Contoh Penelitian Dalam Pendidikan Khusus
Contoh Penelitian Dalam Pendidikan Khusus
Judul: Sebuah Kajian Etnografis: Penyandang kesulitan belajar yang memiliki kanker
(Penelitian)
Penulis: Tuffrey-Wijne I, Bernal J, Hubert J, Butler G, Hollins S.
Institusi: St George's, Division of Mental Health, University of London, London.
ituffrey@sgul.ac.uk
Penelitian ini berangkat dari kondisi dimana semakin meningkatnya jumlah
penyandang kesulitan belajar yang mengalami kanker. Sedangkan belum terdapat
penelitian yang diterbitkan dari studi tentang kebutuhan dan pengalaman orang-orang
penyandang kesulitan belajar yang juga mengalami kanker dari perspektif mereka sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan terkait pengalaman dan kebutuhan
orang-orang dengan ketidakmampuan belajar yang menderita kanker. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, mengingat tujuan dari proyek, sifat pribadi dari materi,
dan berbagai kemampuan yang berbeda, kebutuhan, dan konteks. Desain penelitian
menggunakan metode etnografi.
Penelitian ini dilakukan dalam seting penelitian yaitu rumah subjek, rumah sakit,
panti jompo, dan penampungan di London dan sekitarnya. Subjek penelitian ialah 13
penyandang kesulitan belajar mulai dari yang ringan hingga yang berat yang didiagnosis
mengalami kanker, berbagai usia. Metode utama pengumpulan data ialah observasi
(yang dilakukan lebih dari 250 jam). Penelitian dilakukan dalam kurun waktu sleama 2
tahun dengan masa observasi yang dilakukan kurang lebih selama 7 bulan. Peserta
dikunjungi di rumah dan dalam pengaturan rawat inap, dan kadang-kadang disertai
dengan dokter umum dan rawat jalan janji. Kerabat, staf perawatan sosial, dan staf medis
juga berkonsultasi dan ulasan kasus dihadiri dengan catatan kasus yang diteliti. Peran
peneliti adalah non-intervensionis, kecuali dalam kasus-kasus mengamati perawatan
suboptimal, dimana kelompok riset penasehat berkonsultasi sebelum intervensi. Data
yang kebanyakan terdiri dari catatan lapangan yang luas, yang ditulis oleh peneliti segera
setelah setiap sesi pengumpulan data.
Hasil dari penelitian ini mengungkap bahwa pengalaman subjek dibentuk oleh
pengalaman hidup sebelumnya. Termasuk kekurangan, kesepian, dan kurangnya otonomi
dan kekuasaan. Mereka bergantung pada orang lain untuk bernegosiasi kontak dengan
dunia luar, termasuk sistem kesehatan. Hal ini bisa mengakibatkan diagnosis kanker
tertunda dan kurangnya pilihan pengobatan yang ditawarkan. Sebagian besar peserta
tidak terbantu untuk memahami penyakit mereka serta implikasinya. Dokter tidak
membuat penilaian kapasitas, tetapi bergantung pada pendapat wali (pihak keluarga yang
merawat).
Kesimpulan penelitian ini menyebutkan bahwa tindakan segera dibenarkan oleh
temuan akhir diagnosis. Kemungkinan terjadi diskriminasi terkait pilihan pengobatan,
dan kurangnya keterlibatan pasien dan penilaian kapasitas dalam pengambilan keputusan.
Ada kesenjangan yang signifikan dalam pengetahuan dan pelatihan di antara sebagian
besar tenaga profesional kesehatan, yang mengarah ke layanan yang tidak menyadari
kebutuhan fisik, emosional, dan praktis dari orang-orang dengan kesulitan belajar, dan
perawat atau wali mereka.
6. Penelitian Studi Kasus
Judul: Studi Kasus tentang Manajemen Kelas dalam Proses Pembelajaran Anak Autis
Kelas 5 SD di SLB Yapenas Yogyakarta (Skripsi)
Penulis: Fransisca Octi (2015)
Institusi: Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Penddikan, Universitas Negeri
Yogyakarta
Penelitian ini berangkat dari kondisi dimana dalam sebuah sekolah luar biasa
terdapat tiga orang siswa autis yang belajar bersama dengan siswa berkebutuhan khusus
lainnya. Manajemen kelas yang demikian dirasa tidak tepat dengan kondisi siswa autis.
Terlebih lagi, masing-masing siswa autis memiliki sikap dan kebutuhan belajar yang
berbeda-beda. Fenomena manajemen kelas bagi siswa autis seperti ini terjadi setiap hari
di sekolah tersebut. Kasus manajemen kelas yang menempatkan siswa autis belajar dalam
satu ruang kelas bersama dengan siswa berkebutuhan khusus laiinya menjadi menarik
bagi peneliti untuk menguak bagaimana pelaksanaan manajemen kelas yang dilaksanakan
oleh pihak sekolah beserta faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dalam
proses pembelajaran anak autis.
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif, dengan jenis penelitian
studi kasus. Subyek penelitian adalah manajemen kelas V/autis SD di SLB Yapenas
dengan informan kepala sekolah, tiga guru kelas, dan tiga anak kelas V/autis SDLB.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pelaksanaan manajemen kelas
belum berjalan optimal. Prasarana belum sesuai dengan kebutuhan anak autis,
keterbatasan ruang gedung sekolah SLB Yapenas menciptakan ruang kelas terdiri dari
tiga kelas dan satu guru kelas mengajar tiga anak dengan karakteristik yang berbeda-beda
dalam satu kelas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen kelas dalam
pembelajaran anak autis kelas V/autis di SLB Yapenas meliputi ruang tempat
berlangsungnya proses pembelajaran untuk anak autis membutuhkan ruangan yang
terpisah dengan anak lain yang memiliki karakteristik yang berbeda untuk meningkatkan
konsentrasi anak dalam pembelajaran, pengaturan tempat duduk bagi anak autis yang
sedikit mendapat gangguan, dan latar belakang pribadi guru yang ramah sehingga anak
autis tidak merasa terpaksa dalam mengikuti pembelajaran.
7. Penelitian R & D
pascasekolah
(SLB)
yang
diambil
secara
purposive,
dengan
mempertimbangkan faktor usia (produktif), taraf ketunaan (berat dan sedang), dan
pendidikan, berjumlah 29 orang, masing-masing 15 orang di SLB WD I, dan 14 orang di
SLB Bakti Kencana. Data penelitian tahap pertama ini dikumpulkan melalui observasi,
wawancara, tes performan, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul selanjutnya
diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian yang telah dicapai, pada tahun kedua (a) data (input) mengenanai
subyek penyandang tunarungu pascasekolah (usia produktif (14-35 tahun) yang
mengikuti kegiatan workshop sebanyak 29 orang, (b) Sebagian besar subyek belum
memiliki pekerjaan tetap yang mandiri, baik sebagai pekerja maupun pelaku usaha., (c)
Subyek sangat bersemangat dalam mengikuti pelatihan keterampilan vokasional
produktif pada sheltered workshop, sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya, (d)
Jenis keterampilan produktif yang diikuti adalah; kerajinan meubel bambu, dan menjahit,
(e) Keterampilan vokasional produktif subyek telah mengalami peningkatan secara
signifikan hampir untuk semua aspek yang terkait yaitu, kemampuan dasar, kecermatan
kerja, koordinasi, operasional peralatan, penyelesaian pekerjaan, dan pemasaran., serta (f)
ternyata sheltered workshop berbasis masyarakat efektif untuk mengembangkan
keterampilan produktif anak tunarungu pascasekolah, (g) adanya dukungan dari beberapa
pihak untuk melakukan pembinaan keterampilan vokasional bagi para penyandang
tunarungu dalam bentuk sheltered-workshop di Kabupaten Sleman.
8. Penelitian Kebijakan
Indonesia
memiliki
komitmen
untuk
menyelenggarakan
pendidikan
inklusif
masih
menyisakan
berbagai permasalahan
dalam
skripsi
yang
berjudul
Analisis
Kebijakan
Penyelenggaraan
kebijakan
penyelenggaraan
pendidikan
inklusif
dan
di
penyatuan anak-anak
program
Provinsi
DKI
berkelainan
Jakarta
cenderung
(penyandang
untuk
mendeskripsikan
hambatan/cacat)
ke
dalam
istimewa juga dimasukkan dalam salah satu peserta didik pendidikan inklusif,
keberadaan mereka tidak banyak menjadi isu dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif.
(2)
penyelenggaraan
pendidikan
inklusif
tidak
menggunakan
model
sebagaimana terdapat dalam literatur dan ketentuan umum pendidikan inklusif. Model
hanya merupakan bagian dari strategi yang perlu diketahui dan dilaksanakan guru.
(3) belum
didik
semua
program
kategori
pendidikan
Hal tersebut
berkaitan
dengan
belum
sekolah dengan
finansial,
bantuan
memberikan
sarana
dan
pelatihan bagi
prasarana,
dan
guru-guru
inklusi,
bantuan