitas akademik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSELING KELOMPOK

1. Pengertian Konseling Kelompok

Corey & Corey (2006) menjelaskan bahwa seorang ahli dalam konseling
kelompok mencoba membantu peserta untuk menyelesaikan kembali permasalahan hidup
yang umum dan sulit seperti: permasalahan pribadi, sosial, belajar/akademik, dan
karir. Konseling kelompok lebih memberikan perhatian secara umum pada permasalahanpermasalahan

jangka

pendek

dan

tidak

terlalu

memberikan perhatian pada treatmen gangguan perilaku dan psikologis.


Konseling kelompok memfokuskan diri pada proses interpersonal dan strategi
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pemikiran, perasaan, dan perilaku
yang disadari. Metode yang digunakan adalah dukungan

dan umpan balik

dalam sebuah kerangka berpikir here and now (di sini dan saat ini).

interaktif

2. Tujuan Konseling Kelompok

Tujuan umum dari layanan konseling kelompok dapat ditemukan dalam


sejumlah literatur profesional yang mengupas tentang tujuan konseling
kelompok, sebagaimana ditulis oleh Ohlsen, Dinkmeyer, Muro, serta Corey (dalam
Winkel, 1997) sebagai berikut.

1. Masing-masing konseli mampu menemukan dirinya dan memahami dirinya sendiri dengan
lebih

baik.

Berdasarkan

pemahaman

diri

tersebut,

konseli

rela

menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif kepribadiannya.

2. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara satu individu dengan


individu

yang

lain,

sehingga

mereka

dapat

saling

memberikan

bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada setiap fase-fase
perkembangannya.

3.

Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan


mengarahkan hidupnya sendiri, dimulai dari hubungan antarpribadi di dalam
kelompok dan dilanjutkan kemudian dalam kehidupan sehari-hari di luar

lingkungan

kelompoknya.

4.

Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih
mampu menghayati/ memahami perasaan orang lain. Kepekaan dan pemahaman ini akan
membuat para konseli lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis diri sendiri dan orang lain.

5.

Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran/target yang ingin dicapai,


diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.

yang

6. Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia sebagai
kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan
diterima oleh orang lain.

7.

Masing-masing konseli semakin menyadari bahwa hal-hal yang


memprihatinkan bagi dirinya kerap menimbulkan rasa prihatin dalam hati

orang

lain.

Dengan demikian, konseli tidak akan merasa terisolir lagi, seolah-olah hanya dirinyalah yang
mengalami masalah tersebut.

8.

Para

konseli

belajar

berkomunikasi

dengan

seluruh

anggota

kelompok

secara

terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian.


Pengalaman berkomunikasi tersebut akan membawa dampak positif dalam kehidupannya
dengan orang lain di sekitarnya.

B.

PENDEKATAN BEHAVIOR

1.

Latar Belakang

Pendekatan konseling behavioral ini berhubungan dengan skinner, Pavlov yang mana
pada penemuan itu selalu mengembangkan yang namanya stimulus dan respon. Pada tahun
1927 penerjemahan karya Pavlov kedalam bahasa Inggris mendorong pengambilalihan
pendekatan behavioristik dalam mempelajari psikologi amerika serikat. Salah satu study yang
paling penting adalah hal ini adalah yang dilakukan oleh Wathson dan Ray yang
menggunakan seorang anak kecil membuktikan bahwa rasa takut itu dipelajari.

2.

Pendiri Dan Pengembang

John. D. Krumbolitz

Pengembang : 1. Carl E. Thoresen 2. Ray E. Hosford 3. Bandura 4. Wolfe

3.

Orientasi Pendekatan

Tercapainya perubahan tingkah laku (action) dengan menekankan proses kognitif

4.

Hakekat Manusia Kepribadian Dan Perkembangan

HAKEKAT MANUSIA:

Prilaku manusia merupakan hasil dari belajar

Manusia bersifat mekanistik (merespon pada lingkungan dengan kontrol yang terbatas)

Hidup dalam alam deterministic

Memiliki sedikit peran aktif dalam memilih martabatnya

Manusia berorientasi dengan lingkungan

Manusia memiliki kebutuhan bawaan yang dipelajari

Manusia bersifat unik

Tingkah laku manusia bertujuan untuk memperoleh kepuasan

Manusia dapat berubah tingkah lakunya tanpa adanya pemahaman diri

Dari sudut teori belajar manusia bersifat reaktif

Reaksi individu dipengaruhi oleh aspek genetic

5.

Pribadi Sehat Dan Malasuai

PRIBADI SEHAT :

Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat

Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku memenuhi kebutuhan

Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku ber tingkah laku dengan tidak
mengecewakan diri dan lingkungan

Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi

Mempunyai atau dapat mengembangkan reinforce internal disamping eksternal

Mempunyai self kontrol yang memadai

PRIBADI MALASUAI

Tingkah lakunya tidak memuaskan individu

Tingkah lakunya akan membawa individu mengalami konflik dengan lingkungan

Tingkah lakunya berlebihan

Tingkah lakunya yang kurang

Tingkah lakunya / respon yang tidak tepat

6.

Karakteristik Konselor Dan Klien

KARAKTERISTIK KONSELOR

Konselor harus aktif dan direktif

Menerima dan memahami klien tanpa mengadili / mengkritik

Hangat, empirik dan penghargaan kepada klien

Memberikan kebebasan bagi klien untuk mengekspresikan diri

Tanggap cepat dalam memberikan reinforcement

Terbuka mengenai proses terapi

Keinginan atau kesediaan untuk membantu klien

KARAKTERISTIK KLIEN :

Klien harus aktif dalam mencoba tingkah laku yang baru

Kesadaran dan partisipasi klien dalam proses terapeutik

Kesediaan bekerjasama dengan konselor selama proses terapi

Berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai

7.

Hubungan Konselor Dan Klien

Hubungan personal

8.

Keterlibatan

Kehangatan

Permisi

Keaslian

Empati

Kerjasama

Kesepakatan

Acception

Kehangatan

Peran Dan Fungsi Konselor

PERAN KONSELOR :

Mengkomunikasikan pemahamannya pada klien

Menyiapkan / membina hubungan dengan klien

Bekerjasama mengatasi problem yang sesolik

Memberi kuliah, informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk
melakukan perubahan

Memberikan reinforcement

Mendorong klien mentransfer tingkah laku dalam kehidupan sehari - hari

FUNGSI KONSELOR :

Sebagai guru / pelatih (dalam mempelajari tingkah laku yang efektif)

Sebagai pemimpin kelompok

Sebagai guru

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelas SMP..Kabupaten


.dengan jumlah peserta didik. siswa terdiri dari . siswa laki-laki .dan
siswa perempuan.

B. Karakteristik Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMPKabupaten pada tahun


pelajaran

2012-2013 dengan

PENDEKATAN

permasalahan KONSELING
BEHAVIOR

KELOMPOK

DENGAN
DI

KELAS.SMP..KABUPATEN

C. Variable Penelitian

1. Konseling Kelompok

Konseling kelompok yang dimaksud disisni adalah suatu pemusatan hal peribadi,
huungan bersemuka antara dua manusia apabila seorang konselor dengan kemampuan yang

ada padanya menyediakan satu situasi pembelajaran yang membolehkan kliennya mengenali
dirinya sendiri, membuat keputusan dan pemilihan bagi memenuhi keperluan diri mereka
sendiri

2. Pendekatan Behavior

Pendekatan

Behavior yang

dikmaksud

dalam

penelitian

ini

adalah:metode

mempelajari , memodifikasi tingkah tingkah laku tidak adaptif , Fokus tingkah laku yang laku
melalui penguatan melalui proses belajar yang tampak dan spesifik yang di lakukan pada
siswa SMP..

Dari kondisi awal pelaksanaan tindakan ini terekam data siswa di SMP sebagai
berikut :

a. Ada sebagian siswa yang bermasalah dan membutuhkan konseling kelompok dengan
pendekatan behavior

b. Ada sebagian siswa yang harus di terapi dengan model pendekatan konseling behavior

D. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini direncanakan 3 siklus. Penelitian ini diawali
dengan kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran
terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, diteliti dan tindakan yang telah dilakukan oleh
guru. Dan dilanjutkan dengan membahas hasil observasi serta merencanakan dan menetapkan
tindakan.

Rencana penelitian ini menggunakan model proses yang berkesinambungan, mulai dari
proses penelitian siklus 1 , ditindaklanjuti proses penelitian siklus 2 dan seterusnya sampai
pada siklus 3. Dalam setiap siklus tindakan meliputi :

Perencanaan (Planning)

Pelaksanaan tindakan (acting)

Pengamatan (Observing)

Refleksi (Reflekting)

E. Tindakan Pada Setiap Sikulus

Secara terperinci, langkah-langkah tersebut dapat diuraikan dalam penjelasan berikut :


a. Perencanaan , kegiatan yang dilakukan :

Membuat rencana penelitian dengan judul Konseling Kelompok dengan Pendekatan


Behavior

Membuat lembar observasi untuk mengetahui kondisi masalah siswa yang harus di
konseling dengan teknik behavior

Membuat alat evaluasi


b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Pelaksanaan tindakan pada hakikatmya mengimplementasikan skenario Konseling


kelompok dengan pendekatan beavior. Sudah barang tentu pada setiap siklus mempunyai
langkah serta penekanan yang berbeda, tergantung pada fokus tujuan dan refleksi dari siklus
sebelumnya. Namun demikian, perlu dijelaskan dan ditegaskan dalam penelitian ini, bahwa
tujuan utama dengan menggunakan pendekatan behavior pada pkonseling kelompok ini
dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah siswa. Kelak pada gilirannya, dengan semakin
terselessaikannya masalah siswa maka akan diketahui akselerasi dalam menggunakan
pendekatan behavior dalam konseling kelompok.

c. Pengamatan (Observing)
Observasi

pelaksanaan

pembelajaran

dilakukan

secara

kolaboratif

dengan

menggunakan format pengamatan proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi pemantauan juga


dilakukan secara kolaboratif dengan mengolah data yang dapat di rekam dan memaknainya
serta menentukan keberhasilan dan ketercapaian tujuan tindakan ataupun hasil samping dari
pelaksanaan tindakan.
Pemantauan ini dilakukan oleh guru, kolaborator dan siswa untuk mendapatkan datadata yang akurat secara secara kualitatif. Langkah ini juga difungsikan untuk mengukur
tingkat keberhasilan dan atau kegagalan dalam penelitian.
Hasil monitoring dapat dilihat dari hasil analisis data, tes, lembar observasi dan
pemantauan, catatan lapangan learning loads, wawancara dengan siswa dan atau guru
sejawad atau kolaborator baik dalam kelas ataupun luar kelas. Hasil kerja ini selanjutnya
dianalisis dan direfleksi untuk perencanaan pada siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflekting)

Dari hasil observasi dan evaluasi hasil pemantauan yang diperoleh , kemudian
dilakukan analisis. Hasil analisis ini kemudian menjadi dasar untuk melakukan refleksi diri
untuk menentukan tindakan dan perencanaan berikutnya.
e. Pengumpulan data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi :

Data siswa

Data masalah siswa

f. Alat pengumpul data meliputi :

Lembar observasi untuk mengungkap masalah siswa

Pedoman wawancara untuk mengungkap masalah siswa

Learning loads untuk mengungkap pendapat, perasaan dan perbaikan perencanaan


berikutnya.

Alat evaluasi berupa draft pertanyaan konseling

g.

Cara pengumpulan data


Dari hasil penelitian tindakan kelas ini akan dapat diperoleh beberapa data, yang meliputi :

Berapa siswa yang mempunyai masalah dan membutuhkan konseling

Berapa siswa yang harus diterapi behavior


f. Indikator Kinerja
Sesuai dengan tujuan penelitian yang dikemukakan pada bagian awal penelitian ini,
konseling kelompok dengan pendekatan behavior. Maka, yang menjadi indikator kinerja
dalam penelitian ini adalah pendekatan behavior dapat dilaksanakan secara efektif dalam
konseling kelompok. Dengan demikian, dampak pada meningkatnya kualitas konseling

siswa. Untuk mengukur keberhasilan ini, maka indikator kinerja berikutnya apabila hasil
penelitian ini dengan valid dapat menunjukkan :
f. Sekurang-kurangnya 65 % siswa dapat mengambil keputusan atas masalahnya
g. Terjadi kondusifitas suasana konseling kelompok disekolah
h. Sekurang-kurangnya 65% siswa mendapatkan relayanan konseling yang efektif
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Guru BK selaku peneliti menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas terhadap
siswa kelas . SMP. Peneliti melakukan empat tahapan yaitu : perencanaan,
implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi.
1). Perencanaan, tahap perencanaan peneliti melakukan :
a. Menyiapkan alat ukur penelitian
b. Menyiapkan setting tempat sesuai
2). Implementasi
Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behavior dilakukan di ruang kelas
SMP.:
a. Tahap Awal
Guru yang dalam hal ini berperan sebagai peneliti mengecek mana saja siswa yang
membutuhkan konseling kelompok dengan pendekatan behavior
b. Tahap pertengahan
Guru yang dalam hal ini berperan sebagai peneliti menerapkan pendekatan behavior
dalam konseling kelompok.
c. Tahap akhir

Guru melaksanakan konseling kelompok dengan efektif.


3). Observasi dan Evaluasi
Peneliti melakukan pengamatan, mengamati dan menilai respon siswa, melakukan
pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.

4). Refleksi
Mengecek hasil pengamatan dan wawancara.Menggambarkan Konseling Kelompok
dengan Pendekatan Behavior di KelasSMPKabupaten..

A.

HASIL PENELITIAN
Dari langkah penelitian di atas, maka hasil penelitian menggambarkan bagaimana

Konseling kelompok dengan metode behavior di kelasSMPdilaksanakan. Setelah di


gunakan metode behavior maka siswa yang membutuhkan konseling kelompok dengan
masalah tertentu, akan dapat mengambil keputusan terbaik atas masalahnya.

B. PEMBAHASAN
1. Siklus Pertama
Pada siklus pertama ini di dilaksanakan selama satu kali pertemuan. Pada pertemuan
pertama ini peneliti sudah langsung menerapkan pendekatan yang ditawarkan pendekatan
behavior

dalam

konseling

kelompok. Dari hasil penelitian di pertemuan yang

pertama ini peneliti sudah menemukan hasil yang positif.


Hal ini terbukti
behavior di aplikasikan dalam

dengan
konseling

adanya tanggapan siswa terhadap pendekatan


kelompok

siswa

kelas

. SMP.

yang mendapat konseling kelompok dengan pendekatan behavior dengan masalah tertentu
dapat mengamil keputusan terbaik atas masalahnya.

2. Siklus Kedua
Siklus kedua ini adalah sebagai refleksi dari siklus yang pertama.
yang

terjadi

di

siklus

yang

pertama,

diharapkan

tidak

Kesalahan
terulang

lagi

pada siklus yang kedua ini. Pada siklus pertama ada permasalahan yaitu
tentang pemberian pendekatan behavior pada siswa kelas .. SMP..yang tidak tepat
sasaran, artinya siswa dengan masalah tertentu yang seharusnya tidak di konseling kelompok
dengan menggunakan metode behavior maka tidak akan memunculkan problem solving pada
diri siswa. sehingga proses konseling kelompok dengan pendekatan behavior kurang
mengena. Jadi, pada siklus kedua ini diharapkan pemberian pendekatan behavior pada
konseling kelompok pada siswa kelas SMP.tepat sasaran.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada BAB terdahulu, maka
penulis membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP..,
yaitu: Penerapan

pendekatan

behavior

dalam

konseling

kelompok

dapat membuat siswa kelas . Dengan masalah yang harus di terapi dengan pendekatan
behavior menghasilkan problem solving yang efektif.
B. Saran
Berrdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis membuat saran-saran berikut:
1. Untuk penerapan konseling kelompok dengan pendekatan behavior
Penerapan metode behavior ini harus tepat sasaran pada siswa yang memang
membutuhkan terapi behavior.
2. Konseling kelompok
Konseling kelompok ini juga harus tepat sasaran pada siswa yang membutuhkan konseling
kelompok.
3.

Pendekatan Behavior
Begitu juga dengan Pendekatan Behavior harus tepat sasaran dalam penggunaaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Aunurrahman. 1998. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Dimyati Mahmud. 2000. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Edi Legowo.2003. Analisis Pengubahan Tingkah Laku. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Elizabeth Hurlock. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Hamalik Oemar. 2004. Prses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia
____________.2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 2. Jakarta: Bumi
Aksara
Margaret Bell. 2001. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali Pers
Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Bagian

Muhibbin Syah.
Rosdakarya

Bandung:

2005. Psikologi

Pendidikan.

Penerbitan

Remaja

Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja


Grafindo Persada
Singgih Gunarso.2002. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung
Mulia
Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Soedomo Hadi. 2005. Pengelolaan Kelas. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNS dan UPT Penerbitan Percetakan UNS
Soetrisno Hadi. 2001. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Soli&Thayeb. 2002. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta:
departeman Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian, Bandung : Alfa Beta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Produr Penelitian suatu Pendidikan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Trisno Martono. 2005. Strategi Belajar-Mengajar. Surakarta: departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Universitas Sebelas
Maret
Thulus Hidayat dkk, 2001. Psikologi Pendidikan. Surakarta: FKIP
Universitas Sebelas Maret
Yamin, Martini, 2006, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta :
Putra Grafika.
Winkel WS, 2001. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai