Sumber
Sumber
LATAR BELAKANG
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang unik karena mempelajari
tentang seluk beluk kehidupan serta interaksinya dengan lingkungan. Dalam
penerapannya, pembelajaran Biologi harus mengembangkan rasa ingin tahu
melalui penemuan/inkuiri berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan
melalui kerja ilmiah untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip,
teori, dan hukum. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk berpikir kreatif,
kritis, analitis, dan divergen (Tim KTSP 2006). Untuk mencapai tujuan
pembelajaran Biologi diperlukan suatu bahan ajar yang dapat merangsang
kemampuan berpikir kritis siswa serta mampu mengaktifkan siswa dalam
mengekplorasi kemampuannya. Eksplorasi kemampuan siswa tidak hanya
dilakukan secara sistematis di sekolah tetapi juga ketika di luar sekolah secara
mandiri. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
menggunakan bahan ajar berupa modul.
Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian
pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan belajar (Mulyasa 2006). Pembelajaran
menggunakan modul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju
konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan
seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Sanyasa 2009).
Modul
yang
baik
hendaknya
mampu
mengaktifkan,
memotivasi
dan
memberikan informasi yang berbeda akan suatu hal sesuai dengan kebutuhan
siswa (Ainsworth 2008). Melalui modul multiple representations, siswa dapat
menciptakan
representasi
tersendiri
mengenai
materi
sehingga
dapat
Pemilihan materi struktur dan fungsi sel dikarenakan materi struktur dan fungsi
sel merupakan materi dasar yang harus dikuasai untuk menuju ke materi
selanjutnya. Pemahaman yang kuat mengenai materi struktur dan fungsi sel akan
mempermudah pembelajaran materi selanjutnya yang masih berhubungan satu
dengan lainnya. Melalui modul ini diharapkan hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam belajar akan meningkat dalam suasana yang menyenangkan sehingga
nantinya akan meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi tersebut.
II.
ISTILAH
Untuk menghindari kesalahan penafsiran kata-kata yang tercantum dalam
fungsi sel adalah mendeskripsikan struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil
kehidupan.
4. Fun Assessment
Fun assessment merupakan jenis evaluasi yang dikemas dengan berbagai
bentuk yang menyenangkan seperti word square, teka - teki silang, cryptogram
dan flip chart serta teknis evaluasi tes yang bervariasi seperti menjodohkan, tes
pilihan ganda, missing blank, dan essay. Di samping itu, digunakan jurnal harian
untuk mengukur pemahaman siswa secara mandiri.
5. Kelayakan
Kelayakan modul dalam penelitian ini dinilai menurut tiga hal yaitu validitas,
efektivitas dan keterterapan modul. Validitas modul ditentukan berdasarkan hasil
penilaian pakar, efektivitas modul ditentukan berdasarkan hasil belajar dan
aktivitas siswa, serta keterterapan modul ditentukan berdasarkan tanggapan siswa
dan tanggapan guru.
A. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam
bahasa Yunani disebut instructus atau intruere yang berarti menyampaikan
pikiran. Menurut Miarso dalam Warsita (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran
adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk
diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental
dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi
dasar (BSNP 2006). Dengan kata lain pembelajaran harus dilakukan secara
terstruktur dan terpusat pada siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Warsito (2008), ada lima prinsip yang melandasi pengertian
pembelajaran yaitu sebagai berikut.
1. Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku.
2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.
3. Pembelajaran merupakan suatu proses.
4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan
adanya suatu tujuan yang akan dicapai.
5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.
Maka dari itu, dibutuhkan strategi pembelajaran untuk mewujudkan prinsipprinsip pembelajaran. Strategi pembelajaran yang baik akan menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran muncul untuk mengatasi masalah belajar dan
pembelajaran. Menurut Uno dalam Warsito (2008) stategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik
menerima dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Menurut
pandangan
kontruktivisme,
beberapa
hal
yang
terkait
Monera yang dikaji dari tingkat molekul, sel, jaringan dan organ,
individu, populasi, komunitas, sampai tingkat bioma. Persoalan yang
dikaji meliputi Sembilan tema dasar, yaitu: biologi sebagai proses penemuan
(inquiry) , sejarah konsep biologi, evolusi, keanekaragaman dan
keseragaman, genetik dan kelangsungan hidup, organism dan lingkungan,
perilaku, struktur dan fungsi, regulasi
c. Pembelajaran Biologi memerlukan kegiatan penyelidikan/eksperimen
sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang
dilandasi sikap ilmiah. Pembelajaran Biologi mengembangkan rasa ingin
tahu melalui penemuan/inkuiri berdasarkan pengalaman langsung yang
dilakukan melalui kerja ilmian untuk memanfaatkan fakta, membangun
konsep, prinsip, teori, dan hukum. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih
untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Pembelajaran Biologi
diharapkan dapat membentuk sikap peserta didik dalam kehidupan seharihari sehingga mereka akhirnya menyadari keindahan, keteraturan alam dan
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan.
d. Keterampilan proses dalam Biologi mencakup keterampilan dasar dan
keterampilan
terpadu.
Keterampilan
dasar
meliputi
keterampilan
mencakup
mengidentifikasi
variabel,
menentukan
variabel
sekolah baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara
optimal (Mulyasa 2006).
Menurut Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan yang diacu dalam Prastowo (2011), yang dimaksud modul
adalah satu unit program kegiatan belajar mengajar terkecil yang secara
terperinci menggariskan hal-hal sebagai berikut.
1. Tujuan-tujuan instruksional umum yang akan ditunjang pencapaiannya.
2. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
3. Tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan dicapai siswa.
4. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan.
5. Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang
lebih luas.
6. Peranan guru di dalam proses belajar mengajar.
7. Alat-alat dan sumber yang akan dipakai.
8. Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid
secara berurutan.
9. Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi murid
10. Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses
belajar mengajar.
Secara umum, modul dapat diartikan sebagai bahan belajar mandiri
siswa yang berisi materi, alat evaluasi dan kegiatan yang dapat
mengaktifkan siswa. Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan
efisisensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah baik waktu, dana maupun
kegiatan untuk mencapai pemahaman konsep dan kemampuan berfikir secara
kritis siswa. Modul diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa secara
mendalam terhadap suatu topik.
Modul merupakan bahan ajar yang memiliki karakteristik tersendiri.
Menurut Mulyasa (2006), modul memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk
pelaksanaan yang jelas.
b. Modul merupakan pembelajaran individual.
c. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin.
d. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis.
e. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan
belajar peserta didik.
untuk
mendukung
peserta
didik
dalam
memahami
10
adanya
fleksibilitas
dalam
11
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari
istilah evaluation. Dalam proses pembelajaran, penilaian sering dilakukan guru
untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik. Artinya, penilaian tidak
hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi bersifat
menyeluruh yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilainilai (Arifin 2012).
Penilaian dan evaluasi mempunyai persamaan dan perbedaan. Menurut
Arifin (2012), persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai
atau menentukan nilai sesuatu. Di samping itu, alat yang digunakan untuk
mengumpulkan datanya juga sama. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang
lingkup (scope) dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan
biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi
belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks
internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem
pembelajaran yang bersangkutan. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat
komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat
(instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang
bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik
(learning progress), sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif.
Menurut Ridlo (2005), penilaian memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut.
a. Membandingkan tujuan dengan hasil.
b. Studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu.
c. Mencakup penilaian formal (apa yang baik) dan intuitif (apa yang
diharapkan) mengenai kemajuan peserta didik.
Menurut Yamin (2009), bentuk soal yang dapat digunakan dalam pengujian
berbasis kompetensi adalah sebagai berikut.
1. Pilihan Ganda
Pilihan ganda merupakan bentuk soal yang dibuat dalam option/pilihan
2. Ujian objektif
Ujian objektif paling tepat dalam mata pelajaran IPA (Fisika, Kimia, dan
Biologi) dan matematika. Dalam penskoran diperlukan pedoman, dimana
12
setiap orang dapat melakukan pengoreksian dan hasilnya akan tetap sama
meskipun diperiksa oleh orang yang berbeda.
3. Ujian non objektif/uraian bebas
Penskoran hasil cenderung subjektif, namun dapat dibuat pedoman
penilaian seperti ujian objektif.
4. Isian singkat
Soal ini cenderung mengukur kemampuan siswa tingkat rendah.
5. Menjodohkan
Soal ini mengukur fakta dan konsep dengan tingkat berfikir cenderung
rendah.
6. Performans
Performans merupakan bentuk/alat untuk mengukur siswa dalam melakukan
suatu pekerjaan, berdasarkan mekanisme dan procedural.
7. Portfolio
Portfolio adalah bentuk alat ukur untuk mengetahui perkembangan
pekerjaan yang diperintahkan kepadanya.
Minat belajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar sebab dengan
minat seseorang akan melakukan apa yang diminatinya (Aritonang 2008). Salah
faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalah instrumen penilaian. Penilaian
hendaknya tidak memberatkan siswa melainkan dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar. Penilaian menggunakan sistem yang menyenangkan
kemungkinan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Fun assessment atau diartikan sebagai penilaian yang menyenangkan
merupakan sistem penilaian menggunakan beraneka macam alat penilaian baik tes
maupun non tes yang dipadukan dengan games seperti teka-teki silang, word
square dan cryptogram. Harris dan Brown (2008) menyatakan bahwa
. fun assessments tasks motivated students and the use of praise
reinforced this positive affective feeling
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tugas dengan fun assessment memotivasi
siswa dan penggunaan pujian yang dikuatkan melalui perasaan sikap positif.
Penilaian menggunakan tes biasa sering dianggap siswa sebagai tekanan.
Harris dan Brown (2008) menambahkan bahwa selain sebagai tambahan untuk
berkompetisi, guru mengatakan bahwa siswa juga termotivasi ketika penilaian
dilakukan secara enjoyable (menyenangkan) dan ketika guru menawarkan pujian
sepanjang memberikan tugas. Penilaian menggunakan sisi menyenangkan terlihat
13
memotivasi ketika peringkat dan nilai tidak diberikan, siswa seringkali tidak
mengetahui kalau mereka sedang dinilai.
Selain menggunakan tes yang menyenangkan, untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa diterapkan sistem penilaian non tes yaitu jurnal. Melalui jurnal
harian siswa, guru dan siswa dapat menganalisis kebutuhan belajar serta kesulitan
yang diperoleh siswa.
E. Pengembangan Modul berbasis Multiple Representations dengan Fun
Assessment
Biologi sebagai bagian dari sains, memerlukan suatu proses ilmiah/proses
sains untuk mempelajarinya. Proses sains dapat terwujud melalui kegiatan
ilmiah/metode ilmiah yang terdiri dari keterampilan proses ilmiah. Keterampilan
proses ilmiah meliputi observasi, klasifikasi, prediksi, inferensi, membuat
hipotesis,
mendesain
dan
melakukan
percobaan,
menggunakan
alat
14
Penilaian
yang digunakan
membebani
i dituntut untuk melatih keterampilan berpikirAda
Bahan
kritis,
perbedaan
ajar
sikapyang
mandiri
individu
digunakan
dan sikap
sebelumnya
ilmiah bersifat
representasi
tunggal siswa dal
Modul yang ada sebagian besar dikembangkan dengan representasi tunggal dengan soal evaluasi yang minim dan membeba
Mengembangkan modul berbasis multiple representation dengan fun assessment yang sesuai dengan standar BSNP
III.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth S. 2006. DeFT: A Conceptual Framework for Considering Learning
with Multiple Representations. Journal Learning and Instruction No.
6, 2006, pp. 183-198.
Aritonang KT. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur No.1, Mei 2016.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006a. Instrumen Penilaian Tahap II Buku
Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. On line at
http :www.bsnp_indonesia.org. [Accessed 26 maret 2016].
Waldrip B, V Prain & J Carolan. 2006. Learning Junior Secondary Science
through Multi-Modal Representations. Electronic Journal of Science
Education Vol.1, No.1, 2006.
Warsita B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Yamin HM. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung
Persada Pers.