F Hitam Putih
F Hitam Putih
KELOMPOK B
Soal F1
Seorang lelaki berusia 20 tahun dibawa oleh keluarganya berobat ke Puskesmas karena
batuk darah sejak satu hari. Keluhan batuk sudah ada sejak 1 bulan, berdahak warna putih.
Terdapat demam namun tidak tinggi, serta nafsu makan dan berat badan jauh menurun.
Pasien sering berkeringat di malam hari, meskipun udara tidak panas. Pasien merokok 5
batang sehari sejak 5 tahun yang lalu.
a. Sebutkan masalah pada pasien dan pengkajiannya (dasar perumusan masalah dan
diagnosis banding)
b. Jelaskan patogenesis terjadinya penyakit pada pasien
c. Jelaskan patogenesis terjadinya batuk darah pada pasien
d. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di Puskesmas dan pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan namun tidak dapat dilakukan di Puskesmas
e. Jelaskan tata laksana awal pada pasien sebelum hasil pemeriksaan penunjang
didapatkan
f. Jelaskan kapan Anda merujuk pasien ini
Kritek PA, Fanta CH. Cough and Hemoptysis. In: Kasper, et al, editor. Harrisons Principles of Internal Medicine. New York:
McGraw-Hill; 2015. p243-7
Daftar Masalah
Tuberkulosis Paru
Pengkajian: Terdapat gejala-gejala TB pada pasien ini, yaitu: batuk berdarah,
batuk sudah 1 bulan, nafsu makan dan BB turun, berkeringat malam hari,
riwayat merokok 5 tahun, demam.
Diagnosis banding:
Pneumonia: demam dan batuk
PPOK: Riwayat merokok dan batuk kronik
Raviglione MC. Tuberculosis. In: Kasper, et al, editor. Harrisons Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill; 2015.
p1102-22
Patogenesis Tuberculosis
Patogenesis Hemoptisis
Perdarahan pada hemoptisis biasanya berasal dari saluran
pernapasan kecil hingga medium. Pada saluran pernapasan yang
kecil, pembuluh darah lebih dekat dengan udara. Ketika terdapat
inflamasi atau luka, pembuluh darah tersebut mudah pecah dan
keluar bersama udara. Hemoptisis terjadi pada infeksi yang
menyebabkan cavitasi di paru akibat pembuluh darah yang erosi.
Tuberculosis sendiri dapat menyebabkan bronkiektasis atau
cavitary pneumonia yang dapat mengarahkan pada hemoptisis.
Kritek PA, Fanta CH. Cough and Hemoptysis. In: Kasper, et al, editor. Harrisons Principles of Internal Medicine. New York:
McGraw-Hill; 2015. p243-7
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan di Puskesmas
BTA
Sputum
Tidak dapat dilakukan di Puskesmas
Foto polos
Kultur
Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, et al. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaannya di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011
Tatalaksana Awal
Pastikan jalan nafas pasien dalam kondisi baik.
Tentukan paru yang mengalami perdarahan (dengan bronkoskopi /
imaging), kemudian posisikan pasien dimana paru dengan
perdarahan berada dibawah paru lainnya agar darah tidak mengalir
dan menutupi jalan nafas.
Hemoptosis > 200-600 ml dalam 24 jam keadaan emergensi
Kritek PA, Fanta CH. Cough and Hemoptysis. In: Kasper, et al, editor. Harrisons Principles of Internal Medicine. New York:
McGraw-Hill; 2015. p243-7
Rujukan
Tuberkulosis
TB dengan HIV (3A): diberikan tatalaksana awal terlebih dahulu kemudian
dirujuk
MDR-TB (2): dirujuk ketika telah terdiagnosis
Hemoptosis
Soal F2
Pada pemeriksaan fisis didapatkan needle track pada kedua lengan pasien. Terdapat bercak-bercak
berwarna putih yang konfluen dan melekat pada faring, palatum molle dan lidah pasien. Setelah
ditelusuri lebih lanjut, pasien mengaku menggunakan narkoba suntik hingga 6 bulan yang lalu.
Terdapat keluhan diare 2-3x sehari sejak dua bulan, tidak ada lendir atau darah. Hb 10 g/dL; leukosit
5.000/mm3; trombosit 200.000/mm3; hitung jenis 0/5/5/65/20/5; LED 50 mm/jam. Sputum BTA 1
(+); sputum BTA 2 (-); sputum BTA 3 (+).
a. Berdasarkan DATA F2 tersebut, sebutkan tambahan masalah pada pasien dan pengkajiannya
(dasar perumusan masalah)
b. Jelaskan patogenesis terjadinya penyakit pada point (a) pada pasien
c. Jika fasilitas lengkap, jelaskan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien
d. Berdasarkan DATA F1 dan F2, jelaskan tata laksana pada pasien dan rencana pemantauan
pengobatan yang akan dilakukan
e. Jelaskan kapan Anda merujuk pasien ini
f. Jelaskan cara Anda melakukan breaking bad news pada pasien ini; Jelaskan apakah keluarga
pasien akan dilibatkan
g. Jelaskan edukasi yang Anda berikan pada pasien
Masalah Tambahan
HIV-AIDS
Diare kronis
Kandidiasis Oral
Anemia
Masalah Tambahan
HIV-AIDS
Pengkajian: Pada pasien terdapat riwayat penggunaan narkoba suntik 6
bulan lalu dan terdapat needle track di kedua lengan. Terdapat pula
bercak putih pada faring, pallatum molle, dan lidah, diare kronis,
penurunan berat badan, dan TB. Dengan adanya infeksi oportunis dan
riwayat narkoba suntik, dipirkan HIV-AIDS.
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and
related Disorders. Kasper et al, editor. Harrison's Principle of Internal
Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Masalah Tambahan
HIV-AIDS
Patogenesis
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and related
Disorders. Kasper et al, editor. Harrison's Principle of Internal Medicine. 19th
ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbin and Cotran Pathologic Basis of Disiase.
Philadelphia: Elsevier; 2015
Masalah Tambahan
HIV-AIDS
Patogenesis
Masalah Tambahan
HIV-AIDS
Pemeriksaan Penunjang:
Elisa
Western blot
Hitung CD4+
Viral load: PCR RNA
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and
related Disorders. Kasper et al, editor. Harrison's Principle of Internal
Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Masalah Tambahan
HIV-AIDS
Tatalaksana
HIV (lini pertama): 2 NRTI+1NNRTI
TB (lini pertama): 2RHZE/4RH
TB-HIV segera diberikan OAT dan ARV dalam 8 minggu tanpa
mempertimgbangkan kadar CD4. Diberikan juga profilaksis
kotrimoksazol
Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, et al. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaannya di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011
Masalah Tambahan
HIV-AIDS
Pemantauan
HIV: hitung CD4 rutin, pemeriksaan RNA virus viral load
TB
Evaluasi klinis
Evaluasi bakteriologi: 2 bulan
Evalusai radiologi: 2 bulan
Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, et al. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaannya di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011
Masalah Tamahan
Diare Kronis
Pengkajian: Pasien mengalami diare 2-3x per hari sejak dua bulan lalu.
Diare adalah salah satu tanda adanya infeksi oportunis pada pasien
HIV.
Patogenesis: Pada pasien HIV-AIDS terjadi gangguan imunitas
sehingga patogen oportunis dapat menginfeksi dengan mudah.
Penyebab diare pada pasien HIV dapat disebabkan oleh bakteri
(salmonella, shigella, campylobacter) atau protozoa (I. belli,
kriptosporidia, microsporidia)
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and related Disorders. Kasper et al, editor. Harrison's Principle
of Internal Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Masalah Tamahan
Diare Kronis
Pemeriksaan:
Pemeriksaan feses identifikasi bakteri/parasit
Kultur feses
Tatalaksana
Rehidrasi dan nutrisi
Terapi sesuai etiologi diare
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and
related Disorders. Kasper et al, editor. Harrison's Principle of Internal
Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Masalah Tamahan
Kandidiasis Oral
Pengkajian: Terdapat bercak-bercak berwarna putih yang konfluen
dan melekat pada faring, palatum molle dan lidah pasien. Kandidiasis
adalah infeksi oportunis yang umum terjadi pada pasein HIV-AIDS.
Patogenesis: Pada pasien HIV-AIDS terjadi gangguan imunitas
sehingga patogen oportunis dapat menginfeksi dengan mudah. Oral
thrush biasanya terjadi ketika CD4 <300/L.
Pemeriksaan: Pada pasien ini, hanya dari pemeriksaan fisik
Tatalaksana: Flukonazol 100-200 mg/hari
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and related Disorders. Kasper et al, editor. Harrison's
Principle of Internal Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Masalah Tamahan
Anemia
Pengkajian: Hb 10 g/dL
Patogenesis: Gangguan
hematopoietik pada HIV-AIDS dapat
disebabkan oleh infeksi HIV itu
sendiri, infeksi sekunder, atau efek
saping pengobatan.
Tatalaksana: Pantau Hb, leukosit,
tombosit dalam pengobatan HIV.
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and related Disorders. Kasper et al, editor.
Harrison's Principle of Internal Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Rujukan
HIV-AIDS adalah kompetensi 3A berdasarkan SKDI 2012. Pasien
dirujuk setelah diberikan tatalaksana awal.
Edukasi
Mengenai penyakit TB-HIV pada pasien
Penyakit TB dapat sembuh dengan cara meminum obat secara teratur dan
sampai tuntas
Diperlukan pengawas minum obat untuk memantau terapi pada pasien
Efek samping obat TB yang mungkin muncul
Edukasi cara batuk agar tidak menulari orang lain
Kontrol rutin ke RS
Edukasi Mengenai penyakit HIV/AIDS
World Health Organization. Tuberculosis Care with TB-HIV Comanagement. France: WHO; 2007. p 87-95
Soal F3
Pada saat pasien kontrol pengobatan paru akhir bulan ke-2, pasien mengeluh
sering sakit kepala dan sulit untuk berkonsentrasi. Pada pemeriksaan fisis
kaku kuduk (-); refleks patologis (-); pasien lambat dalam menjawab
pertanyaan.
Tambahan Masalah
Cryptococcosis
Pengkajian: Pada pasien terdapat
gejala sakit kepala, sulit
berkonsentrasi, dan sulit dalam
menjawab pertanyaan. Diduga
pasein mengalami infeksi
oportuni cryptococcus pada SSP.
Patogenesis: Infeksi cryptococcus
umumnya terjadi ketika kadar
CD4 <100 L. ditandai dengan
sakit kepala, gangguan status
mental. Gejala meningeal dan
defisit neurologi jarang dijumpai.
Diagnosis banding:
Toksoplasmosis, CMV, aseptic
meningitis
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and related Disorders. Kasper et al, editor. Harrison's Principle of Internal Medicine. 19th ed.
Tambahan Masalah
Cryptococcosis
Pemeriksaan:
Pungsi lumbal mengecek cryptococcus dengan tinta india dan cryptococcal
antigen
Tatalaksana:
Ampotericin B 0.7 mg/kg/hari: IV
Flusitosin 25mg/kg selama 2 minggu; kemudian terapi dilanjutkan dengan
ampoterisin B saja hingga kultur cairan serebrospinal negatif.
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and related Disorders. Kasper et al, editor.
Harrison's Principle of Internal Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85
Rujukan
HIV-AIDS adalah kompetensi 3A berdasarkan SKDI 2012. Pasien
dirujuk setelah diberikan tatalaksana awal.
Komplikasi
Komplikasi: Defisit saraf kranial, gangguan penglihatan, gangguan
kognitif.
Prognosis cryptococcus bergantung pada kondisi imunodefisiensi
pasien. Sebelum terapi ART pada HIV-AIDS, rata-rata survival period
<1 tahun.
Fauci AS, Lane CH. Human Immunodeficeincy Virus Disease: AIDS and related Disorders. Kasper et al, editor.
Harrison's Principle of Internal Medicine. 19th ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2015. p1215-85