PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran dan kematian manusia pentiing untuk di bahas karena
kelahiran dan kematian merupakan suatu fenomena yang saling berkaitan, hal ini
sesuai dengan firman allah sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman
Allah SWT, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]:
185). Sudah jelas sekali bahwa setiap ada kelahiran, pasti kelak ada kematian.
Lahir dan mati merupakan fitrah dari Allah SWT. Ada banyak hikmah dan
makna dalam fenomena kelahiran dan kematian yang akan kami bahas di bab
selanjutnya.
B. Masalah
1. Apakah makna yang terkandung dari kelahiran manusia ?
2. Bagaimana tuntunan islam dalam menyambut kelahiran manusia ?
3. Apakah makna yang terkandung dari kematian manusia ?
4. Bagaimana datangnya kematian menurut alquran ?
5. Bagaimana tuntunan islam dalam mengurusi perihal kematian ?
C. Tujuan
1. Mengetahui makna yang terkandung dari kelahiran manusia
2. Menjelaskan tuntunan islam dalam menyambut kelahiran manusia
3. Mengetahui makna yang terkandung dari kematian manusia
4. Menjelaskan bagaimana datangnya kematian menurut alquran
5. Menjelaskan bagaimana tuntunan islam dalam mengurusi perihal kematian
BAB II
KELAHIRAN DAN KEMATIAN MANUSIA
A. Makna Kelahiran Manusia
dan hendaklah engkau mensyukuri, semoga anak itu dewasa dan kuat, serta
engkau (bayi) mendapat ketaatannya".
2. Adzan Iqomah pada bayi. Sang ayah hendaknya segera mengazani di telinga
kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri pada anaknya yang baru lahir.
Pemberian adzan dan iqamah pada bayi baru lahir ini salah satu tujuannya
agar kalimat yang pertama kali didengar sang bayi adalah kalimat thayyibah
dan dijauhkan dari segala gangguan setan yang terkutuk. Dalam sebuah
hadist dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari
Rafi, ia berkata: "Aku melihat sendiri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam mengazankan Al-Hassan bin Ali pada telinganya ketika ia baru
dilahirkan oleh Fatimah."(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
3. Tahnik (Mengoleskan sesuatu yang manis di mulut bayi). Pengertian
tahnik adalah mengunyah kurma hingga lembut dan halus, lalu dimasukkan
ke dalam mulut bayi. Hal ini termasuk dalam sunnah menyambut kelahiran
bayi sebagaimana dalil hadist yang berbunyi :"Dari Abu Musa al Asyary
beliau berkata: Dilahirkan bagiku bayi laki-laki, kemudian aku bawa
kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menamakan bayi itu Ibrahim dan
mentahniknya dengan korma serta mendoakan keberkatan atasnya, lalu
menyerahkan kembali kepadaku. Dan dia (Ibrahim) merupakan anak Abu
Musa yang paling besar (sulung).(HR. Bukhari no. 5467, Muslim III/1690,
Ahmad IV/339). Tujuan tahnik adalah persiapan agar bayi nantinya mudah
untuk merasakan manisnya air susu ibu dan juga agar anggota mulut bayi
kuat sehingga mampu menghisap air susu ibunya. Cara mentahnik
bayi adalah dengan meletakkan sedikit buah kurma di atas jari telunjuk dan
dimasukkan ke mulut bayi serta dengan perlahan-lahan digerakkan ke kanan
dan kiri. Ini dilakukan agar kurma tadi bisa menyentuh seluruh mulut bayi
hingga terkena rongga tekaknya.
4. Melaksanakan Aqiqah Bayi. Pelaksanaan aqiqah anak ini dilakukan dengan
cara menyembelih dua ekor kambing untuk bayi laki-laki dan seekor
kambing untuk bayi perempuan. Sedangkan syarat bagi hewan untuk akikah
yang disembelih sama dengan syarat hewan untuk berkurban. Dan
inilah tuntunan panduan adab Islami menyambut kelahiran bayi yang ada
dalam agama kita yaitu Islam.
5. Memberi nama baik untuk anak. Salah satu dari kewajiban orang tua lainnya
adalah dengan memberikan nama yang baik kepada anaknya. Karena nama
merupakan doa dan sebuah harapan dari orang tua. Arti nama dalam Islam
adalah bukan hanya sekedar label saja, akan tetapi mengandung makna yang
berarti dalam hal doa, citra diri, dan identitas seorang muslim.
6. Mencukur Rambut. Pada saat tujuh hari kelahiran bayi, juga disunnahkan
untuk memotong rambut si bayi. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan
oleh Rasululah SAW ketika cucunya Hasan dan Husain lahir. Beliau
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong
rambut dan menimbangnya ukuran perak, kemudian disedekahkan kepada
fakir miskin.
Dengan kita mengenal beberapa panduan menyambut kelahiran anak ini
akan bisa memberikan kita manfaat serta kita juga bisa mengamalkan sunnah
Rasululullah SAW dalam kelahiran bayi ini.
C. Makna Kematian Manusia
Kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia
sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT, "Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]: 185).
Kematian (ajal) dalam perspektif filsafat Islam adalah terlepasnya
pengurusan dan pengaturan jiwa (nafs) atas badan dan terpisahnya jiwa dari
badan. Dalam teks-teks Islam, terdapat ragam redaksi yang digunakan untuk
kematian dimana dari redaksi-redaksi tersebut memiliki keseragaman makna dan
common point. Common point tersebut adalah bahwa kematian bukanlah
ketiadaan dan kesirnaan, namun perpindahan dari satu kediaman dan alam
menuju kediaman dan alam lainnya. Lantaran manusia terkerangka dari ruh dan
badan. Dengan kematian, yang merupakan tiadanya kehidupan jasmani secara
lahiriah, maka ruh berpindah ke alam lain, alam barzakh dan akhirat. Dan inilah
makna dan arti kematian bagi manusia.
Kematian juga dikemukakan
oleh
Al-Quran
dalam
konteks
dibayangkan bagaimana keadaan dunia kita yang terbatas arealnya ini, jika
seandainya semua manusia hidup terus-menerus tanpa mengalami kematian.
Muhammad Iqbal menegaskan bahwa mustahil sama sekali bagi makhluk
manusia yang mengalami perkembangan jutaan tahun, untuk dilemparkan
begitu saja bagai barang yang tidak berharga. Tetapi itu baru dapat terlaksana
apabila ia mampu menyucikan dirinya secara terus menerus. Penyucian jiwa itu
dengan jalan menjauhkan diri dari kekejian dan dosa, dengan jalan amal saleh.
Bukankah Al-Quran menegaskan bahwa, "Mahasuci Allah Yang di dalam
genggaman kekuasaan-Nya seluruh kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapakah di
antara kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia Maha mulia lagi
Maha Pengampun" (QS Al-Mulk 67: 1-2).
Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah
sesuatu
yang
buruk,
Sesungguhnya
kematian
yang
kamu
lari
Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40
hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian. Ini adalah tanda pertama dari
Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka yang
dikehendakinya.
1. Tanda 100 hari menjelang kematian:
Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang
ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran
yang sangat kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa
indah di hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.
2. Tanda 40 hari menjelang kematian :
Selepas Ashar, jantung berdenyut-denyut. Daun yang bertuliskan
nama kita di lauh mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil
daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.
3. Tanda 7 hari menjlang ajal :
Akan diuji dengan sakit, Orang sakit biasanya tidak selera makan. Tapi
dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.
4. Tanda 3 hari menjelang ajal :
Terasa denyutan ditengah dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita,
agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang
memandikan kita nanti.
5. Tanda 1 hari sebelum kematian :
Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan
kita
tidak
sempat
menemui
Ashar
besok
harinya.
Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian
ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita
mengucapkan 2 kalimat syahadat.
Tirmidzi. Hadits ini memiliki syahid dari hadits Anas, Jabir bin Abdillah dan
selain keduanya, maka hadits ini dengan seluruh jalannya hasan atau shahih)
Keempat: syahid di medan perang. Allah Subhaanahu Wa Taala
berfirman: Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan
mendapatkan rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka beriang hati terhadap orangorang yang masih tinggal di belakang mereka (yang masih berjihad di jalan
Allah) yang belum menyusul mereka. Ketahuilah tidak ada kekhawatiran atas
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergembira dengan nikmat
dan karunia yang besar dari Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 169-171)
Dalam hal ini ada beberapa hadits:
1. Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:
:
Bagi orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni
dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya di
surga, dilindungi dari adzab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari
kiamat), dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan hurun in (bidadari
surga), dan diperkenankan memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari
kalangan kerabatnya. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan
sanad yang shahih)
2. Salah
seorang
sahabat
Rasulullah
Shallallaahu
alaihi
wasallam
Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah (ujian). (HR.
An-Nasa`i dengan sanad yang shahih)
menyebutkan
hadits
Rasulullah :
Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam lebih baik dari pada puasa
sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan
ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta
aman dari fitnah (pertanyaan kubur). (HR. Muslim)
Kesepuluh: meninggal dalam keadaan beramal shalih, Hudzaifah
Radhiyallaahu anhu menyampaikan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam:
:
.
.
Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena mengharapkan wajah
Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga.
Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup
hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang bersedekah
dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup
hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. (HR. Ahmad, sanadnya
shahih)
Kesebelas: meninggal karena membela agama dan mempertahankan
jiwa/membela diri, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam pernah bersabda:
Siapa yang meninggal karena mempertahankan hartanya maka ia syahid, siapa
yang meninggal karena membela keluarganya maka ia syahid, siapa yang
meninggal karena membela agamanya maka ia syahid, dan siapa yang
meninggal karena mempertahankan darahnya maka ia syahid. (HR. Abu
Dawud, An-Nasa`i, dan At Tirmidzi dari Said bin Zaid Radhiyallaahu anhu dan
sanadnya shahih)
jenazah,
mengafani
jenazah,
menyolatkan
jenazah,
serta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelahiran adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada setiap
makhluk yang dikehendakinya. Dalam hal memaknai kelahiran, di dalam agama
Islam telah memberikan tuntunan menyambut kelahiran bayi . Dengan kita
mengenal beberapa panduan menyambut kelahiran anak akan bisa memberikan
kita manfaat serta kita juga bisa mengamalkan sunnah Rasululullah SAW dalam
kelahiran bayi ini.
Kematian (ajal) dalam perspektif filsafat Islam adalah terlepasnya
pengurusan dan pengaturan jiwa (nafs) atas badan dan terpisahnya jiwa dari
badan. Terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu
yang buruk, karena di samping mendorong manusia untuk meningkatkan