A. Klasifikasi Iklim
Selama ini kita mengenal Indonesia memiliki iklim tropis yang
ditandai dengan adanya 2 musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau, sedangkan Eropa memiliki iklim sedang dimana ditandai
dengan 4 musim yang dialami oleh negara-negara Eropa. Situasi ini
mengarahkan kita pada suatu pertanyaan, yaitu ada berapa iklim di
dunia ini?
Iklim di dunia ini sangatlah beragam, dan untuk memahami
lebih jauh tentang iklim ini sejak dahulu kala para ahli telah berusaha
menjelaskan persebaran iklim di dunia ini menggunakan berbagai
sistem klasifikasi iklim. Berikut beberapa diantaranya:
1. Iklim Matahari
Klsifikasi iklim matahari berdasarkan banyak sedikitnya sinar
matahari yang diterima suatu daerah dan terpengaruh oleh
besar kecilnya garis lintang. Daerah yang memiliki garis lintang
yang semakin besar, maka semakin sedikit sinar matahari yang
diterima daerah tersebut dan sebaliknya. Iklim matahari
merupakan satu-satunya klasifikasi iklim berdasarkan segi fisik,
yakni garis lintang yang ada di bumi. Berikut gambar belahan
bumi berdasarkan garis lintang.
Iklim A
Iklim hujan tropis dengan suhu udara pada bulan-bulan terdinginnya
mencapai lebih dari 18 C (64,4 F). Indikator vegetasinya adalah adanya
tumbuhan yang peka terhadap suhu tinggi seperti berbagai jenis palma
(kelapa, nipah dan lain-lain).
Iklim B
Iklim kering (Dry Climate) terjadi karena jumlah penguapan lebih besar
atau sama dengan jumlah hujan yang diterima. Karena itu, tidak ada
kelebihan air yang dapat disimpan, sebab semuanya diuapkan kembali. Di
daerah ini biasanya tidak ditemukan sungai permanen.
Iklim C
Iklim mesothermal atau iklim lintang sedang yang dipengaruhi oleh lautan.
Ciri tipe iklim ini adalah rata-rata suhu dalam bulan-bulan terdingin lebih
kecil daripada 18 C, tetapi masih di atas 3 C. Sementara itu, rata-rata
suhu bulan-bulan panasnya lebih besar daripada 10 C
Iklim D
Iklim mikrothermal atau iklim lintang sedang yang dipengaruhi oleh
daratan. Iklim ini memiliki rata-rata suhu bulan-bulan terdingin di bawah
3 C dan rata-rata suhu bulan-bulan terpanas di atas 10 C. Terjadi
penutupan salju pada lapisan tanah yang beku pada beberapa bulan yang
dingin.
Iklim E
Iklim kutub. Ciri tipe iklim ini adalah memiliki rata-rata suhu pada bulanbulan terpanas lebih kecil dari 10C. Biasanya merupakan daerah tundra
dan es abadi.
Selain iklim utamanya Koppen juga memiliki klasifikasi sub iklim yang
digunakan untuk menjelaskan lebih jauh tentang karakteristik iklim di wilayah
yang dikaji. Berikut adalah sub iklim Koppen yang paling sering digunakan.
f= feucht (lembap), berarti basah, sepanjang tahun selalu turun hujan dan
tidak ada musim kering.
m= medium, berarti musim hujannya panjang atau musim keringnya
pendek.
s= summer, berarti kering pada musim panas.
w = winter, berarti kering pada musim dingin
Sehingga iklim Koppen umumnya menggunakan 2 huruf seperti berikut beberapa
contoh iklim utama Koppen dengan sub iklimnya:
Af = iklim hujan tropic
Aw = Iklim savana tropic
BS = iklim stepa
BW = iklim gurun
Cf = iklim hujan sedang, panas tanpa musim kering
Cw = iklim hujan sedang, panas dengan musim dingin kering
Cs = iklim hutan sedang, panas dengan musim panas yang kering
Df = iklim hutan salju tanpa musim kering
Dw = iklim hutan salju dengan musim dingin yang kering
Et = iklim tundra
Ef = iklim salju
3. Iklim Schmid-Ferguson
Klasifikasi ini sangat populer di Indonesia dan beberapa
negara tetangga yang memiliki musim kering-musim hujan. Cara
perhitungan pembagian iklim menurut Schmidt-Ferguson
berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan
bulan-bulan basah setiap tahun, kemudian dirata-ratakan. Untuk
menentukan bulan basah dan bulan kering menggunakan
metode Mohr. Menurut Mohr, suatu bulan dikatakan:
10
106
iklim
11
119
12
126
10
106
B
11
119
B
12
126
B
4. Iklim Junghuhn
Junghuhn
seorang
ilmuwan
berkebangsaan
Belanda,
mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi
Bandung. Berdasarkan hasil penelitiannya F. Junghuhn membagi
iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat menjadi: