Anda di halaman 1dari 15

Makalah AISMUH 3

MANUSIA BERBEDA DENGAN MAKHLUK


LAIN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III

ALVIANDI
AYUNITA
DYAH AYU PRAMUSINTA
M. JAMHUR NIZAR
PUJI RESTI NOVIANTI
SITI HALWA
YOHANES RINDO ARI WIJOYO

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah AISMUH III yang
diberikan oleh Dosen pengajar. Dalam makalah ini kami membahas tentang
manusia berbeda dengan makhluk lain materi di atas merupakan bahan untuk
pembelajaran kami.

Dalam pembuatan makalah ini, kelompok menyadari adanya berbagai


kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Dengan
demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran
untuk penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen AISMUH III


yaitu Ibu Rika dan teman-teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari
makalah ini.

Kubu Raya,
September 2013

Penulis
Kelompok III

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan
manusia dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya.
Manusia merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam
raya ini. Allah telah membekali manusia dengan berbegai keutamaan sebagai
ciri khas yang membedakan dengan makhluk yang lain. Untuk mengetahui
komponen yang ada dalam manusia, hal ini bisa dilihat pengertian manusia dari
tinjauan al quran.
Keistimewaan manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang
dikenal dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah.
Sehingga kadang melenceng dari konsep fitrah yang sesuai dengan yang
dimaksudkan dalam al Qurran dan hadis nabi. Selain itu bagaimana fitrah
manusia dikaitkan dengan konsep pendidkan islam.
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah
berbagai macam prespektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan
rasional (animal rasional) dan pendapat ini ini diyakini oleh para filosof.
Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah
pernyataan tersebut dikarnakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui
symbol-simbol dan dan manusia menafsirkan symbol-simbol tersebut. Dan ada
pula yang menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia
adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila tergadap kerja. Dan
bagaimnakah hakikat manusia menurut prespektif islam?
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manusia menurut islam?
2. Bagaimana proses penciptaan manusia menurut islam?
3. Dimana eksistansi dan martabat manusia?
4. Apa tujuan hidup manusia menurut islam?
5. Apa tanggung jawab manusia di muka bumi menurut islam?
C. Tujuan

1.
2.
3.
4.
5.

Dapat menjelaskan tentang pengertian manusia


Dapat menyebutkan proses penciptaan manusia menurut islam
Dapat menjelaskan dimana eksistansi dan martabat manusia
Menjelaskan tujuan hidup manusia menurut islam
Menjelaskan tanggung jawab manusia di muka bumi menurut islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia Menurut Islam

Manusia dalam bahasa arab adalah al nas atau al insan menurut ajaran
islam adalah makhluk yang terbaik yang diciptakan Allah. Ia merupakan
makhluk termulia dibandingkan makhluk atau wujud lain yang terdapat di
jagat raya ini. Allah mengaruniakan suatu kualitas keutamaan kepada manusia
sebagai pembedanya dengan makhluk lain. Dengan keutamaan itulah manusia
berhak mendapat penghormatan dari makhluk-makhluk lainnya. Menurut
Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara
makhluk ciptaan-Nya yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah di
muka bumi. Dengan segala usaha, kerja keras, dan doa manusia dapat
menemukan jalan kehidupannya sendiri, kecuali pada beberapa ketetapan
yang tak bisa diubah (rezeki, mati, jodoh).
Dalam Alqur'an ada 3 kata yang digunakan untuk menunjukan arti
manusia, yaitu :
1. Insan / ins / annas
2. Basyar
3. Bani adam / dzurriyat adam
Sedangkan yang paling banyak di jelaskan dalam alquran adalah Basyar
dan insan. Kata Basyar menunjukan manusia dari sudut lahiriyahnya ( fisik)
serta persamaanya dengan manusia seluruhnya, seperti firman Allah dalam
surat Al-Anbiya : 34-35 "kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusiapun sebelum kamu ( Muhamad ) maka apabila kamu mati apakah
mereka akan kekal? tiap-tiap yang berjiwa akan mati. kami akan menguji
kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang sebenarbenarnya) dan hanya kepada kami kamu dikembalikan"
Kata Insan digunakan untuk menunjuk manusia dengan segala
totalitasnya, fisik psikis, jasmani dan rohani. Di dalam diri manusia terdapat
tiga kemampuan yang sangat potensial untuk membentuk struktur
kerohaniahan , yaitu nafsu , akal dan rasa.
Nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan untuk berbuat
kreatif dan dinamis yang yang dapat berkembang kepada dua arah, yaitu
kebaikan dan kejahatan. sebagaimana Firman Allah dalam surat as-Syam 8 :
"maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) esesatan dan ketakwaan"

Akal sebagai potensi intelegensi berfungsi sebagai filter yang menyeleksi


mana yang benar dan mana yang salah yang didorong oleh nafsu akal akan
membawa manusia untuk memahami, meneliti dan menghayati alam dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan kesejahteraan . " akan tetapi
Orang - Orang yang lalim itu mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan " (Qs Arrum : 29).
Sedangkan Rasa merupakan potensi yang mengarah kepada nilai - nilai
etika, estetika dan agama. " Sesungguhnya orang yang mengatakan : tuhan
kami adalah Allah, kemudian mereka berIstiqomah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka" (Qs Al Ahqaf
: 13).
Ketiga potensi Dasar diatas membentuk Struktur kerohaniahan yang
berada di dalam diri manusia yang kemudian akan membentuk manusia
sebagai insan. Konsep basyar dan insan merupakan konsep islam tentang
manusia sebagai individu. Sedangkan dalam Hubungan social Alquran
memberikan istilah Annas yang merupakan jamak dari kata insane dan
perwujudan kualitas keinsanian manusia ini tidak terlepas dari konteks
sosialnya dengan lingkungan.
Begitu pentingnya kedudukan manusia dalam islam, sehingga Al-Quran
mengulang-ngulang perkataan insan lebih dari 60 kali. Kata insan itu
disebutkan atau dituliskan secara marifah (definitive) dengan memakai aliflam (kata sandang), kecuali pada satu tempat saja tanpa memakai alif-lam
sehingga menjadi nakirah (indenfinitif). Penyebutan kata insan dalam AlQuran biasanya dalam konteks keduniaan, meskipun bukan tidak ada dalam
konteks keakhiratan. Pada wahyu pertama saja, kata insan itu disebut tiga
kali. Pada wahyu petama pula dijelaskan Allah hakekat insan. Secara lebih
terinci diungkapkan proses penciptaan insan agar manusia dapat mengambil
hikmah darinya, dan agar dengan kesadaran akan potensinya itu ia dapat
berhasil dalam pengembaraannya di muka bumi.
Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat
ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain, karena

pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, yang kadang-kadang
disebut dengan jiwa, ruh, soul, mind, dan sebagainya. Manusia adalah
makhluk Allah s.w.t. yang memilki unsur dan daya materi, tumbuh-tumbuhan,
hewan, yang memiliki jiwa dengan ciri-ciri berfikir, berakal, dan bertanggung
jawab pada Allah s.w.t. yang diciptakan dengan memiliki akhlak, yang
meneladani akhlak Allah s.w.t. dalam kadar yang amat rendah (yatakhallaqu
bi akhlaqillah). Manusia diciptakan Allah s.w.t. dalam arti majazi bukan
hakekat.
Manusia merupakan makhluk yang sempurna dan mulia. Manusia
merupakan makhluk yang unik, sebagai makhluk yang paling sempurna, baik
kejadian fisiknya maupun rohaniahnya. Selain sebagai makhluk yang paling
sempurna manusia juga dijadikan Allah s.w.t. sebagai makhluk yang memiliki
kemuliaan dan keluhuran.
B. Ciri Ciri Spesifik Manusia
1. Husn al-shurah (keelokan rupa). Manusia itu diciptakan dengan seelokelok rupa dan sebaik-baik bentuk (ahsan taqwin), tidak seperti binatang.
Karenanya, manusia bisa berpenampilan necis dan selalu ingin tampil
menarik. Ini berbeda dengan binatang yang cenderung sebaliknya.
2. Al-mazaj al-adal (keistimewaan keseimbangan). Dalam hidupnya,
manusia senantiasa mementingkan keseimbangan. Tidak berat sebelah.
3. Itidal al-qomah (keseimbangan postur). Manusia itu tidak terlalu tinggi
dan tidak terlalu rendah. Ini beda dengan binatang semisal jerapah, gajah,
katak, dll.
4. Alaql (akal). Ini inti pokok pembeda antara manusia dengan binatang.
C. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran
Di dalam Alquran Proses kejadian Manusia dapat di jelaskan sebagai
berikut:
1. Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, (Qs Al Hijr :
28)

2. Dari segumpal tanah lalu menjadi nutfah (didalam rahim), segumpal


darah, segumpal daging, tulang dibungkus dengan daging dan akhirnya
menjadi makhluk yang paling sempurna (Qs Almukminun ; 12-14 )
3. Ditiupakn Ruh (Qs Alhijr : 29 )
4. Sebelum ruh ditiupkan , ketika masih di alam ruh manusia telah berjanji
mentauhidkan Allah (Qs Al Araf : 172).
Asal usul manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figur Adam
sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan
Allah di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya.
Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang
penciptaan manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang
maha pencipta. Jadi Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan
manusia. Dalam Al-Quran di jelaskan tentang proses penciptaan manusia,
berproses manjadi nuthfah (air mani), antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari sulatin minthin
(sari pati tanah). Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu
yang di sarikan, sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati
tanah.
Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah
nuthfah, perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham
dan khalqan akhar (makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama
darah yang mengental sebagai kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu
yang menempel di dinding rahim. Mudhghah berarti sebuah daging yang
merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah. Izham
(tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini
sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan
khalqon akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan
bentuk sebelumnya.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad
(al-Anbiya : 8, Shad : 34). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya :91 dan

lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain) ; Aqal (alBaqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb (Ali Imran 159,
Al-Araf 179, Shaffat 84 dan lain-lain). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia,
Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb
adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang
negatif seperti lemah (an-Nisa 28), suka berkeluh kesah (al-Maarif 19), suka
bernuat zalim dan ingkar (ibrahim 34), suka membantah (al-kahfi 54), suka
melampaui batas (al-Alaq 6) suka terburu nafsu (al-Isra 11) dan lain
sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs, sedang yang dapat
mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya
dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat
terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu
ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat
menetralisasi kecenderungan negatif tersebut (karena tidak mungkin
dihilangkan sama sekali) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam
menyerap dan membudayakan wahyu.
D. Perbedaam Dan Persamaan Manusia Dengan Makhluk Lain
Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan.
Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang
bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat
dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain
dijelaskan surat al-Isra ayat 70. Disamping itu, manusia diberi akal dan hati,
sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran
menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun
demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai
khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-

Anam : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan )


dengan makhluk lainnya.
Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak
bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan
binatang, mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal anaam ), bahkan lebih
buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia
bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
E. Tujuan Penciptaan Manusia
Untuk apakah manusia di ciptakan di muka bumi ini? Menurut Al-Quran
Allah SWT berfirman:
Dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk
menyembahku (adz-zariyat:56).
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu
Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara
sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam
shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hukum allah
dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut
hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Oleh karena penyembahan harus dilakukan secara ikhlas , semata-mata
hanya untuk mangharap ridha sang khalik. Penyembahan yang sempurna dari
seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah dimuka
bumi dalam mengolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia
dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.
Dalam islam, tidak ada pemisahan antara ibadah yang bersifat vertical
dan ibadah yang bersifat horizontal. Sebagai kegiatan ibadah yang bersifat
vertical, shalat, misalnya, dilakukan untuk mengingat (dzikr) Allah. Akan
tetapi sholat berfungsi sebagai pencegah dari perbuatan maksiat. Pesan dasar
inilah yang menuntun hidup kita tidak terjebak pada penghayatan agama yang
bersifat formalistic. Hendaklah kita berusaha memahami agama secara
substantive sehingga tidak mengabaikan pesan-pesan moral agama.
F. Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam
Manusia hidup di muka bumi ini mengemban suatu amanah dan
tanggung jawab, yang mana itu semua akan dipertanggung jawabkan di

hadapan Allah SWT, kelak di akhirat. Amanah yang harus diemban manusia
adalah:
1. Sebagai khalifah Allah SWT di Muka Bumi
Khalifah mempunyai arti wakil atau pengganti yang memegang
tanggung

jawab/mandat

untuk

mewujudkan

kemakmuran

dan

kesejahteraan di muka bumi. Sebagaimana telah disebut dalam filsafat


penciptaan manusia, manusia dihadapan Allah merupakan wakilNya di
bumi. Ini adalah kehormatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Dalam perwujudannya, manusia telah diberi kemampuan untuk berbuat
dan memilih sesuatu oleh Allah, yang mengakibatkan manusia dapat
semakin terhormat dan mempunyai arti, atau sebaliknya manusia dapat
memilih sesuatu yang dapat menjerumuskannya ke jurang kesesatan dan
kerendahan.
Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia dimintai
pertanggungjawaban terhadap amanah yang diberikan padanya untuk
mengelola alam semesta bagi kesejahteraan semua makhluk. Setiap
manusia menurut pandangan Islam adalah pemimpin, sesuai dengan
tingkatannya masing-masing. Setiap pemimpin bertanggung jawab
terhadap apa yang dipimpinnya, baik lahir maupun batin, di dunia
maupun di akhirat.
Disebabkan manusia memiliki akal dan kalbu, maka ia dijadikan
sebagai khalifah dan sekaligus hamba Allah. Khalifah mengandung
makna bahwa Allah menjadikan manusia sebagai pemegang kekuasaan
untuk melaksanakan syariat-Nya di bumi. Sebagai hamba Allah, manusia
dijadikan makhluk beribadah pada-Nya.
Manusia sebagai khalifah merupakan gambaran cita ideal. Manusia
seharusnya menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai kelompok
masyarakat maupun sebagai individu. Manusia mempunyai tanggung
jawab yang besar, karena memiliki daya kehedak yang bebas. Manusia
yang ideal adalah manusia themorfis denagan sifat-sifat ketuhanan dapat
mengendalikan sifat-sifat rendah yang lain. Manusia ideal mempunyai
tiga aspek, yakni kebenaran,kebajuikan, dan keindahan. Dengan ia
memiliki pengetahuan, etika, dan seni. Semua ini dapat dicapai dengan

kesadaran, kemerdekaan, dan kreatifitas. Kebebasan manusia sebagai


khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang
dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Gambaran cita ideal yang dicerminkan dalam posisi sebagai khalifah
merupakan gabungan antara sifat-sifat yang saling melengkapi. Manusia
ideal adalah manusia yang memiliki otak briliyan sekaligus memiliki
kelembutan hati. Manusia ideal dengan kemampuan otaknya mampu
menciptakan peradaban yang tinggi dengan kemajuan ilmu dan
teknologi. Juga memiliki kedalaman perasaan terhadap segala sesuatu
yang menyebabkan penderitan, kemiskinan, kebodohan, dan kelemahan.
Sebagai khalifah dimuka bumi manusia tentu mempunyai peran dan
tanggung jawab atas kepemimpinanya untuk benar-benar menjadi
khalifah yang diinginkan sang khalik. Peran dan tanggung jawab tersebut
yaitu:
a. Mengabdi

kepada

AllahSWT,

dengan

beriman

kepadaNya,

melakukan amal sholeh dalam bentuk yang sempurna


b. Sebagai hamba, manusia harus melaksanaka amanh Allah,
memakmurkan serta mengawal agama Allah serta ajaran Allah.
c. Menegakkan amar maruf serta mencegah kemungkaran
d. Bertanggung jawab dan memelihara keluarga agar tidak terjerumus
kepada neraka Allah
e. Menjaga agama,menegakkan islam. Sebagaimana yang telah
dilakukan rasulullah dan para sahabat Rasul. Dengan mengamalkan
perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
2. Sebagai hamba Allah
Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah
SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada
kebenaran dan keadilan. Manusia diciptakan di muka bumi ini ada adalah
semata-mata untuk mengabdi kepada Allah dengan menempatkan dirinya
sebagai pengabdi Allah dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Intinya agar
mendapat keridhoan Allah SWT.
Dalam arti apapun aktifitas manusia dalam hubungan antarmanusia
maupun antar sesama makhluk selalu ada dasar keridhoan Allah SWT.

Gambaran tersebut dapat dijadikan indicator tentang tingkat kesungguhan


manusia dalam memerankan dirinya selaku abdi Allah secara utuh.
Bila peran tersebut mampu dan sejalan dengan tuntunan pedoman Allah,
barulah sepenuhnya peran itu memiliki nilai pengabdian kepada sang
khalik.
Allah dengan kehendak kebijaksanaannya telah mencipta makhlukmakhluk yang di tempatkan dialam penciptaaNya. Manusia di antara
makhluk-makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba
Allah tugas dan tanggung jawab manusia amatlah luas didalam
kehidupannyameliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan
padanya. Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh
Rasulullah SAW dalam hadist berikut: dari umar RA, berkata, saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: semua orang dari
engkau semua adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin bagi
keluarganya, dan akan di tanya tentang kepemimpinannya, seorang istri
adalah

pemimpin

dirumah

suaminya

dan

akan

di

tanya

kepemimpinannya, seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta


tuannya dan akan di tannya kepemimpinannya. Maka semua orang dari
kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya kepemimpinannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai makhluk hidup yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika
dibandingkan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri
anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan
segala potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus
mengembankan seluruh potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan
tanggung jawab sebagai makhluk dan khalifah di muka bumi.
B. Saran
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda, supaya
menjadi manusia yang berguna di dunia maupun di akhiat, maka penulis
menyarankan agar setiap umat muslim harus tolong-menolong dan janganlah
bercerai-berai, taailah peraturan undang-undang dan hukum yang berlaku
disetiap negara, dan jangan lupa kita sebagai umat islam kita harus selalu
beribadah kepada Allah SWT, menaati peraturannya, dan menjauhi segala

larangannya, perbanyaklah sedekah, janganlah meninggalkan sholat serta


zakat, karna sholat dan zakat merupakan tiket menuju jalan kebaikan dan
kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai