Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PUPUK kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki
sifat fisik dan kimia tanah, sehingga akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan
menjadi lebih gembur, tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih
netral.
Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik
daripada tanaman tanpa kompos.
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat
dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat
dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos
dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai
binatang bisa juga menjadi kompos.
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun
bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh
tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh
tanaman.
Bahan organik harus dikomposkan sampai matang agar bisa diserap haranya oleh
tanaman.
Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan
menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi.
Membuat kompos juga sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami
pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun
tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat
perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau
biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat
pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup
kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar
dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke
seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan
untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit
dikomposkan, dan kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses
pengomposan. Jadi basahnya harus cukup.
Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk
kehidupan jasad renik aktivator kompos.Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang
1

buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan ini bertujuan melindungi bahan/jasad renik dari air
hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang
dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan.
Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2-3 minggu. Bahanbahan yang keras membutuhkan waktu antara 4-6 minggu.
Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak,
warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan/remah.
Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada batasan
baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih banyak
kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk
pembibitan atau untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan
perbandingan 1: 3, satu bagian kompos dan tiga bagian tanah.
Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal
dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang
cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama
dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan dengan
penambahan kompos.
Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian,
holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya
untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet,
kopi, sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain. DTC/S-2
Komposter adalah alat untuk pembuatan kompos. Alat ini sangat sederhana dan dapat
dibuat sendiri. Jenis jenis komposter pun banyak dan mudah untuk di jumpai dan di buat
sendiri. Ada jenis komposter aerob, komposter rotary, komposter multy drum system dan lain
sebagainya.
Pembuatan komposter sangat membantu manusia untuk dapat mengelola dan
menangani sampah dengan baik dan ramah terhadap ligkungan. Namun masih banyak
masyarakat yang kurang peduli terhadap kemajuan teknologi pengelolaan sampah yang
dapat menjaga lingkungan ini.
B. Pengertian Kompos dan Proses Pengomposan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan


organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.

Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami


penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Membuat kompos adalah salah satu cara mengolah sampah yang semula dianggap tak
berguna menjadi benda yang memberi manfaat ekonomi dan lingkungan bagi kita.
Secara sederhana, kompos adalah hasil pengolahan sampah organik atau yang mudah
membusuk secara alami. Pengolahan tersebut dilakukan dalam kondisi suhu yang hangat dan
lembab.

C. Manfaat Kompos

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan


kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah
dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu
tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada
tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :


- Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
- Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

- Aspek bagi tanah/tanaman :


1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

D. Dasar-Dasar Pengomposan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya :
limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah
peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.
E. Tahapan pengomposan
1. Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah an-organik (barang
lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan
menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan.
Pada teknik ini sampah yang digunakan adalah sampah kulit buah dan sayur-sayuran
agar proses komosting lebih efisien
2. Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah
dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.

3. Penyusunan Tumpukan
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian
disusun menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan ukuran
panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi
mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara
segar ke dalam tumpukan bahan, gunanya untuk meratakan proses pelapukan di
4

setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran


bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering
(kelembaban kurang dari 50%).
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak mengeluarkan air, maka tumpukan
sampah harus ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air,
maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40 hari, suhu tumpukan akan
semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran butiran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru,
sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan
pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari
kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma atau
benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.

BAB II
ISI
A. Membuat Alat Komposter Rotary Drum Seerhana
Dalam pembuatan alat komposter hanya dibutuhkan barang-barang yang mudah di
jumpai dirumah. Kalaupun tidak ada dan harus dibeli, diperkirakan tota biaya pembuatannya
hanya sekitar Rp. 100.000,00 dan itu sudah termasuk biaya untuk tukang las.
Bahan :
Drum bekas
Bor besi
Kuas Cat
Cat
Gergaji besi
Las besi
Bor besi
Besi sebagai kaki
Cara Kerja:
Mula-mula, besi dipotong sesuai dengan diameter drum, ditambah 27 cm untuk
pegangan.
Lempengan besi ditempelkan satu persatu ke potongan besi, tepat di bagian tengah
dengan cara dilas. Ketika mengelas pengaduk, kaleng harus dilapisi kain agar tidak
terpercik api yang bisa menimbulkan kebocoran. Ujung besi dibengkokkan, agar
memudahkan kita saat memegangnya.
Sekarang buatlah kaki dari empat potong besi, masing-masing sepanjang 15 cm.
Tempelkan ke besi segiempat, dengan mengelas keempat sudutnya. Buat penyangga
berbentuk segitiga dengan sisi 20 cm, lalu ditempelkan di sisi kanan-kiri besi
segiempat (dengan cara dilas).
6

Setelah itu, buatlah besi melingkar mengelilingi kaleng, lalu ditempelkan ke


penyangga segitiga (dilas). Lubangi dasar kaleng untuk keperluan pengaturan kadar
air dan sirkulasi udara. Kini kaleng dan kaki-kakinya dicat, dengan warna sesuai
selera.
B. Pembuatan Kompos
Siapkan sampah organik yang terdiri dari sampah sayur-sayuran dan kulit buahbuahan sebanyak 10-15 kg. Sampah harus dibuat ukuran kecil-kecil ( sekitar 1015 mm) dengan cara dirajang atau di choper menjadi seukuran dengan sampah
dapur ( rumah tangga hotel dan restoran) . Sampah yang berasal dari lingkungan
pemukiman hotel dan rumah tangga memang pada umumnya sudah berukuran
kecil kurang tergantung pada pengadaan chopper. Kemudian masukan ke dalam
Komposter.
Di tempat lain siapkan larutan mikroba Green Phoskko sebanyak 0,5 kg juga
tambahkan Molases ( tetes tebu) atau gula pasir sekitar 2 sendok makan dan
larutkan dalam air sebanyak 2 liter. Aduk hingga merata dan simpan 2 jam agar
organic decomposer green phoskko ini terlarut secara merata.
Setelah diperkirakan terlarut siramkan larutan Green Phoskko decomposer
Activator Kompos- keatas tumpukan sampah organik dalam komposter.
Kemudian campurkan penggembur ( bulking agent) Green Phoskko sebanyak
0,45 kg ( 3 persen % dari bahan sampah).
Putar komposter dengan menggunakan stang pemutar cukup selama 15 menit/
sekali sebanyak 4 kali per hari. Dengan berputarnya drum akan membalikan dan
meratakan pencampuran semua bahan sampah didalamnya. Disamping itu
fungsi pembalikan agar terjadi agar menaikan homogenitas aneka bahan serta
meningkatnya aerasi yakni bertambahnya oksigen kedalam rongga bahan
kompos.
Setelah 1 2 hari kemudian akan terjadi reaksi berupa panas jika bagian dalam
drum diukur menggunakan thermometer akan berada pada kisaran temperatur
30 sampai 50 derajat celcius. Suhu 50 derajat celcius suatu kondisi suhu
mesofilik yang baik bagi bekerjanya konsorsium mikroba ( bakteri
aktinomycetes- spesies aktinomyces naeslundii Lactobacillus spesies
delbrueckii Bacillus Brevis Saccharomyces Cerevisiae ragi dan jamur serta
Cellulolytic Bacillus Sp) .
Hingga hari ke 3 sampai ke 5 reaksi dekomposisi tersebut umumnya akan
terjadi kenaikan suhu dengan tanda-tanda dalam drum panas ( hingga 70 derajat
Celcius) serta keluarnya sedikit uap dan lakukan lagi penggembosan udara
dengan cara menghidupkan motor aerator ( exhaust fan) setiap kali dianggap
memerlukan asupan oksigen atau suhu diatas 55 derajat celcius.
Pada hari ke 5 sampai ke 7 jika diukur suhunya sudah dibawah 30 derajat C atau
dianggap sudah dingin dan suhu normal keluarkan bahan kompos dari dalam
komposter dan simpan di tempat teduh serta tutup dengan karung kemasan ( PE)
hitam untuk diangin-anginkan dapat juga dimasukan dalam karung PE atau
Goni dan ditumpuk di tempat yang teduh.
Sekitar 7 hari kemudian bahan kompos akan kering dan gembur.
Ayak hingga terpisahkan antara butir lolos mess 10 mm dengan bahan ukuran
besar.
Gundukan butiran kecil masukan kedalam kemasan sesuai yang direncanakan.
7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Composting rotary drum sederhana adalah suatu teknik komposting sederhana
yang memanfaaatkan barang-barang yang tidak digunakan menjadi satu alat yang
dapat digunakan untuk mengelola sampah menjadi kompos ysng memiliki nilai
ekonomis.
Teknik ini sangat baik digunakan untuk mengelola sampah dari rumah tangga
yang dapat menghsilkan kompos yang bermanfaat dalam kegiatanbrcocok tanam
B. Saran
Agar mahasiswa khususnya mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan dapat
mengaplikasikan teknik ini agar mahasiswa mampu langsung mengelola sampah
Seluruh aspeek dapat membantu atau menyuport dalam melakukan kegiatan ini
agar permaslahan sampah dapat berkurang
Dosen pembimbing membantu mahasisa dalam pembuatan teknik ini.

Anda mungkin juga menyukai