Bab 1
KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM AJARAN
BUDDHA
Oleh :
Wendy (150200391)
Grifin Laurent (150200393)
2015/2016
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan
Amisa Puja, artinya menghormat dengan materi atau benda, misalnya memuja
dengan mempersembahkan bunga, lilin, cendana/dupa, dll.
Amisa Puja dilaksanakan bermula dari kebiasaan bhikkhu Ananda, yang setiap
hari mengatur tempat tidur, membersihkan tempat tinggal, membakar dupa,
menata bunga, dan lain-lain, mengatur penggiliran umat untuk menemui umat
untuk menemui atau menyampaikan dana makanan.kepada Buddha.
Patipati Puja artinya menghormat dengan melaksanakan ajaran (Dhamma),
mempraktekkan sila, samadhi, dan panna.
Kebaktian merupakan salah satu praktik Patipati puja.
Patipati puja merupakan cara menghormat yang paling tinggi kepada Buddha,
dengan melaksanakan ajaran Buddha berarti telah menghormati Buddha.
seperti kisah Bhikkhu Atadata yang berusaha keras mencapai arahat sebelum
Buddha Parinibbana.
2.2.Sarana Puja
Sikap batin dalam melaksanakan Puja: puja dapat dilaksanakan secara
perorangan atau kelompok, maka yang melaksanakan puja perlu
mempersiapkan batinnya untuk dipusatkan kepada objek tertinggi yaitu
Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha)
Buddha dihormati sebagai objek tertinggi karena kata Buddha yang dimaksud
adalah mencakup pengertian pencapaian penerangan sempurna. Buddha adalah
penemu jalan kesucian, guru, dan penunjuk jalan ke kesucian.
Dhamma dihormati sebagai objek tertinggi sebagai kebenaran mutlak yang
telah ditemukan oleh Buddha.
2.2.1.Paritta,Sutra,Dharani dan Mantra
2.2.2.Vihara ( Uposathagara, Dhammasala, Kuti, Perpustakaan dan
Pohon Bodhi)
Tempat pelaksanaan Puja yang merupakan kompleks bangunan yang mempunyai
sana lengkap, yang meliputi :
Uposathagara (Gedung Uposatha) : Uposathagara memiliki kegunaan sebagai
tempat untuk melaksanakan upacara pentahbisan Bhikkhu/Bhikkhuni,
Samanera/Samaneri ; tempat mempersembahkan Jubah Kathina ; tempat
membacakan Patimokkha ; Tempat membahas pelanggaran yang dilakukan
Bhikkhu/bhikkhuni
Dhammasala, adalah tempat untukmendengarkan dhamma dan juga tempat
untuk melaksanan puja bakti
Hari Besar Mgha memperingati suatu peristiwa yang terjadi pada purnama
sidhi di bulan Mgha. Peristiwa tersebut adalah:
1. Disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Ajaran Sang Buddha dan Etika
Pokok Para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha ini dibabarkan di Veluvana Vihara di
Rajagaha,
Di hadapan 1.250 Arahat.
Kesemua Arahat tersebut ditahbiskan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi
Bhikkhu)
Kehadiran para Arahat tersebut tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian
satu dengan yang lainnya terlebih dahulu.
2.3.2.Waisak
Hari Raya Waisak pada umumnya jatuh pada purnamasidhi di bulan Mei,
namun kadangkala pada hari-hari pertama bulan Juni bila jatuh pada tahun
kabisat lunar.
1. Arti Dari Prosesi Puja
Hari Waisak dijuluki pula Hari Trisuci Waisak karena pada hari itu umat
Buddha sedunia memperingati Tiga Peristiwa Agung yang terjadi pada zaman
kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang lalu. Tiga
Peristiwa Agung tersebut adalah:
1. Bodhisatva (Calon Buddha) yang diberi nama Pangeran Sidharta Gotama
dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal, pada tahun 623 S.M.
2. Pangeran Sidharta, yang kemudian menjadi pertapa, di bawah Pohon Bodhi
Suci, di Buddha-Gaya, India, dengan kekuatan sendiri mencapai Penerangan
Agung (mencapai Nibbana) dan menjadi Buddha.
3. Sesudah 45 tahun lamanya mengembara dan memberi pelayanan Dhamma
kepada umat manusia dan para dewa, Sang Buddha Parinibbana atau wafat
pada usia 80 tahun di Kusinara, India pada tahun 543 S.M.
2. Waktu Detik-detik Waisak
2.3.3.Asadha
Asadha adalah nama bulan lunar kedelapan, dari bahasa Sansekerta,
sedangkan bahasa Plinya adalah Asalha. Kebaktian untuk memeperingati Hari
Besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari besar Asadha,
diperingati 2 (dua) bulan sesudah Hari Raya Waisak, yang biasanya jatuh pada
bulan Juli, guna memperingati kejadian yang menyangkut kehidupan Sang
Buddha dan Ajaran-Nya, yaitu:
Unsur apo (secara harfiah berarti "air") merupakan unsur yang bersifat
kohesif (ikat-mengikat) dan dapat menyesuaikan diri, yang berfungsi
memberikan sifat ikat-mengikat pada unsur lainnya. Unsur ini juga
memberikan kelembaban dan cairan pada tubuh makhluk hidup.
Unsur tejo (secara harfiah berarti "api") merupakan unsur yang bersifat
panas, yang memberikan fungsi panas dan dingin pada unsur lainnya. Karena
unsur ini, semua materi dapat dihasilkan kembali untuk tumbuh dan
berkembang setelah mencapai kematangan.
Unsur vayo (secara harfiah berarti "udara") merupakan unsur yang bersifat
gerakan dan memberikan fungsi gerak pada unsur lainnya. Unsur gerak ini
membentuk kekuatan tarikan dan tolakan pada semua materi.
4.1.1.Alam Semesta
4.1.2.Kejadian Bumi dan Manusia
4.1.3.Kehancuran Bumi
4.2.Bija Niyama
Bija berarti "benih" di mana tumbuhan tumbuh dan berkembang darinya
dalam berbagai bentuk.
Dari pandangan filosofi, hukum pembenihan hanyalah bentuk lain dari hukum
energi. Dengan demikian pengatur perkembangan dan pertumbuhan dunia
tumbuhan merupakan hukum energi yang cenderung mewujudkan kehidupan
tumbuhan dan disebut bija-niyama.
Hukum pembenihan menentukan kecambah, tunas, batang, cabang, ranting,
daun, bunga, dan buah di mana dapat tumbuh. Dengan demikian, biji jambu
tidak akan berhenti menghasilkan keturunan spesies jambu yang sama. Hal ini
juga berlaku untuk semua jenis tumbuhan lainnya dan tidak ada sosok
pencipta yang mengaturnya.
4.3.Kamma Niyama
Perbuatan (kamma) merupakan perbuatan baik maupun buruk yang dilakukan
seseorang yang disertai kehendak (cetana). Seperti yang disebutkan dalam
kitab Pali: "Para bhikkhu, kehendak itulah yang Ku-sebut perbuatan. Melalui
kehendaklah seseorang melakukan sesuatu dalam bentuk perbuatan, ucapan,
atau pikiran" (Anguttara Nikaya, iii:415).
penderitaan (dukkha) yang berakar dari tanha sifat kelobhaan, kebencian dan
kebodohan. Bhavana juga sering disebut dengan samadhi yang mana juga
merupakan pengembangan batin dengan cara memusatkan perhatian atau pada
umumnya diketahui oleh khalayak Buddhis adalah konsentrasi pada suatu
obyek dan hanya satu obyek saja dari konsentrasi itu akan timbul pemusatan
pikiran yang kuat yang
disebut Jhana, ini dapat memunculkan kekuatan-kekuatan yang disebut
sebagai abhinna. Ketenangan ini juga dapat juga mengantarkan seorang
meditator mencapai tingkat kesuc
6.1.1. Vipassana Bhavana
vipassana bhavana adalah pengembangan batin dengan obyek yang ada pada
kita (Nama dan Rupa) dan 4 satipathana. Vipassana bhavana ini dilakukan
untuk melenyapkan/memusnahkan dan mencabut akar-akar sebab penderitaan
dengan memahami Anicca, Dukkha, Anatta dan melihat segala sesuatu dengan
apa adanya/ sesuai dengan kenyataan.
6.1.2. Samattha Bhavana
Samatha bhavana adalah pengembangan batin dengan obyek diluar diri
meditator/didalam diri meditator yang berjumlah 40 obyek. Samatha
bhavana ini dilakukan untuk menekan/mengendapkan 5 rintangan batin
(nivarana) dan 10 gangguan (10 Palibhoda).
6.2.Nivarana, Jhana, Abinna
Nivarana adalah rintangan batin atau yang merupakan suatu
penghalang/penghambat kemajuan batin didalam melaksanakan meditasi.
Abhia berarti kemampuan atau kekuatan batin yang luar biasa, atau tenaga batin.
Abhia akan timbul dalam diri orang yang telah mencapai jhana-jhana, dimana jhana
tingkat keempat (catuttha-jhana) merupakan dasar untuk timbulnya abhia ini.
Namun, hal ini juga tergantung pada kusala-kamma (perbuatan baik) dari kehidupan
yang lampau. Mengenai obyek meditasi yang dapat menimbulkan abhia ialah hanya
sepuluh kasina.
Kebahagiaan (sukkha)
tekad (adhimokkha)
Semangat (paggaha )
sadar (upatthana )
Keseimbangan (upekkha )
Senang (nikanti )
Ketidaksenangan batin (dukkha) terhadap segala fenomena, - serta
kegiatan pikiran ke dalam Appanihita dhatu ( keadaan tanpa keinginan).
6.4.1.Sotapanna
Sotapanna terdiri dari 3 macam, yaitu :
A1. Sattakkhattu-parama-Sotapanna : Sotapanna paling banyak tujuh kali lagi dilahirkan
di Alam Sugati-Bhumi.
Penjelasannya :
Kalau Sotapanna tersebut tidak mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di
Alam Kamasugati-Bhumi 7.
Kalau Sotapanna tersebut mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di Alam
Brahma-Bhumi.
Ada bukti dalam bahasa Pali sebagai berikut :
YE ARIYASACCANI VIBHAVAYANTI
GAMBHIRRAPANNENA SUDESITANI
KINCAPI TE HONTI BHUSAPPAMATTA
NA TE BHAVAM ATTHAMAMADIYANTI.
Artinya :
Barang siapa menembus sepenuhnya Ariya-Sacca 4 yang telah diajarkan oleh YMS
Sang Buddha, walaupun masih ada kealpaan, ia tidak dilahirkan pada kehidupan yang
kedelapan, yaitu hanya akan dilahirkan tujuh kali lagi.
A2. Kolankola-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan dua sampai dengan enam
kali lagi, setelah itu akan menjadi Arahat dan Parinibbana.
Ada bukti yang terdapat dalam Mahatika hal. 654 sebagai berikut :
YAVA CHATTHABHAVA SAMSARANTOPI KOLAM KOLOVA HOTI
Artinya :
Akan harus dilahirkan dari dua sampai dengan enam kali lagi, setelah itu akan menjadi
Arahat dan Parinibbana.
A3. Ekabiji-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan hanya sekali lagi, setelah itu
akan menjadi Arahat dan Parinibbana.
Keterangan :
Sebab apakah Sotapanna terbagi menjadi 3 macam ?
Karena :
a. Sattakkhattu-parama-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau beliau
melaksanakan Paramita yang kurang tekun , maka bila itu menjadi Sotapanna menjadi
Sattakkhattu-parama-Sotapanna.
6.4.2.Sakadagami
Sakadagami terdiri dari 5 macam, yaitu :
B1. Idha patva idha parinibbayi : Mencapai Sakadagami-Phala di Alam Manusia
dan mencapai Arahatta-Phala ( Arahat ) di Alam Manusia, juga dalam
kehidupan yang sama.
B2. Tattha patva tattha parinibbayi : Mencapai Sakadagami-Phala di Alam
Dewa dan mencapai Arahatta-Phala ( Arahat ) di Alam Dewa, juga dalam
kehidupan yang sama.
B3. Idha patva tattha parinibbayi : Mencapai Sakadagami-Phala di Alam
Manusia, setelah itu meninggal dunia dan dilahirkan di Alam Dewa dan
mencapai Arahatta-Phala ( Arahat ) di Alam Dewa.
B4. Tattha patva idha parinibbayi : Mencapai Sakadagami-Phala di Alam
Dewa, setelah itu meninggal dari Alam Dewa dan dilahirkan di Alam Manusia
dan mencapai Arahatta-Phala ( Arahat ) di Alam Manusia.
B5. Idha patva tattha nibbattitva idha parinibbayi : Mencapai SakadagamiPhala di Alam Manusia, setelah itu meninggal dunia dan dilahirkan di Alam
Dewa. Setelah itu meninggal dari Alam Dewa dan dilahirkan kembali di Alam
Manusia dan mencapai Arahatta-Phala ( Arahat ) di Alam Manusia.
6.4.3.Anagami
Anagami terdiri dari 5 macam, yaitu :
C1. Antaraparinibbayi : Anagami yang mencapai Arahat dan Pari-Nibbana
dalam usia yang belum mencapai setengah usia.
C2. Upahaccaparinibbayi : Anagami yang mencapai Arahat dan Pari-Nibbana
dalam usia yang hampir mencapai batas usia.
C3. Asangkharaparinibbayi : Anagami yang mencapai Arahat dan Pari-Nibbana
dengan tidak usah berusaha keras.
C4. Sasangkharaparinibbayi : Anagami yang mencapai Arahat dan PariNibbana dengan berusaha keras.
C5. Uddhangsoto akanitthgami : Anagami yang mencapai Arahat dan PariNibbana di Alam Akanittha-Bhumi.
6.4.4.Arahat
Arahat adalah orang yang telah berhasil membebaskan diri dari dukha
mencapai tingkat kesucian tertinggi.arahat juga merupakan orang yang sudah
bebas daripada segala keinginan untuk di lahirkan kembali, baik dalam dunia
yang tidak berbentuk, maupun di dalam dunia yang tidak berbentuk, ia juga
sudah bebass daripada sgala ketinggian hati, kebenaran diri, dalam
ketidaktahuan.
Proses tercapainya tingkat kesucian arahat adalahterlebih dahulu harus
menjadi bodhisatwa saddhadika, setelah itu dalam usahannya lebih
mengutamakan keyakinan terhadap dhamma yang diajarkan oleh budha
Gautama dan akhirnya tercapailah penerangan sempurna, ialah yang disebut
savaka bodhi dan kemudian menjadi savaka budha yaiyu disebut juga arahat.
7. Konsep Keselamatan:
7.1.Ortodoks
(keselamatan sepenuhnya tergantung dari pengampunan)
7.2.Heterodoks
(Keselamatan dpt terjadi sebab adanya pengampunan & usaha
manusia)
7.3.Independen
(Keselamatan sepenuhnya tergantung dari usaha manusia)