Anda di halaman 1dari 20

KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

Obat obatan dan cairan yang digunakan dalam praktik


dan teori kebidanan
A. Pengertian bidan
Definisi Bidan Menurut IBI
adalah : "seorang perempuan yang sudah lulus dari
pendidikan

Bidan

yang

diakui

oleh

pemerintah

dan

organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia


( NKRI ) serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk
diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk

menjalankan

praktik

kebidanan."Ikatan

Bidan

Indonesia (IBI) mendefinisikan bahwa bidan Indonesia


Definisi Bidan Menurut ICM
Menurut
International
Confederation

Of

Midwives, "Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti


program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah
lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yang sah
(lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan."
Definisi Bidan Menurut WHO
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Health

Organization,

pengertian

dari

atau World

"Bidan

adalah

seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan


yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut,

serta

memenuhi

kualifikasi

untuk

didaftar

(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk


melakukan praktik bidan."
Definisi Bidan Menurut PROF. DR. IDA BAGUS GDE
MANUABA
"Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting
karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya
meningkatkan
sumber
daya
menusia
melalui

kemampuannya
untuk
melakukan
pengawasan,
pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada
persalinan ibu postpartum"
Seorang Bidan mempunyai tugas penting dalam
Konsultasi dan pendidikan kesehatan ( Kelahiran Bayi )
wanita hamil serta keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu
termasuk pendidikan atau Pelayanan Antenatal. Untuk itu
Bidan harus Ahli dalam bidangnya. Bidan diperbolehkan
membuka praktik di rumah ataupun unit kesehatan, rumah
sakit, klinik atau tempat-tempat lainnya.
1. Pemberian obat dan wewenang bidan
1.1 Pengertian obat dan hal-hal yang berkaitan dengan obat :
Obat merupakan substansi yang diberikan pada manusia
atau binatang untuk perawatan, pengobatan, pencegahan
dan gangguan.
Obat adalah substansi yang diberikan untuk diagnosis,
pengobatan, tindakan, atau pereda gejala atau untuk
pencegahan penyakit.
a. Prinsip Pemberian obat
Ada 6 prinsip pemberian obat :
a. Benar obat
1) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
2) Menanyakan ada tidaknya alergi obat
3) Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah
memberikan obat
4) Mengecek lebel obat 3 x ( saat melihat kemasan,
sebelum menuangkan, dan setelah menuangkan obat )
sebelum memberikan obat
5) Mengetahui interaksi obat
6) Mengetahui efek samping obat
7) Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri
b. Benar dosis
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek hasi hitungan dosis dengan bidan/ petugas
kesehatan lain
c. Mencampur/mengaplos obat sesuai petunjuk pada
label
c. Benar waktu

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter


b. Mengecek tanggal kadeluarsa obat
c. Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum
sampai 30 menit setelah waktu yang diprogramkan
d. Benar pasien
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Memanggil nama pasien yang akan diberikan
c. Mengecek identitas pasien pada papan/kardeks
ditempat tidur pasien yang akan diberiakn obat
e. Benar cara pemberian
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat
c. Pemberian per oral : mengecek kemampuan menelan,
menunggui pasien sampai meminumnya
d. Pemberian melalui intramoskuler : tidak memberiakn
obat > 5cc pada satu lokasi suntikan.
f. Benar dokumentasi
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara dan
c.
d.
e.
f.

waktu pemberian obat


Mencantumkan nama/inisial dan paraf
Mencatat keluhan pasien
Mencatat penolakan pasien
Mencatat jumlah cairan yang digunakan
melarutkan

obat

(pada

pasien

yang

untuk

memerlukan

pembatasan cairan)
g. Mencatat segera pemberian obat
1.2

Standar Obat
Dalam pemberian obat, bidan harus mengetahui tentang

standar pemberian obat, karena untuk memastikan klien


menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan
efektif. Standar obat meliputi
a. Kemurnian
b. Konsentrasi obat aktif

dalam

prefarat

mempengaruhi kekuatan atau potensi obat

obat

c. Pemeriksaan laboratorium yang terperinci dapat


membantu menentukan efektivitas obat
d. Keamanan, semua obat harus dievaluasi untuk
1.3

menentkan efek samping obat tersebut.


Reaksi Obat
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk

kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai proses kimiawi,


melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung
dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu
yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi
sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari
kadar puncak obat dalam tubuh.
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.
Efek terapeutik adalah obat memiliki kesesuaian terhadap
efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti
paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif
( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek
samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias
diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan
seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
1. Efek yang diinginkan (efek terapi)
Efek
terapeutik
obat
memang
dapat
menyembuhkan, tetapi tidak semua obat betul-betul
menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejalanya. Karena itu
dapat dibedakan tiga jenis pengobatan, yaitu :
a) Terapi kausal : disini obat bekerja dengan cara
meniadakan

penyebab

penyakit,

misalnya

pemusnahan kuman, virus atau parasit.


b) Tterapi simptomatis : hanya gejala penyakit yang
diobati dan diringankan, penyebabnya yang lebih

mendalam tidak dipengaruhi, misalnya kerusakan pada


suatu organ atau saraf.
c) Terapi subsitusi : disini obat berfungsi menggantikan
zat yang lazimnya dibuat oleh organ yang sakit.
Misalnya insulin pada diabetes, karena produksinya
oleh pankreas kurang atau terhenti.
2. Efek yang tidak diinginkan (efek samping)
a) Efek samping : adalah segala sesuatu khasiat yang
tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan
pada dosis yang dianjurkan, misalnya rasa mual pada
penggunaan digoksin, rasa kantuk pada penggunaan
CTM.
b) Idiosinkrasi : peristiwa dimana suatu obat memberikan
efek

yang

secara

kualitatif

berlainan

dari

efek

normalnya. Umumnya hal ini disebabkan oleh kelainan


genetis pada pasien bersangkutan.
c) Alergi : reaksi antara obat dengan
membentuk

antibodi

sehingga

tubuh

seseorang

yang

menjadi

hipersensitifitas terhadap obat tersebut.


d) Fotosensitasi : adalah kepekaan berlebihan terhadap
cahaya akibat penggunaan obat, terutama secara lokal.
3. Efek Toksis (racun)
Setiap
obat
dalam
dosis
tinggi
dapat
mengakibatkan efek toksis. Pada umumnya reaksi toksis
berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis
diturunkan, efek toksis dapat dikurang
1.4 Faktor yang memepengaruhi reaksi obat
Beberapa
antaranya

faktor

absorpsi

yang
obat,

memengaruhi
distribusi

obat

reaksi
dalam

metabolisme (biotransformasi) obat dan ekskresi.


1. Absorpsi Obat

obat

di

tubuh,

Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari


sumber kedalam tubuh melalui aliran darah, kecuali jenis
topikal. Hal ini di pengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat,
jenis obat, keadaan tempat, makanan dan keadaan pasien.
2. Distribusi Obat Kedalam Tubuh
Setelah obat di absorpsi, kemudian obat didistribusikan
kealam darah melalui vaskular dan sistem limfatis menuju sel
dan

masuk

kedalam

jaringan

tertentu.

Proses

ini

dapat

dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektroit, dan keadaan


patologis.
3. Metabolisme Obat
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses
metabolisme.

Obat

akan

ikut

sirkulasi

kedalam

jaringan

kemudian, berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah


perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif.
4. Ekskresi Sisa
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan
akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini
tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk
urine, dari interstinal dalam bentuk feses dan dari paru-paru
dalam bentuk udara.
Reaksi obat di dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada
kalanya obat memiliki reaksi yang cepat dan ada kalanya
memiliki reaksi yang lambat. Semuanya tergantung dari faktorfaktor yang mempengaruhinya, di antaranya usia dan berat
badan, jenis kelamin, faktorgenetis, faktor psikologis, kondisi
patologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.

Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek


samping. Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap
efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperyti
paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki
efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikan fungsi
respons tubuh), subtitutif (berefek sebagai pengganti), efek
kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan
restoratif (berefek pada memulihkan tubuh yang sehat). Efek
samping merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa
diramal,

dan

bahkan

kemungkinan

dapat

membahayakan

seperti adnya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenik,


kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain

1.2 Wewenang bidan dalam pemberian obat


Dalam

setiap

Puskesmas

atau

Rumah

sakit,

bidan

merupakan tenaga profesi kesehatan yang sangat penting


peranannya terutama terhadap pelayanan kesehatan keluarga.
Seorang

bidan

dalam

menjalankan

setiap

tugasnya

mempunyai standar pelayanan dan kode etik yang harus


dipatuhi. adapun wewenang bidan diantaranya:
1) Pemberian
kewenangan
lebih
luas
kepada

bidan

dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan


obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil / bersalin ,
nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini
atau pertolongan pertama sebelun rujukan dapat dilakukan
secara cepat dan tepat waktu
2) Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat
dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan,

seperti keputihan dan penundaan haid.Pengobatan tersebut


pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum
dirujuk kedokter
3) Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit
ringan sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah
ditetapkan segera merujuk pada dokter. Sesuai dengan
Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

nomor

900/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 25 Juli 2002. Wewenang


seorang bidan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan dan pengobatan kelaianan ginekologik yang
dapat dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik
ringan,

seperti

keputihan

dan

penundaaan

haid.

Pengobatan ginekologik yang diberikan tersebut pada


dasarnya

bersifat

pertolongan

sementara

sebelum

dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut pengobatan sesuaii


advis dokter.
b. Memberikan imunisasi

kepada

wanita

usia

subur

termasuk remaja puteri, calon pengantin, ibu dan bayi.


c. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan
meliputi pemberian secara parental antbiotika pada
infeksi /sepsis, oksitoksin pada kala III dan kala IV untuk
pencegahan/penanganan
karena

hipotonia

preeklamsia/eklamsi,
sebelum dirujuk.
d. Melakukan tindakan

perdarahan

post

partum

sedativa

pada

pertolongan

pertama

uteri,
sebagai

amniotomi

pada

pembukaan

serviks lebih dari 4 cm pada letak belakang kepala,


pada distosia karena inertia uteri dan diyakini bahwa
bayi dapat lahir pervaginam.
e. Kompresi bimanual internal dan atau eksternal dapat
dilakukan
perdarahan

untuk
post

menyelamatkan
partum

untuk

jiwa

ibu

pada

menghentikan

perdarahan.

Diperlukan

keterampilan

bidan

dan

pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang


berlaku.
f. Versi luar pada gameli pada kelahiran bayi kedua.
Kehamilan

ganda

seharusnya

sejak

semula

direncanakan di rumah sakit oleh dikter. Bila hal


tersebut

tidak

diketahui,

bidan

yang

menolong

persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar


pada bayi kedua yang tidak dalam masa presentasi
kepala, sesuai dengan protap.
g. Ekstraksi vacuum pada bayi dengan kepala di dasar
penaggul. Demi penyelamatan hidup bayi dan ibu,
bidan

yang

telah

mempunyai

kompetensi,

dapat

melakukan ekstraksi vacuum atau ekstraksi cunam bila


janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala
janin telah berada di dasar panggul.
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan
diberikan wewenang melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi
pada partus lama, ketuban pecah dini, persalinan
dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah, utamanya bayi premature. Bayi tersebut
selanjutnya

perlu

dirawat

di

fasilitas

kesehatan,

khususnya yang mempunyai berat lahir kurang dari


1750 gram
i. Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang
untuk melaksanakan penanganan hipotermi pada bayi
baru

lahir

dengan mengeringkan,

menghangatkan,

kontak dini dan metode kangguru.


j. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berncana
harus memperhatikan kompetensi dan protap yang
berlaku di wilayahnya meliputi :

1) Memeberikan pelayanan Keluarga Berencana yakni


pemasangan
(AKBK),

IUD,

alat

pemberian

kontrasepsi

suntikan,

bawah

tablet,

kulit

kondom,

diafragma, jelly dan melaksanakan konseling


2) Memberikan pelayanan efek samping pemakaian
kontasepsi. Pertolongan yang diberikan oleh Bidan
bersifat pertolongan pertam yang perlu mendapat
pengobatan oleh dokter bila gangguan belanjut.
3) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK) tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas
dasar kompetensi dan pelaksanaanya berdasrkan
protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk
dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.
4) Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa,
Bidan berwenanang melakukan pelayanan kebidanan
selain

kewewnangan

yang

diberikan

bila

tidak

mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli.


Dalam

memberikan

pertolongan

Bidan

harus

mengikuti protap yang berlaku.


k. Penyediaan dan Penyerahan obat-obatan :
a) Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat
suntik

sesuai

dengan

ditetapkan.
b) Bidan diperkenankan

ketentuan

menyerhakan

yang
obat

telah
kepada

apsien sepanjang untuk keperlua darurat sesuai


dengan protap
2. Perhitungan dosis obat
a. Ketika mengukur obat cair, perawat menggunakan wadah
pengukur yang standar
b. Prosedur perhitungan obat dilakukan dengan sistematis
untuk memperkecil kemungkinan terjadinya keselahan
c. Ketika
mempersiapkan
obat,
tenaga
kesehatan
menghitung

setiap

dosis,

memperhatikan

kalkulasi

dengan cermat, menghindari gangguan dari aktivitas


yang lain.
Rumus perhitungan obat untuk anak-anak antara lain:

Da=

n
+ Dc [Mg ]
20

1. Young ( tidak untuk anak 12 tahun )


Dilling

Gaubius
Da=

1
+ Dd [ Mg ] untuk anak1tahun
12

1
Da= + Dd ( Mg ) untuk anak 12 tahun
8
1
Da= + Dd ( Mg ) untuk anak 23 tahun
6
1
Da= + Dd ( mg ) untuk anak 34 tahun
4
1
Da= + Dd ( mg ) untuk anak 47 tahun
3
Keterangan : n = umur anak dalam tahun
2.1 Cara menghitung Tetesan/ Menit infus
1. Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari
dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya
waktu, maka rumusnya adalah

jumlah tetes/ menit =

(Kebutuhan cairan x faktor tetes)


(jumlah jam / waktu x 60menit)

contoh
Seorang pasien datang ke rumah sakit dan membutuhkan 500
ml RL cair. Bagaimana infus diperlukan jika kebutuhan cairan
pasien harus dicapai dalam 4 jam dan faktor tetes 20 tetes ?
Mengingat:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 4 jam
Faktor tetes = 20 tetes

Jawaban
Jumlah tetes/ menit = ( 500 ml x 20 tetes )
(4 x 60menit)
=

10.000
240

= 41,7
= 42 tetes/menit
2. Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih
kecil dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya
digunakan untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk
menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut:

Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)


Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60)
Contoh soal
Seorang ibu datang membawa bayinya yang sakit ke IGD
dengan keluhan diare lebih dari 5 kali. Anak bayi tersebut
membutuhkan cairan RL sebanyak 100 ml. Berapa tetes infus
yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai
dalam waktu 1 jam?
Jawab :
Jumlah tetes/ menit = jumlah cairan x faktor tetes
Waktu / jam x 60
=

100 ml x 60 tetes
1 jam x 60

100 tetes

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk


menghabiskan cairan 100 ml dalam waktu 1 jam dengan
menggunakan infus set micro drip
Rumus dalam tablet dan cair
D

KET :
D = dosis yang diinginkan
H = dosis yang tercantum dalam label

x = jumlah obat yang belum diketahui


v = unit atau satuan ( bisa dalam tablet, liter)

3. Pencegahan injury pengobatan


Beberapa tindakan pencegahan injury pengobatan yang
seharusnya selalu diingat oleh bidan antara lain : menggunakan
prinsip

enam

pemberian
mengetahui

obat

benar
yang

berbagai

pemerian
aman,

obat

mencatat

kesalahan-kesalah

untuk

menjamin

pemberian

obat,

pengobatan

yangmungkin terjadi.
1. Prinsip enam benar
e. Benar obat
1) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
2) Menanyakan ada tidaknya alergi obat
3) Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah
memberikan obat
4) Mengecek lebel obat 3 x ( saat melihat kemasan, sebelum
menuangkan, dan setelah menuangkan obat ) sebelum
memberikan obat
5) Mengetahui interaksi obat
6) Mengetahui efek samping obat
7) Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri
f. Benar dosis
1) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
2) Mengecek hasi hitungan dosis dengan bidan/ petugas
kesehatan lain
3) Mencampur/mengaplos obat sesuai petunjuk pada label
g. Benar waktu
1) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
2) Mengecek tanggal kadeluarsa obat
3) Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum
sampai 30 menit setelah waktu yang diprogramkan
d. Benar pasien
1) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
2) Memanggil nama pasien yang akan diberikan
3) Mengecek identitas pasien pada papan/kardeks ditempat
tidur pasien yang akan diberiakn obat
e. Benar cara pemberian
1) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

2) Mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat


3) Pemberian per oral : mengecek kemampuan menelan,
menunggui pasien sampai meminumnya
4) Pemberian melalui intramoskuler : tidak memberiakn obat
> 5cc pada satu lokasi suntikan.
f. Benar dokumentasi
1) Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
2) Mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara dan
3)
4)
5)
6)

waktu pemberian obat


Mencantumkan nama/inisial dan paraf
Mencatat keluhan pasien
Mencatat penolakan pasien
Mencatat jumlah cairan yang digunakan
melarutkan

obat

(pada

pasien

yang

untuk

memerlukan

pembatasan cairan)
7) Mencatat segera pemberian obat
3. Mencatat Pemberian Obat
a. Bidan
mendokumentasikan

obat

yangdiberikan,

dikhawatirkan terjadi perberian obat ganda


b. Apabila obat tersebut tidak diberikan, misalnya klien
menolak atau ada kontraindikasi terhaap obat tersebut,
maka

informasi

ini

dimasukkan

kedalam

catatan

pengobatan.
c. Mencatat sebuah obat yang terdiri dari nama,dosis,rute
pemberian

obat,

dan

waktu

pemberian

obat

yang

sebenarnya apabila seorang klien menolak sebuah obat


atau sedang menjalani pemeriksaan atau prosedur yang
membuat sebuah dosis terlewat, dalam status pasien,
bidan menuliskan alasan obat tersebut tidak diberikan.
d. Bidan wajib melingkari dan menandatangani (inisial)
waktu pemberian obat yang diprogramkan pada catatan
obat, ketika suatu dosis terlewat.
4.

Mengetahui Berbagai Kesalahan-Kesalahan Pengobatan


Yang Mungkin Terjadi

a. Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat


membuat klien menerima obat yang salah atau tidak
mendapat terapi obat yang tepat
b. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan

oleh

setiap

individu yang terlibat dalam buatan resep, transkripsi,


persiapan, penyaluran, dan pemberian obat.
c. Sistem penyaluran obat dirumah sakit harus dirancang
supaya

ada

sebuah

sistem

pemeriksaan

dan

keseimbangan, hal ini akan membantu mengurangi


kesalahan pengobatan.
d. Bidan sebaiknya tidak

menyembunyikan

kesalahan

pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat


apa

saja

yang

telah

diberikan

kepada

klien,

pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien


alami

sebagai

pengobatan,dan

respon
upaya

terhadap
yang

kesalahan

dilakukan

untuk

menetralkan obat.
e. Bidan bertanggung jawab melengkapi laporan yang
menjelaskan sifat insiden tersebut.
f. Laporan insiden bukan pengakua

tentang

suatu

kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi hukuman


dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang
sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa
yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang
dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam
ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin
mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah
sistem dirumah sakit yang mengakibatkan terjadinya
kesalahan.
5. Mencegah kesalahan pengobatan yang mungkin terjadi
Untuk mencegah kesalahan pengobatan yang mungkin
terjadi dan meningkatkan keamanan dalam pemberian obat

kepada pasien, maka bidan dapat menggunakan pedoman


yang TIDAK BOLEH dalam pemberian obat berikut inin:
a. Jangan
sampai
konsentrasi
terpecah
sewaktu
mempersiapkan obat
b. Jangan memberikan obat yang dipersiapkan kepada
orang lain
c. Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan lebel
yang sulit dibaca atau yang labelnya sebagian terlepas
atau hilang
d. Jangan memindahkan obat dari satu tempat ketempat
e.
f.
g.
h.

yang lain
Jangan mengeluarkan obat ketangan anda
Jangan memberikan obat yang tanggalnya kadaluwarsa
Tanyakan jika masih ragu-ragu
Jangan berikan obat kepada klien jika ia memiliki alergi
obat

4 . Peran Dan Tanggung Jawab Bidan


Obat

diakui

terutama

sebagai

karena

manfaat

terapeutiknya kendati obat juga sangat banyak berpotensi


untuk

membahayakan

kesehatan

orang

yang

menggunakannya. Secar tradisional, hukum dan undangundang telah memisahkan proses pemasokan obat tersebut
dengan membolehkan dokter meresepkan obat, ahli farmasi
mendispensikan

obat

serta

bidan

dan

perawat

menggunakannya. Namun, demikian laporan cumberlege


merekomendasikan

agar

perawat

kualifikasi yang sesuai serta

dan

bidan

dengan

bekerja dalam masyarakat

dapat meresepkan obat-obatan yang tercantum dalam daftar


yang terbatas, dan menyesuaikan pemberian dan takaran
obat menurut protokol yang sudah ditetapkan. Akan tetapi,
rekomendasi

ini

masih

dibahas.

Dengan

diberikannya

kewenangan ini akan terjadi peningkatan akuntabilitas, dan


bidan harus memahami kerangka kerja hukum bidan.
A. Akuntabilitas
Sebagai praktisi

yang

teregistrasi,

bidan

memiliki

akuntabilitas ( tergantung dari tanggung jawab bidan)


atau hak jawab atas tindakanya terhadap empat sumber
hukum

yang

utama.

Sanksi

dapat

diterapkan

bagi

pelanggaran dalam pemenuhan standar yang disyaratkan


kepada setiap kasus.
Profesi
Seorang

bidan

yang

didapatkan

bersalah

karena

melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika


profesinya akan mengahadapi konsekuensi hukum untuk
dikeluarkan dari registrasi profesional. UKCC memiliki
kewenangan dalam mengharuskan bidan inggris untuk
bertanggung jawab secara hukum lewat undang-undang
yang dikeluarkan pada tahun 1997.
Institusi
Bidan mempunyai kontrak kerja yang terikat secara
hukum dengan institusinya, surat kontrak kerja tersebut
mensyaratkan diantara tugasnya, bahwa bidan harus
mematuhi permintaan istitusi yang masuk diakal dan
bekerja dengan ketelitian serta keterampilan yang sesuai.
Klien
Seorang ibu atau anak yang merasa bahwa dirinya
terancam atau dirugikan oleh tindakan bidan yang
sembrono dapat mengajukan tuntutan ganti rugi pada
pengadilan setempat.
Masyarakat

Kita semua mempunyai tanggung jawab hukum


terhadap masyarakat lewat undang undang hukum
pidana. Seorang bidan yang melanggar undang undang
tersebut dapat dihukum sebagaimana orang lain. Undang
undang yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan
obat, seperti The MEDICINES ACT 1968 dan the missue of
drugs acts 1971, akan menghasilkan hukuman pidana jika
dilanggar. Karena itu bidan harus mematuhi hukuman
etika bekerja dengan obat
B. Pemberian obat pada saat emergenci
Seorang bidan juga bertanggung

jawab

pada

pemberian obat saat emergenci, pemberian obat yang


memungkinkan pemberian jenis-jenis obat berikut ini
dengan

tujuan

menyelamatkan

jiwa

dalam

keadaan

emergenci.
Antara lain :
1. Andreanalin / epinefrin dalam bentuk larutan obat
suntik atau injeksi 1:1000 [ 1 mg dalam 1 ml ]

2. Atrofin sulfat injeksi


3. Chlorpheniramine injection ( suntikan klorfeniramin)
4. Dektrosa injeksi ( dextrose injection strong BPC)
5. Dikobal edetat injeksi
6. Difenhidramin injeksi
7. Glukagon injeksi
8. Hidrokortison injeksi
9. Mepiramin injeksi
10. Mepiramin injeksi
11. Promethazin injeksi
12. Snake venom antiserum (serum anti bisaular)
13. Natrium nitrit injeksi
14. Natrium tiosulfat injeksi
15. Pralidoksin steril

Dengan demikian diharapkan agar seorang bidan


selalu mematuhi standar peresepan yang disyaratkan
oleh undang-undang dan kode etik profesinya sehingga
dapat terhindar dari tuntutan pertanggung jawaban
perdata atas kelalaian atau tuntutan pelanggaran kode
etik

Daftar pustaka
http://www.katabidan.com/2015/01/definisi-bidanmenurut-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai