Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran dan kematian manusia pentiing untuk di bahas karena
kelahiran dan kematian merupakan suatu fenomena yang saling berkaitan, hal ini
sesuai dengan firman allah sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman
Allah SWT, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]:
185). Sudah jelas sekali bahwa setiap ada kelahiran, pasti kelak ada kematian.
Lahir dan mati merupakan fitrah dari Allah SWT. Ada banyak hikmah dan
makna dalam fenomena kelahiran dan kematian yang akan kami bahas di bab
selanjutnya.
B. Masalah
1. Apakah makna yang terkandung dari kelahiran manusia ?
2. Bagaimana tuntunan islam dalam menyambut kelahiran manusia ?
3. Apakah makna yang terkandung dari kematian manusia ?
4. Bagaimana datangnya kematian menurut alquran ?
5. Bagaimana tuntunan islam dalam mengurusi perihal kematian ?
C. Tujuan
1. Mengetahui makna yang terkandung dari kelahiran manusia
2. Menjelaskan tuntunan islam dalam menyambut kelahiran manusia
3. Mengetahui makna yang terkandung dari kematian manusia
4. Menjelaskan bagaimana datangnya kematian menurut alquran
5. Menjelaskan bagaimana tuntunan islam dalam mengurusi perihal kematian

BAB II
KELAHIRAN DAN KEMATIAN MANUSIA
A. Makna Kelahiran Manusia

Kelahiran adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada setiap


makhluk yang dikehendakinya. Menurut Imam Zarkasyi, kelahiran itu ada dua
macam, yaitu :
Pertama, kelahiran yang biasa dikenal orang, yakni lahir dari perut ibu.
Kedua, kelahiran hati dan ruh, yang keduanya itu keluar (lahir) dari nafsu dan
watak yang buruk. Kelahiran yang kedua inilah yang menjadikan Rasulullah
SAW sebagai bapak bagi setiap orang yang beriman, seperti yang dikatakana
oleh seorang penyair: Siapapun yang telah mengajari kebaikan, maka ia adalah
sebaik-baik ayah, karena ia adalah bapak rohani, bukan bapak air mani.
(Almunsyarif).
Dalam hal memaknai kelahiran, di dalam agama Islam telah
memberikan tuntunan menyambut kelahiran bayi ini. Tatkala seorang anak lahir,
pasangan dan keluarga bersukacita. Dalam syariat Islam didapati tuntunan
berkenaan dengan ungkapan rasa kegembiraan dan kebahagiaan saat seorang
anak lahir.
Menyampaikan bisyarah (kabar gembira) untuk sesorang yang lahir
anaknya. Al-bisyarah ini adalah menyampaikan pada seseorang tentang sesuatu
yang menyenangkan hatinya. Penyampaian kabar gembira memiliki peranan
yang penting dalam menanamkan kerukunan dan rasa saling cinta di hati kaum
muslimin.
Di dalam kitab-Nya, Allah Ta'ala menyampaikan kabar gembira akan
lahirnya seorang anak keturunan Nabi Ibrahim a.s melalui para malaikat (QS.
Hud:69-71) dan kabar akan diberikannya seorang anak yang sabar dan alim (QS.
Adz-Dzariyat:28 & QS. Ash-Shaffat:101). Adapula berita kelahiran Nabi Yahya
a.s yang dikaruniakan kepada Nabi Zakariya melalui malaikat-Nya (Ali
Imran:39 & Maryam:7). Karena itu salah satu tuntunan Islam menyambut
kelahiran anak itu adalah dianjurkan bagi seorang muslim untuk bersegera
menyampaikan kabar yang menggembirakan ini kepada saudara-saudaranya
B. Tuntunan Menyambut Kelahiran Manusia
Ada beberapa adab tuntunan menyambut kelahiran seorang anak manusia di
muka Bumi ini yang ada dalam tuntunan Islam diantaranya yaitu :
1. Mendoakan kebaikan bagi sang bayi baru lahir. Salah satu untuk kebaikan
bayi baru lahir adalah doa :"Semoga Allah memberi barokah di atas anak itu

dan hendaklah engkau mensyukuri, semoga anak itu dewasa dan kuat, serta
engkau (bayi) mendapat ketaatannya".
2. Adzan Iqomah pada bayi. Sang ayah hendaknya segera mengazani di telinga
kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri pada anaknya yang baru lahir.
Pemberian adzan dan iqamah pada bayi baru lahir ini salah satu tujuannya
agar kalimat yang pertama kali didengar sang bayi adalah kalimat thayyibah
dan dijauhkan dari segala gangguan setan yang terkutuk. Dalam sebuah
hadist dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari
Rafi, ia berkata: "Aku melihat sendiri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam mengazankan Al-Hassan bin Ali pada telinganya ketika ia baru
dilahirkan oleh Fatimah."(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
3. Tahnik (Mengoleskan sesuatu yang manis di mulut bayi). Pengertian
tahnik adalah mengunyah kurma hingga lembut dan halus, lalu dimasukkan
ke dalam mulut bayi. Hal ini termasuk dalam sunnah menyambut kelahiran
bayi sebagaimana dalil hadist yang berbunyi :"Dari Abu Musa al Asyary
beliau berkata: Dilahirkan bagiku bayi laki-laki, kemudian aku bawa
kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menamakan bayi itu Ibrahim dan
mentahniknya dengan korma serta mendoakan keberkatan atasnya, lalu
menyerahkan kembali kepadaku. Dan dia (Ibrahim) merupakan anak Abu
Musa yang paling besar (sulung).(HR. Bukhari no. 5467, Muslim III/1690,
Ahmad IV/339). Tujuan tahnik adalah persiapan agar bayi nantinya mudah
untuk merasakan manisnya air susu ibu dan juga agar anggota mulut bayi
kuat sehingga mampu menghisap air susu ibunya. Cara mentahnik
bayi adalah dengan meletakkan sedikit buah kurma di atas jari telunjuk dan
dimasukkan ke mulut bayi serta dengan perlahan-lahan digerakkan ke kanan
dan kiri. Ini dilakukan agar kurma tadi bisa menyentuh seluruh mulut bayi
hingga terkena rongga tekaknya.
4. Melaksanakan Aqiqah Bayi. Pelaksanaan aqiqah anak ini dilakukan dengan
cara menyembelih dua ekor kambing untuk bayi laki-laki dan seekor
kambing untuk bayi perempuan. Sedangkan syarat bagi hewan untuk akikah
yang disembelih sama dengan syarat hewan untuk berkurban. Dan

inilah tuntunan panduan adab Islami menyambut kelahiran bayi yang ada
dalam agama kita yaitu Islam.
5. Memberi nama baik untuk anak. Salah satu dari kewajiban orang tua lainnya
adalah dengan memberikan nama yang baik kepada anaknya. Karena nama
merupakan doa dan sebuah harapan dari orang tua. Arti nama dalam Islam
adalah bukan hanya sekedar label saja, akan tetapi mengandung makna yang
berarti dalam hal doa, citra diri, dan identitas seorang muslim.
6. Mencukur Rambut. Pada saat tujuh hari kelahiran bayi, juga disunnahkan
untuk memotong rambut si bayi. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan
oleh Rasululah SAW ketika cucunya Hasan dan Husain lahir. Beliau
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong
rambut dan menimbangnya ukuran perak, kemudian disedekahkan kepada
fakir miskin.
Dengan kita mengenal beberapa panduan menyambut kelahiran anak ini
akan bisa memberikan kita manfaat serta kita juga bisa mengamalkan sunnah
Rasululullah SAW dalam kelahiran bayi ini.
C. Makna Kematian Manusia
Kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia
sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT, "Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]: 185).
Kematian (ajal) dalam perspektif filsafat Islam adalah terlepasnya
pengurusan dan pengaturan jiwa (nafs) atas badan dan terpisahnya jiwa dari
badan. Dalam teks-teks Islam, terdapat ragam redaksi yang digunakan untuk
kematian dimana dari redaksi-redaksi tersebut memiliki keseragaman makna dan
common point. Common point tersebut adalah bahwa kematian bukanlah
ketiadaan dan kesirnaan, namun perpindahan dari satu kediaman dan alam
menuju kediaman dan alam lainnya. Lantaran manusia terkerangka dari ruh dan
badan. Dengan kematian, yang merupakan tiadanya kehidupan jasmani secara
lahiriah, maka ruh berpindah ke alam lain, alam barzakh dan akhirat. Dan inilah
makna dan arti kematian bagi manusia.
Kematian juga dikemukakan

oleh

Al-Quran

dalam

konteks

menguraikan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia. Dalam surat Al-Baqarah

(2): 28 Allah mempertanyakan kepada orang-orang kafir. "Bagaimana kamu


mengingkari (Allah) sedang kamu tadinya mati, kemudian dihidupkan (olehNya), kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kamu
dikembalikan kepada-Nya."
Nikmat yang diakibatkan oleh kematian, bukan saja dalam kehidupan
ukhrawi

nanti, tetapi juga dalam kehidupan duniawi, karena tidak dapat

dibayangkan bagaimana keadaan dunia kita yang terbatas arealnya ini, jika
seandainya semua manusia hidup terus-menerus tanpa mengalami kematian.
Muhammad Iqbal menegaskan bahwa mustahil sama sekali bagi makhluk
manusia yang mengalami perkembangan jutaan tahun, untuk dilemparkan
begitu saja bagai barang yang tidak berharga. Tetapi itu baru dapat terlaksana
apabila ia mampu menyucikan dirinya secara terus menerus. Penyucian jiwa itu
dengan jalan menjauhkan diri dari kekejian dan dosa, dengan jalan amal saleh.
Bukankah Al-Quran menegaskan bahwa, "Mahasuci Allah Yang di dalam
genggaman kekuasaan-Nya seluruh kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapakah di
antara kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia Maha mulia lagi
Maha Pengampun" (QS Al-Mulk 67: 1-2).
Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah
sesuatu

yang

buruk,

karena di samping mendorong manusia untuk

meningkatkan pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, ia juga merupakan


pintu gerbang untuk memasuki kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan
sejati.

D. Datangnya Kematian Menurut Al-Quran


1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun
kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orangorang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke
tempat mereka terbunuh. Dan ALLAH (berbuat demikian) untuk menguji
apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam
hatimu. ALLAH Maha Mengetahui isi hati. (QS. Ali Imran [3]: 154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik


benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran
yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: Ini adalah dari sisi ALLAH,
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: Ini
(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad). Katakanlah: Semuanya
(datang) dari sisi ALLAH. Maka mengapa orang-orang itu (orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS.
An-Nisaa [4]: 78)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah:

Sesungguhnya

kematian

yang

kamu

lari

daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu,


kemudian kamu akan dikembalikan kepada (ALLAH), yang mengetahui
yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (QS. Al-Jumuah [62]:
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya ALLAH, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.
Luqman [31]: 34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau
dipercepat.

Dan ALLAH sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)


seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan ALLAH Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munaafiquun [63]: 11)

Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40
hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian. Ini adalah tanda pertama dari
Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka yang
dikehendakinya.
1. Tanda 100 hari menjelang kematian:
Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang
ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran
yang sangat kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa
indah di hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.
2. Tanda 40 hari menjelang kematian :
Selepas Ashar, jantung berdenyut-denyut. Daun yang bertuliskan
nama kita di lauh mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil
daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.
3. Tanda 7 hari menjlang ajal :
Akan diuji dengan sakit, Orang sakit biasanya tidak selera makan. Tapi
dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.
4. Tanda 3 hari menjelang ajal :
Terasa denyutan ditengah dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita,
agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang
memandikan kita nanti.
5. Tanda 1 hari sebelum kematian :
Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan
kita

tidak

sempat

menemui

Ashar

besok

harinya.

Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian
ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita
mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Meninggalkan dunia dalam keadaan husnul khatimah merupakan


dambaan setiap insan yang beriman, karena hal itu sebagai bisyarah, kabar
gembira dengan kebaikan untuknya. Al-Imam Al-Albani Rahimahullah
menyebutkan beberapa tanda husnul khatimah dalam kitabnya yang sangat
bernilai Ahkamul Jana`iz wa Bidauha.
Pertama: mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal, dengan
dalil hadits Muadz bin Jabal Radhiyallaahu anhu, ia menyampaikan
dari Shallallaahu alaihi wasallam:



Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat La ilaaha illallah ia akan masuk
surga. (HR. Al-Hakim dan selainnya dengan sanad yang hasan1)
Kedua: meninggal dengan keringat di dahi, Buraidah ibnul Hushaib
Radhiyallaahu anhu ketika berada di Khurasan menjenguk saudaranya yang
sedang sakit. Didapatkannya saudaranya ini menjelang ajalnya dalam keadaan
berkeringat di dahinya. Ia pun berkata, Allahu Akbar! Aku pernah mendengar
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:

Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi. (HR. Ahmad, AnNasa`i, dll. Sanad An-Nasa`i shahih di atas syarat Al-Bukhari)
Ketiga: meninggal pada malam atau siang hari Jumat, dengan dalil
hadits Abdullah bin Amr Radhiyallaahu anhu, beliau menyebutkan sabda
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam:


Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal pada hari Jumat atau malam
Jumat, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur. (HR. Ahmad, At-

Tirmidzi. Hadits ini memiliki syahid dari hadits Anas, Jabir bin Abdillah dan
selain keduanya, maka hadits ini dengan seluruh jalannya hasan atau shahih)
Keempat: syahid di medan perang. Allah Subhaanahu Wa Taala
berfirman: Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan
mendapatkan rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka beriang hati terhadap orangorang yang masih tinggal di belakang mereka (yang masih berjihad di jalan
Allah) yang belum menyusul mereka. Ketahuilah tidak ada kekhawatiran atas
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergembira dengan nikmat
dan karunia yang besar dari Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 169-171)
Dalam hal ini ada beberapa hadits:
1. Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:
:




Bagi orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni
dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya di
surga, dilindungi dari adzab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari
kiamat), dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan hurun in (bidadari
surga), dan diperkenankan memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari
kalangan kerabatnya. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan
sanad yang shahih)
2. Salah

seorang

sahabat

Rasulullah

Shallallaahu

alaihi

wasallam

mengabarkan: Ada orang yang bertanya, Wahai Rasulullah, kenapa kaum


mukminin mendapatkan fitnah (ditanya) dalam kubur mereka kecuali orang
yang mati syahid? Beliau Shallallaahu alaihi wasallam menjawab:


Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah (ujian). (HR.
An-Nasa`i dengan sanad yang shahih)

Kelima: meninggal di jalan Allah Subhaanahu Wa Taala, Abu


Hurairah Radhiyallaahu anhu menyampaikan sabda Rasulullah :
. : .
:
, :
:

Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan kalian? Mereka menjawab,
Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid. Beliau
menanggapi, Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit. Bila
demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?
tanya para sahabat. Beliau menjawab, Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka
ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang
meninggal karena penyakit thaun2 maka ia syahid, siapa yang meninggal
karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.
(HR. Muslim)
Keenam: meninggal karena penyakit thaun. Selain disebutkan dalam
hadits di atas juga ada hadits dari Anas bin Malik Radhiyallaahu anhu, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:

Thaun adalah syahadah bagi setiap muslim. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Aisyah Radhiyallaahu anha pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu


alaihi wasallam tentang thaun, maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
mengabarkan kepadanya:






Thaun itu adalah adzab yang Allah kirimkan kepada siapa yang dikehendakiNya. Maka Allah jadikan thaun itu sebagai rahmat bagi kaum mukminin. Siapa
di antara hamba (muslim) yang terjadi wabah thaun di tempatnya berada lalu ia
tetap tinggal di negerinya tersebut dalam keadaan bersabar, dalam keadaan ia
mengetahui tidak ada sesuatu yang menimpanya melainkan karena Allah telah
menetapkan baginya, maka orang seperti ini tidak ada yang patut diterimanya
kecuali mendapatkan semisal pahala syahid. (HR. Al-Bukhari)
Ketujuh: meninggal karena penyakit perut, karena tenggelam, dan
tertimpa reruntuhan, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam:
:
Syuhada itu ada lima, yaitu orang yang meninggal karena penyakit thaun,
orang yang meninggal karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang
yang meninggal karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang gugur di jalan
Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah z)
Kedelapan: meninggalnya seorang ibu dengan anak yang masih dalam
kandungannya, berdasarkan hadits Ubadah ibnush Shamit Radhiyallaahu anhu.
Ia mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam menyebutkan
beberapa syuhada dari umatnya di antaranya:

Wanita yang meninggal karena anaknya yang masih dalam kandungannya


adalah mati syahid, anaknya akan menariknya dengan tali pusarnya ke surga.
(HR. Ahmad, Ad-Darimi, dan Ath-Thayalisi dan sanadnya shahih)
Kesembilan: meninggal dalam keadaan berjaga-jaga (ribath) fi
sabilillah,

Salman Al-Farisi Radhiyallaahu anhu

menyebutkan

hadits

Rasulullah :




Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam lebih baik dari pada puasa
sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan
ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta
aman dari fitnah (pertanyaan kubur). (HR. Muslim)
Kesepuluh: meninggal dalam keadaan beramal shalih, Hudzaifah
Radhiyallaahu anhu menyampaikan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam:

:

.


.
Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena mengharapkan wajah
Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga.
Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup
hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang bersedekah
dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup
hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. (HR. Ahmad, sanadnya
shahih)
Kesebelas: meninggal karena membela agama dan mempertahankan
jiwa/membela diri, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam pernah bersabda:



Siapa yang meninggal karena mempertahankan hartanya maka ia syahid, siapa
yang meninggal karena membela keluarganya maka ia syahid, siapa yang
meninggal karena membela agamanya maka ia syahid, dan siapa yang
meninggal karena mempertahankan darahnya maka ia syahid. (HR. Abu
Dawud, An-Nasa`i, dan At Tirmidzi dari Said bin Zaid Radhiyallaahu anhu dan
sanadnya shahih)

E. Tuntunan Islam Dalam Mengurusi Perihal Kematian


Di dalam islam ada 4 kewajiban yang harus di penuhi bagi seorang
muslim terhadap muslim lainnya yang sudah meninggal dunia, hal tersebut yaitu
memandikan

jenazah,

mengafani

jenazah,

menyolatkan

jenazah,

serta

menguburkan jenazah. Adapun hukum melakukan ke 4 perihal tersebut adalah


fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang di bebankan oleh semua mulakaf di tempat
itu, tetapi apabila di lakukan oleh sebagian orang, maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
a. Memandikan Jenazah
Adapun syarat memandikan jenazah yaitu :

Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur


Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat
Orang jujur, salah, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang
itu hanya menyiarkan mana-mana yang baik dan menutupi mana-mana

yang jelek tentang si mayat.


b. Mengafani Jenazah
Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum
mengafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardu kifayah.
c. Menyalatkan jenazah
Telah di sepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah
fardu kifayah. Seperti yang di riwayatkan oleh Rasulullah Saw, sholatilah
orang yang meninggal dunia diantaramu. (HR. Ibnu Majah dari Jabir bin
Abdillah).

Rukun dalam menyolatkan jenazah :


Berniat menyolatkan jenazah
Takbir 4 kali
Berdiri bagi yang kuasa
d. Menguburkan jenazah
Setelah di sholatkan, jenazah segera di kuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul
oleh empat orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubang
kubur di persiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m, agar
bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga
kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah di
masukkan ke dalam kubur dengan di miringkan ke arah kiblat. Selanjutnya
tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki di buka agar menyentuh tanah
langsung.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelahiran adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada setiap
makhluk yang dikehendakinya. Dalam hal memaknai kelahiran, di dalam agama
Islam telah memberikan tuntunan menyambut kelahiran bayi . Dengan kita
mengenal beberapa panduan menyambut kelahiran anak akan bisa memberikan
kita manfaat serta kita juga bisa mengamalkan sunnah Rasululullah SAW dalam
kelahiran bayi ini.
Kematian (ajal) dalam perspektif filsafat Islam adalah terlepasnya
pengurusan dan pengaturan jiwa (nafs) atas badan dan terpisahnya jiwa dari
badan. Terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu
yang buruk, karena di samping mendorong manusia untuk meningkatkan

pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, ia juga merupakan pintu gerbang


untuk memasuki kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan sejati.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan kepada pembaca dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang kelahiran dan kematian manusia dan
tuntunan islam dalam menyambut kelahiran dan mengurusi perihal kematian
manusia.

Anda mungkin juga menyukai