Anda di halaman 1dari 3

PR STATUS EPILEPTIKUS

Nama: Anjani Putri R.


NIM: 112011101035
Pertanyaan :
Apakah status epileptikus hanya terjadi pada penderita epilepsi?
Jawaban :
Tidak, status epileptikus tidak hanya terjadi pada penderita epilepsi. Status epileptikus juga
dapat terjadi pada stroke, tumor otak, trauma kapitis, penyakit gangguan metabolik, kelainan
kardiovaskuler, intoksikasi, juga pada pasien koma.
Definisi
Definisi dari status epileptikus adalah bangkitan umum yang berlangsung 15 - 30 menit atau
lebih lama atau bangkitan tonik klonik berulang yang terjadi lebih dari 30 menit tanpa
pulihnya kesadaran diantara tiap bangkitan. Definisi operasional status epileptikus yang
dipakai saat ini untuk dewasa dan anak, yaitu bangkitan yang berlangsung terus menerus
lebih dari 5 menit atau terdapat 2 atau lebih bangkitan tanpa pulih kesadaran di antaranya.
Klasifikasi
Klasifikasi status epileptikus terbagi atas status epileptikus general (tonik-klonik, mioklonik,
absens, atonik, akinetik) dan status epileptikus parsial (simpleks atau kompleks).Status
epileptikus juga dapat diklasifikasikan dalam kondisi status epileptikus yang konvulsif dan
status epileptikus nonkonvulsif (parsial simpleks, parsial kompleks, absens). Klasifikasi lain
berdasarkan usia dibagi menjadi periode neonatal, bayi, kanak-kanak, kanak kanak dan
dewasa.
Etiologi
Etiologi bangkitan antara lain adalah sepsis dan penyakit kardiovaskuler, gangguan metabolik
dan intoksikasi akut akibat obat-obatan ( antibiotik, gagal ginjal, hepar, CHF, obat-obat
anestesi, atau akibat penghentian obat psikotropik, alkohol). Penyebab gangguan neurologik
primer adalah akibat stroke iskemik, intraserebral hemoragik, AVM, infeksi SSP, trauma dan
tumor otak dan metastasis dengan angka kejadian bangkitan relatif tinggi. Insiden bangkitan
sebagai komplikasi trauma kapitis sangat bervariasi, dengan perkiraan 2%-12% pada orang

biasa dan 53% pada populasi militer. Presentasi dapat meningkat sampai lebih 22% dengan
menggunakan monitor EEG secara terus menerus.

Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan fisiologis yang menyertai status epileptikus. Terbanyak
diantaranya adalah respons sistemik yang merupakan lonjakan katekolamin yang terjadi saat
serangan. Respon sistemik tersebut antara lain berupa hipertensi, takikardi, aritmia, dan
hiperglikemia. Suhu badan dapat meningkat mengikuti aktivitas otot yang berlebihan saat
serangan status epileptikus berlangsung. Asidosis laktat seringkali ditemukan setelah
bangkitan motorik umum tunggal yang akan menghilang seiring berakhirnya bangkitan.
Kebutuhan metabolik otak meningkat seiring bangkitan status epileptikus, akan tetapi
oksigenasi dan aliran darah otak tetap terjaga bahkan meningkat saat awal serangan status
epileptikus.
Pada level neurokimia, bangkitan terjadi akibat ketidakseimbangan antara eksitasi berlebihan
dan kurangnya inhibisi. Neurotransmiter eksitasi yang terbanyak ditemukan adalah glutamate
dan juga turut dilibatkan disini adalah reseptor subtype NMDA (N-methyl-D-aspartate).
Neurotransmiter inhibisi yang terbanyak ditemukan adalah gamma-aminobutyric acid
(GABA). Kegagalan proses inhibisi merupakan mekanisme utama pada status epileptikus.
Inhibisi yang diperantarai reseptor GABA berperanan dalam normalnya terminasi bangkitan .
Aktivasi reseptor NMDA oleh glutamate sebagai neurotransmitter eksitasi dibutuhkan dalam
perambatan bangkitan. Aktivasi reseptor NMDA meningkatkan kadar kalsium intraseluler
yang menyebabkan cedera sel saraf pada status epileptikus. Sejumlah penelitian
menyimpulkan bahwa semakin lama durasi status epileptikus maka semakin sulit dikontrol.
Status epileptikus seringkali tidak dipikirkan pada pasien koma yang telah memasuki fase
nonkonvulsif. Pada semua pasien koma perlu diketahui adanya minor twitching yang bisa
terlihat di wajah, tangan, kaki, atau dalam bentuk nistagmus. Towne dkk memeriksa 236
pasien koma yang tidak menunjukkan tanda kejang. 8% di antaranya mengalami status
epileptikus nonkonvulsif yang terlihat dari gambaran EEG. Oleh karena itu, pemeriksaan
EEG seharusnya dilakukan pada pasien koma yang penyebabnya tidak jelas.

Status epileptikus terbagi dalam dua fase. Fase pertama ditandai bangkitan tonik-klonik
umum yang berhubungan dengan peningkatan aktivitias otonom sehingga bisa ditemukan
hipertensi, hiperglikemia, berkeringat, salivasi, dan hiperpireksia. Selama fase ini, terjadi
peningkatan aliran darah otak oleh karena adanya peningkatan kebutuhan metabolik otak.
Sekitar 30 menit sesudahnya, penderita memasuki fase kedua, yang ditandai dengan
kegagalan autoregulasi otak, penurunan aliran darah otak, peningkatan tekanan intrakranial,
dan hipotensi sistemik. Selama fase ini terjadi disosiasi elektromekanik, di mana walaupun
aktivitas bangkitan elektrik di otak tetap berlangsung, manifestasi klinis yang ditemukan bisa
hanya berupa minor twitching.

Anda mungkin juga menyukai