Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler yang
menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat
usia. System kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan
keadaan darah yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena
merupakan pengaturan yang menyalurkan oksigen serta nutrisi keseluruh tubuh.
Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguanterutama jantung maka
akan mengganggu semua system tubuh. Aritmia merupakan salah satu ganguan
dari system kardiovaskuler. Aritmia adalah tidak teraturnya irama jangtung.
Aritmia disebabkan karena terganggunya mekanisme pembentukan impuls dan
konduksi.hal ini termasuk tergangunya system syaraf. Perubahan ditandai dengan
denyut atau irama yang merupakan retensi dalam pengobatan.
Aritmia merupakan kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan
sistem konduksi jantung. Aritmia di definisikan sebagai gangguan pembentukan
dan atau penghantaran impuls. Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan
besar, yaitu gangguan pembentukan impuls dan gangguan penghantaran impuls.
Gangguan pembentukan impuls meliputi gangguan pembentukan sinus,
pembentukan impuls di atria, pembentukan impuls di penghujung AV,
pembentukan impuls diventrikel. Sedangkan gangguan penghantaran impuls
meliputi blok sino-atrial, blok atrio-ventrikuler dan blok intra-ventrikuler.

Alat pacu jantung adalah sebuah sistem yang mengirim impuls listrik ke
jantung untuk mengatur ritme jantung. Alat ini dirancang untuk menghasilkan
impuls listrik yang merangsang otot jantung untuk berkontraksi dan memompa
darah. Beberapa alat pacu jantung terus-menerus merangsang fungsi jantung pada
tingkat tetap atau pada laju yang meningkat selama latihan. Alat pacu jantung juga
dapat diprogram untuk mendeteksi jeda yang terlalu lama antara detak jantung,
dan kemudian menstimulasi jantung.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini, diantaranya:
1. Untuk menggali kembali konsep dasar penyakit aritmia sebgai dasar
pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan keperawatan pada
klien dengan aritmia;
2. Untuk menggali kembali asuhan keperawatan pada klien dengan aritmia
sebagai bekal perawat dalam memberi layanan asuhan keperawatan;
C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembahasan makalah ini, diantaranya:
1. Memberikan pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit aritmia;
2. Memberikan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
aritmi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian

Aritmia atau distritmia merupakan perubahan pada frekuensi dan


irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis (Doengoes, 1999).Sedangkan menurut Price, 1994, aritmia timbul
akibat

perubahan

elektrofisiologi

sel-sel

miokardium.Perubahan

elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi


yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Dari dua pengertian yang telah di paparkan oleh para ahli maka
dapat disimpulkan bahwa aritmia atau distritmia adalah kelainan
elektrofisiologi jantung yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
system konduksi jantung.
2. Etiologi
Etiologi aritmia pada umumnya disebabkan oleh:
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan
miokard (miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklorosis koroner, atau spasme
arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan
obat-obat anti aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan syaraf autonom yang
f.
g.
h.
i.
j.

mempengaruhi kerja dan irama jantung


Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis

system kondulsi jantung)


3. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai


di denyut nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di
nodus AV dengan 50 kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada
berkas HIS lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan
pimpinan dan sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam
keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai
pacemaker, yaitu :
a.

Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau


bila sentrum AV membentuk pacu lebih besar.

b.

Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan


tidak diteruskan k BIndel HIS akibat adanya
kerusakan pada system hantaran atau penekanan
oleh obt.

Aritmia

terjadi

karena

ganguan

pembentukan

impuls

(otomatisitas abnormal atau gngguan konduksi). Gangguan dalam


pembentukan pcu antara lain:
a. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus
dan aritmia sinus.
b. Debar ektopik dan irama ektopik:
1. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik,
emosi, waktu makana sedang dicerna.
2. Takikrdi pada waktu istirahat yang merupakan gejala
penyakit, seperti demam, hipertiroidisme, anemia,
lemah miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.

4. Manifestasi klinis
a. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung tak teratur; bunyi ekstra, denyut menurun;
kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema; haluaran urin menurun bila
curah jantung menurun berat.
b. Pusing, berdenyut, sakit kepala, dsorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (ronki, mengi)
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi; eritema, edema.
5. Prosedur Diagnostik
a. EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada: Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan
pencitraan
miokardia:
dapat
menunjukkan

aea

iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi


normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan: dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.

g. Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya


obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi
oksimetri:
Hipoksemia

dapat

menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

6. Penatalaksanaan medis
Pemberian obat-obatan antiaritmia pada klien yang menderita
penyakit aritmia. Dimana obat-obatan aritmia dibagi menjadi 4 kelas yaitu:
a. Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
a.

Quinidine

adalah

obat

yang

digunakan

dalam

terapi

pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau


flutter.
b.

Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan


aritmi yang menyertai anestesi.

c.

Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

2) Kelas 1 B
a.

Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,


ventrikel takikardia.

b.

Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

3) Kelas 1 C
a.

Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b.

Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol,


Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi

c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone,


indikasi VT, SVT berulang
d.

Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil,


indikasi supraventrikular aritmia

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian primer
1) Airway
a) Apakah ada peningkatan sekret ?
b) Adakah suara nafas : krekels ?
2) Breathing
a) Adakah distress pernafasan ?
b) Adakah hipoksemia berat ?
c) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
d) Apakah ada bunyi whezing ?
3) Circulation
a) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
b) Apakah ada takikardi ?
c) Apakah ada takipnoe ?
d) Apakah haluaran urin menurun ?
e) Apakah terjadi penurunan TD ?
f) Bagaimana kapilery refill ?
g) Apakah ada sianosis ?
c. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
: kelelahan umum
2) Sirkulasi
: perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban
berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menruun bila curah jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.

4) Makanan/cairan

: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak

toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,


perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan
: nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan
: demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema,

edema

(trombosis

otot/kekuatan
d. Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas

siperfisial);

berhubungan

kehilangan

dengan

nyeri

tonus

akut,

kelelahan/keletihan.
2) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
3) Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.

e. Perencanan Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas b/d nyeri akut, kelelahan/keletihan. Bantuan
perawatan diri dengan cara:

a) Monitor pasien kemampuan untuk perawatan mandiri,


b) Monitor pasien kebutuhan untuk perangkat adaptif untuk
kebersihan pribadi, berpakaian, toileting, dan makan
c) Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
d) Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat
mengasumsikan perawatan diri
e) Membantu pasien dalam menerima kebutuhan ketergantungan
f) Gunakan pengulangan yang konsisten dari rutinitas kesehatan
sebagai cara menetapkan mereka
g) Mendorong kemandirian, namun intervensi ketika pasien tidak
dapat melakukan
h) Ajarkan orang tua

atau

keluarga

untuk

mendorong

kemandirian, untuk meningkatkan hanya bila pasien tidak


dapat melakukan
i) Menetapkan rutin untuk aktivitas perawatan diri
j) Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan kegiatan
perawatan diri
2) Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
a) Hindari hal menyebabkan situasi emosional yang intens
b) Hindari terlalu panas dingin pasien
c) Mencegah pengambilan keputusan ketika pasien berada di
d)
e)
f)
g)

bawah stres berat


Menahan diri dari memberikan stimulan lisan
Menahan diri dari memasukkan pelumas dubur
Menahan diri dari mengambil suhu rektal
Menahan diridari melakukan suatu pemeriksaan dubur atau

h)
i)
j)
k)
l)
m)

vagina
Batasi rangsangan lingkungan
Keterlambatan mandi jika sesuai
Batasi merokok
Mendorong kegiatan kompetitif
Anjurkan pasien pada latihan progresif
Menginstruksikan pasien ataukeluarga pada gejala kompromi
jantung menunjukkan butuhkan untuk sisa

n) Identitaspasienmetodepenangananstres
o) Lakukan terapi relaksasi jika sesuai
3) Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan b/d
kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
a) Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
b) Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan
terapeutik pada pasien/orang terdekat.
c) Identifikasi efek merugikan/komplikasi disritmia khusus,
contoh kelemahan, edema dependen, perubahan mental lanjut,
vertigo.
d) Anjurkan /catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa
obat diperlukan (tindakan yang dibutuhkan), bagaimana dan
kapan minum obat, apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
(informasi dosis dan penggunaan), efek samping yang
diharapkan atau kemungkinan reaksi merugikan, interaksi
dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau substansi
(alcohol, tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan
ke dokter.
e) Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan.

Identifikasi

tanda/gejala

yang

memerlukan

aktivitas cepat, contoh pusing, silau, dispnea, nyeri dada.


f) Kaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan, contoh kalium
dan kafein.
g) Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang
terdekat untuk dibawa pulang.
h) Anjurkan pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
Dorong pencatatan nadi harian sebelum minum obat/latihan.
Identifikasi situasi yang memerlukan intervensi medis cepat.

i) Kaji

ulang

kewaspadaan

keamanan,

tehnik

untuk

mengevaluasi/mempertahankan pacu jantung atau fungsi AICD


dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
j) Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus maneuver. Valsalva bila perlur

f. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa 1
a) Telah memonitor pasien kemampuan untuk perawatan mandiri,
b) Monitor pasien kebutuhan untuk perangkat adaptif untuk
kebersihan pribadi, berpakaian, toileting, dan makan
c) Telah menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
d) Telah memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat
mengasumsikan perawatan diri
e) Telah membantu pasien dalam

menerima

kebutuhan

ketergantungan
f) Telah menggunakan pengulangan yang konsisten dari rutinitas
kesehatan sebagai cara menetapkan mereka
g) Telah mengajarkan orang tua atau keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk meningkatkan hanya bila pasien tidak
dapat melakukan
h) Telah bekerjasama dengan pasien untuk menetapkan rutin
untuk aktivitas perawatan diri
2) Diagnosa 2
a) Telah memberikan suasana minimal yangmenyebabkansituasi
emosionalyang intens

b) Telah
c)
d)
e)
f)

menciptakan

situasi

untuk

mencegahterlalu

panasdinginpasien
Telah menahan diridari memberikanstimulanlisan
Telah menahan diri darimemasukkanpelumasdubur
Telah menahan diridari mengambilsuhurektal
Telah menahan diridari melakukansuatu pemeriksaan

duburatauvagina
g) Telah membatasirangsangan lingkungan
h) Telah melakukan pembatasanmerokok
i) Telah mendorongkegiatankompetitif, apabila berhenti merokok
maka perawat akan memberikan hadiah, apabila tidak maka
pasien akan mendapatkan hukuman
j) Telah menganjurkanpasienpada latihanprogresif
k) Telah menginstruksikanpasien ataukeluarga pada

gejala

kompromi jantung menunjukkan butuhkan untuk sisa


l) Telah dilakukan identitaspasienmetodepenangananstres
m) Telah dilakukanterapi relaksasiyang sesuai kondisi pasien
3) Diagnosa 3
a) Telah dilakukan mengkajian ulang fungsi jantung
normal/konduksi elektrikal
b) Telah dijelaskan/ditekankan masalah disritmia khusus dan
tindakan terapeutik pada pasien/orang terdekat.
c) Telah dilakukan diidentifikasi efek merugikan/komplikasi
disritmia khusus, contoh kelemahan, edema dependen,
perubahan mental lanjut, vertigo.
d) Telah dianjurkan/dicatat pendidikan tentang obat. Termasuk
mengapa obat diperlukan (tindakan yang dibutuhkan),
bagaimana dan kapan minum obat, apa yang dilakukan bila
dosis terlupakan (informasi dosis dan penggunaan), efek
samping yang diharapkan atau kemungkinan reaksi merugikan,
interaksi dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau substansi

(alcohol, tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan


ke dokter.
e) Telah dilakukan mendorong pengembangan latihan rutin,
menghindari latihan berlebihan. Mengidentifikasi tanda/gejala
yang memerlukan aktivitas cepat, contoh pusing, silau,
dispnea, nyeri dada.
f) Telah mengkaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan,
contoh kalium dan kafein.
g) Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang
terdekat untuk dibawa pulang.
h) Telah dianjurkan kepada pasien untuk melakukan pengukuran
nadi dengan tepat. Mendorong pencatatan nadi harian sebelum
minum obat/latihan. Mengidentifikasi situasi yang memerlukan
intervensi medis cepat.
i) Mengkaji ulang kewaspadaan keamanan, tehnik untuk
mengevaluasi/mempertahankan pacu jantung atau fungsi AICD
dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
j) Mengkaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh
pijatan karotis/sinus maneuver.
g. Evaluasi
1) Intoleransi aktivitas b/d nyeri akut, kelelahan/keletihan.
a) Pasien menyatakan mampu melakukan perangkat adaptif untuk
kebersihan pribadi, berpakaian, toileting, dan makan
b) Pasien telah mampu melakukan kebutuhan perawatan diri secara
mandiri
c) Keluarga menyatakan mampu membantu kebutuhan pasien
apabila diperlukan bantuan
d) Pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai jadwal rutin
yang ditetapkan bersama

2) Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d gangguan konduksi


elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
a) pasien merasakan kenyamanan dengan situasi yang kondusif
tanpa situasi emosional yang intens
b) pasien menyatakan mampu menahan keinginan untuk merokok
c) pasien melakukan kegiatan kompetitif sesuai kesepakatan
dengan perawat
d) pasien menyatakan mampu memanagemen stress menggunakan
metode penanganan stress
e) pasien menyatakan terapi relaksasi membantunya untuk
mengurangi beban pikirannya
3) Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan b/d
kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
a) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
dan fungsi pacu jantung (bila menggunakan).
b) Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek
samping merugikan dari obat.
c) Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan
alasan tindakan.
d) Menghubungkan dengan benar prosedur tanda gagal pacu
jantung.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung

yang

otomatis.Aritmia

disebabkan
timbul

oleh

konduksi

elektrolit

akibat

perubahan

elektro

abnormal
fisiologi

atau
sel-sel

miokardium.Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak


terjadi sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama
jantung yang abnormal. Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau
gabungan dari kelainan sistem irama kanduksi jantung :
a. Irama abnormal dari pacu jantung.
b. Pergesaran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
c. Blok pada tempat-tempat berbeda sewaktu menghantarkan impuls
melalui jantung.
d. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
e. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua
bagian jantung.
B. Saran

a. meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasien


dengan aritmia;
b. meningkatkan pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan
keperawatan dengan aritmia;mia
c. memperluas kembali pengetahuan demi perkembanga keperawatan
terutama pada klien dengan gangguan pada jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3.
Jakarta: EGC
Dochterman, joane McCloskey. 2000. Nursing Interventions Clasification (NIC). Library
Of Congress Cataloging
Hudak, C.M., Gallo B.M. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
http://kamuskesehatan.com/arti/alat-pacu-jantung/ (16 november 2012)
Moorhead, sue et all. 2004. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Library Of Congress
Cataloging
Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.
4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai