Februari 2015
HIPERTENSI
Oleh :
ARDANA INDRAWAN
N 111 15 025
Pembimbing :
dr. I KOMANG ADI SUJENDRA, Sp. PD
: Ardana Indrawan
NIM
: N 111 15 025
Judul referat
: Hipertensi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.2
DAFTAR ISI3
BAB I PENDAHULUAN6
1.1 Latar Belakang...6
1.2 Tujuan Penulisan....6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..7
2.1 Definisi...7
2.2 Fisiologi Regulasi Tekanan Darah7
2.3 Sistem Renin Angiotensin Aldosteron...9
2.4 Epidemiologi.10
2.5 Kriteria...11
2.5 Klasifikasi .12
2.6 Faktor risiko..12
2.7 Patofisiologi..14
2.8 Manifestasi Klinis.15
2.9 Diagnosis...15
2.10 Tatalaksana.18
2.11 Penatalaksanaan Hipertensi Pada Keadaan Khusus 26
2.11.1 Kelainan jantung dan pembuluh darah.26
2.11.2 Penanggulangan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Ginjal..28
2.11.3 Penanggulangan Hipertensi pada Usia Lanjut..29
2.11.4 Penanggulangan HIpertensi pada Gangguan Neurologis.30
2.11.5 Penanggulangan Hipertensi pada Diabetes....32
2.11.6 Penanggulangan Hipertensi pada Kehamilan 33
2.12
Komplikasi..34
2.14
Prognosis.34
BAB IV DISKUSI..36
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan silent killer (pembunuh diam-diam) yang secara
luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan
meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat
meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner,
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang
menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih besar kemungkinannya
terkena stroke.1
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum mendapat pengobatan
maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortilitas.2
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
poulasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi
sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65
tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat,
dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi. Dan pengendalian
tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.2
Data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara
yang sdah maju. Data dari The National Health and Nutrition examination survey
(NHNES) menunjukan bahwa tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang
dewasa adalah sekitar 9-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di
Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.
Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut
JNC VII.3
yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam beberapa cara.
Sebagai contoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara menyempitkan
arteriola, menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal.
Angiotensin II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali
NaCl dan air. Hal tersebut akan jumlah mengurangi garam dan air yang
diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan
tekanan darah. Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal,
yaitu organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron.
Hormon aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula
tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta
meningkatkan volume dan tekanan darah. Hal tersebut akan memperlambat
kenaikan voume cairan ekstraseluler yang kemudian meningkatkan tekanan arteri
selama berjam-jam dan berhari-hari. Efek jangka panjang ini bekerja melalui
mekanisme volume cairan ekstraseluler, bahkan lebih kuat daripada mekanisme
vasokonstriksi akut yang akhirnya mengembalikan tekanan arteri ke nilai normal.4
2.4 Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.4
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.1,4
2.5 Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
esensial/ primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial/primer adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi esensial.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada suatu
penyakit yang melatarbelakanginya.2,3
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.3
Klasifikasi Tekanan
Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
TDD (mmHg)
Dan
Atau
Atau
Atau
< 80
80-90
90-99
100
2.6 Klasifikasi
2.6.1 Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
idiopatik adalah
hipertensi
yang
tidak
diketahui
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai
akibat suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu
umumnya hipertensi ini sudah diketahui penyebabnya. Terdapat
10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi sekunder.
Skitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit
ginjal (stenoisarteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis,
tumor ginjal), sekitar 1-2% adalah penyakit kelaian hormonal
(hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan sisanya akibat
pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).4,5
2.7.2
Ras
Orang orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara
merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara
berbeda. 5,6
2.7.3
Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre menopause
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada
Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi
oleh faktor psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang
mempengaruhi faktor psikiskuat. 5,6
2.7.5
Stress psikis
Stress meningkatkan
aktivitas
saraf
simpatis,
peningkatan
ini
Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya
volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra
dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg
penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot
total tubuh dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan. 5,6
2.7.7
Asupan garam Na
Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal
ini karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru
paru dan disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10
detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan
efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras
dibawah tekanan yang lebih tinggi. 5,6
2.7.9
Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara
keseluruhan semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi
tekanan darah. Tapi pada orang yang tidak meminum minuman keras
memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi dari pada yang meminum
dengan jumlah yang sedikit. 5,6
2.8 Patofisiologi
2.8.1 Hipertensi primer
Beberapa teori patognesis hipertensi primer meliputi :
Hipertensi Sekunder
Patofisiologi hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit
sistemik yang meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac
output, contohnya adalah renal vaskular atau parenchymal disease,
adrenocortical tumor,feokromositoma dan obat-obatan. Bila penyebabnya
diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi perubahan struktural
yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal.
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
Sesak napas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung, dan ginjal
2.10 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi
meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri,
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada
pasien atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat
diabetes mellitus, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan,
insentitas olahraga)
d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah
Pengukuran rutin di kamar periksa
- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5
-
terlalu jauh.
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan
antihipertensi
Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Evaluasi penyakit penyerta
kerusakan
organ
target
serta
adanya LVH
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Foto thorax.2
Gambaran
kardiomegali
dengan
hipertensi
pulmonal
2.11 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Berikut ini merupakan bagan algoritma penanganan hipertensi menurut
JNC VII, 2003
Rekomendasi
Penurunan
Darah Sistolik
berat 5-20 mmHg/10 kg
buah,
sayuran
makanan
Menurunkan
garam
lemak
asupan Pada
dan
yang
pasien
rendah
dengan 2-8 mmHg
pada
dengan
asites/edema
hipertensi
dan
berat.
yang
dan
menghindari
makanan
Tekanan
yang
tinggi natrium.
2. Diet Garam Rendah II
(600-800
Diet
mg
ini
Na)
diberikan
kepada
pasien
edema/asites,
dan
berat.
Dianjurkan
menghindari makanan
dengan
kandungan
natrium
tinggi.
Diperbolehkan
menggunakan garam
dalam
pemasakan
(1000-1200
mg
Na)
Diet
ini
diberikan
Pada
masakannya
boleh
ditambahkan
garam
dapur
sendok
sebanyak
teh
(4g).
Namun
tetap
menghindari
jenis
makanan
yang
mengandung natrium
Latihan fisik
tinggi.
Tertutama
aerobic
jalan
30 menit)
konsumsi Tidak lebih dari 2 gelas/ 2-4 mmHg
hari untuk pria dan tidak
lebih dari 1 gelas/hari
untuk wanita
Stop merokok
Apabila dengan perubahan lifestyle tidak tercapai target tekanan darah
yang diinginkan (tekanan darah < 140/90 mmHg pada pasien tanpa riwayat
diabetes/ penyakit ginjal kronis dan tekanan darah <130/80 mmHg pada
seseorang dengan diabetes/penyakit ginjal
mulai terapi inisial dengan obat anti hipertensi oral. Untuk keperluan
pengobatan, ada pengelompokkan pasien berdasarkan pertimbangan khusus
(special consederations) yaitu kelompok indikasi yang memaksa (compelling
indications) dan keadaan khusus lainnya (special situations). 3,5,6
Indikasi yang memaksa meliputi:
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes melitus
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang
Keadaan khusus lainnya meliputi:
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolik
Hipertrofi ventrikel kanan
(Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau
Blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan
Faktor sosio-ekonomi
Profil faktor risiko kardiovaskuler
Ada tidaknya kerusakan organ target
Ada tidaknya penyakit penyerta
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
penyakit lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
menurunkan risiko kardiovaskuler
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap
dan target tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa
minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa
kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali
sehari. Pilihan memulai terapi dengan 1 jenis obat antihipertensi atau dengan
kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika
terapi dimulai dengan 1 jenis obat dalam dosis rendah dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan
dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah.
Efek samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah baik tunggal
maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah tetapi terapi kombinasi
dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien
karena jumlah obat yang semakin bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien
hipertensi adalah:
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat
Diuretika
Blocker
Angiotensin
II Receptor
Blocker
Calcium
Channel
Blocker
Blocker
Angiotensin
Converting
Enzyme
Inhibitor
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Perbaikan Pola
Hidup
tanpa Indikasi
dengan Indikasi
Memaksa
Memaksa
Tekanan Darah
Normal
Prehipertensi
< 120
120-139
dan < 80
atau 80-89
Dianjurkan
Ya
Obat-obatan untuk
indikasi yang
Hipertensi derajat
140-159
atau 9- 99
Ya
Hipertensi derajat
2
160
atau 100
Ya
Diuretika jenis
memaksa
Obat-obatan untuk
Thiazide untuk
indikasi yang
memaksa Obat
dapat
antihipertensi lain
dipertimbangkan
(diuretika, ACE-I,
sesuai kebutuhan
Adanya obat yang mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja obat anti
hipertensi.
Selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes mellitus atau penyakit
ginjal (laju filtrate glomerulus mencapai <60 ml/men/1,73 m 2 -> konsul
penyakit dalam, sedangkan untuk laju filtrate glomerulus mencapai <
30ml/men/1,73m3-> konsul nefrologi).
KELAS I :
Pemberian antihipertensi pada PAP ekstremitas inferior dengan tujuan
untuk mencapai target tekanan darah < 140/90 mmHg (untuk nondiabetes) atau target tekanan darah < 130/80 mmHg(untuk diabetes).
BB merupakan agen antihipertensi yang efektif dan TIDAK
merupakan kontraindikasi untuk pasien hipertensi dengan PAP.
KELAS IIa :
Penggunaan ACEI pada pasien simtomatik PAP ekstremitas bawah
beralasan untuk menurunkan kejadian kardiovaskular.
KELAS IIb :
Penggunaan ACEI pada pasien asimtomatik PAP ekstremitas bawah
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan kejadian kardiovaskular.
Antihipertensi dapat menurunkan perfusi tungkai bawah dan berpotensi
mengeksaserbasi simtom klaudikasio ataupun iskemia tungkai kronis.
Kemungkinan
tersebut
harus
diperhatikan
saat
memberikan
primer)
ataupun
gangguan/penyakit
ginjalnya
menimbulkan
yang
hipertensi.
umumnya
sama,
kecuali
(renovaskular,hiperaldosteronism
pada
primer)
hipertensi
dimana
sekunder
penanggulangan
tidak
efektif.
renal
dapat
ditanggulangi
secara
intervensi
bila
diperlukan
terapi
obat.
gangguan
fungsi
ginjal).
3. Bila proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah diusahakan lebih rendah
(125/75mmHg).
4. Perlu perhatian untuk perubahan fungsi ginjal pada pemakaian
ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik > 20%) dan kadar kalium
(hiperkalemia).
2.12.3 Penanggulangan Hipertensi pada Usia Lanjut
Hipertensi pada usia lanjut mempunyai prevalensi yang
tinggi, pada usia diatas 65 tahun didapatkan antara 60-80%. Selain itu
prevalensi gagal jantung dan stroke juga tinggi, keduanya merupakan
komplikasi hipertensi. Oleh karena itu, penanggulangan hipertensi
amat
penting
dalam
mengurangi
morbiditas
dan
mortalitas
hipertensi
pada
usia
lanjut
amat
dilakukan
sesuai
dengan
konsensus
InaSH.
akut kecuali terdapat hipertensi berat dan menetap yaitu sistolik > 220
mmHg atau diastolik > 120 mmHg dengan tanda-tanda ensefalopati
atau
disertai
kerusakan
target
organ
lain.
darah
arterial
rerata(MAP=mean
arterial
pressure).
sistolik
160
mmHg
dan
diastolik
90
mmHg.
Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik > 140
mmHg: berikan nicardipin/diltiazem/nimodipin DRIP dan
dititrasi dosisnya sampai dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90 mmHg (dosis dan cara pemberian lihat tabel
jenis-jenis
obat
untuk
terapi
emergensi).
180
mmHg.
Pengelolaan
-
Non Farmakologis :
Perubahan gaya hidup, antara lain : menurunkan berat badan,
meningkatkan
aktifitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi
konsumsi garam.
- Farmakologis :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat antihipertensi:
Pengaruh terhadap profil lipid
Pengaruh terhadap metabolisme glukosa
Pengaruh terhadap resistensi insulin
Pengaruh
terhadap
huipoglikemia
terselubung.
f. Sistemik
2.15
Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Kasus
a. Identitas pasien
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Agama
Tanggal pemeriksaan
Ruangan
: Tn. U
: 23 tahun
: Ds. Toropa, Parigi
: SMA
: Wiraswasta
: Islam
: 20-02-2016
: Seroja
b. Anamnesis
Keluhan utama: Muntah-muntah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan, Mual (+), Muntah (+) banyak
kali sejak 1 hari SMRS, muntah air, kadang berwarna kuning, pernah
menurut keluarga.
Tidak ada riwayat hipertensi ataupun diabetes mellitus dalam keluarga.
Riwayat Alergi:
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan atau benda tertentu.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Kondisi
: sakit sedang / kompos mentis / gizi baik
BB
: 65 kg
TB
: 170 cm
IMT
: 22.49 kg/m2
Vital Sign:
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu axilla
: 160/70 mmHg
: 84 kali/menit (reguler)
: 30 kali/menit
: 37,8C
Pemeriksaan kepala
Kepala
: normocephal, deformitas (-), jejas (-), benjolan (-)
Rambut
: warna hitam, distribusi normal
Wajah
Mata
: tampak lemas, warna normal, edema (+), ruam (-), jejas (-)
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Kornea
Lensa
Mulut
Hidung : bentuk simetris, deviasi (-), depresi (-), sekret (-), darah (-),
benjolan (-)
Telinga : bentuk normal, warna normal, jejas (-)
Pemeriksaan leher
- Otot
- Kelenjar getah bening
- Kelenjar tiroid
- Arteri karotis
- Trakea
Pemeriksaan paru-paru
- Inspeksi
Ekspansi dada simetris, retraksi otot interkosta (-), jejas (-), bentuk dada
-
Pemeriksaan jantung
Inspeksi
Pulsasi di apeks jantung, trikuspid, aorta, dan pulmonal tidak terlihat
Palpasi
Pulsasi di apeks teraba di linea midklavikula kiri 1 jari ke lateral.
Pulsasi di trikuspid, aorta dan pulmonal tidak teraba.
Perkusi
Batas atas : SIC II linea sternalis kiri
Batas kiri : SIC V linea midklavikula kiri 1 jari ke lateral
Batas kanan: SIC V linea sternalis kanan
Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi tambahan (-).
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
Tampak cembung, benjolan (-), jejas (-)
- Auskultasi
Bunyi peristaltik usus terdengar, frekuensi normal.
- Perkusi
o Bunyi timpani di seluruh kuadran.
o Pembesaran lien (-).
o Pembesaran hati (-)
- Palpasi
o Nyeri tekan (+) epigastrium.
o Palpasi lien tidak teraba.
o Palpasi ginjal tidak teraba, nyeri tekan (-). Nyeri ketok ginjal +/+
o Organomegali (-)
Pemeriksaan anggota gerak
1. Atas
- Akral hangat, edema (-)
2. Bawah
- Akral hangat, edema (+)
d. Resume
Pasien laki laki umur 23 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan Mual
(+), Muntah (+) banyak kali sejak 1 hari SMRS, muntah air, kadang
berwarna kuning, pernah bercampur darah warna hitam menggumpal.
Sakit kepala (+) terutama pada bagian belakang leher dan kepala seperti
tegang, sesak nafas (+) sejak 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan
sakit perut, terutama pada bagian ulu hati, sakit pinggang di kedua
pinggang, tembus kebelakang. Pasien juga mengeluhkan bengkak di kaki,
perut dan wajah. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal serupa.
BAB lunak, pernah BAB berwarna hitam, BAK lancar. Pasien sebelumnya
sering mengkonsumsi minuman berenergi (Kuku Bima) dan minuman
beralkohol. Pasien merupakan perokok.
Vital Sign :
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu axilla
: 160/70 mmHg
: 84 kali/menit, irama reguler, isi nadi normal
: 30 kali/menit, pola pernapasan normal
: 37,8oC
Medikamentosa
o IVFD RL 8 tpm
o Cocktail 1 kalf
o Furosemide 1 amp/12jam
o Ondancentron 1amp/12jam
o Omeprazole 40mg/24jam/iv
o Ramipril 25mg 1x1
h. Pemeriksaan penujang
1. Laboratorium
RBC
Hb
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT
GDS
Creatinin
Urea
BAB IV
DISKUSI
1. Terjadinya
hipertensi
pada
penyakit
ginjal
adalah
karena
Hipervolemia.
Hipervolemia oleh karena retensi air dan natrium, efek ekses
mineralokortikoid terhadap peningkatan reabsorpsi natrium dan air di
tubuli distal, pemberian infus larutan garam fisiologik, koloid, atau
transfusi darah yang berlebihan pada anak dengan laju filtrasi glomerulus
yang buruk. Hipervolemia menyebabkan curah jantung meningkat dan
mengakibatkan
hipertensi.
Keadaan
ini
sering
angiotensin
dan
terjadi
pada
aldosteron.
Renini adalah ensim yang diekskresi oleh sel aparatus juksta glomerulus.
Bila terjadi penurunan aliran darah intrarenal dan penurunan laju filtrasi
glomerulus, aparatus juksta glomerulus terangsang untuk mensekresi renin
yang akan merubah angiotensinogen yang berasal dari hati, angiotensin I.
Kemudian angiotensin I oleh angiotensin converting enzym diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II menimbulkan vasokonstriksi
pembuluh darah tepi, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
Selanjutnya
angiotensin
II
merangsang
korteks
adrenal
untuk
dengan
jelas
mengapa
hal
tersebut
bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi
yang
mengakibatkan
penurunan
aliran
darah
ke
ginjal,
kemampuan
distensi
dan
daya
regang
pembuluh
darah.
sehingga
tekanan
darah
juga
meningkat.
Tekanan darah adalah hasil perkalian dari curah jantung dengan tahanan perifer.
Pada gagal ginjal, volum cairan tubuh meningkat sehingga meningkatkan curah
jantung. Keadaan ini meningkatkan tekanan darah. Selain itu, kerusakan nefron
akan memacu sekresi renin yang akan mempengaruhi tahanan perifer sehingga
semakin meningkat. 3,5,6
Penaganan Hipertensi akibat gangguan ginjal/adrenal:6
renal
dapat
ditanggulangi
secara
intervensi
bila
diperlukan
terapi
obat.
kontraindikasi).
Bila proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah diusahakan lebih rendah
(125/75mmHg).
Perlu perhatian untuk perubahan fungsi ginjal pada pemakaian ACEI/ARB
ACEI/ARB
(sepanjang
tak
(kreatinin tidak boleh naik > 20%) dan kadar kalium (hiperkalemia).
ada
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.
Raised
Blood
Pressure.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/
en/. Accessed Januari 20, 2016
2. Nafrialdi. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI;
2007.p. 341-60Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta:
Bagian Farmakologi FK-UI.
3. The Seventh Repot of the Joint national Comitte on Prevention, detection,
evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2004
4. Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Edisi 11 Halaman 1071-1072. Jakarta: EGC.
5. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiatii S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.p. 1079-85
6. Ringkasan Eksekutif Penanggulangan Hipertensi. Perhimpunan Hipertensi